G1B019020 - Wizni A'dila A'ziza - Kelompok 3 - SLR CS 4 - Tutor Drg. Mahindra Awwaludin R., M. H

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MODUL CONSEVATIVE DENTISTRY

SELF LEARNING REPORT


CASE STUDY (CS)
KAVITAS KELAS II

Tutor :

drg. Mahindra Awwaludin Romdlon, M.H

Disusun Oleh :
Wizni A'dila A'ziza
(G1B019020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2020
Case Study: Kavitas Kelas II

Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun, datang ke RSGM mengeluhkan gigi


geraham kanan/kiri bawah yang berlubang sejak 2 minggu yang lalu. Gigi tersebut pecah
ketika pasien sedang makan kacang. Berdasarkan pemeriksaan objektif, terdapat kavitas
dengan kedalaman dentin pada permukaan okluso-mesial gigi 37/47. Saat ini gigi terebut
tidak sakit. Tes vitalitas menggunakan CE positive (+) ngilu. Palpasi dan perkusi negative (-).
Pasien ingin gigi tersebut segera ditambal sewarna dengan gigi karena takut lubangnya
bertambah besar. Pasien adalah seorang pramugari dan tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.

A. Cara Diagnosis Pasien Tersebut


Tahapan penegakkan diagnosa diambil setelah melakukan rangkaian pemeriksaan berikut,
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Chief of complain (CC)
gigi geraham kanan/kiri bawah yang berlubang
b. Present illness (PI):
Lokasi : gigi geraham belakang bawah kanan/ kiri
Durasi : 2 minggu yang lalu
Faktor yang memperberar: gigi pecah ketika makan kacang
c. Past medical history (PMH): -
d. Past dental history (PDH):-
e. Family history (FH) : -
f. Social history (SH)
Pasien seorang pramugari berusia 22 tahun
2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral: -
b. Pemeriksaan intra oral
1) Pemeriksaan visual
kavitas dengan kedalaman dentin pada permukaan okluso-mesial gigi 37/47
2) Pemeriksaan perkusi: negatif
Tidak terasa sakit yang menunjukkan bahwa jaringan periodontal tidak
megalami keradangan
3) Pemeriksaan vitalitas
a) Tes elektris: -
b) Tes thermal: positif
digunakan pengaplikasian suhu dingin yaitu chlor ethyl (CE) dan pasien
merasa ngilu, sehingga giginya masih vital.
c) Tes kavitas: -
d) Tes jarum: -
3. Pemeriksaan Penunjang: foto rontgen
a. Radiografi perapikal dan bitewing

B. Diagnosis Pasien

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas diduga pasien mengalami pulpitis


reversibel pada gigi 37/ 47 dengan kondisi klinis terdapat cavitas kelas II berdasarkan
klasifikasi G. V. Black. Secara visual terdapat karies pada daerah tersebut dengan vitalitas
gigi yang positif dan perkusi negatif (Singh, 2020).

C. Klasifikasi karies pasien tersebut


1. Klasifikasi Baumes: proksimal gigi
2. Klassifikasi berdasarkan keparahan: karies moderate
3. Klasifikasi berdasarkan kedalaman: karies media – sedalam dentin
4. Klasifikasi WHO: D3 – karies yang mecapai dentin
5. Klasifikasi G V Black : kelas II
Yaitu kavitas yang berada pada permukaan proksimal gigi posterior. Aksesnya bisa
berupa dari oklusal. Pada kasus ini kavitas yang terjadi adalah pada permukaan
oklusal gigi molar hingga proksimal bagian mesial (mesiooklusal) (37/ 47)
6. Klasifikasi berdasarkan lokasi dan ukuran lesinya: 2.2
Site 2: permukaan aproksimal gigi: kontak area gigi yg berdekatan
Size 2: lesi yang lebih besar dari lesi permukaan. Namun, masih ada struktur gigi/
retensi yang cukup untuk mendukung restorasi tanpa medikasi lebih lanjut pada
kavitas, selain menghilangkan kariesnya.
7. Klasifikasi International caries detection and assesmen system (ICDAS)
Termasuk karies pada permukaan halus, pit dan fissur dengan kode D5.
kavitas terlihat pada dentin dan di permukaannya, akan tetapi masih kurang dari
setengah
D. Rencana Perawatan pasien tersebut
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mempertimbangkan keinginan pasien yang
menginginkan giginya ditumpat sewarna gigi. Maka, rencana perawatan yang akan
dilakukan adalah penumpatan dengan bahan resin komposit teknik sandwich dengan
pengaplikasian basis dengan GIC tipe 3. Pengaplikasian basis diharaokan dapat
melindungi pulpa dari iritasi yang disebabkan oleh monomer sisa dari komposit yang
tidak terpolimerisasi sempurna. Penggunaan basis ini juga diharapkan bisa mengurangi
penggunaan komposit yang memiliki peluang shrinkage besar, sehingga meminimalisasi
terjadinya kebocoran.

Restorasi komposit untuk kavitas kelas I dan II, dengan indikasi sebagai berikut:

1. Lesi karies kecil dan moderate


2. Gigi pada zona yang sensitif secara estetika
3. Gigi bisa diisolasi secara efektif
4. Terdapat akses untuk cahaya masuk bila dalam perawatannya menggunakan cahaya
5. Bukan merupakan area yang yang mendapat tekanan oklusal yang berat
6. Pasien tidak alergi resin komposit

Kelebihan dari restorasi resin komposit diantaranya adalah:

1. Preparasi konservasi gigi bisa dilakukan


2. Bisa mempertahankan estetika gigi
3. Perlekatannya baik karena ikatan mikromekanikal interlocking
4. Lebih ekonomis
5. Lebih mudah
6. Komposit mudah diperbaiki kembali
7. Bisa digunakan pada kedua gigi yang berkontak

E. Tahapan Kerja secara Detail


Brikut tahapan kerja restorasi kavitas kelas II dengan teknik sandwich dalam Singh
(2020)
1. Isolasi daerah kerja
Hal pertama dan faktor terpenting adalah untuk mencapai isolasi yang tepat
menggunakan rubber dam, cotton roll, dll. Ini bisa memastikan lingkungan tindakan/
perawatan tanpa intervensi dari air liur, sehingga bisa mencapai pekerjaan yang
maksimal, efisien, dan mendapatkan hasil klinis yang luar biasa. Langkah ini
dilakukan sebelum persiapan preparasi kavitas selesai.
2. Memilih shades
Bagi pasien yang mementingkan estetika giginya pemilihan warna natural sewarna
gigi dilakukan sebelum preparasi gigi, pemilihan warna ini dilakukan di siang hari
dan tidak boleh di bawah cahaya dental chair karena cahaya kuningnya bisa
mengintervensi warna yang sesuai.
3. Gunakan pita matriks di sekitar gigi yang akan dipreparasi untuk memastikan titik
kontak yang baik dan mencegah terjadinya overhanging. Gunakan matriks yang soft
sehingga dapat diatur dengan mudah oleh jari atau matriks mylar bening yang
memungkinkan cahaya untuk masuk. Kedua hal ini dipilih bergantung operator.
Selain penggunaan matriks bisa juga digunakan wedges supaya matriks yang
digunakan bisa terfiksasi.
4. Membersihkan kavitas
Teknik preparasi kelas II
a. Membuat outlineform kavitas kelas II.
b. Preparasi dimulai dari area pit berlawanan dengan permukaan proksimal yang
terlibat. buka kavitas dengan menggunakan round bur.
c. Preparasi dilakukan secara konservatif dan konservatif dengan bevel. Untuk
mempertahankan resisten form ketebalan dinding minimal adalah 2 mm.untuk
mendapatkan resisten form dapat dilakukan dengan membentuk Dinding pulpa
dibuat rata dan tegak lurus pada bidang aksial gigi, kalo dinding eksternal searah,
dinding lateral tegak lurus dengan pulpa, dinding gingival harus tegak lurus dan
rata dengan sumbu gigi
d. Preparasi dilakukan sampai pada daerah yang pendek dari marginal ridge dari
permukaan proksimal yang telibat.
e. Bur memotong sedemikian rupa seperempat di dalam dentin dan tigaperempat di
dalam enamel. Kedalaman untuk restorasi seminimmal munkin 2.5 mm.
f. bur digerakkan ke arah gingiva untuk membuat kontak proksimal.
g. Pada daerah gingiva, preparasi diperpanjang di bawah lesi karies
h. Tidak dilakukan bevel pada bagian oklusal.
i. Melakukan bevel pada bagian dinding proksimal untuk meningkatkan retensi, yatu
dinding gingival, buccal dan lingual dari interproksimal boks.
j. Pastikan semua karies terbuang kemudian menghaluskan area preparasi (finishing
of the preparation wall) yang akan meningkatkan kekuatan geser dan tarik
k. Pastikan permukaan kavitas dibersihkan setelah karies dihilangkan menggunakan
chlorhexidin glukonat.
l. Basis diaplikasikan pada dasar pulpa dan dinding aksial pada preparasi kelas II.

5. Mengaplikasikan basis
Pertama tama melakukan pengaplikasian dentin conditioner yaitu asal poliakrilat 10%
selama 10 detik jika menggunakan basis GIC. Kemudian, Basis yang digunakan bisa
berupa kalsium hidroksida atau GIC tipe 3. Penggunaan basis pada dasar dinding
pulpa dan gingiva ini dimaksudkan untuk melindungi pulpa dari monomer sisa
komposit yang tidak terpolimerisasi sempurna. Pengaplikasian basis ini dilakukan
secara tipis setinggi 1 mm atau setinggi dentin jika menggunakan GIC tipe 3.
6. Etsa asam
Etsa yang digunakan biasanya etsa cair dan gel yang mengandung 37% asam posfat.
Sediaan gel lebih banyak digunakan karena alirannya bisa dikontrol. Kemasannya
tersedia dalam bentuk botol dan syringe. Etsa diaplikasikan secara langsung baik
dengan jarum halus atau syringe atau brush. Lakukan dengan ekstra hati-hati untuk
tidak mengenai gigi yang berdekatan atau melukai jaringan lunak. Etsa bisanya
dilakukan selama 15-20 penambahan waktu dibutuhkan untuk gigi berflor dan gigi
desidui.
7. Mencuci etsa
Etsa dicuci secara menyeluruh kemudian dikeringkan. Enamel yang dietsa akan
terlihat putih dan buram. Jangan menyentuh permukaan yang dietsa dengan kapas,
instrumen atau tangan. Pada kasus yang terkontaminasi oleh cairan oral atau gingival
fluid, seluruh prosedur harus diulangi.
Area tersebut harus dibiarkan sedikit lembab jangan sampai kering karena dapat
menyebabkan serat kolagen men jadi collapse dan kemampuan adhesiv untuk
berpenetrasi pada dentin dan kekuatan pengikatan akan terpengaruh.
8. Aplikasi dentin boding agent
Dengan munculnya sistem perekat baru, aplikasi kation agen pengikat telah menjadi
satu langkah prosedurbaik primer dan perekatnya. Boding agent generasi kelima
diaplikasikan di atas permukaan etsa secara hati-hati dengan applicator tip dan dibuat
mengalir seragam dengan dinding kavitas dan dibiarkan selama 10 detik untuk
memungkinkan penetrasi ke dentin.

9. Curing the bonding agent


Light curing dilakukan sekitar 20 detik. Curing light yang biasa digunakan adalah
QTH. Isolasi yang baik dan pencegahan kontaminasi harus dihaga. Teknik ini yang
diawali oleh etsa dan diikuti pengaplikasian bonding agent disebut teknik etsa total.
10. Penempatan resin komposit
Buat terlebih dahulu restorasi untuk dinding mesialnya (rewalling), supaya restorasi
sisanya mengikuti restorasi kelas I. Kemudian, pengaplikasian resin komposit yang
dilakukan layer by layer kemudian dilight cure. Setelah mencapai dentin bentuk
outline form sesuai dengan cusp gigi 7. Lanjutkan dengan pengaplikasian komposit
sesuai dari cusp per cusp, dimana setelah setiap satu bagian cusp selesai lakukan light
curing.

a. Curing composite
Selain QTH, LED juga bisa digunakan untuk mengeringkan komposit dengan
waktu yang lebih sedikit yaitu sekitar 10 detik tiap lapisan. Selain itu, laser juga
bisa digunakan sebagai alternatif, dengan keuntungan penetrasi yang lebih dalam,
polimerasasi yang uniform dan waktu yang lebih singkat dibanding cahaya
halogen konvensional.
b. Finishing and polishing
Buang sisa resin komposit yang berlebih dengan bur pita kuning yang berbentuk
pear atau taper. Lalu poles dengan menggunakan enhance bur/ pogo bur.
Kelebihan komposit pada margin cavosurface dikikis menggunakan scalpel atau
pisau emas tajam. Untuk kontur kasar pada permukaan oklusal digunakan
diamond points atau fluted carbid bur/ bur karbid bergalur. Sebagai tambahan,
untuk finishing lebih lanjut, disc dilapisi dengan alumunium oksida atau silikon
dioksida dengan kecepatan yang lambat. Fexible disc tersedia dalam beberapa
diameter dan tekstur abrasif dari kasar ke halus dan digunakan secara berurutan.
Gunakan vaselin atau jeli lubrikan sebagai pelumas saat menggunakan disc ini.
Silicone polisher bisa juga digunakan untuk keperrluan finishing dan diamond
polishing point bisa digunakan untuk polishing. Untuk finshing dan polishing area
proksimal bisa dilakukan menggunakan finishing strip bur.
c. Obtaining final lustre/ kilau akhir
Kilau akhir dapat diperoleh dengan menggunakan pasta pemoles yang
mengandung batu apung atau silika atau partikel berlian dan dignakan bersama
dengan polishing cup (Kenda, coltene) dengan kecepatan yang lambat.
d. Glaze
Glasir (fortify, bisco) dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dan light cured.
Glasir meningkatkan resistensi keausan dengan mengalir melalui permukaan dan
defek penetrasi mikrostruktural pada material retoratif.

F. Ciri anatomis gigi yang dipreparasi (uraikan dan gambarkan!)


Dalam (garg dan garg, 2011) berikut ciri anatomis Gigi 37/ 47
Aspek oklusal:

1. Hampir berbentuk segi empat


2. Mahkota meruncing ke arah lingual dan distal
3. Dimensi mesiodistal lebih besar dari dimensi buccolingual
4. Permukaan buccal menunjukkan titik puncak mesiobuccal yang menonjol
5. Karena tidak ada puncak distal, maka tidak ada groove distobuccal
6. Transvere ridge dibentuk oleh triangular ridge mesiobuccal dan mesiolingual cusp,
triangular ridge distobuccal dan distolingual cusp
7. Groove yang utama adalah central groove, buccal groove, dan lingual groove

Aspek bukal
1. Mahkota lebih pendek cervico-oklusal dan lebih sempit mesio-distal jika
dibandingkan molar pertama
2. Empat cusp terlihat, yaitu mesiobuccal, distobuccal, mesiolingual, dan distolingual
3. Buccal groove memisahkan kuspid mesiobuccal dan distobuccal
4. Dua akar, di mesial dan distal dari aspek bukal

Aspek lingual

1. Terlihat kuspid mesiolingual dan distolingual


2. Mahkota sedikit menyatu di sisi lingual
3. Kuspid mesiolingual lebih besar dari kuspid distolingual
4. Akar distal dan mesial terlihat dari aspek ini

Aspek mesial

1. Hampir mirip dengna gigi molar pertama


2. Kuspid mesiolingual adalah kuspid terbesar
3. Permukaan oklusal menyempit secara bucolingual

Aspek distal

1. Hampir mirip dengan gigi molar pertama


2. Ujung puncak kuspid mesiobuccal dan mesiolingual terlihat
3. Kuspid distobukal merupakan kuspid yang paling pendek
4. Mahkota menunjukkan kemiringan distal, marginal ridge distal ditempatkan lebih ke
servikal
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, S. J., Ash, M. M., 2010. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion.
Edisi kesembilan. China. Saunders Elsevier.

Singh, Harpreet, 2020. Essentials of Preclinical Conservative Dentistry.India. Wolters


Kluwer.

Garg, N., Garg, A., 2011. Textbook of Preclinical Conservative Dentistry. India. Jaypee
Brothers Medical Publishers

Anda mungkin juga menyukai