Makalah Kel.5 - Geo - Pertanian - 2
Makalah Kel.5 - Geo - Pertanian - 2
Makalah Kel.5 - Geo - Pertanian - 2
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
DOSEN PENGAMPU:
KELAS A 2018
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah untuk pemenuhan tugas
dalam mata kuliah Geografi Pertanian.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan .....................................................................................................
b. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR,
1988), “pertaniaberkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam”. Dan FAO (1989) dalam Sutanto (2001) menyatakan bahwa
pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam,
dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikan rupa
sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang dimana diharapkan dari
pembangunan sektor pertanian, perikanan dan peternakan mampu mengkonservasi
tanah, air, tanaman, sumber genetik hewan, tidak merusak lingkungan dan secara
sosial dapat diterima.
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
2
Adapun fungsi dan tujuan pertanian berkelanjutan diantaranya sebagai
berikut:
3
3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam
yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Dalam hal ini
mencakup terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis atau
sumberdaya genetik, sumber air dan agroklimat, sumberdaya tanah, serta
kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
1. Prinsip ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme
dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah,
udara, iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus
seoptimal mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus
sejalan dengan upaya pemanfaatan.
2. Prinsip teknis
Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk
mengupayakan suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai
dari transisi lahan model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan,
cara pengelolaannya, pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga
penggunaan teknologi yang digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan
kondisi fisik setempat.
3. Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan
secara ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong
berkembangnya kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki,
dan mendorong kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan dengan
upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam
upaya produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.
4
Salah satu contoh penerapan pertanian berkelanjutan adalah sistem
pertanian organik. Pertanian organik adalah metode produksi tanaman yang berfokus
pada perlindungan lingkungan. Metode ini menghindari penggunaan input kimia,
seperti pupuk dan pestisida (Abando dan Rohnerthielen, 2007 dalam
Theocharopoulos et al., 2012). Teknik-teknik yang digunakan dalam pertanian
organik merupakan pendekatan dari sistem pertanian berkelanjutan yang
menekankan pada pelestarian dan konservasi sumber daya alam guna terciptanya
keseimbangan ekosistem dan memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas
pertanian dalam jangka panjang. Kegiatan-kegiatan yang menunjang pertanian
berkelanjutan diantaranya adalah sebagai berikut (Sudirja, 2008):
5
terasering pada lahan miring untuk mencegah terjadinya erosi, melakukan
reboisasi atau penanaman kembali lahan kritis, melakukan pergiliran tanaman
atau crop rotation dan menanam tanaman penutup tanah (cover crop).
3) Menjaga Kualitas Air
Menjaga dan melindungi sumberdaya air untuk tetap mempertahankan
kualitasnya pada kondisi alamiahnya merupakan hal mutlak dalam pertanian.
Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, produktivitas dan daya
tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumberdaya air. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air
antara lain: mengurangi penggunaan senyawa kimia sintetis ke dalam tanah
yang dapat mencemari air tanah, menggunakan irigasi tetes yang menghemat
penggunaan air dan pupuk, melakukan penanaman, pemeliharaan dan
kegiatan konservasi tanah pada kawasan lahan kritis terutama di hulu daerah
aliran sungai.
4) Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman pelindug seperti gandum dan semanggi di akhir musim
panen tanaman sayuran atau sereal bermanfaat untuk menekan pertumbuhan
gulma, mencegah erosi dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
5) Diversifikasi Tanaman
Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam/memelihara lebih dari
satu jenis tanaman dalam satu areal lahan pertanian. Cara ini adalah salah satu
alternatif untuk mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat kondisi
cuaca ekstrim, serangan hama pengganggu tanaman, dan fluktuasi harga
pasar. Diversifikasi tanaman juga dapat berkontribusi bagi konservasi lahan,
menjaga kelestarian habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga
yang bermanfaat. Dari segi ekonomi, diversifikasi tanaman dapat
meningkatkan pendapatan petani sepanjang tahun dan meminimalkan
kerugian akibat kemungkinan kegagalan dari menanam satu jenis tanaman
saja.
6) Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman diperlukan untuk meningkatkan kondisi tanah
serta melindungi lingkungan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan
6
penggunaan pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan sebagai penutup
tanah yang tidak hanya menyuburkan tanah tetapi juga dapat menekan biaya
pembelian pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk
organik yang dapat dimanfaatkan antara lain pupuk kompos, kascing, dan
pupuk hijau (dedaunan).
7) Agroforestri
Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan (ushatani) yang
mengkombinasikan tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk
meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Sistem
ini membantu terciptanya keanekaragaman tanaman dalan suatu luasan lahan
untuk mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta
meminimalisir kebutuhan pupuk dari luar lahan karena adanya daur-ulang
sisa tanaman (Ruijter dan Agus, 2004).
7
5) Mampu berdaptasi (adaptable) di mana mampu menyesuaikan diri dengan
kondisi yang selalu berubah seperti pertumbuhan populasi, kebijaksanaan dan
perubahan konstalasi pasar.
8
ii. Masalah masalah pertanian
1. Petani masih miskin
Berdasarkan data BPS, 29 juta jiwa penduduk indonesia masih berada di
bawah garis kemiskinan dimana 18 juta jiwa tersebut berada di pedesaan.
Selain itu, Nilai Tukar Petani sekitar 100-105 sejak 2010, dibandingkan
dengan target batas bawah RPJMN, yaitu 115-120.6 Hal ini menunjukkan
petani (nelayan, peternak, perkebun) Indonesia belum sejahtera.
2. Ketergantungan impor Impor tanaman pangan menempati 74% dari total
impor yang dilakukan pemerintah. Sedangkan impor peternakan, holtikultura,
dan perkebunan sebesar 8 – 9%. Pada Desember 2013, ekspor perkebunan
meliputi minyak sawit, kelapa, karet dan gula tebu sebesar 96%. Namun
produk perkebunan yang diekspor merupakan bahan mentah dan sebagian
impor merupakan bahan jadi. Impor dilakukan sebagian besar untuk
konsumsi, bukan untuk proses produksi. Hal ini menunjukkan sangat
tergantungnya pemenuhan konsumsi domestik terhadap impor.
3. Banyak usia produktif meninggalkan pertanian. Grafik berikut menunjukkan
penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian dari 2003 ke 2013. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa usia produktif di Indonesia berkurang, mereka lebih
tertarik bekerja pada non pertanian dikarenakan kurangnya dukungan
pemerintah pada sektor pertanian. jika sektor pertanian menjadi kurang
menarik bagi usia produktif, maka 10 tahun lagi, sektor pertanian Indonesia
makin terpuruk.
Aspek permasalahan
1. Aspek Geografis
Penyebab penurunan produktivitas pertanian bisa disebabkan force majeur
atau dengan kata lain diluar kendali manusia seperti seperti bencana alam dll.
Indonesia terletak di ring of fire, sehingga Indonesia akan lebih sering
terkena dampak bencana alam. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah
adalah bekerja sama dengan lembaga lain seperti BNPB, BMKG dll untuk
memitigasi potensi kerugian yang harus ditanggung petani akibat terjadinya
9
bencana alam dan anomali cuaca. Selain itu, pemerintah dapat mendorong
penelitian dan pengembangan benih yang berpotensi yang lebih adaptif dan
lebih berumur pendek yang disesuaikan dengan perubahan iklim
2. Aspek Kebijakan Pemerintah
Selama ini, Pemerintah berupaya membuat berbagai kebijakan Pertanian,
namun program dan kebijakan yang telah digulirkan masih belum
sepenuhnya berjalan secara terpadu, efisien dan efektif. Upaya yang dapat
dilakukan pemerintah adalah membebaskan pajak yang dikenakan ke petani
dan memberi tarif tinggi kepada produk impor. Hal ini tidak melanggar
ketentuan peraturan perdagangan Internasional dan dapat melindungi produk
pertanian dalam negeri. Jepang sudah mengimplementasikan hal ini untuk
meningkatkan produksi pertaniannya. Kebijakan pertanian harus jangka
panjang untuk memastikan keberlangsungannya. Kebijakan domestik
hendaknya disertai dengan kebijakan perdagangan luar negeri untuk
melindungi produksi dalam negeri
3. Aspek Program Pemerintah
Indonesia masih mengalokasikan sebagian besar anggaran di APBN pada
subsidi energi yang tidak tepat sasaran. Alokasi anggaran subsidi benih pada
APBN rata-rata hanya 2.3% per tahun dari total subsidi non energi dan rata-
rata 0.4% per tahun dari total subsidi. Selain anggaran sedikit, masalah yang
hampir setiap tahun terjadi adalah pupuk subsidi yang naik setiap tahun.
Kenaikan harga pupuk tersebut disebabkan kenaikan Harga Pokok Penjualan
(HPP) yang disebabkan lonjakan harga gas, kenaikan harga bahan bakar
minyak, inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini membuat petani
khawatir (termasuk spekulan) sehingga membeli pupuk berlebihan.
Mekasnisme distribusi pupuk subsidi pupuk juga perlu dikaji lebih
mendalam.Subsidi pupuk mendukung produsen pupuk, dikarenakan belum
terdapat pemisahan biaya yang tegas antara operasional pupuk subsidi atau
non subsidi atau ekspor. Hal ini dikarenakan satu pabrik pupuk memproduksi
pupuk subsidi, non subsidi dan ekspor. Hal ini membuat kesulitan
mengalokasikan biaya operasional dan tentunya dapat memunculkan fraud.
10
Subsidi bunga kredit pertanian di perbankan, terutama tanaman pangan dan
hortikultura juga kurang pro-petani. Dari total kredit ke sector pertanian,
lebih dari 60% untuk perkebunan sawit. Padahal, perkebunan sawit biasanya
pemilik modal besar. Kendala petani dalam mengakses kredit perbankan
adalah persyaratan formal yang dibutuhkan perbankan sulit dipenuhi oleh
para petani. Hal ini dilematis karena Bank dalam pemberian kredit selalu
terikat pada aturan hukum yang berlaku. Pemerintah mengupayakan
pengembangan kredit pada sektor pertanian, disisi lain Bank melalui
peraturan Bank Indonesia menekankan prinsip kehati-hatian dalam setiap
penyalurannya dengan pembebanan resiko pada setiap penurunan kualitas
kredit tanpa adanya perlakuan khusus.
Terkait dengan perbaikan Irigasi target terlaksananya rehabilitasi irigasi pada
areal seluas 1340 ribu Ha di 2014. Realisasinya sampai 2011, total areal
hanya sebesar 577.18 ribu Ha. Jadi, masih kurang 762.9 ribu Ha sampai
tahun 2014. 50% jaringan irigasi strategis nasional di Jawa rusak. Ini berarti
dalam 30 tahun terakhir tak ada perhatian pemerintah soal irigasi.
1. Intervensi pasar
Menetapkan harga minimum untuk hasil produksi pertanian dalam negeri
untuk menjamin kestabilan harga jual komoditas pertanian.
Menjamin ketersediaan pasar untuk menampung produksi pertanian
dalam negeri (antar daerah di seluruh Indonesia).
Mempromosikan komoditas Indonesia ke negara asing.
Memberi bea masuk tinggi untuk impor barang yg sama dari luar negeri
melindungi komoditas yg diproduksi dalam negeri
11
2. Standardisasi kualitas sektor pertanian
Revitalisasi Bulog, kampus dan industri sektor pertanian dalam penetapan
standar dan pelatihan kepada produsen agar produknya dapat memenuhi
standar tersebut
Insentif terhadap penelitian yang memberi dampak bagi pertanian
Indonesia.
Pelatihan-pelatihan dan sosialisasi penyuluh pertanian yang efektif untuk
petani (petani disini termasuk peternak, nelayan, perkebun) melibatkan
kampus dan swasta yang terlibat dlm industri ini.
3. Subsidi input pertanian dan lanjutan
Memberikan subsidi pupuk, alat pertanian, kapal, bibit, obat hewan
peliharaan dan memberikan pengawasan terhadap mekanisme pemberian
subsidi-subsidi tersebut.
Insentif untuk swasta atau industri-industri yang mau terlibat misalnya
industri input (pupuk, benih) sehingga tercipta harga pupuk yang lebih
masuk akal.
Insentif untuk industri lanjutan (industri pengolahan makanan) untuk
mejaga keutuhan mata rantai industri pertanian
4. Peningkatan produktivitas daerah produsen
Menjamin ketersediaan sekolah, puskesmas, listrik, pasar di daerah-daerah
(pantai, perkebunan, pedesaan) sehingga usia produktif tertarik membangun
desanya
Diversifikasi pangan lokal seperi: gatot, thiwul, emping, lemper, geplak, dan
lain-lain pangan lokal berbagai daerah di Indonesia. Bahan makanan tersebut
juga memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan beras. Cara ini akan
meningkatkan pendapatan rumah tangga pedesaan dan sekaligus
menghasilkan pangan lokal yang berdaya saing.
5. Infrastruktur
Menjamin irigasi, jalan dan jembatan serta angkutan gratis/murah untuk
distribusi produksi pertanian
Mengembangkan fasilitas pembuangan limbah ternak supaya dapat
berdaya guna seperti pupuk kompos dll.
12
6. Perlindungan terhadap lahan pertanian/kebun
Insentif berupa keringanan pajak untuk setiap hektar tanah/jumlah peliharaan
yang dimiliki
7. Penunjukkan/pembentukan lembaga Keuangan (bank atau asuransi) yang pro-
petani
Pemberian kredit murah (subsidi bunga) untuk petani khususnya petani kecil.
8. Perlindungan terhadap gagal panen/masa paceklik untuk petani
Kerja sama dengan lembaga lain seperti BNPB, BMKG dll untuk memitigasi
potensi kerugian yang harus ditanggung petani akibat terjadinya bencana
alam dan anomali iklim.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah pertanian yang ada, kebijakan dan program pangan
dari masing-masing instansi harus dipersatukan menjadi kebijakan dan program
nasional yang sistematis, konsisten dan terpadu.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/95761/Pertanian-Berkelanjutan/
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-dan-konsep-
pertanian-berkelanjutan-22
https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-
melalui-pertanian-berkelanjutan.html#:~:text=Pembangunan%20pertanian
%20berkelanjutan%20bertujuan%20untuk,dipertahankan%20dalam%20jangka
%20panjang%20dengan
https://petanidigital.id/pertanian-berkelanjutan/
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/
apbn_PERMASALAHAN_DAN_UPAYA_PENINGKATAN_PRODUKTIVITAS_
PERTANIAN20140821143024.pdf
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ysdkkalbar.org/
pertanian-berkelanjutan/
&ved=2ahUKEwj_q7D8o57wAhW46nMBHem2CUcQFjAbegQIHhAC&usg=AOv
Vaw37awO8UmisKL3J5uc0hZLa&cshid=1619521593134
15