Teori Kognitif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

MAKALAH TEORI KOGNITIF

DISUSUN OLEH :
NAMA : Abu Naim

JURUSAN : 3B keperawatan

DOSEN PEMBIMBING

Hj. Muji Hartinah., SST., MPH.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Hidayah pembuatan
makalah tentang “ teori kognitif ” ini sehingga dapat digunakan pada mahasiswa Program Studi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang. Makalah ini disusun bukan semata-mata hanya
untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah keperawatan gerontik namun juga sebagai tambahan
pengetahuan dan wawasan mahasisiwa tentang teori kognitif. Mahasiswa diharapkan dapat berfikir
kritis dalam memahami teori kognitif.

Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini begitu
juga terhadap keluarga yang telah mendukung penyusunan makalah ini hingga selesai. Besar harapan
bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan membantu berbagai pihak dalam pembelajaran ilmu
gerontik sehingga kami mengharapkan saran untuk penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan
datang.

Tanjungpinang 23 Agustus 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.......................................................................................................................5

A. Latar Belakang................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................7

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................7

BAB II..........................................................................................................................................8

PEMBAHASAN..........................................................................................................................8

A. Aspek kognitif............................................................................................................................8

B. Perubahan Kognitif Pada Lansia...........................................................................................14

C. Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia.................................................15

D. Cara Pengukuran Fungsi Kognitif.........................................................................................17

BAB III.......................................................................................................................................19

PENUTUP..................................................................................................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................................................19
B. Saran.........................................................................................................................................19

Daftar Pustaka..........................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan fungsi kognitif ini tentunya membawa dampak tersendiri

bagi kehidupan lansia. Perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi

secara signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap

kualitas hidup seorang lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan

fungsi kognitif lebih banyak kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan

dengan keluarganya sendiri (Aartsen, van Tilburg, Smits & Knipscheer, 2004

dalam Surprenant & Neath, 2007). Dampak dari menurunnya fungsi kognitif

pada lansia akan menyebabkan bergesernya peran lansia dalam interaksi sosial

di masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini didukung oleh sikap lansia

yang cenderung egois dan enggan mendengarkan pendapat orang lain,

sehingga mengakibatkan lansia merasa terasing secara sosial yang pada

akhirnya merasa terisolir dan merasa tidak berguna karena tidak ada
penyaluran emosional melalui bersosialisasi. Keadaan ini menyebabkan

interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, karena peran

lansia digantikan oleh generasi muda, dimana keadaan ini terjadi sepanjang

hidup dan tidak dapat dihindari (Stanley & Beare, 2007). Di kalangan para

lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga

merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan

terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia.

Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif, peningkatan jumlah populasi

lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan

demensia.

Penatalaksanaan gangguan kognitif pada stadium dini baik secara

farmakologis maupun nonfarmakologis dapat menyembuhkan atau

memperlambat progresifitas penyakitnya, sehingga individu yang yang

bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik. Penilaian fungsi

kognitif dengan pemeriksaan neuropsikologi seperti Mini Mental State

Examination (MMSE) merupakan salah satu cara penapisan adanya gangguan

kognitif secara dini (Dikot & Ong, 2007) dalam (Rizkhy, 2013).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Aspek Kognitif ?


2. Bagaimana Perubahan Kognitif Pada Lansia?
3. Bagaimana Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia?
4. Apa Cara Pengukuran Fungsi Kognitif?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar memahami Aspek Kognitif


2. Agar memahami Perubahan Kognitif Pada Lansia
3. Agar memahami. Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia
4. Agar memahami. Pengukuran Fungsi Kognitif
BAB II

PEMBAHASAN
A. Aspek kognitif

1. Definisi kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang

menjadi waspada terhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua

aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognitif adalah

suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek

memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan fungsi psikomotor

(Nehlig, 2010). Kognitif adalah fakultas mental yang berhubungan dengan

pengetahuan, mencakup persepsi, menalar, mengenali, memahami, menilai,

dan membayangkan (Kamus Kedokteran Stedman, 2002) dalam (Rizkhy,

2013).

Fungsi kognitif pada lansia adalah untuk menunjukkan keadaan adanya

korelasi yang kuat antara tingkat kinerja intelektual dengan tingkat survival

lansia, fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada penurunan sampai

usia sangat lanjut, penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi fungsi

kognitif, dan dengan bertambahnya usia didapatkan penurunan berlanjut


dalam kecepatan belajar, memproses informasi baru dan bereaksi terhadap

stimulus sederhana atau kompleks (Stanley Mickey, 2007).

Batas normal dari tes MMSE adalah 24-30 sedangkan kemungkinan

gangguan kognitif yaitu defisit yang nyata pada saat dilakukan wawancara

meliputi penurunan pengetahuan tentang masalah umum dan baru,

menunjukkan defisit memori tentang riwayat seseorang, menunjukkan

penurunan konsentrasi pada tes pengurangan dengan skoring 17-23 dan

definitf gangguan kognitif yaitu pasien tidak bisa hidup tanpa bantuan pada

saat wawancara pasien tidak mampu mengingat sebuah aspek relevan dalam

kehidupannya secara umum, misalnya alamat, nama keluarga terdekat bahkan

sering terjadi disorientasi waktu dengan skoring 0-16.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

perkembangan kognitif tidak sama pada setiap individu. Perbedaan

perkembangan ini tidak lepas daribeberapa faktor. Terdapat empat faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif.

a. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf

Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan

organ tubuh. Seseorang yang memiliki kelainan fisik belum tentu

mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya,

seseorang yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan

jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf turut

mempengaruhi proses perkembangan kognitif.


b. Latihan dan pengalaman

Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri melalui serangkaian latihan-

latihan dan pengalaman. Perkembangan kognitif seseorang sangat di

pengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.

c. Interaksi sosial

Perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh hubungan dengan

lingkungan sekitar, terutama situasi sosial, baik itu interaksi antara teman

sebaya maupun orang-orang terdekat.

d. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu

pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.

Keseimbangan tahapan yang dilalui tentu menjadi faktor penentu bagi

perkembangan kognitif (Djaali, 2011) dalam (Rizkhy, 2013).

3. Apek-aspek kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :

a. Orientasi

Orientasi di nilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan

waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya

sendiri ketika di tanya) menunjukkan informasi yang “overlearned”.

Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan

negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan

bahasa.
Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota,

gedung dan lokasi dalam gedung.sedangkan orientasi waktu dinilai

dengan menanyakan tahun, musim, bulan dan tanggal.karena perubahan

waktu lebih sering dari pada tempat maka waktu dijadikan indeks yang

lebih sensitifuntuk disorientasi.

b. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter,

yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming

1. Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang

dapat membantu menilai kelancaran adalah dengan meminta pasien

menulis atau berbicara secara spontan.

2. Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang

untuk melakukan perintah tersebut.

3. Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau

kalimat yang di ucapkan seseorang.

4. Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu

objek beserta bagian-bagiannya

c. Atensi

Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus

spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar

lingkungannya.

1. Mengingat segera

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat

sejumlah kecil informasi selama <30 detik dan mampu untuk

mengeluarkannya kembali.

2. Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk

memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai

dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 7 secara

berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya

mengeja kata secara terbalik.

d. Memori

Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat

kembali informasi yang diperolehnya.

1. Memori baru

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang

di perolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.

2. Memori lama
Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada

beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

3. Memori visual

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi berupa

gambar.

e. Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk

membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan

meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulsi balok

atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah di rusak

sebelumnya.

f. Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

g. Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik

buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000) dalam

(Rizkhy, 2013).

4. Mempertahankan fungsi kognitif

Peningkatan jumlah lansia harus diimbangi kesiapan keluarga dan

tenaga kesehatan dalam memandirikan dan meminimalisir bantuan ADL

(Activity Daily Living). Makan, minum, mandi, berpakaian, dan menaruh

barang pada lansia, karena pada lansia terjadi berbagai penurunan dan

perubahan yang menghambat keaktifan dan keefektifan lansia dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Sebenarnya tidak ada batas

yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada

setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda-beda, baik dalam
hal pencapaian puncak maupun penurunannya (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam mebantu lansia

yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan

dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu

mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk

mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di

istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan

cerita melalui sebaiknya dijadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar

otak tidak beristirahat secara terus-menerus (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

B. Perubahan Kognitif Pada Lansia

Pada umunya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif . Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya

kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurangnya efisiensi transmisi

saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi

hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi

baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat


kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang

baru saja terjadi (Setiati, 2006).

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat di percaya sebagai

contributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam

pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Penurunan terkait

penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan

memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan pada perubahan

struktur dan fungsi otak (Rizkhy, 2013).

C. Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia

1. Hipertensi

Salah factor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kognitif

lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat

meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi redupsi substansia

putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan

hiperintensitas substansia putih di lobus prefrontal. Angina fektoris, infark

miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vascular lainnya juga di

kiatkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton & Marmot, 2003 dalam

Myers, 2008).

2. Faktor usia

Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukan skor di

bawah cut of skrining adalah sebesar 16% pada kelompok umur 65-69, 21%

pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi

kognitif (Scanlan, 2007).

3. Status pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik di

bandingkan dengan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan,

2007).

4. Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan

adanya peranan level hormone seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif.

Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam

fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol

dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan

memori verbal. Estradiol di perkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat

membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protekstor

sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Myers, 2008).

5. Perilaku merokok

Penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan

berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut,

sedangkan status masih merokok dihubungkan dengan peningkatan insiden

demensia. Penelitian lainnya juga menunjukkan adanya pengaruh merokok

terhadap penurunan fungsi kognitif pada perokok lama (>20 tahun).


6. Aktivitas Olahraga

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas

olahraga dengan kemampuan kognitif pada subjek pria dan wanita berusia 55-

91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran,

ingatan dan waktu reaksi lebih baik dari pada mereka yang kurang atau tifak

pernah olahraga (Clarkson & Hartley, 1989).

Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting dalam

meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada lansia. Hal yang harus di perhatikan

dalam aktivitas olahraga pada lansia adalah pemilihan jenis olahraga yang

akan di jalani, harus sesuai dengan usia dan kondisi fisik lansia (Stones &

Kozman 1989) dalam (Rizkhy, 2013).

D. Cara Pengukuran Fungsi Kognitif

MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental

singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara

gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan

penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah

menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan

kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegenerative, misalnya penyakit

Alzheimer (Lezak, 2004) dalam (Rizkhy, 2013).

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian,

dan kalkulasi mengingat kembali dan bahasa (Folstein et al, 1975). Nilai paling

tinggi adalah 30, di mana nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya

kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Dalam


pengerjaan asli MMSE, lanjut usia biasanya mendapat angka tengah 27,6 klien

dengan demensia depresi dan gangguan kognitif membentuk angka 9, 7, 19 dan

25 (Gallo, 1998). Pemeriksaan bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi

tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Karena pemeriksaan MMSE

mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan

kognitif pada waktu dengan tindakan sehingga dapat berguna untuk mengkaji

kemajuan klien berhubungan dengan intervensi.

MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini

dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan

atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk

penggunaannya.

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah

diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya

serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif

yang berkaitan dengan penyakit neurodegenerative. Hasilnya, MMSE menjadi

suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak didunia.

Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah di gunakan sebagai

instrument skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar

demensia.

Penentuan kriteria gangguan memori sehubungan dengan gangguan usia tua

di perlihatkan dengan adanya gangguan fungsi memori dan penurunan akibat

demensia (mengarah pada gangguan intelektual) yang di tandai oleh MMSE

(Folstein M.F. et al, 1975) dalam (Kusharyadi, 2010).


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Aspek Kognitif Pada Lansia maka dapat di simpulkan bahwa dari 70 lansia yang

menjadi responden frekuensi tertinggi adalah dengan kategori kemungkinan gangguan

kognitif dan terendah dengan frekuensi definitif gangguan kognitif.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku penyusun

mohon diberi saran dan kritik yang membagun guna terciptanya makalah yang lebih baik di

waktu yang akan datang.


Daftar Pustaka

Dayamaes, Rizhky. 2013 Gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di


posbindu rosella legoso wilayah kerja puskesmas ciputat timur
tanggerang selatan. Jakarta. Universitas islam negeri syarif
hidayatullah

Wayan Suardana, Dkk. 2014 Status Kognitif Dan Kualitas Hidup Lansia. Denpasar.

Politeknik Kesehatan Denpasar


Mongisi, Rachel, Dkk. 2012 Profil Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia
Di Yayasan-Yayasan Manula Di Kecamatan Kawangkoan. Minahasa.
Kedokteran Umum FK Unsrat

Anda mungkin juga menyukai