Diksi Adalah Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis & Contoh Diksi Dalam Puisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Diksi Adalah; Pengertian, Ciri-ciri, Jenis & Contoh Diksi Dalam

Puisi
 Putut Wijaya, S.T.

1 year ago

Apa itu diksi? Diksi adalah pilihan kata yang digunakan dalam


membentuk sebuah kalimat. Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa kata
dengan makna sama, namun penggunaannya bisa berbeda. Dalam artikel
kali ini, kami akan memaparkan tentang pengertian diksi, contoh diksi
dan diksi dalam puisi.

Daftar isi
1 Diksi Adalah?
2 Ciri-ciri Diksi
3 Syarat Ketepatan Diksi
4 Jenis-Jenis Diksi
4.1 Diksi berdasarkan maknanya:
4.1.1 Makna Denotatif
4.1.2 Makna Konotatif
4.2 Diksi berdasarkan leksikal:
4.2.1 Sinonim
4.2.2 Antonim
4.2.3 Homonim
4.2.4 Homofon
4.2.5 Homograf
4.2.6 Hipernim dan Hiponim
4.3 Apa itu Diksi Dalam Puisi?
4.4 Tulisan terkait :
Pengertian Diksi Adalah;  Ciri-ciri, Jenis & Contoh Diksi Dalam Puisi
Diksi Adalah?
Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan). Dengan kata lain, diksi merupakan
pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan suatu gagasan agar
mendapatkan hasil tertentu.

Pemilihan diksi yang tepat akan mempermudah pendengar atau pembaca


dalam memahami maksud Anda. Dalam dunia sastra, pemilihan diksi
menjadi lebih penting karena berkaitan dengan keindahan bahasa.

Diksi yang tepat akan lebih membangkitkan suasana atau memperdalam


rasa dari bacaan. Oleh karena itu, para sastrawan kerap memakai diksi-
diksi yang tak biasa agar karya sastranya tidak monoton atau
membosankan.
Ciri-ciri Diksi
Untuk dapat memilih diksi yang tepat pada sebuah tulisan, diperlukan
pemahaman tentang cirri-ciri, syarat, fungsi, hingga jenisnya. Untuk
mengetahui apakah diksi yang Anda gunakan sudah tepat atau belum, bisa
dilihat berdasarkan ciri-ciri berikut ini:

1. Sesuai dengan konteks kalimat yang akan diungkapkan sehingga


nyaman saat dibaca sekaligus mudah dipahami.
2. Diksi tersebut mampu membedakan suasana, makna, dan bentuk
kalimat sehingga selaras dengan nilai rasa dari pembacanya.
3. Menggunakan kosa kata yang dipahami oleh masyarakat.
4. Diksi tersebut menyatu dengan kata yang lain hingga melahirkan
sebuah makna yang tepat.
Itulah empat ciri diksi yang tepat, baik digunakan dalam konteks tulisan
populer maupun sastra. Anda juga harus tahu bahwa biasanya, diksi pada
tulisan populer seperti ulasan, artikel, argumentasi dan sebagainya berbeda
dengan diksi pada tulisan sastra seperti cerpen, puisi atau novel.
Syarat Ketepatan Diksi
Selain pengertian diksi, Anda juga harus mempelajari syarat ketepatan
diksi untuk dapat menggunakannya dengan baik. Menurut Gorys Keraf,
syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut:

 Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.


 Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara
cermat.
 Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
 Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
 Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau
pidato agar ketepatan diksi terjamin.
 Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan
dalam suatu tulisan ataupun pidato.
Jenis-Jenis Diksi
Setelah mengenal apa itu diksi, mari kita lanjutkan pembahasan mengenai
jenis-jenis diksi. Diksi adalah sebuah pilihan kata yang dapat dibedakan
berdasarkan maknanya dan lesikalnya. Untuk memahami lebih dalam,
silahkan simak uraian berikut ini:
Diksi berdasarkan maknanya:
1. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya atau apa adanya diksi
tersebut. Contoh diksi dengan makna denotatif adalah:

 Ayah selalu bekerja keras demi mencukupi kebutuhan keluarga.


(Diksi “kerja keras” dalam kalimat ini memiliki makna yang
sebenarnya)
 Adikku selalu “rajin belajar” sehingga bisa meraih juara pertama di
kelasnya. (Diksi “rajin belajar” juga merupakan makna yang
sebenarnya.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan lawan dari denotatif, yaitu tidak sebenarnya
atau kiasan. Berikut ini contoh diksi dengan makna konotatif:
Diksi “bunga indah” adalah hipernim, sedangkan “anggrek, mawar, melati,
celosia” merupakan hiponim.

Itulah berbagai macam diksi yang dapat dipilih untuk memperindah


sebuah kalimat. Setelah ini, kita akan melanjutkan pembahasan tentang
diksi dalam puisi.
Apa itu Diksi Dalam Puisi?
Secara umum, diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk
mempermudah pemaknaan atau memperindah kalimat. Dalam
sebuah puisi, pilihan diksi menjadi sangat penting karena dapat mewakili
tema dan memperdalam makna dari puisi tersebut.

Dalam sebuah puisi, pilihan diksi harus selaras dengan gagasan dan tema.
Perhatikan pilihan diksi dalam puisi “Menari di Atas Lara” di bawah ini.

Siapa yang tahu arti dari lara

Selain engkau yang menggenggamnya

Siapa yang paham airmata dibalik senyum

Saat tarian disuguhkan dengan gemulai

Hanya engkau yang benar-benar merasakan

Sebuah rasa pahit dibalik seungging senyuman


Diksi adalah salah satu cara untuk membuat puisi menjadi semakin indah.
Untuk itu, diperlukan beberapa tips berikut ini dalam pemilihan diksi
dalam puisi:

 Memperbanyak kosa kata baru


 Meningkatkan imajinasi (gambaran peristiwa)
 Menyesuaikan dengan realita
Ketiga hal di atas harus selalu dipertimbangkan dalam memilih diksi dalam
sebuah puisi agar tidak salah menempatkan kata yang justru membuat
puisi tersebut mengalami gagal makna.

Agar lebih paham mengenai pemilihan kata / diksi, simak video dari Mr.
Rahman berikut:
+62 822-7393-0817

Jakarta Gaya bahasa atau majas adalah ungkapan penyampaian pesan yang menggunakan kata-kata
kiasan. Jadi, kata-kata kiasan tersebut mempunyai makna yang tidak sebenarnya atau imajinatif.
Penggunaan gaya bahasa majas biasanya mempunyai tujuan tertentu. Secara umum, majas
digunakan untuk menjadikan karya sastra lebih hidup.

by Taboola

Sponsored Links

Selain itu, penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra dilakukan agar bacaan menjadi menarik dan
tidak membuat orang yang membaca menjadi bosan.

Gaya bahasa bisa mengekspresikan apa yang dimaksud penulis. Biasanya majas banyak digunakan
untuk penulisan karya fiksi, mulai novel, cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya.

Gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas
pertautan, dan majas perulangan.

Berikut ini penjelasan tentang macam-macam gaya bahasa yang perlu diketahui, seperti dilansir dari
emodul.kemdikbud.go.id, Selasa (24/5/2022).

1. Gaya Bahasa Perbandingan

Ilustrasi gaya bahasa Credit: unsplash.com/Aaron

Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan. Hal itu untuk
meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.

Berikut ini macam-macam gaya bahasa perbandingan:

a. Metafora

Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau
tingkatan lain. Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak menggunakan kata
penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana.

Contoh: Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari).

b. Personifikasi

Personifikasi adalah meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa.
Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak

c. Depersonikasi

Depersonikasi adalah majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau dengan benda.
Contoh: Dikau langit, daku bumi. Aku heran melihat Joko mematung.

d. Alegori
Alegori adalah majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui kiasan atau
penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nakhoda, istri
sebagai jurumudi.

e. Antitesis

Antitesis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan paduan kata berlawanan arti.
Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.

2. Gaya Bahasa Pertentangan

Ilustrasi gaya bahasa (Photo created by stories on Freepik)

Majas pertentangan adalah kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang
dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis.

Hal itu bermaksud memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau
pendengar. Adapun yang termasuk majas pertentangan antara lain:

a. Litotes

Litotes adalah majas yang di dalam ungkapannya menyatakan hal positif dengan bentuk yang negatif
yang tujuannya untuk merendahkan hati. Contoh: Datanglah ke gubuk orang tuaku.

b. Hiperbola

Hiperbola adalah majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-
lebihan. Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kabar yang kau berikan.

c. Paradoks

Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan dan hanya kelihatan pada arti kata yang
berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan. Contoh: Zuqi
merasa kesepian di tengah kota yang ramai.

d. Klimaks

Klimaks adalah majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin menekan dan
memuncak. Contoh: Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, aku sendiri yang
mengerjakannnya.

e. Antiklimaks

Antiklimaks adalah majas yang bertentangan dari klimaks. Pada antiklimaks makna yang tergantung
pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah tingkatannya. Contoh: Dari
pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan keprihatinan itu.

f. Ironi

Ironi adalah kata yang digunakan mempunyai makna bertentangan dengan maksud sesungguhnya,
misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan dan ketidaksesuaian
antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Contoh: Merdu sekali
suaramu hingga membuatku terbangun.

3. Gaya Bahasa Pertautan


Ilustrasi gaya bahasa Credit: pexels.com/Tina

Majas pertautan adalah kata-kata berkias yang bertautan (berasosiasi) dengan gagasan, ingatan,
atau kegiatan panca indra pembicara atau penulisnya. Berikut ini macam-macam majas pertautan.

a. Eufemisme

Eufeminisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasakan kasar dan dianggap merugikan atau tidak menyenangkan. Contoh: Rupanya anak ibu
sudah berubah akal (gila)

b. Metonimis

Metonimis adalah majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan
sesuatu yang digunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Ayahku ke Bali naik Rajawali. (Rajawali nama pesawat terbang)

c. Sinekdoke

Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian untuk menyebut nama seluruhnya (pars
pro toto) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (totum pro
parte).

Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari ini. (pars pro toto), Indonesia mengalahkan
Malaysia dengan skor 3:0. (totum pro parte).

4. Gaya Bahasa Perulangan

Ilustrasi gaya bahasa./Copyright unsplash.com

Majas perulangan merupakan ungkapan gaya bahasa yang menegaskan pernyataan dengan tujuan
peningkatan pengaruh dan kesan tertentu terhadap pembaca atau pendengar. Berikut jenis dan
penjelasan majas perulangan beserta contohnya.

a. Repetisi

Repetisi adalah majas penegasan yang mengulang kata atau beberapa kata pada beberapa kalimat.
Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.

b. Tautologi

Tautologi adalah majas yang mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh: Sungguh
teganya, teganya, teganya, teganya.

c. Anafora

Anafora adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi biasa digunakan dalam puisi.

Sumber: Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai