Makalah Antara Perang Dan Diplomasi
Makalah Antara Perang Dan Diplomasi
Makalah Antara Perang Dan Diplomasi
Disusun oleh
Nama Kelompok :
Muhammad Raffi
Nazra Aisyiyah
MAN 1 MEDAN
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya saran dan masukan yang membangun agar dapat membuat makalah ini
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
4. Perjanjian Renville......................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
D. Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kabinet Syahrir. Pada 13 Maret 1946 dibentuk Kabinet Syahrir II.
Kabinet Syahrir II mengajukan usul balasan, yaitu:
1). RI harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah
Hindia Belanda.
2). Federasi Indonesia Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu.
Mengenai urusan luar negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu
badan federasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang Indonesia dan
Belanda.
3). Tentara Belanda segera ditarik kembali dari republik.
4). Pemerintah Belanda harus membantu pemerintah Indonesia untuk
menjadi anggota PBB.
5). Selama perundingan sedang terjadi, semua aksi militer harus
dihentikan.
Tetapi usulan tersebut ditolah oleh Van Mook. Dan mengusulkan
tentang pengakuan Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk
mengadakan kerjasama dalam upaya pembentukan negara federal yang
bebas dalam lingkungan Kerajaan Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946,
Sutan Syahrir memberikan jawaban disertai konsep persetujuan. Usulan
tersebut saling mendekati kompromi dan usaha perundingan
ditingkatkan.
b. Perundingan Hooge Veluwe
Perundingan dilanjutkan di Belanda pada bulan April 1946. Pokok
pembicaraan dalam perundingan adalah memutuskan pembicaraan
yang dilakukan di Jakarta oleh Van Mook dan Sutan Syahrir. Akan
tetapi perundingan mengalami deadlock sejak hari pertama karena
masing-masing pihak memiliki harapan yang berbeda.
Delegasi Indonesia berharap ada langkah nyata dalam upaya
pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pihak
Belanda menganggap pertemuan di Hooge Veluwe hanya untuk
sekedar pendahuluan. Kegagalan perundingan Hooge Veluwe bagi
7
kedua negara membawa untuk kembali mengadakan perundingan.
Perundingan itu pula yang menghantarkan pada diplomasi
Internasional dalam Perjanjian Linggarjati di kemudian hari.
c. Pelaksanaan Perundingan Linggarjati
Pada awal November 1946, perundingan diadakan di Indonesia,
bertempat di Linggarjati. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan
Syahrir. Sementara Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Dalam
perundingan dihasilkan kesepakatan yang terdiri atas 17 pasal. Isi
pokok perundingan linggarjati antara lain:
1). Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan secara de facto
pemerintahan RI atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera. Daerah-
daerah yang diduduki sekutu atau Belanda secara berangsur-angsur
akan dikembalikan kepada RI.
2). Akan dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) yang meliputi
seluruh wilayah Hindia Belanda (Indonesia) sebagai negara berdaulat.
3). Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia-
Belanda yang dipimpin oleh raja Belanda.
4). Pembentukan NIS dan Uni Indonesia-Belanda diusahakan sudah
selesai sebelum 1 Januari 1949.
5). Pemerintah RI mengakui dan akan memulihkan serta melindungi
hak milik asing.
6). Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk mengadakan
pengurangan jumlah tentara, dan
7). Bila terjadi perselisihan dalam melaksanakan perundingan ini, akan
menyerahkan masalahnya kepada Komisi Arbitrase.
Naskah persetujuan kemudian diparaf oleh kedua delegasi di
Rijswijk Jakarta. Setelah persetujuan linggarjati disahkan, beberapa
negara memberikan pengakuan terhadap kekuasaan RI.
8
d. Konferensi Malino
Dalam situasi politik yang tidak menentu di Indonesia, Belanda
melakukan tekanan politik dan militer di Indonesia. Tekanan politik
dilakukan dengan menyelenggarakan Konferensi Malino.
Penyelenggaraan konferensi ini bertujuan untuk membentuk negara-
negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan
Autralia kepada Belanda.
2. Agresi Militer I
9
KTN membuat laporan yang disampaikan kepada DK PBB, bahwa
Belanda banyak melakukan pelanggaran. Hal ini telah menempatkan
Indonesia lebih banyak didukung negara-negara lain.
4. Perjanjian Renville
10
sedang sakit mengambil alih komando pasukan untuk memperjuangkan
kedaulatan dan keutuhan NKRI dengan melakukan gerilya. Sudirman
segera menuju istana Presiden untuk mengajak Presiden dan pimpinan
yang lain untuk meninggalkan kota, namun Presiden Soekarno tidak
bersedia dan akan tetap di istana, sehingga akhirnya ditangkap Belanda.
Aksi militer Belanda yang kedua ini ternyata menarik perhatian
PBB, karena Belanda terang-terangan tidak mengikuti Persetujuan
Renville didepan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan PBB. Kegagalan
Belanda di medan pertempuran serta tekanan dari AS yang mengancam
akan memutuskan bantuan ekonomi dan keuanga, memaksa Belanda untuk
kembali ke meja perundingan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12