Askep Gadar Ami Kelompok 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 45

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARDIUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Ns. Anto Indriyadi, MKM

DISUSUN OLEH :

AFIFAH MUSLIM 2107024

AGUS LESTARIONO 2107027

IDA KURNIAWATI 2107043

LIAMAWATI SRI ASTUTI 2107048

MUHAMMAD RIFQY AZIZ 2107053

NUR WAHYU RETNONINGSIH 2107057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat dan karuniaNya,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah infark miokard akut sebagai salah satu
tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Program Sarjana Keperawatan Universitas
Karya Husada Semarang“Laporan Pendahuluan Infark Miokard Akut (Ami)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna
dan masih banyak kekurangan nya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khusus nya bagi penulis dan pembaca.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Semarang, 14 September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ............................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................... 3
A. Definisi ............................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ....................................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................ 5
E. Klasifikasi .......................................................................................................... 6
F. Pathway .............................................................................................................. 8
G. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 9
H. Penatalaksaan Medik .......................................................................................... 10
I. Terapi Diet ......................................................................................................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 13
A. Pengkajian .......................................................................................................... 13
B. Analisa Data ....................................................................................................... 20
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 21
D. Intervensi Keperawatan ...................................................................................... 22
E. Implementasi Keperawatan ................................................................................. 38
F. Evaluasi .............................................................................................................. 38

iii
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 39
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 39
B. Saran .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40

iv
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 1. Infark Miokardiuim
B. Gambar 2. Skala Nyeri
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1. Nilai Enzim Jantung
B. Tabel 2. Penentuan Kelas Angina
C. Tabel 3. Aktivitas Dasar

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia.
Data The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan kematian
di dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan jantung dan pembuluh darah
pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26% total kematian di dunia.
Sebagian besar atau 63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan
penderita dengan usia di atas 70 tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61%
berusia 15-49 tahun. Penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi meliputi
jantung koroner, tekanan darah tinggi, kelainan jantung bawaan, hingga gagal jantung
kongestif. Bersumber dari penyakit-penyakit jantung tersebut penyakit jantung
kongestif terlebih miocard infark memiliki presentasi mengancam kehidupan tertinggi
karena serangan miocard infark terjadi secara tiba-tiba dengan presentasi mencapai
72% dari penyebab kematian penyakit jantung (Data The Institute for Health Metrics
and Evaluation, 2016).
Salah satu masalah keperawatan yang selalu sering muncul pada penderita IMA
adalah rasa nyeri yang sangat. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh
(Smeltzer & Bare, 2002). Mekanisme terjadinya nyeri pada penderita miokard infark
disebabkan adanya ateroklerosis diarteri koroner sehingga menyebabkan suplai darah
ke miokard menurun (kondisi iskemik). Akibat dari iskemik adalah meningkatnya
metabolisme anaerob yang di sertai dengan peningkatan asam laktat yang
menimbulkan rasa nyeri dada yang hebat (Nurarif & Kusuma, 2015). Nyeri pada
miokard biasanya menjalar ketangan kiri, ke epigastrik. Serangan nyeri pada infark
miokard terjadi waktu istirahat atau tidur yang terjadi 20- 40 % pasien. Nyeri infark
miokard bisa menyebabkab nyeri alih ke rahang , lengan kiri, dan bahu kiri nyeri
terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri (Hariyanto & Sulistyowati,
2015).
Dalam penanganan nyeri di perlukan intervensi keperawatan yaitu: pantau/catat
karakteristik nyeri, catat laporan verbal petunjuk non verbal, memberikan oksigen
sesuai yang diresepkan, berkolaborasi untuk memberikan terapi obat sesuai resep dan

1
mengevaluasi respons pasien secara terus menerus, bantu melakukan teknik relaksasi
benson, periksa tanda-tanda vital (Aspiani, 2015., Smeltzher,2002).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan infark
miokardium?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien infark
miokardium.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien gawat darurat dengan infark
miokardium
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium
d. Mampu melakukan implementetasi keperawatan pada pasien gawat darurat
dengan infark miokardium
e. Mempu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami kerusakan
(nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan suplai darah adekuat karena
terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga aliran darah keotot jantung tidak cukup
akan menyebabkan otot jantung mengalami kematian (Margareth, 2012). Infark miokard
akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau hanya “koroner”, yang
merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan area nekrotik
lokal didalam miokardium. Infark miokard akut biasanya mengikuti oklusi mendadak
dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Jadi
otot jantung harus berfungsi terus menerus, penyumbatan darah ke otot serta munculnya
area nekrotik merupakan suata yang patal. Berdasarkan data penelitian Framingham,
sekitar 45% dari semua kasus infark miokard akut terjadi pada orang yang lebih muda
dari 65 tahun dan 5% terjadi pada orang yang lebih muda dari 40 tahun. 85% orang
meninggal karena infark miokard berusia 65 tahun atau lebih (Black & Hawks, 2014).

Gambar 1. Infark miokar akut

B. Etiologi

Faktor penyebab infark miokard menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) :

1. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor yaitu:

a. Faktor pembuluh darah : atorosklerosis, spasme, arteritis

3
b. Factor sirkulasi : hipotensi, stenosis aurta, insufisiensi

c. Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitemia

2. Curah jantung yang meningkat:


a. Aktifitas berlebih
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertyroidisme
e. Kenutuhan oksigen miokard meningkat pada:
f. Kerusakan miokard
g. Hypertropimiokard
h. Hipertensi diastolic

Faktor predisposisi infark miokard menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) :

1. Faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah:


a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkatsetelah
menopous
c. Hereditass
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2. Faktor risiko yang dapat diubah:
a. Mayor : hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitias, diet tinggi
lemak jenuh, kalori
b. Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitip), stress fsikologis berlebihan

C. Patofisiologi

Patifisiologi Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung


akibat suplai darang yangtidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena
arterosklerosis atau penyumbatantotal arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran
darah koroner juga bisa diakibatkanoleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu
terjadi ketidak seimbangan antarasuplai dan kebutuhan oksigen jantung. Penyumbatan
koroner , serangan jantung dan infark miokardium mempunyai artiyang sama namun istilah
yang paling disukai adalah infark miocardium (MI). Di AmerikaSerikat, terjadi jutaan

4
serangan penyakit ini pertahun.MI dijelaskan lebih lanjut berdasar lokasi terjadinya di
dinding miocard : inferior (posterior)atau lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat
cedera yang paling sering ditemukannamun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark.
Diagnosis dibuat berdasarkan hasilpemeriksaan EKG. Tanpa memperhatikan lokasinya,
tujuan terapi medis adalah mencegah atamemperkecil nekrosis jaringan jantung.

D. Tanda dan Gejala

1. Lokasi substernal, retro sternal, dan precordial


2. Sifat nyeri : rassa sakit seperti di tekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat,
seperti di tusuk, rasa diperas, dan di pelintir
3. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
4. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat
5. Factor pencetus : latihan fisik, stress, emosi, udara dingin dan sesudah makan
6. Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan
lemas
7. Dispneu
8. Pada pemeriksaan EKG:
a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
1) Elevasi yang curam dari segmen ST
2) Gelombat T yang tinggi dan lebar
3) VAT memanjang
4) Gelombang Q tampak
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1) Gelombang Q patologis
2) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
3) Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa minggu atau bulan kemudian)
1) Gelombang Q patologis tetap ada
2) Segmen ST mungkin sudah kembali isoelektris 3) Gelombang T mungkin
sudah menjadi normal
9. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)

5
a. CKMB berupa serum creatinin kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator
penting dari nekrosis miokard kreatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam
setelah awitan infark dan memuncak antara 24 dan 28 jam pertama. Pada 2-4
hari setelah awitan AMI normal
b. Dehydrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam
pertama setelah awitan dan akan tinggi setelah 7-10 hari
c. Petanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT) mempunyai
nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, TnI dan TnT
berkaitan dengan kontraksi dari sel miokard.
Tabel 1. Nilai enzim jantung
Enzim Meningkat Puncak Kembali normal
CK 3-8 jam 10-30 jam 2-3 hari
CK-MB 3-6 jam 10-24 jam 2-3 hari
CK-MB 2 1-6 jam 4-8 jam 12-48 jam
LDH 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
LDH 1 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015

E. Klasifikasi

Tabel 2. Penentuan kelas angina


Kelas 1 Aktifitas fisik biasa, tidak menyebabkan angina. Angina terjaadi
dengan aktivitas fisik yang berat, cepat atau lama pada saat kerja atau
rekreasi.
Kelas 2 Terjadi sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas biasa. Angina
terjadi pada saat berjalan, menaiki tangga dengan cepat dan mendaki
setelah makan, pada saat dingin atau ada angin, dalam keadaan stress
emosional atau selama beberapa jam setelah bangun. Angina terjadi
ketika berjalan lebih dari 2 blok dan menaiki lebih dari 1 anak tangga
biasa dengan kecepatan normal dan dalam kondisi normal.

Kelas 3 Aktifitas fisik biasa terbatas secara nyata. Angina terjadi ketika
berjalan satu sampai dua blok dan menaiki 1 anak tangga dalam
kondisi normal dengan kecepatan normal.

6
Kelas 4 Aktivitas fisik tanpa ketidak nyamanan tidak mungkin dilakukan,
gejala angina dapat timbul saat istirahat

7
F. Pathway

Faktor risiko Endapan lipoprotein Cedera endotel


ditunika intima

Lesi komplikata Flaque fibrosa Invasi dan akumulasi dari lipit

Aterosklerosis Obstruksi arteri koroner Penurunan suplai darah


ke miokard

Ketidakefektifan perfusi Tidak seimbang kebutuhan


Iskemia
jaringan perifer suplai oksigen

Penurunan kontraktilitas Infark miokardium Metabolism anaerob meningkat


miokard

Kelemahan miokard Komplikasi Asam laktat meningkat

Vol. akhir diastolik Nyeri dada


ventrikel kiri meningkat

Tekanan atrium kiri dan Nyeri akut Kurang informasi


vena pulmonalis meningkat

Defisit pengetahuan
Hipertensi kapiler paru Oedem paru Ansietas

Penurunan curah jantung Gangguan pertukaran gas

Suplai darah ke jaringan


Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
tidak adekuat
Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015

8
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiografi

Hasil pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard akut
didapatkan adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang
konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan simetrik, Q menjadi lebar
(lebih dari 0,04 detik) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).

2. Laboratorium

Pemeriksaan enzim jantung, yaitu adanya peningkatan pada enzim CK


(kreatinkinase) utamanya pada CKMB a. CPK (creatinin fosfakinase)
Isoenzim ini meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam,
kembali normal dalam 36-48 jam setelah serangan.Isoenzim ini dikeluarkan
jika terjadi kerusakan otot jantung. Normalnya 0-1 mU/mL.

b. LDH ( dehydrogenase laktat)

LDH kurang normal dari 195 mU/mL.kadar enzim ini baru naik biasanya
sesuadah 48 jam, akan kembali kenilai normal antara hari ke-7 dan 12.

c. SGOT (serum glutamic oxalotransaminase test)

SGOT normal kurang dari 12 mU/mL.kadar enzim ini biasanya kembali


kenilai normal pada hari ke-4 hingga 7

d. Pemeriksaan lainnya, ditemukan peningkatan LED, leukositosis ringan dan


terkadang hiperglikemia ringan.
e. Kateterisasi

Angiografi coroner untuk mengetahui derajat obstruksi.

f. Radiologi

Hasil radiologi tidak menunjukan secara spesifik adanya infark


miokardium, hanya menunjukkan adanya pembesaran dari jantung
(Aspiani, 2015).

9
H. Penatalaksanaan Medik

Prinsip penataksanaan nya adalah mengembalikan aliran darah koroner untuk


menyelamatkan jantung dari infark miokard,membatasi luasnya infark miokard dan
mempertahankan fungsi jantung.

Pada prinsipnya, terapi pada kasus ini ditujukan untuk mengatasi nyeri angina
dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta terjadinya infark
miokard akut atau kematian mendadak. Setiap kasus berbeda derajat keparahan atau
riwayat penyakitnya, maka cara terapi terbaik adalah individualisasi dan bertahap,
dimulai dengan masuk rumah sakit (ICCU) dan istirahat total (bed rest). (Tim
Penyusun. Pharmaceutical Care dalam Nanda Nic-Noc 2015)

1. Terapi trombolitik

Obat intravena trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan


melalui vena perifer. Sehingga terapi ini dapat diberikan seawal mungkin dan
dikerjakan dimanapun. Direkomendasikan penderita infark miokard akut <12 jam
yang mempunyai elevasi segmen ST atau left bundle branch block (LBBB)
diberikan IV fibrinolitik jika tanpa kontra indikasi. Sedangkan penderita yang
mempunyai riwayat perdarahan intra kranial, stroke atau perdarahan aktif tidak
diberikan terapi fibrinolitik. Dosis streptokinase diberikan 1,5 jula IU diberikan
dalam tempo 30-60 menit.

2. Terapi Antiplatelet

a. Aspirin

Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksigenase platelet secara


ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi tomboksan A2. Pemberian
aspirin untuk penghambatan agregasi platelet diberikan dosis awal paling
sedikit 160 mg dan dilanjutkan dosis 80-325 mg perhari.

b. Tiklopidin

Tiklopidin merupakan derivate tienopiridin yang efektif sebagai


pengganti aspirin untuk pengobatan angina tidak stabil. Mekanismenya
berbeda dengan aspirin. Tiklopidin menghambat agregasi platelet yang
dirangsang ADP dan dan menghambat transformasi reseptor fibrinogen
platelet menjadi bentuk afinitas tinggi.

10
c. Clopidogrel

Clopidogrel mempunyai efek menghambat agregasi platelet melalui


hambatan aktivasi ADP dependent pada kompleks glikoprotein IIb/IIIa. Efek
samping clopidogrel lebih sedikit dibanding tiklopidin dan tidak pernah
dilaporkan menyebabkan neutropenia.

3. Antagonis Reseptor Glikoprotein IIb/IIIa

Antagonis reseptor glikoprotein IIb/IIa menghambat reseptor yang


berinteraksi dengan protein-protein seperti fibrinogen dan faktor von
willebrand. Secara maksimal menghambat jalur akhir dari proses adesi,
aktivasi dan agregasi platelet.

4. Terapi antithrombin

a. Unfractioned heparin

b. Low molecular-weight heparins (LMWH)

c. Direct antithrombin

5. Terapi nitrat organik

a. Nitrogliserin

Penggunaan nitrogliserin per oral untuk menanggulangi serangan


angina akut cukup efektif. Begitu pula sebagai profilaksis jangka pendek
misalnya langsung sebelum melakukan aktivitas atau menghadapi situasi lain
yang dapat menginduksi serangan. Secara intravena digunakan pada
dekompensasi tertentu setelah infark jantung, jika digoksin diuretika kurang
memberikan hasil. Pada peggunaan oral, obat ini mengalami metabolisme
lintas pertama yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit obat yang mencapai
sirkulasi. Absorpsi sublingual dan oromukosal cepat sekali karena
menghindari efek lintas pertama. Efeknya sesudah 2 menit dan bertahan
selama 30 menit. Dosis sublingual yaitu 0,15-0,6 mg dan dosis oral 6,5-13 mg

11
b. Isosorbid dinitrat

Kerjanya hampir sama dengan nitrogliserin, tetapi bersifat longacting.


secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan bertahan sampai 2 jam
resorpsinya juga baik, tetapi efek lintas pertamanya cukup besar.

c. Isosorbid mononitrat

Obat ini terutama digunakan oral sebagai profilaksis untuk mengurangi


frekuensi serangan. Kadang-kadang juga digunakan pada dekompensasi yang
tidak berhasil dengan obat-obat yang biasa digunakan. Mulai kerja setelah 15
menit dan bertahan kurang lebih 8 jam, waktu paruhnya 4-5 jam. Dosis yang
dapat digunakan yaitu 20-30 mg.

I. Terapi Diet
Setelah terkena serangan jantung, dianjurkan untuk mengurangi kandungan kalori
makanan (gunakan sedikit lemak, garam, cair). Diet dengan infark miokard sangat
diperlukan untuk mengembalikan kerja otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah
dan metabolisme, menormalkan fungsi pencernaan. Bergantung pada stadium
penyakit ini, dokter menentukan satu dari tiga diet:
 Pada periode akut (minggu pertama) ransum pertama diangkat - makanan
tumbuk, makanan fraksional (sampai 6 kali sehari). Garam benar-benar
dikecualikan pada tahap ini.
 Setelah 1-2 minggu (subakut), makanan fraksional dan makanan digosok
disarankan sampai 6 kali sehari, namun sejumlah kecil garam sudah
diberikan (sampai 3 gram per hari). Dalam sehari Anda bisa minum tidak
lebih dari 1 liter cairan.
 Pada tahap jaringan parut (4 minggu) Anda bisa makan makanan cincang
atau dipotong kecil-kecil, jumlah garam dapat ditingkatkan menjadi 5-6 g,
cairan - sampai 1,1 l, dan juga diperbolehkan meningkatkan jumlah protein
dan lemak.
Jika terjadi serangan jantung, suhu makanan penting - tidak boleh panas
atau dingin, suhu optimum antara 15 dan 500C.
Untuk memakannya diperlukan porsi kecil dalam interval waktu yang kecil
yang memungkinkan pengurangan pemuatan pada sistem kardiovaskular dan

12
organ pencernaan, penerimaan makanan yang terakhir sebaiknya tidak lebih dari
pukul 3 sore. Jika terjadi serangan jantung, Anda harus mengkonsumsi lebih
banyak vitamin A, C, D, yang terdapat dalam beberapa sayuran dan buah-buahan
(wortel, labu, bayam, apel, persik, aprikot).
Setelah penyakit yang ditransfer, jumlah garam yang dikonsumsi harus
dikurangi secara signifikan, karena meningkatkan retensi cairan dalam tubuh,
mengental darah, menyebabkan pembengkakan, dan memperburuk sirkulasi
darah. Juga, semua pasien setelah serangan jantung dilarang keras penggunaan
minuman beralkohol apapun. Alkohol memiliki efek yang menarik pada sistem
saraf dan meningkatkan beban pada sistem kardiovaskular, yang dapat
menyebabkan kemunduran dan memperpanjang proses pemulihan.

Diet setelah infark miokard


Setelah terkena serangan jantung, dilarang makan sosis, daging babi gemuk, angsa,
bebek dan jenis daging berlemak, lemak, produk asap, saus pedas, bumbu, acar,
arak, kuning telur, jeroan. Jika pasien menderita obesitas, maka pasangan dan
permennya benar-benar dikecualikan dari makanan.Setelah mendapat serangan
jantung, diperbolehkan makan berbagai sayuran, buah-buahan (terutama kembang
kol), ikan sampai 150g per hari (hake, pollock, whiting biru dan varietas rendah
lemak lainnya), ayam, susu rendah lemak, susu dan produk laktat.
Juga dalam makanan bisa meliputi:
 Jus dari buah-buahan, sayuran, buah beri
 Pasta
 jeli, mousse, jelly, kompot
 bubur dari sereal (pilihan terbaik diberikan pada bubur soba dan bubur
gandum)
 hijau (peterseli, dill, bayam)
 kacang-kacangan, buah kering (kismis, buah ara, aprikot kering, plum)
 kaldu dari dedak (Anda bisa menambahkan madu atau lemon secukupnya)
Setelah infark miokard, perlu dibuat kondisi yang menguntungkan untuk kerja
jantung dan pembuluh darah. Nutrisi khusus akan membantu memperkuat otot
jantung, memperbaiki pemindahan produk metabolik yang berbahaya.

13
Menu diet
Menu contoh pada periode akut (minggu pertama):
1. Sarapan: keju cottage (parut), sereal gandum oatmeal, teh susu Sebelum
makan siang Anda bisa menggigit saus apel
2. Makan siang: sop manniy (pada kaldu sayuran), souffle dari daging rendah
lemak, fruit jelly, pure wortel.
Sebelum makan malam, Anda bisa menggigit keju, minum dengan kaldu
3. Makan malam: bola ikan, bubur dari soba (rebus), teh dengan lemon.
Sebelum tidur, Anda bisa minum rebusan dengan plum (terutama dengan
konstipasi).
Minggu kedua - ketiga setelah penyakit ini dapat disertakan dalam menu:
1. Sarapan pagi: telur dadar protein, bubur manna, teh dengan susu (sebelum
makan siang, Anda juga bisa mengambil pasta keju cottage, minum dengan
rebusan bohemian).
2. Makan siang: borscht pada kaldu sayuran, daging rebus, pure kentang, fruit
jelly (Anda bisa menggigit apel panggang sebelum makan malam).
3. Makan malam: ikan rebus, pure wortel, teh dengan lemon (sebelum tidur
Anda bisa minum kefir rendah lemak).
Menu contoh 3-4 minggu setelah serangan jantung:

1. Sarapan: keju tawar, soba sereal dengan mentega, susu krim, teh (sebelum
makan siang Anda bisa menggigit keju cottage).
2. Makan siang: sup oatmeal, daging ayam rebus, bit rebus, apel segar.
3. Makan malam: ikan rebus, kentang tumbuk, teh dengan lemon (sebelum tidur
Anda bisa minum yogurt tanpa lemak).
Jika terjadi serangan jantung, Anda harus makan lima kali sehari (sarapan pagi,
makan siang, makan siang, kudapan sore dan makan malam), porsi kecil, suhu
piring tidak boleh terlalu panas atau dingin.Diet dengan infark miokard sangat
diperlukan untuk normalisasi fungsi tubuh yang terganggu dan penguatan otot
jantung.Infark miokard menyebabkan nekrosis otot jantung, akibatnya, kerja
seluruh sistem kardiovaskular terganggu. Dalam hal ini, perhatian khusus harus
diberikan pada nutrisi, sama sekali tidak termasuk garam, sejumlah besar cairan,
alkohol, agar tidak membebani tubuh dan membantu dalam pemulihan.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawat daruratan dan


kritis selalu diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawat daruratan pada
umumnya menggunakan pendekatan AB-C (Airway= Jalan Nafas, Breathing=
Pernafasan, Circulation= Sirkulasi), (Tyas, Hamarno R. 2016).

1. Pengkajian Airway (Jalan Nafas)

Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar)
atau mengalami obstruksi total atau partial sambil mempertahankan tulang servikal.
Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan melihat
apakah ada vokalisasi, muncul suara ngorok, adanya secret, darah, muntahan, benda
asing seperti gigi yang patah dan atau terdapat bunyi stridor (obstruksi dari lidah).
Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk
membebaskan jalan nafas dapat dilakukan: Pada kasus non-trauma dan korban tidak
sadar, buatlah posisi kepala headtil chin lift (hiperekstensi) sedangkan pada kasus
trauma kepala sampai dada harus terkontrol atau mempertahankan tulang servikal.

2. Pengkajian Breathing (Pernafassan)

Pengkajian Breathing (Pernafassan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas.


Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, bila diperlukan
auskultasi dan perkusi.

Inspeksi dada korban : jumlah, ritme dan tipe pernafasan, kesimetrisan


pengembangan dada, jejas/kerusakan kulit, retraksi intercostalis.

Palpasi dada korban : adakah nyeri tekan dan penurunan ekspansi paru.

Auskultasi : bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun), adakah


suara nafas tambahaan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub.

15
Perkusi : dilakukan di daerah thorax dengan hati-hati, apakah hasilnya sonor
(normal), hipersonor atau timpani bila ada udara di thorax, pekak atau dullness bila
ada konsolidasi atau cairan.

3. Pengkajian Circulation (Sirkulasi)

Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan


jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian
sirkulasi meliputi: tekanan darah, jumlah nadi, keadaan akral: dingin atau hangat,
sianosis, bendungan vena jugularis.

Selain pengkajian pada kegawat daruratan dan kritis, Pengkajian pada


umumnya merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas
dasar yaitu: mengumpulkan data secara sistematis, kedua, memilah dan mengatur
data yang dikumpulkan, dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang
dapat dibuka kembali ( Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada pengkajian terdiri dari:

a. Identitas
Indentitas yaitu data pasien yang meliputi nama, jenis kelamin, TTL, agama,
pendidikan suku/bangsa, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit dan jam masuk rumah akit, tanggal pengkajian, diagnose medis dan
nomor medrek. Pada identitas, terdapat juga identitas penanggung jawab atau
keluarga terdekat dengan pasien yang meliputi, nama penanggung jawab atau
keluarga terdekat, hubungan dengan pasien dan alamat penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum
masuk ke Rumah sakit sampai pada akhirnya datang ke rumah sakit. Pada
pasien Infark Miokard Akut(IMA) biasanya didapatkan keluhan nyeri dada
bagian kiri.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang yaitu data yang didapatkan adalah
keluhan pasien pada saat di kaji. Pada pasien infark miokard akut biasanya
mengeluh sakit dada bagian kiri menjalar ke bahu dan tangan serta sesak nafas
dan disertai keletihan atau cepat lelah pada saat aktivitas berat ataupun ringan.

16
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada riwayat kesehatan yang lalu yaitu data yang didapatkan
berdasarkan riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita pasien di
masalalu (misal: Jantung koroner, TB, DM, Stroke, dll).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada kesehatan keluarga dapat dikaji apakah ada penyakit keturunan
atau penyakit menular dalam keluarga dan ada atau tidak nya keluarga yang
memiliki penyakit serupa dengan penyakit yang di derita pasien.
5) Riwayat alergi
Riwayat alergi yaitu mengkaji apakah pasien memiliki alergi terhadap
jenis obat atau makanan, minuman, iklim/cuaca.
c. Aktifitas Dasar

Tabel 3. Aktifitas Dasar

No
Aktivitas 0 1 2 3 4
.
1. Makan/Minum

2. Toileting/Eliminasi

3. Personal hyegine

4. Berpakaian

5. Mobilisasi dari tempat tidur

6. Berpindah

7. Ambulasi

Keterangan:

Mandiri :0

Dibantu total :1

Dibantu orang lain :2

Dibantu orang dan alat: 3

Tergantung total :4

17
d. Aktifitas/Istirahat
1) Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, olah raga tidak teratur, pola
hidup menetap
2) Tanda : takikardia, dispneu saat istirahat atau beraktivitas
e. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
kongestif, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus
 Tanda-tanda
a) Tekanan darah dapat normal atau naik turun: perubahan dicatat
dari posisi tidur hingga duduk atau berdiri
b) Nadi: dapat normal; penuh/tidak adekuat, atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat: tidak teratur
(distrimia) mungkin terjadi
c) Bunyi jantung : S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurunan kontraktivitas atau keluhan ventrikel
d) Murmur : bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot
papilaris
e) Edema : distensi vena jugular, edema dependen/perifer, edema
umum, cracklesmungkin ada dengan gagal jantung, atau ventrikel
f) Warna kulit : pucat atau sianosis atau kulit abu-abu atau kebiruan
g) Irama jantung : dapat teratur atau tidak teratur
f. Integritas ego
Gejala : Menyangkal, takut mati, marah pada penyakit atau perawatan yang “tak
perlu”, khawatir tentang keluarga, karier, dan keuangan
Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri/ nyeri
g. Eliminasi : normal, bunyi usus menurun
h. Makan/cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan nyeri ulu hati, bersendawa
Tanda : penurunan turgor kulit; kulit kering/berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
i. Hygiene : kesulitan melakukan tugas perawatan

18
j. Neurosensory : merasa pusing, perubahan mental dan kelemahan
k. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Hariyanto & Sulistyowati,2015).
Gejala :
1) Nyeri yang timbul mendadak, nyeri tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin, biasanya membutuhkan narkotik analgetik (morfin)
2) Lokasi pada dada anterior dan substernal
3) Penyebaran : menyebar ke tangan kiri, leher, bahu kiri, wajah, rahang,
abdomen, punggung, dan nyeri juga dapat dijumpai pada daerah epigastrium,
4) Sifat nyeri: seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir
5) Lama nyeri (≥30 menit)
6) Intensitas : nilai nyeri biasanya dengan skala 0-10; nilai atau skala nyeri 10
mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami

Gambar 2. Skala Nyeri Tanda:

 Wajah meringis
 Perubahan postur tubuh
 Menangis, merintih, meregang, menggeliat,menarik diri, dan
kehilangan kontak mata.
 Respon otomatik : Perubahan frekuensi/irama jantung, TD, penapasan,
warna kulit/kelembaban, kesadaran.
l. Pernafasan
Gejala: dispnea, dispnea nocturnal, batuk dengan/ tanpa produsi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, pucat atau sianosis, bunyi
nafas bersih atau crackle atau mengi, sputum bersih, merah muda kental
(Aspiani, 2015).

19
B. Analisa Data
Analisis data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan data
pasien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan,
dan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan
keperawatan pasien. Dalam analisis data perawat juga menggunakan keterampilan
berpikir kritis untuk memeriksa setiap informasi yang di berikan oleh paasaien dan
menentukan relevansinya terhadap masalah kesehatan pasien dan hubungannya dengan
informasi lain yang didapatkan secara objektif.

Data Penyebab Masalah

Ds : pasien mengeluh nyeri dada bagian Agen pencedera Nyeri akut


kiri fisiologis
Do : pasien tampak memegang bagian
dada kiri

Ds : pasien mengatakan tidak bisa tidur Intoleransi aktivitas


dan bergerak bebas karena merasa Ketidakseimbangan antara
sesak suplai dan kebutuhan
Do : pasien tampak memakai oksigen, oksigen
RR: 28 x/menit

Ds : pasien mengatakan sesak, Ketidak


Gangguan
Do : RR: 28x/menit, TD:140/104 mmHg, seimbangan
pertukaran gas
N: 102 x/menit ventilasi-perfusi

Ds: pasien mengatakan khawatir dengan Ansietas


keadaannya yang sering merasa Ancaman terhadap konsep
sesak dan nyeri dada diri dan kurang terpapar
Do : pasien tampak lemah dan gelisah informasi

Ds : pasien menanyakan tentang Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan


penyakitnya dan pengobatan yang
akan di jalani selama perawatan

20
Do : pasien tampak bingung dengan
keadaan yang di alaminya

C. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


b. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dan kurang terpapar
informasi (D.0080)
c. Defisit pengetahuan ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi
(D.0111)
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi (D.0003)
e. Intoleransi aktivitas berhubungaan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)

21
D. Intervensi Keperawatan

No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

. Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)


1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Manajemen Nyeri (I. 12391)
diharapakan nyeri pada pasien menurun Tindakan
Penyebab:
dengan kriteria : Observasi
1. Agen pencedera fisiologis
Tingkat Nyeri (L. 08066) a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
(inflamasi, iskemia, informasi
a. Keluhan nyeri cukup menurun
neoplasma)
dengan skala 4
2. Agen pencedera kimiawi Terapeutik
b. Meringis cukup
(terbakar, bahan kimia iritan) a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
menurun
3. Agen pencedera fisik (abses, dengan skala 4 b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
amputasi, terbakar, terpotong,
c. Gelisah cukup menurun dengan c. Berikan kesempatan untuk bertanya
mengangkat berat, peosedur
skala 4
operasi, trauma, latihan fisik
d. Kemampuan menuntaskan Edukasi
berlebihan) Gejala dan tanda
aktivitas cukup meningkat dengan skala a. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan
mayor:
Kontrol Nyeri (L. 08063) nyeri
Subjektif : Mengeluh nyeri
a. Melaporkan nyeri terkontrol cukup b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Objektif
menurun dengan skala 2 c. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
a. Tampak meringis
b. Mampu mengenali d. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
b. Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari nyeri mengurangi rasa nyeri
nyeri) (penyebab, skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri) Manajemen Nyeri (I. 08238)
c. Gelisah
Tindakan
d. Frekuensi nadi meningkat
Observasi
e. Sulit tidur
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Gejala dan tanda minor: kualitas, intensitas nyeri dan skala nyeri
Objektif b. Identifikasi respon nyeri nonverbal
a. Tekanan darah meningkat c. Identifikasi faktor yang memperingan dan
b. Pola nafas berubah Status Kenyamanan (L. 08064) memperberat nyeri
c. Nafsu makan berubah a. Meningkatkan kesejahteraan fisik d. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
d. Proses berfikir terganggu dengan skala 5 e. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
e. Menarik diri b. Meningkatkan kesejahteraan pasien
f. Berfokus pada diri sendiri psikologis dengan skala 5 f. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
g. diaforesis c. Meningkatkan rasa rileks dengan sudah diberikan
skala 5
Terapeutik
a. Berikan teknik non farmakologis untuk meredakan
nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
c. Fasilitasi istirahat tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

23
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Pemantauan Nyeri (I. 08242)


Tindakan
Observasi

a. Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri


b. Monitor kualitas nyeri (tajam, tumpul,
diremas-remas, ditimpa beban berat)
c. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
d. Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan
skala
e. Monitor durasi dan frekuensi nyeri

Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan

24
edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
I Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Pemantauan Respirasi (I. 01014)


(D. 0003) tindakan keperawatan diharapakan Tindakan
oksigen dan karbondioksida pada Observasi
Penyebab
membrane alveolus-kapiler dalam batas a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
a. Ketidakseimbangan normal dengan kriteria hasil : nafas
ventilasiperfusi
Pertukaran Gas (L.01003) b. Monitor pola nafas
b. Perubahan membran
a. Tingkat kesadaran meningkat c. Monitor adanya produksi sputum
alveolus-kapiler
dengan skala 5 d. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Gejala dan tanda mayor
b. Dispneu menurun dengan skala e. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Subjektif : Dispneu
5 f. Auskultasi bunyi nafas
Objektif
c. Bunyi nafas tambahan menurun g. Monitor saturasi oksigen
a. PCO2 meningkat/menurun
dengan skala 5 h. Monitor nilai AGD
b. PO2 menurun
d. Pusing menurun dengan skala 5 i. Monitor hasil x-ray thorax
c. Takikardia PH arteri
e. Penglihatan kabur menurun dengan
meningkat/menurun
skala 5 Terapeutik
d. Bunyi nafas tambahan
f. Diaphoresis menurun dengan skala

25
Gejala dan tanda minor 5 a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
Subjektif : Pusing, penglihatan g. Gelisah menurun dengan skala 5 pasien
kabur Nafas cuping hidung menurun b. Dukumentasikan hasil pemantauan
Objektif dengan skala 5
a. Sianosis h. PCO2 membaik dengan skala 5
b. Diaphoresis i. PO2 membaik dengan skala 5 Edukasi
c. Gelisah Takikardia PCO2 membaik dengan a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. Nafas cuping hidung skala 5 b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
e. Pola nafas j. Ph arteri PCO2 membaik dengan
abnormal (cepat/lambat, skala 5
2. Terapi oksigen (I. 01026)
reguler/ireguler, dalam/dangkal) k. Sianosis PCO2
Tindakan
f. Warna kulit abnormal membaik dengan skala 5
Observasi
(mis.Pucat, kebiruan) l. Pola nafas PCO2 membaik dengan
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
g. Kesadaran menurun skala 5
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
m. Warna kulit PCO2 membaik dengan
c. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
skala 5
pastikan fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
h. Monitor integritas mukosa hidung akibat

26
pemasangan oksigen

Terapeutik
a. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
d. Tetap berikan oksigen saat pasien di tranportasi

Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan pemberian oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan
atau istirahat/tidur

27
3. Ansietas (D. 0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09314)
tindakan keperawatan Tindakan
Penyebab:
diharapakan kecemasan menurun atau Observasi
a. Ancaman terhadap konsep diri pasien dapat tenang dengan kriteria : a. Monitor tanda-tanda ansietas
b. kurang terpapar informasi Tingkat ansietas Terapeutik
(L. 09093) a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
Gejala dan tanda mayor:
1. Verbalisasi kebingungan kepercayaan
Subjektif
menurun dengan skala 5 b. Pahami situasi yang membuat ansietas
a. Merasa khawatir dengan akibat
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi c. Dengarkan dengan penuh perhatian
dari kondisi yang dihadapi
yang dihadapi menurun dengan skala d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Objektif
5 e. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
a. Tampak gelisah
3. Prilaku gelisah menurun dengan yang akan datang
skala 5 Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
c. Latih teknik relaksasi

28
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Edukasi Proses Penyakit (I. 12444)
(D.0111) selama 1x30 menit Tindakan
Penyebab: diharapakan tingkat pengetahuan Observasi
a. Kurang terpapar informasi meningkat dengan kriteria : a. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
b. Ketidak tahuan menemukan Tingkat pengetahuan (L. 12111) informasi
sumber informasi a. Perilaku sesuai
anjuran
Gejala dan tanda mayor: meningkat dengan skala 5
Subjektif b. Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik

29
a. Menanyakan masalah yang meningkat dengan skala 5 a. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dihadapi c. Perilaku sesuai dengan b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan meningkat dengan c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Objektif
skala 5
a. Menunjukan perilaku tidak
d. Persepsi yang keliru terhadap Edukasi
sesuai anjuran
masalah menurun dengan skala 1 a. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
Menunjukkan persepsi
e. Pertanyaan tentang masalah b. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
yang keliru terhadap
yang dihadapi menurun dengan c. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
masalah
skala 1 penyakit
d. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
e. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang
dirasakan
f. Informasikan kondisi pasien saat ini
g. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa

2. Edukasi Pencegahan Infeksi (I. 12406)


Tindakan
Observasi
a. Periksa kesiapan dan kemampuan menerima
informasi

Terapeutik

30
a. Siapkan materi, media tentang faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko
infeksi di rumah sakit maupun dirumah
b. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
c. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
a. Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium
b. Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan sesuai
kondisi
c. Anjurkan membatasi pengunjung
d. Ajarkan cara merawat kulit pada area yang edema
e. Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan, dan istirahat
f. Anjurkan kecukupan mobilisasi dan olah raga sesuai
kebutuhan
g. Anjurkan mengelola antibiotik sesuai resep

3Edukasi Program Pengobatan (I. 12441)


Tindakan

31
Observasi
a. Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang
direkomendasikan
b. Identifikasi pengobatan tradisional dan kemungkinan
efek terhadap pengobatan

Terapeutik
a. Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar
b. Libatkan keluarga untuk memberi dukungan pada
pasien selama pengobatan

Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
b. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
c. Jelaskan cara penyimpanan, pengisian/pembelian
kembali obat, dan pemantauan sisa obat
d. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan
pengobatan
e. Anjurkan mengonsumsi obat sesuai indikasi
f. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan

32
Terapeutik
a. Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar
b. Libatkan keluarga untuk memberi dukungan pada
pasien selama pengobatan

Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
b. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
c. Jelaskan cara penyimpanan, pengisian/pembelian
kembali obat, dan pemantauan sisa obat
d. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan
pengobatan
e. Anjurkan mengonsumsi obat sesuai indikasi
f. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan

4. Edukasi Prosedur Tindakan (I. 12442)


Tindakan
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

33
informasi

Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan manfaat tindakan yang akan
dilakukan
b. Jelaskan perlunya tindakan dilakukan
c. Jelaskan keuntungan dan kerugian jika tindakan
dilakukan
d. Jelaskan langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan
e. Jelaskan persiapan pasien sebelum tindakan
dilakukan
f. Informasikan durasi tindakan dilakukan
g. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah tindakan dilakukan
h. Ajarkan teknik untuk mengantisipasi/mengurangi
ketidaknyamanan akibat tindakan

34
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi (I. 05178)
tindakan keperawatan Tindakan
Penyebab
diharapakan adanya peningkatan Observasi
a. Ketidakseimbangan antara suplai tenaga dalam a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dan kebutuhan oksigen melakukan aktivitas dengan ktiteria hasil mengakibatkan kelelahan
b. Tirah baring : b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Kelemahan Intoleransi Aktivitas (L.05047) c. Monitor pola dan jam tidur
d. Imobilitas a. Frekuensi nadi meningkat d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
e. Gaya hidup monoton dengan skala 5 melakukan aktivitas
b. Saturasi oksigen meningkat Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor dengan skala 5 a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Subjektif : Mengeluh lelah c. Kemudahan dalam melakukan
Objektif : Frekuensi jantung aktivitas sehari-hari meningkat

35
meningkat >20% dari kondisi dengan skala 5 b. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
istirahat d Kecepatan dan jarak berjalan c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
meningkat dengan skala 5 Edukasi
Gejala dan Tanda Minor
e. Kekuatan tubuh bagian a. Anjurkan tirah baring
Subjektif
atas dan bawah meningkat b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
a. Dispneu saat/setelah aktivitas
dengan skala 5 c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
b. Merasa tidak nyaman setelah
f. Toleransi dalam menaiki gejala kelelahan tidak berkurang
beraktivitas
tangga meningkat dengan skala d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
c. Merasa lemah 5 Kolaborasi
Objektif
g. Keluhan lelah menurun Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara
a. Tekanan darah berubah >20% dengan skala 5 meningkatkan asupan makanan
dari kondisi istirahat
h. Dispneu saat/seelah
b. Gambaran EKG menunjukan aktivitas menurun dengan skala 2. Terapi Aktivitas (I. 05186)
aritmia saat/setelah aktivitas 5 Tindakan
c. Gambaran EKG menunjukan i. Perasaan lemah Observasi
iskemia menurun dengan skala 5 a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
d. Sianosis j. Aritmia saat/setelah b. Monitor respon emosional, fisik, social, dan
aktivitas menurun dengan skala spiritual terhadap aktivitas
5 Terapeutik
k. Sianosis menurun dengan a. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
skala 5 aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
l. Warna kulit membaik psikologis, dan social
dengan skala 5 b. Libatkan keluarga dalam aktivitas

36
m. Tekanan darah membaik c. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
dengan skala 5 aktivitas
n. Frekuensi nafas membaik Edukasi
dengan skala 5 a. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, dan
o. EKG iskemia membaik kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
dengan skala 5

37
E. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Tyas, Hamarno R. 2016).

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan


yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien, penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau perlu
pendekatan lain.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami
kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan suplai darah
adekuat karena terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga aliran darah keotot jantung
tidak cukup akan menyebabkan otot jantung mengalami kematian (Margareth, 2012).
Infark miokard akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau hanya
“koroner”, yang merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan
area nekrotik lokal didalam miokardium. Infark miokard akut biasanya mengikuti oklusi
mendadak dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot
jantung.
Prinsip penataksanaannya adalah mengembalikan aliran darah koroner untuk
menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark miokard dan
mempertahankan fungsi jantung. Pada prinsipnya, terapi pada kasus ini ditujukan untuk
mengatasi nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta
terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak.

B. Saran
1. Diharapkan makalah ini bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran pada mahasiswa tentang asuhan keperawatan kegawat daruratan pada
pasien infark miokardium.
2. Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan yang
lebih baik pada pasien dengan infark miokardium .
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Balck, J. M dan J.H. Hawks. (2014). Keperawatan medical bedah: Manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Edisi 8. Vol 3. Singapura: ELSEVIER
Hariyanto, A & Sulistyowati,R.(2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta :Ar-ruzz Media

Institute for Health Metrics and Evaluation, (2016). Kasus miokard infark yang terjadi di
Dunia. Diakses pada tanggal 13 April 2021

http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/13/penyakitkardiovaskuler-
penyebab-kematian-terbesar-di-dunia.

Nurarif Amin H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Tyas, Hamarno R. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Jakarta :


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Smeltzer, Bare, Hinkle, and cheever. 2010.Textbook Of Medical Surgical Nursing Volume 3.
America: Library of Congress Catologin.

Rosdahl, Caroline Bunker. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai