Makalah Pengambilan Keputusan Manajerial 2
Makalah Pengambilan Keputusan Manajerial 2
Makalah Pengambilan Keputusan Manajerial 2
Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar manajemen
Yang dibina oleh yogi dwi satrio s.pd., m.pd
Oleh kelompok 2 :
Evi Maisyaro (170431622065)
Erika Puspitasari (170431622028)
Fiki ulya safitri (170431622094)
Kata pengantar
1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Guna memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah pengantar manajemen yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang Pengambilan keputusan manajeri l: jenis dan teknik pengambilan keputusan, model-
model pengambilan keputusan manajerial.
Makalah ini disusun untukuntuk dijadikan pembelajaran ilmu manajemen. Dalam materi-materi
yang disajikan diharapkan dapat membantu para pembaca untuk bisa lebih mudah memahami
dan mengerti mengenai Pengambilan keputusan manajeri l: jenis dan teknik pengambilan
keputusan, model-model pengambilan keputusan manajerial.
Kami menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah
ini bermanfaat.
Penyusun
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I ……………………………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah..................……………………………………….. 4
BAB II ………………………………………………………………………………………. 5
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………. 5
2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan…....……………………………. 5
2.2 Macam -Macam Pengambilan Keputusan ............................................ 5
2.3 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan .....…………………….... 6
2.4 Kerangka Dasar Pengambilan Keputusan………………....…………. 6
2.5 Teknik Pengambilan Keputusan ............................................................7
2.6 Model-Model Pengambilan Keputusan ................................................ 7
BAB III …………………………………………………………………………………….. 16
PENUTUP …………………………………………………………………………. 16
DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………………………… 17
3
Bab 1
Pendahuluan
Sebagian besar dari kita membuat keputusan secara otomatis tanpa menyadari
bahwa orang-orang memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam mengambil
keputusan, yang mereka bawa kedalam posisi masing-masing dalam sebuah
manajemen. Seorang manajer baru biasanya menerapkan perilaku yang berbeda
dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan eksekutif berpengalaman.
Seorang manajer baru seringkali memulai dengan menerapkan perilaku yang terang-
terangan, tegas, dan berkesan memerintah tetapi secara bertahap berubah menjadi
lebih terbuka, dengan sudut pandang yang lebih beragam, dan interaksi yang lebih
sering dengan pegawai lainnya seiring makin tinggi jabatannya.
4
Bab 2
Pembahasan
1. Macam-macam keputusan :
a. Keputusan terprogram (programmed decision)
Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang cukup sering terjadi,
sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan pembuatan keputusan untuk
5
diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk memesan persediaan ketika
persediaan berada pada level tertentu.
b. Keputusan tidak terprogram (non programmed decision)
Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak
terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak
keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya
begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks.
6
Dalam manajemen, pengambilan keputusan (decision making) memegang
peranan penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil
pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau organisasi yang yang ia
pimpin. Keputusan manajer sangat penting karena menyagkut semua aspek . Kesalahan
dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra
sampai pada kerugian uang. Pengambilan keputusan adalh suatu proses pemikiran
dalam pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang akan dilaksanakan. Ada
masalah yang mudah diselaisaikan ada pula masalah yang sulit, tergantung besarnya
masalah dan luasnya dengan beberapa faktor. Model yang bermanfaat dan terkenal
sebagai kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert
A.Simon terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Pemahaman
Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah
yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat
memenyukan masalahnya.
2. Perancangan
Menemukan, mengembangkan dan menganalisis arah tindakan yang
mungkin dapat digunakan. Hal ini mengandung proses untuk memahami
masalah untuk menghasilkan cara pemecahan dan menguji apakah cara
pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pemilihan
Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.
7
SIM menjadi paling efektif apabila hasil perancangan disajikan dalam
suatu bentuk keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan, peranan SIM
berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian
kemudian.
8
mungkin diperoleh pilihan dijatuhkan pada alternatif yang tidak paling tepat dan bahkan
kesalahan dalam menempatkan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai. Pada
dasarnya terdapat dua cara untuk melakukan penilaian keputusan:
1. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis, yaitu melihat hasil yang
dicapai. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dan keinginan, keputusan yang
diambil dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik, dan sebaliknya. Secara pragmatis,
beberapa tolok ukur tambahan yang dapat dan biasa digunakan dalam menilai tepat
tidaknya suatu keputusan antara lain:
a. Mutu keputusan yang diambil dalam arti penggabungan yang tepat antara
rasionalitas dan kreativitas oleh pengambil keputusan.
b. Dipertimbangkannya berbagai alternatif yang wajar dan relevan untuk
dipertimbangkan.
c. Tersedianya informasi yang relevan, mutakhir, dapat dipercaya dan lengkap serta
digunakan sebgai dasar untuk melakukan analisis yang diperlukan.
d. Pemanfaatan yang ekonomis dari berbagai sumber daya, dana, dan tenaga dalam
proses pengambilan keputusan.
e. Akseptabilitas keputusan yang diambil oleh mereka yang diharapkan akan
menjalankan keputusan tersebut dan oleh mereka yang akan terkena oleh keputusan
yang diambil.
2. Menggunakan pendekatan yang sifatnya prosedural. Dalam hal ini yang dinilai
adalah proses tau tata cara yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Cara inilah
yang menyangkut model dan teknik pengambilan keputusan. Yang dilakukan ialah
menjadi suatu keputusan baik atau tidak berdasarkan cara yang ditempuh untuk
menjatuhkan piihan. Apabila seorang pengambil keputusan telah mengidentifikasikan
dan mempertimbangkan semua alternatif yang secara sadar dibatasi, dan telah melalui
semua langkah dalam proses pengambilan keputusan, serta menerima konsekuensi
tindakan yang diambil, proses pengambilan keputusan demikian dapat dipandang
sebagai proses yang tuntas.
Ada beberapa model dan teknik pengambilan keputusan :
1. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik yang
paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan
organisasi berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil
terbaik yang mungkin dicapai itu.
9
Menurut Rainey (1991) rasionalitas memiliki arti dan dimensi yang bermacam-macam,
tetapi dalam ilmu-ilmu sosial rasionalitas itu meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
a. Para pembuat keputusan mengetahui secara jelas tujuan-tujuannya secara
relevan.
b. Pembuat keputusan mengetahui dengan jelas kriteria untuk menilai tujuan-tujuan
itu dan dapat menyususn peringkat dari tujuan-tujuan tersebut.
c. Mereka memeriksa semua alternatif untuk mencapai tujuan mereka.
d. Mereka memilih alternatif yang paling efisien untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan.
Dapat memfokuskan diri pada pengumpulan data dan kriteria yang telah ditetapkan.
Dapat mengurangi subyektifitas, yaitu mengambil keputusan berdasarkan opini
seseorang.
10
Efisien, karena berdasarkan pemilihan alternatif yang terbaik.
2. Kekurangan dari teknik pengambilan keputusan model optimasi, antara lain:
a. Diasumsikan atau dianggap bahwa ada pengetahuan yang telah dihasilkan.
b. Model optimasi ini tidak dinamis, harus mengikuti langkah-langkah yang terkait
c. Dimunculkan sebagai obyektif namun pengambilan keputusan oleh siapapun
membutuhkan justifikasi pribadi (tidak bebas nilai).
Model optimasi didasar pada berbagai kriteria dan yang menonjol diantaranya
adalah:
a. Kriteria Maximin. Metode maximin menjelaskan bahwa pembuat keputusan
seharusnya memusatkan perhatiannya pada atribut terlemah yang dimilikinya. Metode
ini tidak banyak menggunakan informasi yang tersedia.[5] Kriteria ini mencari
alternative yang maximum dari hasil yang minimum dari setiap alternative. Pertama,
dicari hasil minimum dari setiap alternative, dan selanjutnya memilih alternative dengan
nilai terbesar dari yang terkecil tadi. Karena kriteria ini memilih alternative yang
memiliki kerugian terkecil, disebut sebagai kriteria keputusan pesimistik. Dengan kata
lain model ini pada intinya berarti memaksimalkan hasil usaha dalam batasan-batasan
minimum yang diperhitungkan akan dicapai.
b. Kriteria Maximax. Model ini didasarkan pada asumsi yang optimistik yang
menyatakan bahwa keputusan yang diambil akan mendatangkan hasil yang maksimum.
Dalam prakteknya apa yang kemudian terjadi ialah lebih memaksimalkan usaha agar
hasil yang diperoleh betul-betul semaksimal mungkin.
c. Kriteria melewatkan kesempatan. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa
merupakan hal yang alamiah apabila para pengambil keputusan berpikir dan bertindak
dalam kerangka dilewatkannya peluang-peluang tetentu, apabila melewatkan peluang
ituberakibat pada tersedianya peluang yang lebih besar demi meraih keuntungan yang
lebih besar pula. Segi penting dari model ini ialah mengidentifikasikan secara teliti
biaya yang harus dipikul karena hilangnya peluang tertentu, dan memperkecil kerugian
yang harus diderita karena ingin memanfaatkan peluang yang lebih besar dimasa yang
akan datang.
d. Kriteria probabilitas. Model ini berarti bahwa pengambilan keputusan harus
menggunakan kriteria kemungkinan diperolehnya hasil tertentu sebagai dasar untuk
menjatuhkan pilihan. Probabilitas bisa mulai dari nol, dalam arti tidak ada kemungkinan
tercapainya hasil yang diharapkan hingga satu, dalam arti bahwa terdapat kepastian
akan diraihnya hasil yang diharapkan dengan diambilnya suatu keputusan tertentu.
e. Kriteria nilai materi yang diharapkan. Kriteria nilai materi yang diharapkan.
Dalam praktek penggunaannya dimulai dengan penentuan nilau atas hasil yang
11
diperoleh dari setiap alternative yang dipilih untuk diterapkan. Model ini juga
memperhitungkan kemungkinan apa yang akan timbul jika alternatif tertentu ditempuh.
f. Kriteria manfaat. Kriteria ini merupaka kelanjutan dari kriteria nilai materi.
Terlihat bahwa dengan penggunaan kriteria itu pengambilan keputusan tidak
memperdulikan risiko yang mungkin harus dihadapi apabila pilihan dijatuhkan atas
berbagai alternative yang tersedia.
2. Model satisficing
Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan ialah
berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan
untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria yang telah dibahas
diawal. Tidak dapat disangkal bahwa aksentuasi pada pendekatan kuantitatif
mempunyai tempat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tidak dapat
didekati semata-mata dengan prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas
dan logika. Kenyataan sering menunjukan bahwa para pengambil keputusan tidak selalu
berpikir dalam kerangka pertanyaan: “ Alternatif- alternatif apa yang tersedia, informasi
yang bagaimana yang diperlukan, serta analisis bagaimana yang diperlikan sehingga
pilihan dapat dijatuhkan pada alternatif yang paling tepat?” Memang sukar
membayangkan adanya situasi dimana seorang pengambil keputusan dapat memastikan
semua konsekuensi tindakan yang akan diambil, baik yang menguntungkan maupun
tidak.
Ada dua alasan pokok untuk mengatakan yang demikian itu:
a. Memang tidak mungkin informasi yang relevan, mutakhir, lengkap dan dapat
dipercaya selalu tersedia.
b. Tidak semua kemungkin tentang semua konsekuensi yang akan timbul dapat
diperkirakan secara tepat sebelumnya.
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama yang
memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk mengejar seluruh
alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk memaksimalkan pengembalian
ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan
masalah, bahkan jika solusi yang lebih baik diperkirakan akan ada kemudian.
Pengambil keputusan tidak dapat menjustifikasi waktu dan pengorbanan untuk
mendapatkan kelengkapan informasi.[6] Masalah kompleks disederhanakan (hanya
mengambil inti masalahnya saja / bounded rationality) sampai pada tingkat dimana
pengambil keputusan siap menyelesaikannya.
Model satisficing, para pengambil keputusan merasa cukup bangga dan puas apabila
keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang memadai, asalkan persyaratan
minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari model ini adalah bahwa usaha ditujukan pada
12
apa yang mungkin dilakukan “sekarang dan disini” dan bukan pada sesuatu yang
mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin dicapai. Model
ini terdapat dua keyakinan:
a. Ketidakmampuan pengambil keputusan untuk menganilisis semua informasi.
b. Pada tahap tertentu dalam proses pengambilan keputusan , timbul berbagai beban
yang tidak dapat dipikul dalam bentuk waktu, uang, tenaga, dan frustasi dalam usaha
memperoleh informasi tambahan.
Dalam penggunaan model satisficing tetap ada tempat bagi pertimbangan berbagai jenis
alternatif yang mungkin ditempuh. Berbeda dengan model optimasi, yang
membandingkan berbagai alternatif untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-
masing, dalam model satificing setiap alternatif dinilai tanpa terlalu memikirkan
perbandingannya dengan alternatif-alternatif lain. Terdapat empat cara untuk
membedakan model satisficing dengan optimasi:
a. Dalam menguji suatu tindakan yang akan diambil hanya beberapa atau bahkan
hanya satu persyaratan yang dipertimbangkan, sedangkan pertimbangan- pertimbangan
lain tidak diperhitungkan lagi.
b. Berbagai alternatif diuji secara berurut dan apabila ditemukan satu alternatif yang
dipandang memadai, usaha untuk mencari alternatif lain dihentikan.
c. Secara sadar jumlah alternatif dibatasi, dan pengujian terhadap setiap alternatif
dilakukan secara acak.
d. Pertimbangan menyetujui atau menolak tidak dikaitkan satu sama lain, melainkan
diuji secara independen. Semua alternatif diperlakukan sama, yang berati bahwa
keputusan yang ditangani dengan cara yang sama seperti halnya keputusan yang kurang
penting.
Macam- macam variasi model satisficing:
a. Ketentuan keputusan tunggal. Pendekatan ini sering dapat menarik untuk
diterapkan, terutama karena proses pengambilan keputusan berlangsung dengan cepat
dan dengan hasil yang dapat diperhitungkan sebelumnya.
b. Variasi eliminasi segi-segi tertentu. Variasi ini bertitik tolak dari usaha
penyempitan terhadap pilihan dari berbagai alternatif yang mungkin dipilih. Artinya,
suatu kombinasi dari ketentuan keputusan tunggal digunakan secara cepat untuk
memilih beberapa alternatif kunci yang dipandang memenuhi syarat-syarat minimal.
c. Variasi Inkrementasi. Variasi ini berarti pemikiran dipusatkan pada pengurangan
dampak berbagai kelemahan nyata dan yang harus segera dihadapi oleh organisasi.
Paham inkremental ini juga cukup rcalistis karena ia menyadari bahwa para pembuat
keputusan sebenamya kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber
lain yang diperlukan untuk melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua
13
altematif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. akan tetapi ia juga
menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental.
Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model
inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu
mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-
kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Model satisficing ini logis dan rasional dalam batas yang sempit dikarenakan informasi
tidak sempurna, kendala waktu, biaya, dan keterbatasan pemahaman.
3. Model Mixed Scanning
Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai,
dan menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan
pilihan tertentu. Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang
pengambil keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah
tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana
berbagai sarana dan prasarana organisasi akan digunakan untuk mencari dan
menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan dilaksakan. Para ahli
berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini keputusan- keputusan yang
fundamental dibuat setelah terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap
berbagai alternatif yang paling relevan, yang kemudian dikaitkan dengan tujuan
dan sasaran organisasi. Unsur-unsur dari pendekatan yang rasional dan
incremental digabungkan, dan penggabungan ini dipandang dapat saling isi
mengisi, dalam arti kelebihan pendekatan yang rasional memperkuat kelebihan
pendekatan yang inkremental.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan
para pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan,
bahwa semakin besar kemampuan para pembuat keputusan untuk
memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan keputusan-
keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk melakukan scanning dan
semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan keputusa
tersebut. Dengan demikian, model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya
merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model
rasional komprehensif dan moder inkremental dalam proses pengambilan
keputusan.
Keputusan ini dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar yang
mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan
ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua perspektif tersebut,
yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang sempit bertahap dengan
14
maksud mencegah mereka membuat keputusan inkremental yang kurang melihat
jauh ke depan.
Contohnya : Saat kita memutuskan untuk pindah kerja ( resign ), pasti
kita akan berpikir jauh, apakah di tempat kerja yang baru nanti akan lebih baik
dari yang sekarang, pastinya kita tidak mau gegabah dengan mengambil
keputusan secara cepat, karena dampaknya pasti aka nada penyesalan jika
nantinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu kita pasti akan
memikirkannya matang-matang dalam membuat keputusan tersebut.
4. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat
dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor- faktor
eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan
keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri
tentang situasi problematic yang dihadapi. Dalam praktek model ini digunakan apabila
para pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang
matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia kesempatan untuk
memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian yang
sifatnya kuantitatif.
15
BAB III
PENUTUP
Dari poin-poin diatas dapat kita ketahui bahwa dalam proses pengambilan
keputusan hendaknya di awali dengan jenis keputusan yang akan diambil, setelah
kita mengetahui jenisnya barulah kita tentukan langkah pengambilan keputusan
yang meliputi proses identifikasi, penetapan parameter, alternatif, kriteria serta
mengevaluasi hasilnya atau disebut tahap implementasi.
Sehingga pada akhirnya terciptalah sebuah keputusan yang adil dan
menguntungkan kedua belah pihak. Jika manajemen organisasi seperti itu maka
tidak ada lagi penyelewengan kekuasaan dalam pengambilan sebuah keputusan.
Semoga pemegang kekuasaan pengambilan keputusan seperti Pengadilan atau
Mahkamah Agung hendaknya perlu membangun sistem pengambilan yang terbaik
demi terciptanya rasa keadilan bagi seluruh warga negara.
16
DAFTAR RUJUKAN
http://meyka.blogdetik.com/2013/05/11/pengambilan-keputusan-dalam-
manajemen/
http://bomeey89.blogspot.co.id/2010/05/pengambilan-keputusan-
manajerial.htm?=1
http://mulgokizarigirl.wordpress.com/2017/04/01/manajerial-makalah-
pengambilan-keputusan/
17