Proposal PTK Okty Fiani 21060027 PGSD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PENGGUNAAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI ZAT TUNGGAL


DAN CAMPURAN SISWA KELAS 5 SD

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Tugas
Akhir
Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

OKTY FIANI
NPM 21060027
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI


CIMAHI
2022
A. Judul :

PENGGUNAAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS PADA MATERI ZAT TUNGGAL DAN CAMPURAN SISWA KELAS 5 SD

B. Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini yang merupakan abad kompetitif di berbagai bidang menuntut
kemampuan dan keterampilan baru yang sesuai (Hayati et al., 2019). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi HOTS adalah salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki
siswa sejak dini untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan di abad 21 ini.
Generasi emas adalah generasi yang mempunyai keterampilan abad 21 yaitu insan yang
berkarakter, berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, kolaboratif dan mampu
berkompetitif (Mokambu, 2022).

Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa adalah IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh
siswa pada setiap jenjang pendidikan.. Pengalaman belajar dalam pembelajaran IPA
berkontribusi besar untuk memenuhi kebutuhan keterampilan pada abad 21 di semua
bidang disiplin dengan karakteristiknya yang kaya akan pemikiran kritis dan kreatif,
teknologi terapan dan adanya kerjasama. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di
sekolah dasar seharusnya mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi berkesan dan bermakna bagi siswa (Putri,
2018).

Salah satu konsep yang dipelajari dalam mata pelajaran IPA adalah konsep zat
tunggal dan campuran, konsep ini dipelajari oleh siswa pada kelas V semester 2 tema 9,
dimana peserta didik akan mempelajari hal meliputi pengertian materi, unsur, senyawa
dan larutan, zat tunggal dan campuran, membandingkan zat tunggal dan campuran,
membedakan campuran homogen dan heterogen, mengelompokkan penggolongan
materi benda-benda di lingkungan sekitar, mengelompokkan campuran homogen dan
heterogen di lingkungan sekitar serta melakukan percobaan membuat larutan.

Dalam pembelajaran IPA, siswa cenderung belum terlalu berpikir kritis ketika
mempelajari konsep IPA yang baru. Siswa kurang aktif dan kurang merespon dengan
baik saat melakukan kegiatan diskusi secara berkelompok di kelas (Pratiwi et al., n.d.).
Pada materi ini, siswa dituntut untuk berpikir kritis agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dipilih adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menghadirkan masalah sebagai


pembelajaran. Masalah tersebut merupakan masalah nyata yang menyangkut peristiwa
kehidupan sehari-hari dalam upaya melatih siswa dapat aktif, mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, memecahkan masalah dan menemukan solusi (Kelana : 2021).
Hal tersebut didukung oleh pendapat (Sani : 2014) Problem Based Learning ialah
pembelajaran dimana siswa belajar dengan usaha menyelesaikan masalah yang diambil
pada kehidupan dengan terarah untuk membangun wawasan siswa. Pembelajaran ini
mendorong terbentuknya kompetensi berpikir tingkat tinggi siswa dan
mengembangkan kompetensi berpikir siswa.

Model Problem Based Learning dapat lebih memudahkan siswa untuk memahami
konsep pembelajaran IPA karena pada praktiknya siswa terlibat secara penuh dalam
kegiatan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan dengan pengetahuan dan
langkah yang sesuai (Pratiwi et al., n.d.). Dengan latar belakang masalah diatas, maka
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penggunaan Model PBL
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Zat Tunggal dan
Campuran Siswa Kelas 5 SD”.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir setelah menggunakan model


Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas 5 SD?
2. Bagaimana proses model Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan di kelas 5
SD ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan model Problem Based Learning (PBL)
untuk meningkatkan berpikir kritis pada materi Zat Tunggal dan Campuran
Siswa Kelas 5 SD dilihat dari peningkatan berpikir kritis pada materi Zat
Tunggal dan Campuran.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran Model Problem Based
Learning (PBL) diterapkan di kelas 5 SD.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

bagi:

1. Guru
 Meningkatkan kompetensinya dalam mengatasi masalah pembelajaran yang
berkaitan dengan materi zat tunggal dan campuran.
 Sebagai bahan informasi tentang pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning.
2. Siswa
 Dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
 Mampu memahami materi dengan baik dengan cara berdiskusi
3. Sekolah
 Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah
 Sebagai dasar pertimbangan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang lebih baik.

F. Definisi Operasional

1. Model PBL dalam penelitian ini adalah model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan berpikir kritis dengan Langkah-Langkah sebagai
berikut:
(1) orientasi siswa pada masalah;
(2) mengorganisasi siswa untuk belajar;
(3) membimbing pengalaman individual/ kelompok;
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
(5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis dalam pembelajaran mencakup komponen menganalisis argumen,


membuat kesimpulan, menilai atau mengevaluasi, dan membuat keputusan atau
pemecahan masalah.
3. Kelas 5

Dalam penelitian ini kelas 5 yang dimaksud adalah kelas 5 Sekolah Dasar

G. Kajian Teoritis

1. Konsep Model Pembelajaran PBL di sekolah dasar

a. Definisi PBL

Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi


individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar
bersifat continiu, fungsional, positif, aktif, dan terarah, sedangkan Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran,
metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar (Pane & Dasopang, 2017)

Wood (2003) menjelaskan bahwa Problem Based Learning (PBL)


merupakan penggunaan sebuah kasus atau skenario masalah untuk menentukan
tujuan pembelajaran pada siswa. Siswa melakukan studi mandiri sebelum
kembali ke kelompok untuk berdiskusi dan menyempurnakan pengetahuan yang
mereka peroleh. PBL tidak hanya terfokus pada pemecahan masalah saja,
melainkan menggunakan masalah yang sesuai untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman siswa.

Gijselaers (1996) menyatakan bahwa PBL melibatkan siswa dalam


mengerjakan masalah dalam kelompok dengan bimbingan dari guru. Masalah
yang diberikan dianalisis dan penyelesaiannya menghasilkan pengetahuan serta
keterampilan pemecahan masalah.

Sedangkan Arends (2008) memaparkan bahwa PBL merupakan model


pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan
bermakna kepada siswa serta berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi
dan penyelidikan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu


model pembelajaran yang menghadirkan masalah sebagai pembelajaran. Masalah
tersebut merupakan masalah nyata yang menyangkut peristiwa kehidupan
sehari-hari dalam upaya melatih siswa dapat aktif, mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, memecahkan masalah dan menemukan solusi.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam PBL juga dapat mencapai


indikator-indikator dari kemampuan pemecahan masalah yang telah
ditetapkan dalam tujuan pembelajaran, misalnya menemukan/
mengidentifikasi masalah dan mengumpulkan data/fakta termasuk ke dalam
indikator memahami masalah serta menginterpretasikan apa yang ditanya dan
diketahui, tahapan menyusun hipotesis dan melakukan penyelidikan
termasuk ke dalam indikator merencanakan serta melaksanakan
penyelesaian, dan yang terakhir tahapan menyimpulkan pemecahan masalah
secara kolaboratif dan melakukan pengujian hasil (solusi pemecahan
masalah) termasuk ke dalam indikator mengambil kesimpulan dan
mengevaluasi kembali (Zulfah, 2018).

b. Komponen Model PBL (Problem Based Learning)


Adapun komponen-komponen yang ada dalam model pembelajaran Problem
Based Learning yang dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah:
1. Permasalahan autentik. Model pembelajaran Problem Based Learning
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat
bagi siswa.
2. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar siswa belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan bagian perspektif keilmuan.
3. Pengamatan autentik. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Siswa diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan
menarik kesimpulan.
4. Produk. Siswa dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan. Produk bisa
berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
c. Karakteristik Model PBL (Problem Based Learning)
Ciri utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu
dimunculkannya masalah pada awal pembelajaran. Menurut Arends,
berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan
model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan nyata siswa
daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya
menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah
dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut
mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan
waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.
5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai
pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik (nyata)
Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah,
mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,
dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan
memamerkan hasil karyanya.
e. Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah
diselesaikan bersama-sama antar siswa.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem
Based Learning dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam
proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Adapun langkah-langkah PBL menurut Arends, (2008) adalah sebagai
berikut:
1.Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa Guru
menyampaikan maksud pembelajaran kepada siswa. Selain itu, guru
menyajikan suatu permasalahan dengan prosedur yang jelas untuk
melibatkan siswa dalam mengidentifikasi permasalahan tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa meneliti Guru mengembangkan keterampilan
kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi
masalah secara bersama-sama. Siswa mengidentifikasikan hal-hal yang
belum mereka pahami dan perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok Siswa atau kelompok
membuat perencanaan untuk investigasi permasalahan yang ada. Anggota
kelompok berbagi peran untuk pengumpulan data dan eksperimen,
pembuatan hipotesis dan penejalasan dan memberikan solusi.
4. Observasi Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau
observasi berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi
kelompok. Data atau informasi dapat diperoleh melalui perpustakaan,
internet, pengamatan, wawancara, dan sumber lainnya.
5. Mengembangkan dan mempersentasikan produk dari hasil pembelajaran
Siswa atau kelompok mengembangkan dan mempersentasikan produk dari
hasil pembelajaran. Persentasian produk harus dipersiapkan terlebih
dahulu dan sebaiknya menggunakan bantuan media IT.
6. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Guru melakukan
refleksi terhadap proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini
untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya
sendiri maupun keterapilan investigatif dan keterampilan intelektual yang
mereka gunakan.

2. Berpikir Kritis.
Dalam Taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson &
Krathwohl (2001), tentang dimensi proses berpikir, terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
(applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6). Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua
bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses
pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan
menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis
(analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating), (Kemendikbud
2018: 11).
Berpikir kritis dalam pembelajaran mencakup keterampilan komponen
menganalisis argumen, membuat kesimpulan, menilai atau mengevaluasi, dan
membuat keputusan atau pemecahan masalah (Lai, 2011).
Selain jenis berpikir sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom,
sesungguhnya masih ada beberapa jenis berpikir lainnya, misalnya berpikir
sistem, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Jenis-jenis berpikir ini tidak secara
eksplisit dinyatakan dalam kurikulum, walaupun sesungguhnya juga penting
seperti halnya jenis berpikir dalam Taksonomi Bloom (Widodo, Ari : 2021).

3. Pembelajaran IPA

a. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata natural science, Natural
artinya alamiah, sedangkan science artinya ilmu. Natural science atau sering
disingkat science, diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi sains.
Hakikat IPA terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai :
1. IPA sebagai Produk
IPA mengkaji tentang fenomena-fenomena yang rejadi dialam secara
ilmiah dan sistematis. Dari hasil kajian tersebut, maka akan dihasilkan
suatu produk berupa teori, prinsip, hukum, dan fakta.
2. IPA sebagai Proses
Produk yang dihasilkan IPA adalah keterampilan proses. Melalui
keterampilan proses ini, siswa akan bertindak seperti yang dilakukan para
ahli atau ilmuwan. Adapun keterampilan proses, diantaranya :
Mengamati, merencanakan dan melaksanakan percobaan, menafsirkan,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan.
3. IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah ini berkaitan dengan pembelajaran IPA yang dilakukan di
sekolah. Contoh dari sikap ilmiah, diantaranya : teliti atau ceroboh dalam
melakukan percobaan dan rasa keingintahuan yang tinggi.

b. Zat Tunggal dan Zat Campuran

Segala sesuatu yang berada disekitar kita disebut materi. Berdasarkan zat
penyusunnya materi dibedakan menjadi 2 yaitu zat tunggal dan zat campuran.
(1) Zat Tunggal
Zat tunggal adalah zat yang terdiri dari sejenis materi. Zat tunggal dapat juga
disebut zat murni. Salah satu contoh zat tunggal adalah air. Zat tunggal dapat
berupa unsur dan senyawa (Subekti, Ari : 2017).
(a)Unsur
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana. Contoh : besi, emas, alumunium, karbon, nitrogen, tembaga,
perak, seng, dan oksigen.
Unsur di kelompokan menjadi tiga (3) bagian, yaitu unsur logam, non logam,
dan metalloid.
1) Unsur logam
Unsur logam memiliki sifat berwarna putih mengkilap, mempunyai titik lebur rendah,
dapat mengantarkan arus listrik, dapat di tempa dan dapat mengantarkan kalor atau
panas. Pada umumnya logam merupakan zat padat, namun terdapat suatu unsur
logam yang berwujud cair yaitu air raksa (Harwanto et al., 2019). Beberapa contoh
unsur logam yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Besi (Fe)
Besi (Fe) digunakan sebagai campuran dengan karbon menghasilkan baja untuk
konstruksi bangunan, mobil, dan rel kereta api.
2) Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) sering digunakan pada kabel listrik, perhiasan, dan uang logam.
3) Seng (Zn)
Seng (Zn) digunakan sebagai bahan pembuatan atap rumah, perkakas rumah
tangga, dan pelapis besi untuk membuat anti karat.
4) Platina (Pt)
Platina (Pt) digunakan pada knalpot mobil, kontak listrik, dan dalam bidang
kedokteran sebagai pengaman tulang yang patah.
5) Emas (Au)
Emas (Au) digunakan sebagai perhiasan dan komponen listrik berkualitas tinggi.
Campuran emas dengan perak banyak digunakan sebagai bahan koin.
2) Unsur non logam
Unsur non logam memiliki sifat tidak mengkilap, pengantar arus listrik yang
buruk, dan tidak dapat di tempa. Pada umumnya, unsur non logam merupakan
pengantar panas yang buruk, namun terdapat suatu unsur non logam yang dapat
mengantarkan panas dengan baik yaitu Grafit. Beberapa unsur non logam yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
a. Fluor (F), Senyawa fluorid yang dicampur dengan bahan pembuatan pasta gigi
berfungsi untuk menguatkan gigi.
b. Yodium (I), Senyawa yodium dapat digunakan sebagai antiseptik luka, tambahan
yodium dalam garam dapur.
3) Unsur semi logam (metalloid)
Unsur semi logam (mettaloid) memiliki sifat antara logam dan non logam.
Beberapa unsur semi logam yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
a. Germanium (Ge)
Germanium merupakan bahan semikonduktor, yaitu pada suhu rendah
berfungsi sebagai isolator sedangkan pada suhu tinggi sebagai konduktor
b. Silikon (Si)
Senyawa silikon banyak digunakan dalam peralatan pemotong dan
pengampelasan, untuk semi konduktor, serta bahan untuk membuat gelas
dan keramik.
(b) Senyawa
Senyawa terbentuk oleh perikatan kimia dari dua atau lebih jenis unsur. Sebagai
contoh adalah air. Air terbentuk dari oksigen dan hidrogen. Contoh senyawa yang
serig kita temui dalam kehidupan sehari-hari misalnya, garam dapur, gula pasir, asam
cuka, soda kue dan vitamin C (Subekti, Ari : 2017).

(2) Zat Campuran


Campuran merupakan materi yang tersusun oleh dua macam zat atau lebih yang
tidak terikat secara kimia dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika.
Campuran terdiri dari dua macam yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang setiap bagiannya serba sama,
baik warna, rasa serta perbandingan zat-zat tercampur juga sama, serta tidak
memiliki bidang batas antara komponen-komponennya. Contohnya larutan garam
dalam air dan larutan gula dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang
setiap bagian-bagiannya tidak sama, baik warna, rasa serta perbandingan zat-zat
tercampurnya tidak sama dan satu komponen dengan komponen lainnya terdapat
bidang batas, sehingga kita dapat membedakan satu yang lainnya. Misalnya,
campuran minyak dengan air dan campuran kopi dengan air.
Agar lebih memudahkan, dapat dilihat pada peta konsep berikut ini :
H. Langkah-Langkah Penelitian
a. Menentukan Lokasi Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di SDT Niagara Kecamatan Ngamparah
Kabupaten Bandung Barat.
Penelitian ini akan dilakukan kepada siswa kelas 5 SDT Niagara yang berjumlah 23
orang dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 orang dan siswa perempuan
sebanyak 11 orang
b. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan dari penelitian ini meliputi:
a) Hasil belajar siswa berdasarkan nilai latihan soal harian yang hasilnya 61 %
masih dibawah KKM
b) Informan atau nara sumber yaitu guru kelas 5 SDT Niagara
c. Menentukan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif.
d. Menentukan Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Mix Method . Metode ini dipilih sesuai dengan
karakteristik pertanyaan penelitian yang hendak dijawab meliputi outcomes dan
proses yang menggabungkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui penggunaan Model PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis pada Materi Zat Tunggal dan Campuran Siswa kelas 5 SD.

Adapun desain yang digunakan adalah sequential explanatory. Desain ini


digunakan karena penelitian ingin mendapatkan data secara kuantitatif terlebih
dahulu dan diikuti penjelasan data kualitatif.

Model PTK yang dipakai dalam penelitian ini yaitu model spiral dari Kemmis
dan Taggart (1988) yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Untuk setiap akhir pembelajaran, akan mengadakan tes dengan tujuan untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk tahapan-
tahapan tiap siklusnya akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan pemebelajaran di siklus 1 ini peneliti membuat
perencanaan sebagai berikut :
 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
 Merancang media pembelajaran
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan apa yang sudah dibuat pada
perencanaan. Pelaksaan ini berlangsung di kelas.
3) Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran, adapun hal yang perlu
dilihat atau diamati pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
 Penampilan mengajar
 Keaktifan siswa
 Situasi dan kondisi pada saat pembelajaran daring
 Pemanfaatan media yang telah dibuat
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi ini berfungsi untuk mendiskusikan hal-hal apa saja yang
terjadi pada tahap pelaksanaan yang semua telah ditulis pada tahap observasi.
Membahas mengenai penampilan mengajar maupun situasi dan kondisi siswa,
semua hal yang telah ditemukan pada saat pelaksanaan semuanya dibahas pada
tahap refleksi ini agar kekurangan atau kelemahan yang ada pada pelaksanaan
siklus I dapat diperbaiki dan dilaksanakan lagi untuk siklus berikutnya yaitu
siklus II.
Siklus I dianggap berhasil apabila :
 Siswa berani mengungkapkan pendapatnya
 Siswa bisa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran
 Siswa mampu mengerjakan soal evaluasi dari guru
 Hasil tes evaluasi siswa minimal sesuai KKM yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah
b. Siklus II
Pada siklus II ini sama dengan siklus I, tahapannya pun sama diawali dengan
penjelasannya sebagai berikut :
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap pembuatan perencanaan siklus II ini berdasarkan dari hasil
refleksi yang telah dilakukan pada siklus I
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada perencanaan siklus II guru melaksanakan perencanaan yang telah
dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru tetap melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan Model PBL.
3) Pengamatan (Observation)
Pada tahap pengamatan observer tetap melihat proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru yang menggunakan Model PBL.
4) Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat sebuah kesimpulan mengenai
pembelajaran selama 2 siklus yang telah dilaksanakan, kesimpulan
mengenai pembelajaran dengan menggunakan Model PBL untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5 dalam materi zat
tunggal dan campuran.

e. Menentukan Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Non Tes

a. Wawancara dilakukan kepada guru kelas 5 Untuk memperoleh data profil


pembelajaran materi zat tunggal dan campuran di SDT Niagara.
b. Observasi terhadap pembelajaran materi zat tunggal dan campuran untuk
memperoleh data hasil belajar materi zat tunggal dan campuran pada siswa
kelas 5 SD
2. Tes
a. Soal tes untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
1. Materi adalah . . .
Jawab : Materi adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, yang
menempati ruang dan mempunyai massa.
2. Zat tunggal adalah . . .
Jawab : zat yang terdiri atas materi sejenis
3. Zat campuran adalah . . .
Jawab : zat yang terdiri atas beberapa jenis materi atau zat tunggal
4. Berdasarkan zat penyusunnya, zat tunggal dapat di bedakan menjadi . . . .
dan . . . .
Jawab : Unsur dan Senyawa
5. Zat campuran terdiri dari 2 yaitu . . . dan . . . .
Jawab : campuran homogen dan campuran heterogen
6. Sebutkan masing-masing 2 contoh zat tunggal dan zat campuran!
Jawab : Zat tunggal : Air, emas
Zat campuran : Air sirup, air kopi
7. Sebutkan 2 contoh unsur !
Jawab : Oksigen, Hidrogen
8. Apa perbedaan unsur dan senyawa!
Jawab :
Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi karena sudah
sederhana
Senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi dua zat atau
lebih yang sederhana
9. Perbedaan nyata campuran homogen dan campuran heterogen adalah . .
Jawab : adanya endapan pada campuran heterogen
10. Komposisi udara yang kalian hirup, termasuk kedalam zat tunggal atau
zat campuran?
jawab : kita menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
dimana kedua-duanya termasuk kedalam golongan zat tunggal.

b. Rubrik/parameter penilaian untuk kemampuan berpikir kritis disajikan

pada tabel berikut:


KE-
ASPEK YANG SKOR
NO TERAN
DIOBSERVASI
GAN
1 2 3 4 5
1. Menganalisa Hanya Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
memenuhi 1 2-3 dari 6 3-4 dari 6 4-5 dari 6 keenam
dari 5 kriteria kriteria kriteria kriteria
kriteria yang yang yang yang yang
ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan
Membuat
2.
kesimpulan
Menilai atau
3.
mengevaluasi
Membuat
4.
keputusan
Menyajikan
5.
hasil diskusi
6. Bekerjasama

Total skor
Penilaian (penskoran) : X 10
Skor maksimal

4+ 4+ 3
Contoh : X 10 = 9,2
12

3. Studi dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231) menyatakan bahwa “Studi dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, dsb”. Dokumen dalam penelitian ini yaitu LKS, daftar nilai
siswa, dan foto. Dokumen foto berfungsi untuk memberikan gambaran secara
lebih nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana
kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

f. Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang telah diperoleh melalui instrumen-instrumen
dikelompokkan menjadi data pelaksanaan pembelajaran dan data hasil belajar.
Data pelaksanaan  pembelajaran diolah melalui tahap sebagai berikut :

a. Seleksi data, menyeleksi data yang penting sesuai dengan kebutuhan


penelitian.
b. Klasifikasi data, mengklasifikasikan data pelaksanaan pembelajaran menjadi
dua yaitu data aktifitas guru dan aktifitas siswa.
c. Display data, menampilkan data yang telah diseleksi dan diklasifikasi
d. Interpretasi data, mengiterpretasi data yang telah ada. Data terbagi ke dalam
dua yaitu data pelaksanaan pembelajaran dan data hasil tes. 
e. Refleksi, meninjau kembali data yang telah diinterpretasi.

Data hasil belajar diolah melalui langkah :


a. Skoring
Menurut Arikunto (2008:235) menyatakan bahwa “Skor adalah hasil
pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa”. Skor tiap tes yang diberikan
berbeda-beda disesuaikan dengan banyaknya soal tes dan bobot soal.
b. Menghitung nilai rata-rata
Untuk menghitung rata-rata nilai siswa kelas 5 diperlukan rumus sebagai
berikut :
x = Ʃ X/N
x = rata-rata nilai
ƩX = jumlah nilai siswa
N = jumlah siswa (Arikunto, 2008:264)
c. Membandingkan dengan KKM
Nilai setiap siswa dibandingkan dengan nilai KKM mata pelajaran
matematika yaitu sebesar 70. Apabila nilai siswa ≥ 70 maka siswa
dinyatakan lulus. Apabila nilai siswa ≤ 70 maka siswa dinyatakan tidak lulus.
Data dalam penelitian ini diolah berdasarkan jenis data yang terkumpul.
Data kuantitatif berupa hasil tes untuk mengukur efektivitas penggunaan Model
PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Zat Tunggal
dan Campuran Siswa kelas 5 SD. Data kuantitatif diolah dengan statistika
inferensial menggunakan SPSS.
Sementara itu, data kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara
untuk menjawab proses penerapan yang dihadapi guru dilakukan secara
sistematis melalui penjabaran kategori dan sintesis data.
I. Jadwal Penelitian

Minggu ke
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4
Septembe
r √ √ √ √
Oktober √ √ √ √

J.Daftar Pustaka

Amalia, S., Hartinawati, Sulaiman, S., Budiastra, A.A., & Rockiyah, I. 2012.
Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Arends, R. I. (2008). Learning to teach: Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Daraee, M., Salehi, K., & Fakhr, M. (2016). Comparison of social skills between
students in ordinary and talented schools. In Selection & Peer-review under
responsibility of the Conference Organization Committee (hal. 513-521).
European: ICEEPSY (Vol. 2016, p. 7th).
Gijselaers, W. H. (1996). Connecting problem-based practices with educational
theory.
Huda, Miftahul.2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Harwanto, D., Sompie, S. R. U. A., & Tulenan, V. (2019). Aplikasi game edukasi
pengenalan unsur dan senyawa kimia. Jurnal Teknik Informatika, 14(1), 63–70.
Hayati, D., Zahara, R., & Nurhayati, Y. (2019). Peningkatan Kreativitas Peserta Didik
Dengan Menggunakan Model Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Zat
Tunggal Dan Campuran Kelas V SD Ashfiya Bandung. Primaria Educationem
Journal (PEJ), 2(2), 115–126.
Kelana, J , B ., Wardani,D,S.(2021).Model Pembelajaran IPA
SD.Cirebon:Edutrimedia Indonesia
Kemendikbud. (2018). Buku pegangan pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2018). Buku pegangan Penilaian HOTS. Jakarta:
Kemendikbud.
Lai, E. R. (2011). Critical thinking: A literature review. Pearson’s Research Reports,
6(1), 40–41.
Mokambu, F. (2022). Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Ipa Di Kelas V SDN 4 Talaga Jaya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.
Pratiwi, D. A., Djumhana, N., & Hendriani, A. (n.d.). PENERAPAN MODEL PBL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 5(1), 11–18.
Putri, R. A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 005 Gunung Malelo.
Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 1(1), 14–25.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara
Subekti, Ari.(2017).Benda-Benda disekitar kita Buku Siswa SD/MI Kelas
V.Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan,Balitbang,Kemendikbud.
Widodo,Ari.2021.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dasar-Dasar Untuk
Praktik.Bandung : UPI Press.
Zulfah, Z. (2018). Pengaruh lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Problem Based
Learning terhadap kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(3), 1144–1160.

Anda mungkin juga menyukai