Retardasi Mental
Retardasi Mental
Retardasi Mental
RETARDASI MENTAL
Dosen pengampuh : Islaeli S.Kep,Ns,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 3
NURHIJRAH P201701117
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-
Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
“Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental”. Dengan harapan makalah ini dapat
membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan Anak.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan retardasi mental pada anak.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan keperawatan anak secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami
sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu
perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu
dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan
sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
peyusun
DAFTAR ISI
A. Definisi .......................................................................................................................
B. Etiologi ..........................................................................................................................
C. Diagnosis dan gejala klinis ..............................................................................................
D. Penatalaksanaan .............................................................................................................
E. Klasifikasi ....................................................................................................................
F. Uji labolatorium dan diagnostic ......................................................................................
G. Pencegahan dan pengobatan ........................................................................................
A. Pengkajian .......................................................................................................................
B. Diagnosa .......................................................................................................................
C. Intervensi .......................................................................................................................
D. Implementasi ....................................................................................................................
E. Evaluasi ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
a. Kelainan kromosom
c. Gangguan metabolik
d. Sindrom dismorfik
e. Infeksi intrauterin
f. Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernikterus
d. Hipoglikemia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
b. Trauma
c. Kejang lama
Penyebab Pranatal
a. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom
Down. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk pertama kali
menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol
dan menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi mental sedang. Sindrom
Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental. Diperkirakan insidens dari
sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko timbulnya
sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang berumur 20-25
tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45 tahun
mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada
sindrom Down 95% menunjukkan trisomi –21, sedangkan 5% sisanya merupakan mosaik
dan translokasi. Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental
adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom
chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata
kromatin seks, yang merupakan kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak
ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada
kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan kriminalitas.
Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan retardasi mental adalah Fragile-
X syndrome, yang merupakan kelainan kromosom-X pada band q27. Kelainan ini
merupakan X-linked, dibawa oleh ibu. Penampilan klinis yang khas pada kelainan ini
adalah dahi yang tinggi, rahang bawah yang besar, telinga panjang, dan pembesaran
testis. Diperkirakan prevalens retardasi mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada
populasi anak usia sekolah adalah 1 : 2610 pada laki-laki, dan 1: 4221 pada
perempuan.3,12
b. Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah
Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu
mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase.
Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan perempuan dengan perbandingan
2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah
1:12 000-15 000 kelahiran hidup. Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong
retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental sedang.1,3,4 Galaktosemia adalah
suatu gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan karena tubuh tidak mampu
menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet bebas galaktosa bayi akan
bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa
penulis perkembangan mental tidak mengalami perubahan.Penyakit Tay-Sachs atau
infantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan metabolisme lemak, dimana tubuh
tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak.
Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental
sangat berat. Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau
TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak begitu jelas
dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting
untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling tidak meringankan derajat
retardasi mental. Gejala klasik hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir
adalah miksedema, lidah yang tebal dan menonjol, suara tangis yang serak karena edema
pita suara, hipotoni, konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis. Prevalens hipotiroid
kongenital berkisar 1:4000 neonatus di seluruh dunia. Defisiensi yodium secara
bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di negara sedang berkembang
maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta sampai 1 milyar penduduk dunia
mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara sedang berkembang. Penelitian
WHO1 mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60 juta Amerika Latin,
dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat defisiensi yodium
pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu hamil
meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan
yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam bentuk yang
berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis adalah miksedema,
kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi mental berat. Di daerah
endemis, 1 dari 10 neonatus mengalami retardasi mental karena defisiensi yodium.
c. Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada
janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi
timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat
lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental. Infeksi
cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi dapat memberi dampak
serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis antara lain hidrosefalus,
kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.
d. Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan
intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung
alkohol, terutama pada triwulan pertama. Di negara Amerika Serikat FAS merupakan
penyebab tersering dari retardasi mental setelah sindrom Down. Insidens FAS berkisar
antara 1-3 kasus per 1000 kelahiran hidup. Pada populasi wanita peminum minuman
keras insidens FAS sangat meningkat yaitu 21-83 kasus per 1000 kelahiran hidup,
padahal di Eropa dan Amerika 8% wanita merupakan peminum minuman keras.
Penyebab Perinatal
Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena
prematuritas. Penelitian dengan 455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau kurang menunjukkan
bahwa 85% dapat mempelihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan 90% memperlihatkan
perkembangan mental rata rata. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g
atau kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan
fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis, dan
gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapat bahwa semakin rendah berat lahirnya,
semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun mental. Asfiksia, hipoglikemia,
perdarahan intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan kerusakan otak yang
ireversibel, dan merupakan penyebab timbulnya retardasi mental.
Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang dapat
menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Etiologi pada Kelompok Sosio–Kultural
Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab retardasi
mental. Sebenarnya bermacam-macam sebab dapat bersatu untuk menimbulkan retardasi
mental. Proses psikososial ini merupakan faktor penting bagi retardasi mental tipe sosio-
kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.
C. Diagnosis Dan Gejala Klinis
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat.
Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat
membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test
IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada
kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu,
anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor
nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
Katarak
Kornea keruh
2. Kejang :
Bintik-café-au-lait
4. Kelainan rambut :
Rambut rontok
Rambut halus
5. Kepala :
Mikrosefali
Makrosefali
6. Perawakan pendek :
Kretin
Sindrom prader-willi
7. Distonia :
Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut :
Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis
dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu
didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias
dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri
seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental,
mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih
menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan
apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi
stress dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan dan
pengawasan.
Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.
Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik yang
menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah
tedapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk
tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara
yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan
pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosa ini mudah
dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya
sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya
D. Penatalaksanaan
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
b. sikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
e. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan
f. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak
yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
- pengawasan kesehatan regular
- pelayanan dukungan keluarga
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi
setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis
penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran
pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar
itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya
ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi, palsiserebral, dll. Psikiater, bila anaknya
menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan
terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau
untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya,
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan
waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu
konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang
baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi
penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi
pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi
mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini
diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian
hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka
diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti
mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan
penanganan khusus.
E. Klasifikasi
Uji intelegensia pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog Perancis yang
bernama Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1900. 916 Dr Lewis Terman
mengadaptasi pemeriksaan intelegensia berdasarkan skala Binet tersebut di Stanford
University. Saat ini uji intelegensia tersebut dinamakan Stanford Binet Intelligence Scale
yang sudah direvisi 4 kali yaitu tahun 1937, 1960, 1973, dan 1986. William Stern pada
tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ) sebagai suatu perbandingan antara
mental age (MA) dan chronological age (CA)
Pada tahun 1939 David Wechsler mempublikasikan suatu tes intelegensia yang
mengukur fungsi intelektual yang lebih global. Uji ini kemudian disebut Wechsler
Intelligence Scale for Children (WISC) yang kemudian direvisi tahun 1976 dan disebut
Wechsler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R), dan direvisi kembali tahun
1990 yang disebut WISC third edition (WISC-III). Uji intelegensia tersebut dipakai untuk
anak umur 6-16tahun. Pada tahun 1966 dipublikasikan Wechsler Preschool and Primary
Scale of Intelligence (WPPSI) yang kemudian direvisi tahun 1989 disebut WPPSI-R, untuk
anak umur 4-61/2 tahun.2 Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4
golongan yaitu :
Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50- 69
Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20
F. Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental
a. Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (misal :
pertolongan persalinan yang baik, pengurangan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun
tahun dan pencegahan peradangan otak pada anak.
b. Pencegahan Sekunder
Meliputi diagosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tngkorak menutup terlalu cepat)
c. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah luar
biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau destruktif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara
lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi
mental.
Latihan dan pendidikan Retardasi Mental
Pendidikan dengan retardasi mental secara umum adalah :
- Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasita yang ada
- Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau anti sosial
- Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan beresiko.
No Diagnosa Implementasi
menyingkirkan bahanberbahaya di
lingkungan
E. Evaluasi
Nyoman, lusy. 2015 “Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Retardasi Mental. di ambil
dari
:https://www.academia.edu/15645103/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DE
NGAN_RETARDASI_MENTAL_2
Fitri, anita. 2017. Keperawatan anak, Asuhan Keperawatan Pada Retardasi Mental. Di
ambil dari: https://id.scribd.com/documnet/366520675/Askep-Retardasi-Mental-Fix