LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Yuyun-Yunengsih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
No Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
telah
. masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Motivasi belajar Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan
peserta didik masalah diantaranya : hasil esplorasi,
rendah wawancara dengan
 Peserta didik menganggap guru, kepala sekolah
bahwa belajar itu dan guru BK, serta
diperkuat dengan
membosankan, sehingga minat
kajian literatur,
belajarnya kurang.
bahwa faktor
 Keadaan peserta didik yang
penyebab dari
sedang sakit menyebabkan permasalahan
peserta didik tidak dapat motivasi belajar
menyerap pembelajaran dengan peserta didik yang
baik. rendah dipengaruhi
 Kondisi sosial peserta didik oleh kondisi peserta
dengan temannya kurang baik, didik , minat belajar
berdampak kurang semangat yang kurang,
dan malas sekolah lingkungan sosial,
 Kurangnya pengawasan dari kurangnya
pengawasan dan
orang tua, mengenai
perhatian dari orang
perkembangan peserta didik tua,
guru masih
disekolah ataupun diluar
berada di zona
sekolah
nyaman dengan cara
 Kurang perhatian dari orang
mengajar yang
tua, berdampak pada masalah
masih bersifat satu
prilaku, emosional dan sosial
arah, sehingga
siswa.
peserta didik hanya
 Pengaruh dari lingkungan
diam mendengarkan
sosial peserta didik diluar
penjelasan saja
sekolah
(passive learning
 Peserta didik terlena dengan
sehingga guru belum
penggunaan gawai, sehingga optimal dalam
tidur terlalu malam dan malas melaksanakan
sekolah. strategi
 Guru belum berperan sebagai pembelajaran yang
motivator bagi peserta didik, dapat
sedikit atau banyaknya menumbuhkan atau
motivasi yang diberikan meningkatkan
tentunya akan berdampak pada motivasi belajar
perubahan semangat belajar peserta didik.
peserta didik
 Guru belum optimal dalam
merencanakan dan
melaksanakan model
pembelajaran dan media
pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi belajar
peserta didik

Berdasarkan kajian literatur


yaitu :

Motivasi belajar merupakan


faktor yang mempunyai arti
penting bagi seorang peserta
didik. Pada diri peserta didik
terdapat kekuatan penggerak
yang menjadi pemicu belajar
yaitu motivasi belajar. Dalam
kegiatan belajar, motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri peserta
didik yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh peserta didik
dapat tercapai (Heriyati, 2017).

Tinggi rendahnya motivasi


belajar peserta didik disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti yang
diungkapkan oleh Sudaryono
dalam Moeslim dkk (2019)
menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah: cita-cita atau
aspirasi siswa, kondisi jasmani
dan rohani siswa, kondisi
lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis belajar, dan upaya guru
membelajarkan siswa.

Rendahnya motivasi belajar


peserta didik ditunjukan oleh
adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat
psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi
belajar yang dicapainya berada
dibawah semestinya.
(Wahyuningsih dalam Sari dkk.,
2020).

Berdasarkan hasil wawancara:


Guru/teman sejawat
(Anisa Kustiwi, S.Pd)

Rendahnya motivasi belajar


yang terjadi karena faktor
siswanya sendiri, tidak ada
kemauan untuk belajar, hanya
ingin menerima informasi dari
guru saja, semangat baca
kurang. Faktor lingkungan sosial
peserta didikjuga mempengaruhi,
misalnya lingkungan teman
sebaya yang putus sekolah maka
hal ini akan mempengaruhi
motivasi belajar peserta
didiktersebut.

Kepala Sekolah
(Ade Saepudin, S.Pd.)

Motivasi belajar merupakan


salah satu penentu keberhasilan
belajar, ketika motivasi belajar
peserta didikrendah dapat
berdampak pada hasil belajar
siswa. Motivasi belajar peserta
didikyang rendah, karena
perhatian dan pengawasan
orangtua pada anaknya kurang,
anak malah dititipkan di nenek
atau saudara dan orangtua sibuk
bekerja. Selain ha itu faktor dari
guru juga mempengaruhi,
sebagian guru masih berada di
zona nyaman dengan cara
mengajar yang masih bersifat
satu arah, sehingga peserta
didikhanya diam mendengarkan
penjelasan saja (passive learning).

Pakar/Guru BK
(Sinta Rosita, S.Pd.)

Faktor yang mempengaruhi


motivasi belajar berasal dari
peserta didikitu sendiri, orang
tua, guru dan lingkungan.
Peserta didikbelum memiliki
tujuan yang jelas dalam belajar,
sebagian orang tua acuh tak
acuh terhadap anaknya sendiri,
lingkungan yang kurang baik
dapat membentuk karakter
peserta didik menjadi kurang
baik juga.
2 Kurangnya Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan
minat literasi masalah diantaranya : hasil esplorasi,
peserta didik wawancara dengan
dalam belajar  Kebiasaan membaca belum guru, kepala
ditanamkan sejak dini sekolah, serta
 Dikeluarga tidak ada role model diperkuat dengan
yang memberikan contoh atau kajian literatur
membiasakan anak untuk diperoleh
membaca. pemahaman bahwa
 Budaya literasi disekolah belum kurangnya minat
optimal literasi peserta didik
 Peserta didik cenderung lebih dalam belajar
milih mendengarkan penjelasan karena kebiasaan
guru dari pada membaca atau membaca yang
mencari informasinya sendiri. kurang sehingga
 Terbatasnya sumber daya yang mudah bosan dan
dimiliki sekolah untuk mengantuk ketika
menunjang kegiatan literasi. membaca, budaya
 Dalam pembelajaran guru literasi dirumah dan
masih menggunakan metode disekolah belum
konvensional. optimal, serta
peserta didik
Berdasarkan kajian literatur cenderung terbiasa
yaitu : mendengarkan
penjelasan dari guru
Kemendikbud dalam Ahmadi dibandingkan
dkk. (2018) menjelaskan literasi dengan mencari
lebih dari sekadar membaca dan informasi sendiri.
menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk
cetak, visual, digital dan auditori.
Di abad 21, kemampuan ini
disebut sebagai kemampuan
literasi informasi.

Adhari dkk. (2022)


menyebutkan bahwa literasi
seharusnya sudah menjadi
budaya bagi generasi muda
Indonesia, akan tetapi dengan
rendahnya hal tersebut banyak
sekali masyarakat yang lebih
mudah menyerap budaya
berbicara dan mendengar, dari
pada membaca dan
menuangkannya dalam bentuk
tulisan.

Berdasarkan hasil wawancara:


Guru/teman sejawat
(Ari Saraswati, S.Pd)

Kurangnya minat literasi


peserta didik, mereka
beranggapan bahwa membaca itu
membosankan apalagi membaca
buku yang hanya berupa teks
atau tanpa gambar.

Kepala Sekolah
(Ade Saepudin, S.Pd.)

Budaya literasi rendah karena


belum optimalnya budaya literasi
di sekolah, juga disebabkan
pengaruh penggunaan gawai,
mereka di pasilitasi gawai oleh
orang tua penggunaannya hanya
dijadikan untuk hiburan saja,
seperti main game, ataupun
sekadar berselancar di media
sosial.

3 Kurangnya Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan


pendampingan masalah diantaranya : hasil esplorasi,
belajar peserta wawancara dengan
didik oleh orang  Orang tua tidak punya banyak guru BK, orang tua
tua waktu untuk memperhatikan peserta didik, serta
pembelajaran anak karena diperkuat dengan
sibuk bekerja kajian literatur
 Mindset sebagian orang tua diperoleh
peserta didik, yang penting pemahaman bahwa
anaknya sekolah. Kurangnya
 Beberapa peserta didik korban pendampingan
broken home, sehingga kedua belajar peserta didik
orangtuanya sibuk dengan oleh orang tua
urusuan masing-masing. karena kesibukan
 Peserta didik dititipkan di orang tua,
nenek atau saudara, sehingga pemahaman
tidak terpantau kegiatan mengenai
belajarnya. pendidikan yang
kurang, anak malah
Berdasarkan kajian literatur dititipkan di
yaitu : neneknya sehingga
tidak punya banyak
Halukati dalam Apriliani waktu untuk
(2022) mengungkapkan bahwa memperhatikan
peranan lingkungan keluarga pembelajaran anak,
adalah satu pilar dalam tri pusat padahal keluarga
pendidikan. Lingkungan keluarga adalah pilar utama
merupakan pilar utama sebagai dalam tri pusat
bentuk baik buruknya individu pendidikan.
masing-masing manusia agar
tumbuh berkembang dengan baik
dalam bersosial dan beretika.
Kedudukan keluarga bisa
membentuk pola prilaku serta
kepribadian anak serta dapat
memastikan proses pembelajaran
yang diperoleh anak.

Menurut Slameto dalam


Syahrani dkk. (2015) bahwa
dengan adanya perhatian dari
orang tua akan membuat siswa
merasa diperhatikan sehingga
timbul rangsangan dalam dirinya
untuk belajar guna memperoleh
hasil yang lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara:


Pakar/Guru BK
(Sinta Rosita, S.Pd.)

Kurangnya pendampingan
belajar peserta didik oleh orang
tua karena orang tua sibuk
bekerja, sebagian orang tua
memasrahkan hasil belajar
anaknya kepada guru disekolah,
serta sebagian peserta didik jadi
korban broken home, dan
dititipkan ke nenek atau
sodaranya.

Orang tua peserta didik


(Ibu YS.)

Dikarenakan sibuk bekerja


berangkat pagi pulang sore,
sehingga waktu bertemu dengan
anak hanya pada waktu malam.
Itupun dipergunakan untuk
waktu istirahat, komunikasi
dengan anak mengenai kegiatan
sekolah hanya sebatas
menanyakan ada PR atau tidak.
4 Kurangnya Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan
penerapan masalah diantaranya : hasil esplorasi,
model-model wawancara dengan
pembelajaran  Dalam proses pembelajaran guru, kepala
inovatif oleh guru hanya menggunakan sekolah, serta
guru metode ceramah dan tanya diperkuat dengan
jawab kajian literatur
 Guru merasa cukup kesulitan diperoleh
mengatur waktu atau pemahaman bahwa
mengoptimalkan waktu pada kurangnya
saat menggunakan model penerapan model-
pembelajaran model pembelajaran
 Masih kurangnya pemahaman inovatif yaitu faktor
guru terkait penerapan model- guru itu sendiri,
model pembelajaran yang guru masih berada
inovatif. di zona nyaman
 Ketika mencoba menerapkan dengan
model pembelajaran inovatif menggunakan
guru kesulitan menentukan metode ceramah dan
masalah yang tepat sehingga tanya jawab, karena
kurangnya
dapat memberikan stimulus
pemahaman guru
pada peserta didik untuk
dalam membuat
berpikir kritis dalam diskusi rencana
 Guru kesulitan dalam pelaksanaan
menentukan model pembelajaran, yang
pembelajaran yang tepat harus menentukan
sesuai dengan materi model, metode,
pembelajaran strategi, media
tujuan, serta
evaluasi
Berdasarkan kajian literatur pembelajaran yang
yaitu : sesuai dengan
materi ajar. Guru
Dalam membuat rencana belum mampu
pelaksanaan pembelajaran, guru menghasilkan
harus menentukan model, pembelajaran yang
metode, strategi, tujuan, interaktif,
memetakan materi, menentukan memotivasi dan
media serta menyusun evaluasi menstimulus peserta
pembelajaran yang akan didik agar dapat
diberikan kepada peserta didik. berpikir kritis, dan
Setelah melalui langkah-langkah masih kesulitan
tersebut diharapkan dapat dalam memetakan
menghasilkan pembelajaran yang materi ajar dengan
interaktif, menyenangkan, model pembelajaran
memotivasi, memunculkan partisi yang cocok. Maka
aktif peserta didik, serta dari itu guru perlu
meningkatkan kreatifitas peserta memperluas
didik (Hermanto, 2022) wawasan dan dapat
memebantu peserta
Suherman dalam Erita (2016)
menyatakan bahwa model didik meningkatkan
pembelajaran adalah pola kemampuan dan
interaksi peserta didik dengan hasil belajarnya
guru di dalam kelas yang
menyangkut pendekatan,
strategi, metode, teknik
pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi


yang dilakukan oleh Nengsih
(2017) bahwa secara umum
kesulitan yang dialami guru
dalam menerapkan pembelajaran
inovatif adalah kekurangan dan
keterbatasan sarana dan
prasarana, dalam menggunakan
media pembelajaran seperti
infokus guru harus bergantian
dengan guru lain, sehingga waktu
yang tersedia kurang. Selain itu,
kesulitan lain yang ditemukan
adalah dari faktor peserta didik
itu sendiri, yang terbiasa
dihadapkan pada pembelajaran
konvensional sehingga ketika
guru menerapkan salah satu
model pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik
aktif, maka kurang atau lambat
dalam merespon materi pelajaran
yang diberikan guru.

Seorang guru perlu


memperluas wawasan agar
pengetahuannya bertambah dan
dapat memebantu peserta didik
meningkatkan kemampuan dan
hasil belajarnya sehingga dapat
memberikan pendidikan yang
berkualitas (Fiantika dkk. dalam
Rahmah, 2022).

Berdasarkan hasil wawancara:


Guru/teman sejawat
(Rika Hasrina, S.Pd)

Pada saat guru mencoba


menerapkan salah satu model
pembelajaran inovatif, peserta
didik kurang aktif dalam
pembelajaran serta merespon
materi yang disampaikan
cenderung lambat.

Kepala Sekolah
(Ade Saepudin, S.Pd.)

Dalam suatu pembelajaran


ditentukan bukan hanya apa
yang harus dilakukan guru, akan
tetapi menyangkut tahapan-
tahapan, prinsip-prinsip reaksi
guru dan peserta didik. Pemilihan
model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi
yang akan diajarkan, tujuan yang
akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat
kemampuan peserta didik. Guru
masih bingung dalam penerapan
model pembelajaran yang tepat
dengan materi yang akan
diajarkan.

5 Peserta didik Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan


mengalami masalah diantaranya : hasil esplorasi,
kesulitan wawancara dengan
mengerjakan  Tingkat berpikir peserta didik guru, kepala sekolah
soal HOTS belum kritis dan PKS Kurikulum,
 Kemapuan literasi peserta didik serta diperkuat
masih kurang dengan kajian
 Peserta didik belum terbiasa literatur, dapat
dalam pengerjaan soal HOTS diperoleh
 Sebagian guru beranggapan pemahaman bahwa
bahwa soal HOTS adalah soal penyebab dari
yang susah peserta didik
 Guru belum terbiasa membuat mengalami kesulitan
soal HOTS, masih pada tingkat mengerjakan soal
LOTS dan MOTS. HOTS yaitu peserta
 Belum ada pelatihan mengenai didik belum terbiasa
pembuatan soal HOTS bagi dengan
guru disekolah SMP Budimulya pembelajaran yang
sehingga pemahaman semua berbasis HOTS, dan
guru belum merata. kurangnya
kemampuan literasi
Berdasarkan kajian literatur sehingga
yaitu : kemampuan berpikir
peserta didik belum
Terdapat tiga ranah atau jenis kritis. Juga guru
dalam aktivitas kemampuan belum membiasakan
berpikir diantaranya; 1) HOTS, 2) dan mengoptimalkan
MOTS, 3) LOTS. Pertama, HOTS pembelajaran
atau kemampuan berpikir tingkat berbasis HOTS, guru
tinggi, yang termasuk masih terpaku
kedalamnya adalah aspek
dengan metode
menganalisa (C4), aspek
konvensional, serta
mengevaluasi (C5) dan aspek kurangnya
mencipta (C6). Kedua MOTS atau kesadaran untuk
kemampuan berpikir tingkat
meningkatkan
menengah yang termasuk kompetensi diri
kedalamnya antara lain,
sebagai guru,
menerapkan (C3). Dan ketiga sehingga
LOTS atau kemampuan berpikir pembelajaran masih
tingkat rendah diantaranya, berbasis LOTS dan
aspek mengingat (C1), dan aspek MOTS. Kualitas guru
memahami (C2) (Dalman dkk., menjadi bagian yang
2022). sangat penting
dalam
HOTS (Higher Order Thinking mengoptimalkan
Skill) atau keterampilan berpikir penilaian HOTS
tingkat tinggi adalah proses untuk melatih dan
berpikir kompleks dalam mengetahui kategori
menguraikan materi, membuat kemampuan berpikir
kesimpulan, membangun tingkat tinggi
representatif, menganalisis dan peserta didik.
membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang
paling dasar (Resnick dalam
Mustaghfirin, 2019).

Pratiwi dalam Saraswati dkk.


(2020) menjelaskan bahwa untuk
mengembangkan item berbasis
HOTS yang baik untuk siswa,
kualitas guru menjadi bagian
yang sangat penting dalam hal
ini. Guru harus memiliki
pemahaman yang baik tentang
proses kognitif dalam
keterampilan berpikir tingkat
rendah (LOTS), keterampilan
berpikir tingkat menengah
(MOTS) dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (HOTS). Terlebih
lagi menurut Widana (2017) guru
memegang peran dalam
mengoptimalkan penilaian HOTS,
baik dalam tes harian, penilaian
akhir semester, dan ujian
sekolah. Hal ini dimaksudkan
untuk melatih dan mengetahui
kategori kemampuan berpikir
tingkat tinggi peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara:


Guru/teman sejawat
(Rika Hasrina, S.Pd)

Guru belum terbiasa membuat


soal dengan karakteristik HOTS,
karena belum adanya pelatihan
mengenai pembelajaran yang
bersifat HOTS.

Kepala Sekolah
(Ade Saepudin, S.Pd.)

Guru belum memahami


pelibatan HOTS dalam kegiatan
pembelajaran, baik dalam
pembuatan LKPD, pembuatan
soal dan evaluasi pembelajaran.
Serta peserta didik mengalami
kendala lietrasi pada soal atau
pembelajaran yang berbasi HOTS.

Pakar/PKS Kurikulum
(Imam, S.Pd.)

Di sekolah SMP Budimulya


belum sepenuhnya menggunakan
soal-soal yang berbasis HOTS
dikarenakan pertimbangan
peserta didik yang masih susah
mengerjakan soal HOTS, yang
dianggap hal baru. Dilihat dari
tahun kemarin mengikuti kegitan
PISA yang jenis soalnya berbasis
HOTS, dapat disimpulkan
sebagian besar peserta didik
kesulitan dalam mengerjakan
soal berbasis HOTS. Adapun
penyebabnya yaitu sebagian soal
HOTS menyajikan teks wacana
yang panjang sehingga peserta
didik membutuhkan waktu untuk
memahami dan menelaah isi
bacaannya, karena kemampuan
literasi peserta didik masih
rendah.
6 Belum optimal Hasil eksplorasi penyebab Berdasarkan
nya masalah diantaranya : hasil esplorasi,
pemanfaatan wawancara dengan
teknologi/inovas  Sebagian guru terbiasa dengan guru, kepala
i dalam pemahaman bahwa mengajar sekolah, serta
pembelajaran. cukup menggunakan buku diperkuat dengan
sumber yang ada kajian literatur
 Belum terbiasa melibatkan diperoleh
teknologi dalam penyampaian pemahaman bahwa
materi belum optimalnya
 Guru belum mahir dalam pemanfaatan
mengoprasikan komputer, dan teknologi/inovasi
media lain yang berkaitan dalam pembelajaran
dengan teknologi, sehingga disebabkan karena
belum terlaksananya strategi dua faktor yaitu
pembelajaran yang pertama faktor guru,
berkolaborasi dengan teknologi. guru terbiasa
 Fasilitas teknologi yang terbatas menggunakan
dan pemanfaatan gawai metode
dibatasi disekolah sehingga pembelajaran
peserta didik sulit mencari konvensional tanpa
informasi tambahan dari melibatkan teknologi
internet. dalam pembelajaran,
serta guru kurang
aktif mengikuti
Berdasarkan kajian literatur pelatihan ataupun
yaitu : seminar guna
meningkatkan
Berkembang pesatnya kompetensinya.
teknologi informasi Kedua faktor daya
dukung dari sekolah
mempengaruhi berbagai aspek
yang kurang terkait
kehidupan termasuk bidang
penyediaan fasilitas
pendidikan. Guru dituntut untuk yang menunjang
memahami akan perkembangan pembelajaran
teknologi informasi agar terus berbasis teknologi.
bisa berinovasi dalam
pembelajaran yang mengikuti
perkembangan zaman dan
mempersiapkan peserta didik
untuk menghadapi tantangan
pendidikan abad 21 (Ansyari,
2022).

Sesuai dengan pembelajaran


abad 21 yang salah satunya
berhubungan dengan
pemanfaatan teknologi.
Pembelajaran abad 21
menerapkan kecakapan belajar
dan inovasi, kecakapan
informasi, media dan teknologi
(Effendi dkk., 2019).

Kunci utama maju pesatnya


pendidikan adalah kemampuan
guru dalam mengelola dan
menginovasi setiap proses
pembelajaran yang diajarkannya.
Guru diharapkan terus berupaya
untuk mengoreksi dan
memperbaharui keterampilannya
di setiap waktu (Effendi dkk.,
2019).

Sejalan dengan pernyataan


Wartomo (2016) bahwa
kompetensi guru harus
diorientasikan terhadap
perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dan
masyarakat digital dewasa ini.

Berdasarkan hasil wawancara:


Guru/teman sejawat
(Rina Nurullita, S.Pd)

Kurang optimalnya
pemanfaatan teknologi/inovasi
dalam pembelajaran, karena
falsilitas yang terbatas, sehingga
harus bergantian dengan guru
lain. Dan belum paham mengenai
inovasi lain dalam pembelajaran,
sehingga apabila sudah
menyiapkan materi yang
dikolaborasikan dengan teknologi
tetapi lab ataupun proyektornya
sedang dipakai guru lain, merasa
bingung cara untuk
mengantisipasinya dan kembali
lagi menyampaikan materi
dengan metode konvensional.

Kepala Sekolah
(Ade Saepudin, S.Pd.)

Pemanfaatan teknologi atau


inovasi pembelajaran disekolah,
belum terealisasi secara optimal,
pertama pemahaman gurunya
yang kurang karena belum ada
pelatihan terkait hal ini. Kedua
daya dukung dari sekolah
memang kurang, dari segi
fasilitas.

Pakar/Guru informatika
(disekolah lain)
(Aji Taufik, S.Kom.)
Guru belum mengeksplor
penegtahuannya mengenai
teknologi/inovasi pembelajaran.
Dan guru pun belum megikuti
bimbingan teksnis (bimtek)
dengan materi yang mencakup
dasar-dasar pengembangan
sumber belajar, pengembangan
model-model pembelajaran
inovatif serta pembuatan media
pembelajaran berbasis TIK,
sehingga masih bingung dalam
penerapan teknologi ataupun
inovasi dalam kegiatan belajar.

Anda mungkin juga menyukai