Askep Gadar Ami Kelompok 2
Askep Gadar Ami Kelompok 2
Askep Gadar Ami Kelompok 2
DISUSUN OLEH :
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat dan karuniaNya,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah infark miokard akut sebagai salah satu
tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Program Sarjana Keperawatan Universitas
Karya Husada Semarang“Laporan Pendahuluan Infark Miokard Akut (Ami)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna
dan masih banyak kekurangan nya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khusus nya bagi penulis dan pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 39
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 39
B. Saran .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40
iv
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 1. Infark Miokardiuim
B. Gambar 2. Skala Nyeri
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1. Nilai Enzim Jantung
B. Tabel 2. Penentuan Kelas Angina
C. Tabel 3. Aktivitas Dasar
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia.
Data The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan kematian
di dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan jantung dan pembuluh darah
pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26% total kematian di dunia.
Sebagian besar atau 63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan
penderita dengan usia di atas 70 tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61%
berusia 15-49 tahun. Penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi meliputi
jantung koroner, tekanan darah tinggi, kelainan jantung bawaan, hingga gagal jantung
kongestif. Bersumber dari penyakit-penyakit jantung tersebut penyakit jantung
kongestif terlebih miocard infark memiliki presentasi mengancam kehidupan tertinggi
karena serangan miocard infark terjadi secara tiba-tiba dengan presentasi mencapai
72% dari penyebab kematian penyakit jantung (Data The Institute for Health Metrics
and Evaluation, 2016).
Salah satu masalah keperawatan yang selalu sering muncul pada penderita IMA
adalah rasa nyeri yang sangat. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh
(Smeltzer & Bare, 2002). Mekanisme terjadinya nyeri pada penderita miokard infark
disebabkan adanya ateroklerosis diarteri koroner sehingga menyebabkan suplai darah
ke miokard menurun (kondisi iskemik). Akibat dari iskemik adalah meningkatnya
metabolisme anaerob yang di sertai dengan peningkatan asam laktat yang
menimbulkan rasa nyeri dada yang hebat (Nurarif & Kusuma, 2015). Nyeri pada
miokard biasanya menjalar ketangan kiri, ke epigastrik. Serangan nyeri pada infark
miokard terjadi waktu istirahat atau tidur yang terjadi 20- 40 % pasien. Nyeri infark
miokard bisa menyebabkab nyeri alih ke rahang , lengan kiri, dan bahu kiri nyeri
terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri (Hariyanto & Sulistyowati,
2015).
Dalam penanganan nyeri di perlukan intervensi keperawatan yaitu: pantau/catat
karakteristik nyeri, catat laporan verbal petunjuk non verbal, memberikan oksigen
sesuai yang diresepkan, berkolaborasi untuk memberikan terapi obat sesuai resep dan
1
mengevaluasi respons pasien secara terus menerus, bantu melakukan teknik relaksasi
benson, periksa tanda-tanda vital (Aspiani, 2015., Smeltzher,2002).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan infark
miokardium?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien infark
miokardium.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien gawat darurat dengan infark
miokardium
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium
d. Mampu melakukan implementetasi keperawatan pada pasien gawat darurat
dengan infark miokardium
e. Mempu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gawat darurat dengan
infark miokardium
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami kerusakan
(nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan suplai darah adekuat karena
terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga aliran darah keotot jantung tidak cukup
akan menyebabkan otot jantung mengalami kematian (Margareth, 2012). Infark miokard
akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau hanya “koroner”, yang
merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan area nekrotik
lokal didalam miokardium. Infark miokard akut biasanya mengikuti oklusi mendadak
dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Jadi
otot jantung harus berfungsi terus menerus, penyumbatan darah ke otot serta munculnya
area nekrotik merupakan suata yang patal. Berdasarkan data penelitian Framingham,
sekitar 45% dari semua kasus infark miokard akut terjadi pada orang yang lebih muda
dari 65 tahun dan 5% terjadi pada orang yang lebih muda dari 40 tahun. 85% orang
meninggal karena infark miokard berusia 65 tahun atau lebih (Black & Hawks, 2014).
B. Etiologi
3
b. Factor sirkulasi : hipotensi, stenosis aurta, insufisiensi
C. Patofisiologi
4
serangan penyakit ini pertahun.MI dijelaskan lebih lanjut berdasar lokasi terjadinya di
dinding miocard : inferior (posterior)atau lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat
cedera yang paling sering ditemukannamun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark.
Diagnosis dibuat berdasarkan hasilpemeriksaan EKG. Tanpa memperhatikan lokasinya,
tujuan terapi medis adalah mencegah atamemperkecil nekrosis jaringan jantung.
5
a. CKMB berupa serum creatinin kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator
penting dari nekrosis miokard kreatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam
setelah awitan infark dan memuncak antara 24 dan 28 jam pertama. Pada 2-4
hari setelah awitan AMI normal
b. Dehydrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam
pertama setelah awitan dan akan tinggi setelah 7-10 hari
c. Petanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT) mempunyai
nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, TnI dan TnT
berkaitan dengan kontraksi dari sel miokard.
Tabel 1. Nilai enzim jantung
Enzim Meningkat Puncak Kembali normal
CK 3-8 jam 10-30 jam 2-3 hari
CK-MB 3-6 jam 10-24 jam 2-3 hari
CK-MB 2 1-6 jam 4-8 jam 12-48 jam
LDH 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
LDH 1 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015
E. Klasifikasi
Kelas 3 Aktifitas fisik biasa terbatas secara nyata. Angina terjadi ketika
berjalan satu sampai dua blok dan menaiki 1 anak tangga dalam
kondisi normal dengan kecepatan normal.
6
Kelas 4 Aktivitas fisik tanpa ketidak nyamanan tidak mungkin dilakukan,
gejala angina dapat timbul saat istirahat
7
F. Pathway
Defisit pengetahuan
Hipertensi kapiler paru Oedem paru Ansietas
8
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard akut
didapatkan adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang
konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan simetrik, Q menjadi lebar
(lebih dari 0,04 detik) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).
2. Laboratorium
LDH kurang normal dari 195 mU/mL.kadar enzim ini baru naik biasanya
sesuadah 48 jam, akan kembali kenilai normal antara hari ke-7 dan 12.
f. Radiologi
9
H. Penatalaksanaan Medik
Pada prinsipnya, terapi pada kasus ini ditujukan untuk mengatasi nyeri angina
dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta terjadinya infark
miokard akut atau kematian mendadak. Setiap kasus berbeda derajat keparahan atau
riwayat penyakitnya, maka cara terapi terbaik adalah individualisasi dan bertahap,
dimulai dengan masuk rumah sakit (ICCU) dan istirahat total (bed rest). (Tim
Penyusun. Pharmaceutical Care dalam Nanda Nic-Noc 2015)
1. Terapi trombolitik
2. Terapi Antiplatelet
a. Aspirin
b. Tiklopidin
10
c. Clopidogrel
4. Terapi antithrombin
a. Unfractioned heparin
c. Direct antithrombin
a. Nitrogliserin
11
b. Isosorbid dinitrat
c. Isosorbid mononitrat
I. Terapi Diet
Setelah terkena serangan jantung, dianjurkan untuk mengurangi kandungan kalori
makanan (gunakan sedikit lemak, garam, cair). Diet dengan infark miokard sangat
diperlukan untuk mengembalikan kerja otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah
dan metabolisme, menormalkan fungsi pencernaan. Bergantung pada stadium
penyakit ini, dokter menentukan satu dari tiga diet:
Pada periode akut (minggu pertama) ransum pertama diangkat - makanan
tumbuk, makanan fraksional (sampai 6 kali sehari). Garam benar-benar
dikecualikan pada tahap ini.
Setelah 1-2 minggu (subakut), makanan fraksional dan makanan digosok
disarankan sampai 6 kali sehari, namun sejumlah kecil garam sudah
diberikan (sampai 3 gram per hari). Dalam sehari Anda bisa minum tidak
lebih dari 1 liter cairan.
Pada tahap jaringan parut (4 minggu) Anda bisa makan makanan cincang
atau dipotong kecil-kecil, jumlah garam dapat ditingkatkan menjadi 5-6 g,
cairan - sampai 1,1 l, dan juga diperbolehkan meningkatkan jumlah protein
dan lemak.
Jika terjadi serangan jantung, suhu makanan penting - tidak boleh panas
atau dingin, suhu optimum antara 15 dan 500C.
Untuk memakannya diperlukan porsi kecil dalam interval waktu yang kecil
yang memungkinkan pengurangan pemuatan pada sistem kardiovaskular dan
12
organ pencernaan, penerimaan makanan yang terakhir sebaiknya tidak lebih dari
pukul 3 sore. Jika terjadi serangan jantung, Anda harus mengkonsumsi lebih
banyak vitamin A, C, D, yang terdapat dalam beberapa sayuran dan buah-buahan
(wortel, labu, bayam, apel, persik, aprikot).
Setelah penyakit yang ditransfer, jumlah garam yang dikonsumsi harus
dikurangi secara signifikan, karena meningkatkan retensi cairan dalam tubuh,
mengental darah, menyebabkan pembengkakan, dan memperburuk sirkulasi
darah. Juga, semua pasien setelah serangan jantung dilarang keras penggunaan
minuman beralkohol apapun. Alkohol memiliki efek yang menarik pada sistem
saraf dan meningkatkan beban pada sistem kardiovaskular, yang dapat
menyebabkan kemunduran dan memperpanjang proses pemulihan.
13
Menu diet
Menu contoh pada periode akut (minggu pertama):
1. Sarapan: keju cottage (parut), sereal gandum oatmeal, teh susu Sebelum
makan siang Anda bisa menggigit saus apel
2. Makan siang: sop manniy (pada kaldu sayuran), souffle dari daging rendah
lemak, fruit jelly, pure wortel.
Sebelum makan malam, Anda bisa menggigit keju, minum dengan kaldu
3. Makan malam: bola ikan, bubur dari soba (rebus), teh dengan lemon.
Sebelum tidur, Anda bisa minum rebusan dengan plum (terutama dengan
konstipasi).
Minggu kedua - ketiga setelah penyakit ini dapat disertakan dalam menu:
1. Sarapan pagi: telur dadar protein, bubur manna, teh dengan susu (sebelum
makan siang, Anda juga bisa mengambil pasta keju cottage, minum dengan
rebusan bohemian).
2. Makan siang: borscht pada kaldu sayuran, daging rebus, pure kentang, fruit
jelly (Anda bisa menggigit apel panggang sebelum makan malam).
3. Makan malam: ikan rebus, pure wortel, teh dengan lemon (sebelum tidur
Anda bisa minum kefir rendah lemak).
Menu contoh 3-4 minggu setelah serangan jantung:
1. Sarapan: keju tawar, soba sereal dengan mentega, susu krim, teh (sebelum
makan siang Anda bisa menggigit keju cottage).
2. Makan siang: sup oatmeal, daging ayam rebus, bit rebus, apel segar.
3. Makan malam: ikan rebus, kentang tumbuk, teh dengan lemon (sebelum tidur
Anda bisa minum yogurt tanpa lemak).
Jika terjadi serangan jantung, Anda harus makan lima kali sehari (sarapan pagi,
makan siang, makan siang, kudapan sore dan makan malam), porsi kecil, suhu
piring tidak boleh terlalu panas atau dingin.Diet dengan infark miokard sangat
diperlukan untuk normalisasi fungsi tubuh yang terganggu dan penguatan otot
jantung.Infark miokard menyebabkan nekrosis otot jantung, akibatnya, kerja
seluruh sistem kardiovaskular terganggu. Dalam hal ini, perhatian khusus harus
diberikan pada nutrisi, sama sekali tidak termasuk garam, sejumlah besar cairan,
alkohol, agar tidak membebani tubuh dan membantu dalam pemulihan.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar)
atau mengalami obstruksi total atau partial sambil mempertahankan tulang servikal.
Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan melihat
apakah ada vokalisasi, muncul suara ngorok, adanya secret, darah, muntahan, benda
asing seperti gigi yang patah dan atau terdapat bunyi stridor (obstruksi dari lidah).
Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk
membebaskan jalan nafas dapat dilakukan: Pada kasus non-trauma dan korban tidak
sadar, buatlah posisi kepala headtil chin lift (hiperekstensi) sedangkan pada kasus
trauma kepala sampai dada harus terkontrol atau mempertahankan tulang servikal.
Palpasi dada korban : adakah nyeri tekan dan penurunan ekspansi paru.
15
Perkusi : dilakukan di daerah thorax dengan hati-hati, apakah hasilnya sonor
(normal), hipersonor atau timpani bila ada udara di thorax, pekak atau dullness bila
ada konsolidasi atau cairan.
a. Identitas
Indentitas yaitu data pasien yang meliputi nama, jenis kelamin, TTL, agama,
pendidikan suku/bangsa, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit dan jam masuk rumah akit, tanggal pengkajian, diagnose medis dan
nomor medrek. Pada identitas, terdapat juga identitas penanggung jawab atau
keluarga terdekat dengan pasien yang meliputi, nama penanggung jawab atau
keluarga terdekat, hubungan dengan pasien dan alamat penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum
masuk ke Rumah sakit sampai pada akhirnya datang ke rumah sakit. Pada
pasien Infark Miokard Akut(IMA) biasanya didapatkan keluhan nyeri dada
bagian kiri.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang yaitu data yang didapatkan adalah
keluhan pasien pada saat di kaji. Pada pasien infark miokard akut biasanya
mengeluh sakit dada bagian kiri menjalar ke bahu dan tangan serta sesak nafas
dan disertai keletihan atau cepat lelah pada saat aktivitas berat ataupun ringan.
16
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada riwayat kesehatan yang lalu yaitu data yang didapatkan
berdasarkan riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita pasien di
masalalu (misal: Jantung koroner, TB, DM, Stroke, dll).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada kesehatan keluarga dapat dikaji apakah ada penyakit keturunan
atau penyakit menular dalam keluarga dan ada atau tidak nya keluarga yang
memiliki penyakit serupa dengan penyakit yang di derita pasien.
5) Riwayat alergi
Riwayat alergi yaitu mengkaji apakah pasien memiliki alergi terhadap
jenis obat atau makanan, minuman, iklim/cuaca.
c. Aktifitas Dasar
No
Aktivitas 0 1 2 3 4
.
1. Makan/Minum
2. Toileting/Eliminasi
3. Personal hyegine
4. Berpakaian
6. Berpindah
7. Ambulasi
Keterangan:
Mandiri :0
Dibantu total :1
Tergantung total :4
17
d. Aktifitas/Istirahat
1) Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, olah raga tidak teratur, pola
hidup menetap
2) Tanda : takikardia, dispneu saat istirahat atau beraktivitas
e. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
kongestif, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus
Tanda-tanda
a) Tekanan darah dapat normal atau naik turun: perubahan dicatat
dari posisi tidur hingga duduk atau berdiri
b) Nadi: dapat normal; penuh/tidak adekuat, atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat: tidak teratur
(distrimia) mungkin terjadi
c) Bunyi jantung : S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurunan kontraktivitas atau keluhan ventrikel
d) Murmur : bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot
papilaris
e) Edema : distensi vena jugular, edema dependen/perifer, edema
umum, cracklesmungkin ada dengan gagal jantung, atau ventrikel
f) Warna kulit : pucat atau sianosis atau kulit abu-abu atau kebiruan
g) Irama jantung : dapat teratur atau tidak teratur
f. Integritas ego
Gejala : Menyangkal, takut mati, marah pada penyakit atau perawatan yang “tak
perlu”, khawatir tentang keluarga, karier, dan keuangan
Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri/ nyeri
g. Eliminasi : normal, bunyi usus menurun
h. Makan/cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan nyeri ulu hati, bersendawa
Tanda : penurunan turgor kulit; kulit kering/berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
i. Hygiene : kesulitan melakukan tugas perawatan
18
j. Neurosensory : merasa pusing, perubahan mental dan kelemahan
k. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Hariyanto & Sulistyowati,2015).
Gejala :
1) Nyeri yang timbul mendadak, nyeri tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin, biasanya membutuhkan narkotik analgetik (morfin)
2) Lokasi pada dada anterior dan substernal
3) Penyebaran : menyebar ke tangan kiri, leher, bahu kiri, wajah, rahang,
abdomen, punggung, dan nyeri juga dapat dijumpai pada daerah epigastrium,
4) Sifat nyeri: seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir
5) Lama nyeri (≥30 menit)
6) Intensitas : nilai nyeri biasanya dengan skala 0-10; nilai atau skala nyeri 10
mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami
Wajah meringis
Perubahan postur tubuh
Menangis, merintih, meregang, menggeliat,menarik diri, dan
kehilangan kontak mata.
Respon otomatik : Perubahan frekuensi/irama jantung, TD, penapasan,
warna kulit/kelembaban, kesadaran.
l. Pernafasan
Gejala: dispnea, dispnea nocturnal, batuk dengan/ tanpa produsi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, pucat atau sianosis, bunyi
nafas bersih atau crackle atau mengi, sputum bersih, merah muda kental
(Aspiani, 2015).
19
B. Analisa Data
Analisis data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan data
pasien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan,
dan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan
keperawatan pasien. Dalam analisis data perawat juga menggunakan keterampilan
berpikir kritis untuk memeriksa setiap informasi yang di berikan oleh paasaien dan
menentukan relevansinya terhadap masalah kesehatan pasien dan hubungannya dengan
informasi lain yang didapatkan secara objektif.
20
Do : pasien tampak bingung dengan
keadaan yang di alaminya
C. Diagnosa Keperawatan
21
D. Intervensi Keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
23
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
24
edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
I Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
25
Gejala dan tanda minor 5 a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
Subjektif : Pusing, penglihatan g. Gelisah menurun dengan skala 5 pasien
kabur Nafas cuping hidung menurun b. Dukumentasikan hasil pemantauan
Objektif dengan skala 5
a. Sianosis h. PCO2 membaik dengan skala 5
b. Diaphoresis i. PO2 membaik dengan skala 5 Edukasi
c. Gelisah Takikardia PCO2 membaik dengan a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. Nafas cuping hidung skala 5 b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
e. Pola nafas j. Ph arteri PCO2 membaik dengan
abnormal (cepat/lambat, skala 5
2. Terapi oksigen (I. 01026)
reguler/ireguler, dalam/dangkal) k. Sianosis PCO2
Tindakan
f. Warna kulit abnormal membaik dengan skala 5
Observasi
(mis.Pucat, kebiruan) l. Pola nafas PCO2 membaik dengan
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
g. Kesadaran menurun skala 5
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
m. Warna kulit PCO2 membaik dengan
c. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
skala 5
pastikan fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
h. Monitor integritas mukosa hidung akibat
26
pemasangan oksigen
Terapeutik
a. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
d. Tetap berikan oksigen saat pasien di tranportasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan pemberian oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan
atau istirahat/tidur
27
3. Ansietas (D. 0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09314)
tindakan keperawatan Tindakan
Penyebab:
diharapakan kecemasan menurun atau Observasi
a. Ancaman terhadap konsep diri pasien dapat tenang dengan kriteria : a. Monitor tanda-tanda ansietas
b. kurang terpapar informasi Tingkat ansietas Terapeutik
(L. 09093) a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
Gejala dan tanda mayor:
1. Verbalisasi kebingungan kepercayaan
Subjektif
menurun dengan skala 5 b. Pahami situasi yang membuat ansietas
a. Merasa khawatir dengan akibat
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi c. Dengarkan dengan penuh perhatian
dari kondisi yang dihadapi
yang dihadapi menurun dengan skala d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Objektif
5 e. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
a. Tampak gelisah
3. Prilaku gelisah menurun dengan yang akan datang
skala 5 Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
c. Latih teknik relaksasi
28
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Edukasi Proses Penyakit (I. 12444)
(D.0111) selama 1x30 menit Tindakan
Penyebab: diharapakan tingkat pengetahuan Observasi
a. Kurang terpapar informasi meningkat dengan kriteria : a. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
b. Ketidak tahuan menemukan Tingkat pengetahuan (L. 12111) informasi
sumber informasi a. Perilaku sesuai
anjuran
Gejala dan tanda mayor: meningkat dengan skala 5
Subjektif b. Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik
29
a. Menanyakan masalah yang meningkat dengan skala 5 a. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dihadapi c. Perilaku sesuai dengan b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan meningkat dengan c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Objektif
skala 5
a. Menunjukan perilaku tidak
d. Persepsi yang keliru terhadap Edukasi
sesuai anjuran
masalah menurun dengan skala 1 a. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
Menunjukkan persepsi
e. Pertanyaan tentang masalah b. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
yang keliru terhadap
yang dihadapi menurun dengan c. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
masalah
skala 1 penyakit
d. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
e. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang
dirasakan
f. Informasikan kondisi pasien saat ini
g. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa
Terapeutik
30
a. Siapkan materi, media tentang faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko
infeksi di rumah sakit maupun dirumah
b. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a. Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium
b. Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan sesuai
kondisi
c. Anjurkan membatasi pengunjung
d. Ajarkan cara merawat kulit pada area yang edema
e. Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan, dan istirahat
f. Anjurkan kecukupan mobilisasi dan olah raga sesuai
kebutuhan
g. Anjurkan mengelola antibiotik sesuai resep
31
Observasi
a. Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang
direkomendasikan
b. Identifikasi pengobatan tradisional dan kemungkinan
efek terhadap pengobatan
Terapeutik
a. Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar
b. Libatkan keluarga untuk memberi dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
b. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
c. Jelaskan cara penyimpanan, pengisian/pembelian
kembali obat, dan pemantauan sisa obat
d. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan
pengobatan
e. Anjurkan mengonsumsi obat sesuai indikasi
f. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
32
Terapeutik
a. Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar
b. Libatkan keluarga untuk memberi dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi
a. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
b. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
c. Jelaskan cara penyimpanan, pengisian/pembelian
kembali obat, dan pemantauan sisa obat
d. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan
pengobatan
e. Anjurkan mengonsumsi obat sesuai indikasi
f. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
33
informasi
Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan manfaat tindakan yang akan
dilakukan
b. Jelaskan perlunya tindakan dilakukan
c. Jelaskan keuntungan dan kerugian jika tindakan
dilakukan
d. Jelaskan langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan
e. Jelaskan persiapan pasien sebelum tindakan
dilakukan
f. Informasikan durasi tindakan dilakukan
g. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah tindakan dilakukan
h. Ajarkan teknik untuk mengantisipasi/mengurangi
ketidaknyamanan akibat tindakan
34
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi (I. 05178)
tindakan keperawatan Tindakan
Penyebab
diharapakan adanya peningkatan Observasi
a. Ketidakseimbangan antara suplai tenaga dalam a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dan kebutuhan oksigen melakukan aktivitas dengan ktiteria hasil mengakibatkan kelelahan
b. Tirah baring : b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Kelemahan Intoleransi Aktivitas (L.05047) c. Monitor pola dan jam tidur
d. Imobilitas a. Frekuensi nadi meningkat d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
e. Gaya hidup monoton dengan skala 5 melakukan aktivitas
b. Saturasi oksigen meningkat Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor dengan skala 5 a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Subjektif : Mengeluh lelah c. Kemudahan dalam melakukan
Objektif : Frekuensi jantung aktivitas sehari-hari meningkat
35
meningkat >20% dari kondisi dengan skala 5 b. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
istirahat d Kecepatan dan jarak berjalan c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
meningkat dengan skala 5 Edukasi
Gejala dan Tanda Minor
e. Kekuatan tubuh bagian a. Anjurkan tirah baring
Subjektif
atas dan bawah meningkat b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
a. Dispneu saat/setelah aktivitas
dengan skala 5 c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
b. Merasa tidak nyaman setelah
f. Toleransi dalam menaiki gejala kelelahan tidak berkurang
beraktivitas
tangga meningkat dengan skala d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
c. Merasa lemah 5 Kolaborasi
Objektif
g. Keluhan lelah menurun Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara
a. Tekanan darah berubah >20% dengan skala 5 meningkatkan asupan makanan
dari kondisi istirahat
h. Dispneu saat/seelah
b. Gambaran EKG menunjukan aktivitas menurun dengan skala 2. Terapi Aktivitas (I. 05186)
aritmia saat/setelah aktivitas 5 Tindakan
c. Gambaran EKG menunjukan i. Perasaan lemah Observasi
iskemia menurun dengan skala 5 a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
d. Sianosis j. Aritmia saat/setelah b. Monitor respon emosional, fisik, social, dan
aktivitas menurun dengan skala spiritual terhadap aktivitas
5 Terapeutik
k. Sianosis menurun dengan a. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
skala 5 aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
l. Warna kulit membaik psikologis, dan social
dengan skala 5 b. Libatkan keluarga dalam aktivitas
36
m. Tekanan darah membaik c. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
dengan skala 5 aktivitas
n. Frekuensi nafas membaik Edukasi
dengan skala 5 a. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, dan
o. EKG iskemia membaik kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
dengan skala 5
37
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami
kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan suplai darah
adekuat karena terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga aliran darah keotot jantung
tidak cukup akan menyebabkan otot jantung mengalami kematian (Margareth, 2012).
Infark miokard akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau hanya
“koroner”, yang merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan
area nekrotik lokal didalam miokardium. Infark miokard akut biasanya mengikuti oklusi
mendadak dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot
jantung.
Prinsip penataksanaannya adalah mengembalikan aliran darah koroner untuk
menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark miokard dan
mempertahankan fungsi jantung. Pada prinsipnya, terapi pada kasus ini ditujukan untuk
mengatasi nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta
terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak.
B. Saran
1. Diharapkan makalah ini bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran pada mahasiswa tentang asuhan keperawatan kegawat daruratan pada
pasien infark miokardium.
2. Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan yang
lebih baik pada pasien dengan infark miokardium .
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Balck, J. M dan J.H. Hawks. (2014). Keperawatan medical bedah: Manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Edisi 8. Vol 3. Singapura: ELSEVIER
Hariyanto, A & Sulistyowati,R.(2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta :Ar-ruzz Media
Institute for Health Metrics and Evaluation, (2016). Kasus miokard infark yang terjadi di
Dunia. Diakses pada tanggal 13 April 2021
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/13/penyakitkardiovaskuler-
penyebab-kematian-terbesar-di-dunia.
Nurarif Amin H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPPNI
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Bare, Hinkle, and cheever. 2010.Textbook Of Medical Surgical Nursing Volume 3.
America: Library of Congress Catologin.
Rosdahl, Caroline Bunker. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC