Proposal PTK Okty Fiani 21060027 PGSD
Proposal PTK Okty Fiani 21060027 PGSD
Proposal PTK Okty Fiani 21060027 PGSD
OKTY FIANI
NPM 21060027
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Pada abad 21 ini yang merupakan abad kompetitif di berbagai bidang menuntut
kemampuan dan keterampilan baru yang sesuai (Hayati et al., 2019). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi HOTS adalah salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki
siswa sejak dini untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan di abad 21 ini.
Generasi emas adalah generasi yang mempunyai keterampilan abad 21 yaitu insan yang
berkarakter, berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, kolaboratif dan mampu
berkompetitif (Mokambu, 2022).
Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa adalah IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh
siswa pada setiap jenjang pendidikan.. Pengalaman belajar dalam pembelajaran IPA
berkontribusi besar untuk memenuhi kebutuhan keterampilan pada abad 21 di semua
bidang disiplin dengan karakteristiknya yang kaya akan pemikiran kritis dan kreatif,
teknologi terapan dan adanya kerjasama. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di
sekolah dasar seharusnya mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi berkesan dan bermakna bagi siswa (Putri,
2018).
Salah satu konsep yang dipelajari dalam mata pelajaran IPA adalah konsep zat
tunggal dan campuran, konsep ini dipelajari oleh siswa pada kelas V semester 2 tema 9,
dimana peserta didik akan mempelajari hal meliputi pengertian materi, unsur, senyawa
dan larutan, zat tunggal dan campuran, membandingkan zat tunggal dan campuran,
membedakan campuran homogen dan heterogen, mengelompokkan penggolongan
materi benda-benda di lingkungan sekitar, mengelompokkan campuran homogen dan
heterogen di lingkungan sekitar serta melakukan percobaan membuat larutan.
Dalam pembelajaran IPA, siswa cenderung belum terlalu berpikir kritis ketika
mempelajari konsep IPA yang baru. Siswa kurang aktif dan kurang merespon dengan
baik saat melakukan kegiatan diskusi secara berkelompok di kelas (Pratiwi et al., n.d.).
Pada materi ini, siswa dituntut untuk berpikir kritis agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dipilih adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Model Problem Based Learning dapat lebih memudahkan siswa untuk memahami
konsep pembelajaran IPA karena pada praktiknya siswa terlibat secara penuh dalam
kegiatan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan dengan pengetahuan dan
langkah yang sesuai (Pratiwi et al., n.d.). Dengan latar belakang masalah diatas, maka
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penggunaan Model PBL
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Zat Tunggal dan
Campuran Siswa Kelas 5 SD”.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
bagi:
1. Guru
Meningkatkan kompetensinya dalam mengatasi masalah pembelajaran yang
berkaitan dengan materi zat tunggal dan campuran.
Sebagai bahan informasi tentang pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning.
2. Siswa
Dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Mampu memahami materi dengan baik dengan cara berdiskusi
3. Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah
Sebagai dasar pertimbangan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang lebih baik.
F. Definisi Operasional
1. Model PBL dalam penelitian ini adalah model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan berpikir kritis dengan Langkah-Langkah sebagai
berikut:
(1) orientasi siswa pada masalah;
(2) mengorganisasi siswa untuk belajar;
(3) membimbing pengalaman individual/ kelompok;
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
(5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini kelas 5 yang dimaksud adalah kelas 5 Sekolah Dasar
G. Kajian Teoritis
a. Definisi PBL
2. Berpikir Kritis.
Dalam Taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson &
Krathwohl (2001), tentang dimensi proses berpikir, terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
(applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6). Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua
bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses
pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan
menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis
(analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating), (Kemendikbud
2018: 11).
Berpikir kritis dalam pembelajaran mencakup keterampilan komponen
menganalisis argumen, membuat kesimpulan, menilai atau mengevaluasi, dan
membuat keputusan atau pemecahan masalah (Lai, 2011).
Selain jenis berpikir sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom,
sesungguhnya masih ada beberapa jenis berpikir lainnya, misalnya berpikir
sistem, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Jenis-jenis berpikir ini tidak secara
eksplisit dinyatakan dalam kurikulum, walaupun sesungguhnya juga penting
seperti halnya jenis berpikir dalam Taksonomi Bloom (Widodo, Ari : 2021).
3. Pembelajaran IPA
a. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata natural science, Natural
artinya alamiah, sedangkan science artinya ilmu. Natural science atau sering
disingkat science, diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi sains.
Hakikat IPA terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai :
1. IPA sebagai Produk
IPA mengkaji tentang fenomena-fenomena yang rejadi dialam secara
ilmiah dan sistematis. Dari hasil kajian tersebut, maka akan dihasilkan
suatu produk berupa teori, prinsip, hukum, dan fakta.
2. IPA sebagai Proses
Produk yang dihasilkan IPA adalah keterampilan proses. Melalui
keterampilan proses ini, siswa akan bertindak seperti yang dilakukan para
ahli atau ilmuwan. Adapun keterampilan proses, diantaranya :
Mengamati, merencanakan dan melaksanakan percobaan, menafsirkan,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan.
3. IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah ini berkaitan dengan pembelajaran IPA yang dilakukan di
sekolah. Contoh dari sikap ilmiah, diantaranya : teliti atau ceroboh dalam
melakukan percobaan dan rasa keingintahuan yang tinggi.
Segala sesuatu yang berada disekitar kita disebut materi. Berdasarkan zat
penyusunnya materi dibedakan menjadi 2 yaitu zat tunggal dan zat campuran.
(1) Zat Tunggal
Zat tunggal adalah zat yang terdiri dari sejenis materi. Zat tunggal dapat juga
disebut zat murni. Salah satu contoh zat tunggal adalah air. Zat tunggal dapat
berupa unsur dan senyawa (Subekti, Ari : 2017).
(a)Unsur
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana. Contoh : besi, emas, alumunium, karbon, nitrogen, tembaga,
perak, seng, dan oksigen.
Unsur di kelompokan menjadi tiga (3) bagian, yaitu unsur logam, non logam,
dan metalloid.
1) Unsur logam
Unsur logam memiliki sifat berwarna putih mengkilap, mempunyai titik lebur rendah,
dapat mengantarkan arus listrik, dapat di tempa dan dapat mengantarkan kalor atau
panas. Pada umumnya logam merupakan zat padat, namun terdapat suatu unsur
logam yang berwujud cair yaitu air raksa (Harwanto et al., 2019). Beberapa contoh
unsur logam yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Besi (Fe)
Besi (Fe) digunakan sebagai campuran dengan karbon menghasilkan baja untuk
konstruksi bangunan, mobil, dan rel kereta api.
2) Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) sering digunakan pada kabel listrik, perhiasan, dan uang logam.
3) Seng (Zn)
Seng (Zn) digunakan sebagai bahan pembuatan atap rumah, perkakas rumah
tangga, dan pelapis besi untuk membuat anti karat.
4) Platina (Pt)
Platina (Pt) digunakan pada knalpot mobil, kontak listrik, dan dalam bidang
kedokteran sebagai pengaman tulang yang patah.
5) Emas (Au)
Emas (Au) digunakan sebagai perhiasan dan komponen listrik berkualitas tinggi.
Campuran emas dengan perak banyak digunakan sebagai bahan koin.
2) Unsur non logam
Unsur non logam memiliki sifat tidak mengkilap, pengantar arus listrik yang
buruk, dan tidak dapat di tempa. Pada umumnya, unsur non logam merupakan
pengantar panas yang buruk, namun terdapat suatu unsur non logam yang dapat
mengantarkan panas dengan baik yaitu Grafit. Beberapa unsur non logam yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
a. Fluor (F), Senyawa fluorid yang dicampur dengan bahan pembuatan pasta gigi
berfungsi untuk menguatkan gigi.
b. Yodium (I), Senyawa yodium dapat digunakan sebagai antiseptik luka, tambahan
yodium dalam garam dapur.
3) Unsur semi logam (metalloid)
Unsur semi logam (mettaloid) memiliki sifat antara logam dan non logam.
Beberapa unsur semi logam yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
a. Germanium (Ge)
Germanium merupakan bahan semikonduktor, yaitu pada suhu rendah
berfungsi sebagai isolator sedangkan pada suhu tinggi sebagai konduktor
b. Silikon (Si)
Senyawa silikon banyak digunakan dalam peralatan pemotong dan
pengampelasan, untuk semi konduktor, serta bahan untuk membuat gelas
dan keramik.
(b) Senyawa
Senyawa terbentuk oleh perikatan kimia dari dua atau lebih jenis unsur. Sebagai
contoh adalah air. Air terbentuk dari oksigen dan hidrogen. Contoh senyawa yang
serig kita temui dalam kehidupan sehari-hari misalnya, garam dapur, gula pasir, asam
cuka, soda kue dan vitamin C (Subekti, Ari : 2017).
Model PTK yang dipakai dalam penelitian ini yaitu model spiral dari Kemmis
dan Taggart (1988) yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Untuk setiap akhir pembelajaran, akan mengadakan tes dengan tujuan untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk tahapan-
tahapan tiap siklusnya akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan pemebelajaran di siklus 1 ini peneliti membuat
perencanaan sebagai berikut :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Merancang media pembelajaran
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan apa yang sudah dibuat pada
perencanaan. Pelaksaan ini berlangsung di kelas.
3) Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran, adapun hal yang perlu
dilihat atau diamati pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Penampilan mengajar
Keaktifan siswa
Situasi dan kondisi pada saat pembelajaran daring
Pemanfaatan media yang telah dibuat
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi ini berfungsi untuk mendiskusikan hal-hal apa saja yang
terjadi pada tahap pelaksanaan yang semua telah ditulis pada tahap observasi.
Membahas mengenai penampilan mengajar maupun situasi dan kondisi siswa,
semua hal yang telah ditemukan pada saat pelaksanaan semuanya dibahas pada
tahap refleksi ini agar kekurangan atau kelemahan yang ada pada pelaksanaan
siklus I dapat diperbaiki dan dilaksanakan lagi untuk siklus berikutnya yaitu
siklus II.
Siklus I dianggap berhasil apabila :
Siswa berani mengungkapkan pendapatnya
Siswa bisa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran
Siswa mampu mengerjakan soal evaluasi dari guru
Hasil tes evaluasi siswa minimal sesuai KKM yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah
b. Siklus II
Pada siklus II ini sama dengan siklus I, tahapannya pun sama diawali dengan
penjelasannya sebagai berikut :
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap pembuatan perencanaan siklus II ini berdasarkan dari hasil
refleksi yang telah dilakukan pada siklus I
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada perencanaan siklus II guru melaksanakan perencanaan yang telah
dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru tetap melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan Model PBL.
3) Pengamatan (Observation)
Pada tahap pengamatan observer tetap melihat proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru yang menggunakan Model PBL.
4) Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat sebuah kesimpulan mengenai
pembelajaran selama 2 siklus yang telah dilaksanakan, kesimpulan
mengenai pembelajaran dengan menggunakan Model PBL untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5 dalam materi zat
tunggal dan campuran.
1. Non Tes
Total skor
Penilaian (penskoran) : X 10
Skor maksimal
4+ 4+ 3
Contoh : X 10 = 9,2
12
3. Studi dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231) menyatakan bahwa “Studi dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, dsb”. Dokumen dalam penelitian ini yaitu LKS, daftar nilai
siswa, dan foto. Dokumen foto berfungsi untuk memberikan gambaran secara
lebih nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana
kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.
Minggu ke
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4
Septembe
r √ √ √ √
Oktober √ √ √ √
J.Daftar Pustaka
Amalia, S., Hartinawati, Sulaiman, S., Budiastra, A.A., & Rockiyah, I. 2012.
Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Arends, R. I. (2008). Learning to teach: Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Daraee, M., Salehi, K., & Fakhr, M. (2016). Comparison of social skills between
students in ordinary and talented schools. In Selection & Peer-review under
responsibility of the Conference Organization Committee (hal. 513-521).
European: ICEEPSY (Vol. 2016, p. 7th).
Gijselaers, W. H. (1996). Connecting problem-based practices with educational
theory.
Huda, Miftahul.2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Harwanto, D., Sompie, S. R. U. A., & Tulenan, V. (2019). Aplikasi game edukasi
pengenalan unsur dan senyawa kimia. Jurnal Teknik Informatika, 14(1), 63–70.
Hayati, D., Zahara, R., & Nurhayati, Y. (2019). Peningkatan Kreativitas Peserta Didik
Dengan Menggunakan Model Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Zat
Tunggal Dan Campuran Kelas V SD Ashfiya Bandung. Primaria Educationem
Journal (PEJ), 2(2), 115–126.
Kelana, J , B ., Wardani,D,S.(2021).Model Pembelajaran IPA
SD.Cirebon:Edutrimedia Indonesia
Kemendikbud. (2018). Buku pegangan pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2018). Buku pegangan Penilaian HOTS. Jakarta:
Kemendikbud.
Lai, E. R. (2011). Critical thinking: A literature review. Pearson’s Research Reports,
6(1), 40–41.
Mokambu, F. (2022). Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Ipa Di Kelas V SDN 4 Talaga Jaya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.
Pratiwi, D. A., Djumhana, N., & Hendriani, A. (n.d.). PENERAPAN MODEL PBL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 5(1), 11–18.
Putri, R. A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 005 Gunung Malelo.
Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 1(1), 14–25.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara
Subekti, Ari.(2017).Benda-Benda disekitar kita Buku Siswa SD/MI Kelas
V.Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan,Balitbang,Kemendikbud.
Widodo,Ari.2021.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dasar-Dasar Untuk
Praktik.Bandung : UPI Press.
Zulfah, Z. (2018). Pengaruh lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Problem Based
Learning terhadap kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(3), 1144–1160.