Pola Asuh Sebagai Salah Satu Sumber Luka Batin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Pola Asuh Sebagai Salah Satu Sumber Luka Batin (Inner Child) Yang

Berpengaruh Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Saat Dewasa


(Kajian Psiologi Anak)

Pendahuluan

Istilah Inner Child atau yang sering disbut dengan Luka Batin ini adalah istilah
populer yang memayungi banyak hal. Luka sendiri awalnnya adalah istilah medis untuk
menyebutkan luka pada fisik. akan tetapi, secara populer didunia kesehatan mental, isitilah
luka batin digunakan agar mudah dipahami oleh masyarakat. luka batin adalah bagian dari
pikiran bawah sadar yang membawa kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dan menekan
emosi, kreativitas, intuisi dan kemampuan kita dalam bermain di masa kecil ke dalam bawah
sadar.

Banyak orang tidak menyadari dan terus tumbuh menjadi dewasa tanpa mengenal
tentang luka batin yang dieasakan oleh “Anak Kecil” (inner child) dalam diri mereka. Inner
child adalah sisi kepribadian seseorang yang masih bereaksi dan terasa sepert anak kecil atau
kekanak kanakan dalam diri seseorang . inner child ini berpengaruh terhadap kepribadian dan
cara besikap seseorang ketika dewasa. Hal ini karena inner child merupakan inti kepribadian
seeorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa kecil tentang bagaimana cara
bertindak untuk bisa dicintai dan diterima.

Pengalaman masa kecil seseorang di masa lalu dapat menimbulkan sejumlah trauma,
misalnya ketika anak mengalami pengabaiaan, penolakan, buruknya bonding dan attachment
dengan orang tua, kurang kasoh sayang, serta perhatian, inner chil dalam diri bisa terluka.
Disinilah biasanya permasalahan kita saat dewasa berakar,banyak orang dewasa yang
kemudian menjadi rentan, merasa dirinya tidak aman dengan dunia seperti kehilangan
kualitas-kualtas dirinya.

pembahasan

Pada usia dini saat itu dimulai pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau
usia 0-6 tahun sebelum masuk sekolah pertama di sekolah dasar. Masa ini biasa disebut
dengan masa emas atau golden age pada anak. Melalui pola asuh prasekolah ini, selain
mental, anak juga dipersiapkan secara matang untuk bersaing mempunyai keterampilan
sendiri, dan bisa menjadi seorang pemimpin. Oleh karena iu, perlu adanya pola asuh yang
baik dari orang tua yang dapat membentuk kepribadian anak menjadi baik dan bisa
memecahkan suatu masalah yang ada dihadapannya. Namun kebanyakan dari orang tua,
mereka acuh dalam pola asuh anak dan beranggapan bahwa pola asuh yang diberikan sudah
benar tanpa mengetahui apa yang menjadi penghambat tumbuh kembang anak.
Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dan anak yaitu bagaimana cara, sikap.
Atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak termasuk cara penetapan aturan,
mengajarkan nilai norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga menjadi panutan atau contoh bagi anaknya. Menurut Edwards
menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
norma dalam masyarakat.

Salah satu pola asuh yang kurang diperhatian orang tua adalah pola asuh tentang luka
masa kecil anak atau Inner Child. Inner Child perlu menjadi perbincangan sangat penting
dalam mendidik anak. Apabila anak malakukan kesalahan ketika dewasa perlu diotak atik
kembali bagaimana pola asuh yang diberikan orang tuanya hingga dia bersikap demikian.
Contoh yang dapat kita ketahui secara umuum yaitu kenakalan anak dimasa remaja, jika
ditelisik kembali, kenakalan mereka banyak terjadi karena kurangnya cinta orang tua untuk
anak-anak. Oleh karena itu, dampaknya terjadi ketika anak sudah beranjak dewasa.

Menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children) adalah


sekelompok individu yang berada dalam usia 0-8 ahun. Anak usia dini merupakan
sekelompok manusia yang masih dalam tahap perkembangan dan pertumbuuhan. Pengertian
anak usia dini ini memiliki batasan usia dan pemahaman yang berbeda-beda. Anak usia dini
ada yang mengatakan masa anak yang asih polos dan belum mengerti apapun, namun ada
juga yang mengatakan bahwa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang harus
dikembangkan oleh anak usia dini dan mampu merekam apa saja yang ada disekitarnya.
Menurut Hurlock, anak usia dini dimulai dengan ketergantungan penuh pada bayi berusia 2
tahun hingga anak tersebut matang secara seksual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak
usia dini merupakan masa keemasaan yang memiliki perkembangan yang sangat signifikan
yang disebut dengan golden age dari sejak lahir hingga usia 6 tahun.

Anak-anak merupakan masa depan suatu bangsa dan penerus generasi selanjutnya.
Perkembangan anak pada tahap-tahap selanjutnya ditentukan oleh perkembangan pada masa
anak-anak yang baik. Siikap orangtua sangan mempengaruhi perkembangan anak seperti dari
cara orangtua memperlakukan anak. Perlakukan mereka terhadap anak sangat berpengaruh
kepada sikap mereka, jika sikap yang diberikan orangtua baik maka mereka akan
berkembang secara baik pula.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengatakan bahwa
untuk mengklarifikasikan pengasuhan atau pemeliharaan yang diberikan orang tua,
didasarkan pada pertemuan dua dimensi yakni tuntutan dan tanggapan yang dia yakini
sebagai dasar pola asuh orang tua. Dari hasil penelitian itu bisa ditarik kesimpulan bahwa
pola asuh orangtua adalah metode yang doberikan untuk mengajarkan anak guna
mengembangkan perkembangan anak usia dini secara optimal untuk membentuk karakter dan
kepribadian anak dengan baik dan hal ini menjado kunci masa depan kehidupan anak.

Menurut Rueffler memberikan pemahaman bahwa suatu subkepribadian menjadi


struktur yang dinamis adalah suatu yang saling berkesinambungan dengan energy, pikiran
dan perilaku. Menurut Whitfield setiap manusia memiliki Inner Child yakni bagian dari diri
manusia dari masa kecil yang akhirnya terbawa hingga, ia hidup, energik, kreatif, dan
kebutuhannya terpenuhi. Adanya Inner Child bukan melulu tentang kesalahan masa lalu
namun juga sekarang yang bisa dijadikan untuk bahan evaluasi dan menyeimbangkan sesuatu
untuk memaknai sesuatu.

Peristiwa yang terjadi pada anak akan terekam daam memori sehingga anak mampu
mengingat dengan baik apa saja yang telah diajarkan hingga dia tumbuh dewasa. Inner Child
ini sangat berpengaruh pada pribadi dan sikap seseorang. Menurut Ikhsan Bella Persada
M.Psi seorang psikologi yang menjelaskan bahwa Inner Child dapat terluka dan terbuka
kembali apabila tidak diatasi sesegera mungkin akan menyebabkan atau menimbulkan
masalah pada kemudian hari. seperti halnya dengan tingkat perceraian dalam sebuah
pernikahan. Permasalahan ini perlu dikontrol dan diperbaiki dari sekarang sebelum hal
tersebut menjadi dendam yang lama. Istilah luka batin sebenarnya menjadi salah satu istilah
popular yang memayungi banyak hal. Dalam dunia psikologi, ada beberapa istilah yang dekat
dengan luka batin seperti: trauma, primal wound, unfinished business, dan lainnya.

Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung jawab utama
kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak
belajar dan menyatakan diri sebagai makluk sosial. Keluarga yang memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan bagi anak. Kondisi pada masa
sekarang dengan adanya berbagai macam tuntutan yang membordir orang tua untuk
melahirkan pengasuhan yang menimbulkan kesalahan dalam mengasuh anak. Hasil dari
penelitian yang dilakukan dari 3 orang tua dengan pola asuh yang berbeda. Setelah dilakukan
penelitian orang tua menggunakan 3 pola asuh yang berbeda yaitu :

a. Encounter Group Parent


merupakan kelompok orang tau yang memiliki dan menyenangi sosial atau pergaulan
sosial. Terkadang, mereka cukup berpendidikan namun tidak cukup berada atau
kurang mampu dan terkadang mereka tidak memiliki perkejaan yang tetap. Orang tua
pada pengasuhan ini terkadang tidak bahagia dalam rumah tangga mereka dan lebih
menyukai atau mementingkan relationship dalam membina hubungan dengan orang
lain. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan pada orang tua ini dalam pengasuhan
pada kurang adanya perhatian dan sering memberikan contoh yang tidak pantas untuk
ditiru oleh anak. orang tua ini lebih sering melakukan rumpi dengan tetangga lain
sehingga anak tidak dipedulikan oleh orang tua ketika sudah bertemu dengan orang
lain. Akibatnya, anak mereka kurang mendapat perhatian dan melampiaskan rasa
kekesalan mereka dengan kenakalan yang dilakukan seperti sering menganggu
temannya bermain, membuat keributan ketika bermain, dan sering melakukan hal yang
tidak wajar. Apa penyebabnya? Kembali ke pola asuh orang tua mereka yang kurang
memedulikan anak sehingga dia akan mencari perhatian orang lain untuk mendapatkan
perhatian dari orang tuanya. Kemudian yang terjadi, anak akan dibentak oleh orang tua
dan menyebabkan tekanan pada anak dan anak akan memendam rasa marahnya.
Akibat dari memendam marah ini anak melampiaskan pada sesuatu yang tidak wajar
agar emosi anak tersalurkan namun tidak menggunakan cara yang baik.
b. Pola Asuh Authoritarian
adalah salah satu tipe pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya berupa
tuntutan dan sedikit memberikan tanggapan terhadap anaknya terhadap seseuatu yang
diinginkan anak. pola asuh outhoritarian atau oteriter ini memberikan pengasuhan
berupa tuntutan, hukuman, dan perintah yang harus dilakukan anak tanpa memberikan
anak peluang untuk berbicara. Pla asuh otoroter seringkali dipandang sebagai pola
asuh yang mengganggu perkemangan anak. Hal ini dijelaskan Baumrind (dalam
Badria & Fitriana, 2018) bahwa pola asuh otoriter adalah pola asuh yang cenderung
menetapkan standar yang mutlak yang harus dituruti. Remaja yang dibesarkan dalam
pola pengasuhan yang otoriter tentu akan merasakan frustasi dikarenakan adanya
batasan dan kendali yang penuh oleh orangtua (Dewi & Susilawati, 2016). Penerapan
pola pengasuhan yang keras dan kaku ini cender ung tidak menghargai pendapat anak,
bahkan anak tidak diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dirinya. Dari hasil
penelitian beberapa ciri anak yang mengalami Inner Child karena pola asuh otoriter
yaitu:
1. Anak kurang percaya diri dalam mengambil keputusan dan menentukan pilihan
yang diminati.
2. Anak patuh karena takut, bukan karena adab yang telah ada dimana yang muda
mengormati yang tua.
3. Anak merasa tertekan dengan segala pilihan yang diberikan orang tua sehingga
dia belajar bukan karena bisa dan suka tapi tuntutan sehingga dia tidak akan
berkembang sesuai keinginan.
4. Orang tua menuntuk anak mandiri, namun orang tua tidak tau apa yang menjadi
masalah dalam diri anak

Pola asuh yang seperti ini sangat menghambat perkembangan anak dalam beberapa
bidang yang menjadi potensi yang bakatnya. Pola asuh otoriter cenderung
berpengaruh negatif terhadap kemampuan sosial dan kognitif anak. Sehingga
membuat anak tidak mampu bergaul dengan baik dengan teman sebayanya, selalu
menyendiri, merasa cemas dan gelisah serta khawatir ketika bergaul dengan teman
sebaya juga merasa rendah diri.

c. Pola Asuh Demokratis / Otoritatif


Pola asuh demokratis adalah gaya asuh yang memperlihatkan pengawasan ketat pada
tingkah laku seorang anak, tetapi juga responsif, menghargai pemikiran perasaan juga
mengikutsertakan seorang anak dalam pengambilan keputusan. dengan adanya
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak ,anak diberi kesempatan untuk tidak
selalu bergantung kepada orang tuanya. Sedikit memberikan kebebasan kepada anak
untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya sendiri, anak didengarkan pendapatnya,
juga dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan
anak itu sendiri. Adapaun karakteristik pola asuh otoritatif ini adalah:
1. Orang tua menerapkan standar aturan dengan jelas dan baik serta mengharapkan
tingkah laku yang matang dari anak
2. Orang tua menekankan peraturan dengan menggunakan sanksi apabila diperlukan
3. Orang tua mendorong anak untuk bebas dan mendorong secara individual
4. Orang tua mendengarkan pendapat anak, meninjau pendapatnya kemudian
memberikan pandangan atau saran. Adanya saling memberi dan menerima dalam
pembicaraan diantara keduanya dan berkomunikasi secara terbuka
5. Hak kedua belah pihak baik orang tua maupun anak diakui.
Pola asuh otoritatif pola asuh ini sangat baik digunakan dalam mendidik anak. pola
asuh ini dilakukan dengan tuntutan dan juga memberikan pembatasan, pengendalian,
dan juga menerima atau mendengarkan keinginan anak serta memberikan tanggapan
dengan adanya kasih sayang dalam kehangatan keluarga. Anak yang diasuh dengan
pola asuh ini menghasilkan beberapa kepribadian baik diantaranya :
1. Anak menaati peraturan yang ada namun dia bebas melakukan ekplorasi diri
dengan batasan yang ditentukan.
2. Bila anak melanggar maka juga aka nada hukuman yang diberikan.
3. Anak mendapatkan dukungan dari orang tua pada apa yang diminati.
4. Anak dapat meminta pendapat dari orang tua serta menerima saran dan kritikan
dari orang tua sehingga antara kedua belah pihak menerima dengan baik dan
mendapatkan keputusan yang matang.

Dari pola asuh 3 orang tua yang berbeda menghasilkan Inner Child yang memiliki 3 macam
dampak yaitu:

1. Apabila seseorang sadar akan Inner Child dan buruk dalam respon maka buruk juga
dalam melahirkan respon ketika berinteraksi.
2. Apabila seseorang sadar akan Inner Child dan baik dalam menerimanya, maka akan
melahirkan kegiatan atau interaksi yang baik pula dan mampu mengembangkan diri
menjadi lebih baik kembali.
3. Apabila seseorang sadar akan Inner Child dan mampu mengolah luka tersebut
menjadi hal positif atau baik, maka akan melahirkan hal yang baik pula.

Sehingga tidak memungkinkan bahwa Inner Child terlihat tidak baik dan menyebabkan hal
negative, namun dengan cara seseorang menerima atau merespon dengan baik Inner Child
akan menjadi penyemangat bagi anak untuk menjadi lebih baik lagi. Luka Inner Child bukan
luka fisik melainkan luka batin yang jarang dibahas, karena terlalu absurd, abstrak, dan
mungkin tabu. Mengasuh dan mendidik anak bukanlah tugas mudah yang selesai kita jalani
dalam satu atau dua minggu. Tetapi setiap menit, setiap jam, setiap hari hingga anak-anak
menjadi dewasa dan mandiri. Orang orang yang inner child-nya terluka cenderung
menjukkan masalah dalam kepercayaan, keintiman, pero;laku adiktif dan komplusif,
hubungan saling ketergantungan, mudah tersinggung, mudah marah, sering berteriak, serta
mudah memuruskan relasi soial.

Anak anak terlebih dimasa masa awal pertembuhannya, sangat memerlukan kehadiran
kedua orangtuanya baik secara fisik ataupun emosi. Kehadiran orangtua perlahan akan
membangungn keterikatan dan kelekatan yang melahirkan rasa aman dan percaya dalam diri
anak bahwa dia akan selalu dalam perlindungan, merasa yakin dan percaya terhadap dunia
yang barusaja yang dia masuki. Usia dini sangat membutuhkan pola asuh yang baik dan
optimal dari orang tua.

Cara mendidik anak tentu berbeda dengan cara mendidik orang dewasa. Berinteraksi
yang baik, memberikan teladan bagimana berkata dan merespon orang lain dengan baik, yang
yang lebih penting adalah percaya dengan dirinya sendiri dan yakin bahwa ketika berusaha
pasti akan bisa Karena mendidik anak usia 0- 6 tahun hanya terjadi sekali seumur hidup dan
tidak bisa diulang kembali kecuali masa bermain anak yang berkembang tidak terjadi ketika
kecil, maka akan terulang ketika dewasa. Instrumen seluruh kecakapan kehidupan yang
diserap oleh seseorang, sebagian terjadi pada usia 0-6. Inner Child butuh perhatian dari
sekarang, pahami diri sendiri telaah pola asuh yang diberikan orang tua dan berdamailah.
Berikan pengalaman baik pada anak sehingga meminimalisir Inner Child yang terjadi karena
tidak ada yang sempurna hingga perlu evaluasi dalam mendidik anak menjadi lebih baik lagi.
Satu ons pengalaman bernilai satu ton teori.

Reynatta menyebutkan bahwa inner child yang tidak terpeniho akan menjadi
pengalaman buruk yang berpotensi menimbulkan trauma hingga dewasa. Terletak ditangan
orang tualah kepribadian seorang anak terbentuk. Orang tua diharapkan mampu menerapkan
kebiasaan kebiasaan baik pada anak untuk pembentukan kepribadiannya. Dari beberapa
penjelasa diatas dapat kita pahami bahwa pola asuh merupakan sejumlah model atau bentuk
perubahan ekspresi dari orang tua yang dapat mempengaruhi potensi genetik yang melekat
pada diri individu dalam upaya memelihara, merawat, membimbing, membina dan mendidik
anak anaknya agar menjadi manusia dewasa yang berkepribadian positif dikemudian hari.
Beberapa bentuk pola asuh orang tua dalam membimbing atau memelihara anak anaknya bisa
dalam bentuk sikap maupun tindakan verbal ataupun no verbal, secara tidak langsung hal ini
sangat mempengaruhi potensi diri anak dalam aspek intelektual, emosional, kepribadian dan
perkembangan sosial dan aspek psikis lainnya. Anak hanya melihat dan menerima sikap
orang tuanya dan memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah laku yang dibiasakan sehingga
menjadi suatu pola kepribadian”
Pada masa kecil, seorang anak sedang sangat mudahnya meresapi apa yang dilihat,
yang didengar dan yang dialami. Karena pada masa kecil, seorang individu sedang
mengalami perkembangan. Jika suatu tahapan atau fase yang harusnya dilalui, namun
nyatanya tidak dilalui dengan baik, tentu ini akan memberikan dampak bahkan bisa saja
bersifat serius pada fase ataupun tahap perkembangan selanjutnya . Jika seorang mengalami
fobia terhadap binatang ular, maka orang tersebut cukup menghindari untuk bertemu, melihat
atau menyentuh binatang tersebut. Namun pada orang yang mengalami trauma, meskipun
kejadian tersebut tidak dialami kembali (dilihat dan didengar), terkadang perintah otak alam
bawah sadar menimbulkan kembali kejadian-kejadian tersebut yang berimplikasi pada
kengerian yang muncul secara tiba-tiba.
Berdasarkan hal tersebut, tentu seorang individu yang mengalami trauma akan sulit
untuk menghindari sensasi yang dirasakan, meskipun ia tidak melihat ataupun mendengar
hal-hal yang berkaitan dengan trauma yang dialami. Namun sistem kerja alam bawah sadar
saja, mampu untuk membuat individu tersebut seolah kembali merasakan rasa takut dan
kengerian-kengerian seperti kejadian itu terulang kembali. Trauma masa anak sendiri tidak
jarang membuat individu melihat kenyataan dengan apa yang sudah dilalui di masa kecilnya,
dan berpengaruh ketika dewasa. Berpengaruh terhadap bagaimana berinteraksi dengan diri
sendiri dan juga orang lain, dan tentunya bagaimana individu tersebut mengambil keputusan
dalam hidupnya.

kesimpulan
Kepribadian akan tumbuh menjadi karakter ketika seseorang mempelajari kelemahan
dan kelebihan dirinya. Dari kepribadian inilah yang akan membentuk karakter. Pola asuh
yang diterapkan orang tua secara baik akan membentuk kepribadian seseorang, sehingga
menjadi suatu perkembangan psikis pada diri individu untuk membentuk kepribadian yang
berkarakter. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
seorang anak, karna keluarga merupakan madrasah pertama dalam kehidupan anak. Semua
pendidikan yang diterima oleh seorang anak berasal dari keluarga dari sejak lahir anak
mendapatkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Untuk merawat anak bukan hanya
pekerjaan seoarang ibu saja tetapi peran seorang ayah pun ikut serta dalam merawat dan
membimbing anak. Ayah dan ibu harus berkerja sama dalam mengasuh anak, oleh karna itu
orang tua harus mempunyai pola asuh yang sejalan untuk mengasuh anak agar memiliki
kepribadaian yang diharapkan
Inner Child butuh perhatian dari sekarang, pahami diri sendiri telaah pola asuh yang
diberikan orang tua dan berdamailah. Berikan pengalaman baik pada anak sehingga
meminimalisir Inner Child yang terjadi karena tidak ada yang sempurna hingga perlu evaluasi
dalam mendidik anak menjadi lebih baik lagi. Satu ons pengalaman bernilai satu ton teori.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan oleh penulis
berupa perlunya pengetahuan orang tua terhadap pola asuh. Ketika pola asuh yang salah
terlanjur diberikan orang tua hingga menyebabkan Inner Child maka perlu pengetahuan pada
anak untuk menyadari sehingga mampu mengelola luka tersebut kepada hal positif yang
kelak akan melahirkan sikap-sikap positif lainnya.

Jadi Inner Child merupakan kumpulan peristiwa yang terjadi di masa kecil, baik itu
peristiwa baik maupun buruk yang berdampak pada kepribadian anak sehingga menyebabkan
luka yang banyak tidak disadari oleh masing-masing jiwa. Sebenarnya, ilmu parenting itu ada
bukan berfokus pada anak, namun pada orang tua. Jika berfokus pada anak maka namanya
bukan parenting, tapi childrening. Parenting itu adalah usaha orang tua untuk memperbaiki
kualitas diri untuk menjadi lebih baik dan dilakukan dengan cara mendidik anaknya. Karena
hal ini agar orang tua tidak menularkan hall negative pada anak, namun hal positif yang
diberikan.
DAPUS

Pola asuh orangtua dan pengaruhnya pada anak. (2018, August 29). Parents.

https://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua-dan-pengaruhnya-pada-anak/

Muslima Muslima. (2015). POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN FINANSIAL

ANAK. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 1(1), 85–98.

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/view/781/611

Jekrin, H., & Christiana Hari Soetjiningsih. (2022). POLA ASUH OTORITER DAN KECERDASAN EMOSI

REMAJA DI JAYAPURA. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 13(1).

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIBK/article/view/42441

Anisah, A. S. (2017). Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter anak. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 5(1), 70-84.

Noorvitri, I. (2019, September 9). Memahami Inner Child dalam Diri. Retrieved from
Pijarpsikologi.org: https://pijarpsikologi.org/memahami-inner-child-dalam-diri/ 

Arintya. (2021, October 3). Mengenal Inner Child, Luka Batin Masa Kecil yang Bisa Terbawa sampai Dewasa.

KOMPAS.com; Kompas.com. https://www.kompas.com/parapuan/read/532922972/mengenal-inner-

child-luka-batin-masa-kecil-yang-bisa-terbawa-sampai-dewasa

Eva, N., Listina, A., Azri, A., Alvania, C., Nanditya, A., Dyatika, N., Fakultas, Psikologi, P., & Malang, U.

(2021). Perkembangan Sosio Emosional yang Tidak Tepat Akibat Pola Asuh pada Anak Usia Dini.

http://conference.um.ac.id/index.php/psi/article/viewFile/1222/623
Awwad, M. A. (2021). MENGATASI TRAUMA PADA ANAK MELALUI TERAPI INNER CHILD DAN
TERAPI DZIKIR: Studi Kasus Klien Di Rumah Hijau Counsoulting. QAWWAM, 15(2), 69-90.

Anda mungkin juga menyukai