Bab 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :

Rafif Asyam Bahi 210810301014


Solihin 210810301133
Ahmad Sechan 210810301171

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
Tahun 2022/2023
SURAT PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

No Nama NIM
1. Rafif Asyam Bahi 210810301014
2. Solihin 210810301133
3. Ahmad Sechan 210810301171

Dengan ini menyatakan bahwa sistem atau pengerjaan tugas yang kelompok kami
lakukan adalah :
1. Hasil karya sendiri
2. Tidak copy paste tugas orang lain
3. Tidak hasil Joki tugas
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya, dan kami bersedia
bertanggung jawab serta menerima dan mematuhi segala tindakan dan/atau
keputusan yang diambil oleh dosen pengampu, apabila kami terbukti melakukan
kecurangan di atas.

Jember, 24 Sept 2022


Yang Membuat Pernyataan,

1. Rafif Asyam Bahi


2. Solihin
3. Ahmad Sechan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Judul Resume
1.2 Mengapa Topik “GOOD CORPORATE GOVERNANCE”?
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Latar belakang munculnya GCG
Mulai populernya istilah “tata kelola perusahaan yang baik” atau yang lebih
dikenal dengan istilah good corporate governance tidak dapat dilepaskan dari
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan besar, baik di Indonesia
maupun internasional
Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20, menjadikan
sistem ekonomi kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling
dominan di seluruh dunia. Sistem ekonomi kapitalis ini makin kuat mengakar berkat
arus globalisasi dan perdagangan bebas yang mampu dipaksakan oleh negara-
negara maju penganut sistem ekonomi kapitalis. Ciri utama sistem ekonomi
kapitalis adalah kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-
individu / sektor swasta. Dalam perjalanannya, beberapa perusahaan akan muncul
sebagai perusahaan-perusahaan swasta raksasa yang bahkan aktivitas dan
kekuasaannya telah melebihi batas-batas suatu negara. Para pemilik dan
pengelola kelompok perusahaan-perusahaan raksasa ini bahkan mampu
memengaruhi dan mengarahkan berbagai kebijakan yang diambil oleh para
pemimpin politik suatu negara untuk kepentingan kelompok perusahaan mereka
dengan kekuatan uangnya. Sering kali terjadi pemerintah suatu negara yang
seharusnya menjadi kekuatan terakhir sebagai pengawas, penegak hukum, dan
pengendali perusahaan-perusahaan menjadi tidak berdaya menghadapi
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh
tersebut.
Pada intinya, timbulnya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh tata kelola
perusahaan yang buruk (bad corporate governance) dan tata kelola pemerintahan
yang buruk pula (bad government governance) sehingga memberi peluang besar
munculnya praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Hal ini dapat
ditunjukkan pada beberapa fakta berikut:

 Mudahnya para spekulan mata uang untuk mempermainkan pasar valuta


asing karena tidak adanya alat kendali yang efektif.
 Mudahnya para konglomerat memperoleh dana pinjaman dari perbankan.
 Banyak direksi BUMN termasuk di bank-bank pemerintah juga tidak
independen.
 Para komisaris di BUMN sering kali bukan orang yang profesional,
melainkan oknum-oknum birokrasi yang telah memasuki usia pensiun.
 Banyaknya profesi yang terkait dengan kegiatan bisnis ini yang mudah
diajak untuk bekerja sama untuk rekayasa.
 Pada saat timbul krisis moneter, Bank Indonesia mengucurkan dana berupa
bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) dalam upaya membantu
perbankan agar tidak ambruk akibat penarikan dana nasabah secara besar-
besaran.

2. Pengertian GCG
Istilah “corporate governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Commite, inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya
yang kemudian dikenal sebagai Cadbury report. Di bawah ini diberikan beberapa
definisi :
1) Cadbury Committee of United Kingdom:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

2) Sukrisno Agoes,

Sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan komisaris,


peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.

3) Organization for Economic Cooperation and Development

Suatu struktur yang terdiri atas pemegang saham, direktur, manajer,


seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang akan
digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.

Konsep GCG:

1. Wadah Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan)


2. Model Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-
prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktis bisnis yang sehat.
3. Tujuan  Meningkatkan kinerja organisasi
 Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan
 Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang
signifikan dalam pengelolaan organisasi
 Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak
dirugikan
4. Mekanisme Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang,
dan tanggung jawab.

3. Prinsip-prinsip GCG
Konsep GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi. Prinsip-prinsip GCG menurut
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD):

 Perlakuan yang setara antara pemangku kepentingan (fairness)


 Transparansi (transparency)
 Akuntabilitas (accountability)
 Responsibilitas (responsibility)
Dalam hubungannya dengan tata kelola BUMN, Menteri negara BUMN juga
mengeluarkan keputusan nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG.
Ada 5 prinsip:
 Kewajaran (fairness)
 Transparansi
 Akuntabilitas
 Pertanggungjawaban
 Kemandirian
Selanjutnya, National Committee on Governance mengemukakan lima prinsip
GCG, yaitu:

 Transparansi (transparency)
 Akuntabilitas (accountability)
 Responsibilitas (responsibility)
 Independensi (independency)
 Kesetaraan (fairness)

Menurut menteri negara BUMN :

 Perlakuan yang setara (fairness)


 Prinsip transparansi
 Prinsip Akuntabilitas
 Prinsip Responsibiltas
 Kemandirian

4. Manfaat GCG
Penerapan GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
para investor dan institusi terkait di pasar modal. Tujuan penerapan GCG adalah
untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang
praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengelolaan kegiatan
organisasi. Indra surya dan Ivan Yustiavandana mengatakan bahwa tujuan dan
manfaat dari penerapan GCG adalah:
1) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
2) Mendapatkan biaya modal yang lebih murah
3) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan
4) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan terhadap perusahaan
5) Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum

5. GCG dan hukum perseroan di Indonesia


Kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia didasarkan atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Namun Undang-
undang ini kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UU nomor 40 Tahun 2007,
perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Beberapa ketentuan lama yang masih relevan yang terdapat dalam Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1995 masih dipertahankan. Namun ada beberapa
ketentuan baru yang merupakan penyempurnaan rambu-rambu secara besar yang
berkaitan dengan tata kelola perusahaan (corporate governance). Ketentuan yang
disempurnakan, antara lain:
1) Dimungkinkan mengadakan RUPS dengan memanfaatkan teknologi
informasi yang ada, seperti: telekonferensi, video konferensi atau
sarana media elektronik lainnya (Pasal 77).
2) Kejelasan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian pengesahan
status badan hukum dan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan.
3) Memperjelas dan mempertegas tugas dan tanggung jawab Direksi dan
Dewan Komisaris, termasuk mengatur mengenai komisaris independen
dan komisaris utusan.
4) Kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
RUPS merupakan organ tertinggi dan memegang wewenang tertinggi dalam
perusahaan yang berbadan hukum PT. Anggota dewan komisaris dan dewan
direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dewan komisaris bertugas untuk
mengawasi tindakan dewan direksi serta memberi nasehat dan arahan kepada
dewan direksi dalam menjalankan operasi. Dewan direksi bertugas untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan berdasarkan arahan dan garis besar
kebijakan yang telah ditetapkan oleh RUPS, dewan komisaris, serta anggaran
dasar perseroan yang berlaku dalam koridor hukum.
6. Organ khusus dalam penerapan GCG
Indra Surya dan Ivan Yustiavananda menyebutkan paling tidak diperlukan
empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:
1) Komisaris dan direktur independen
Indra Surya dan Ivan Yustiavananda (2006) mengungkapkan terdapat
dua pengertian independen terkait konsep komisaris dan direktur
independen. Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seseorang
yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen (pemegang
saham minoritas).
Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang ditunjuk
berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian
profesional yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi
kepentingan perusahaan.
Selain kedua pengertian tersebut, masih ada pengertian ketiga yang
biasa dipakai dalam kode etik akuntan publik, yang dalam konteks ini sering
dikenal dengan istilah independent in fact dan independent in appearance.
Independent in fact menekankan sikap mental dalam mengambil keputusan
dan tindakan didasarkan atas pertimbangan profesionalisme dari dalam diri
yang bersangkutan tanpa campur tangan, pengaruh, atau tekanan dari
pihak luar. Independent in appearance dilihat dari sudut pandang pihak luar
yang mengharapkan calon yang bersangkutan (calon auditor, komisaris,
atau direktur) secara fisik tidak mempunyai hubungan darah (kepentingan
langsung) dengan perusahaan dan/atau dengan para pemangku
kepentingan lainnya yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak luar
tentang kenetralan yang bersangkutan.
Bila mencermati aturan dari PT. Bursa Efek Jakarta Nomor
Kep-305/BEJ/07-2014 Pasal III.I.6., dijumpai syarat menjadi direktur
independen adalah sebagai berikut:
a) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Pemegang Saham
Pengendali Perusahaan tercatat yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 6 bulan sebelum penunjukan sebagai direktur tidak
terafiliasi.
b) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Komisaris dan
Direktur lainnya dari Perusahaan Tercatat.
c) Tidak bekerja rangkap sebagai Direksi pada perusahaan lain.
d) Tidak menjadi Orang Dalam pada lembaga atau profesi
penunjang pasar modal yang jasanya digunakan oleh
Perusahaan Tercatat selama 6 bulan sebelum penunjukan
sebagai Direktur.

2) Komite audit
Undang-undang Perseroan Terbatas Pasal 121 memungkinkan Dewan
Komisaris untuk membentuk komite tertentu yang dianggap perlu untuk
membantu tugas pengawasan yang diperlukan. Salah satunya adalah
Komite Audit.
Menurut Hasnati, tugas, tanggung jawab, dan wewenang Komite Audit
adalah membantu Dewan Komisaris, antara lain:
a) Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang
memadai (prinsip tanggung jawab).
b) Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan
(prinsip transparansi).
c) Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran
biaya audit eksternal, serta kemandirian dan objektivitas audit
eksternal (prinsip akuntabilitas).
d) Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite
audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit
(prinsip tanggung jawab).

3) Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)


Tugas, tanggung jawab dan kedudukan pejabat sekretaris perusahaan
sebagai bagian dari pelaksanaan GCG. Jabatan sekretaris perusahaan
menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis karena berfungsi sebagai
pejabat penghubung (liason officer) atau semacam public relations/investor
relations antara perusahaan dengan pihak di luar perusahaan, khususnya
bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah mendaftarkan sahamnya di
bursa. Tugas utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan
dokumen perusahaan, Daftar Pemegang Saham, risalah rapat direksi dan
RUPS serta menyimpan dan menyediakan informasi penting lainnya bagi
kepentingan seluruh pemangku kepentingan.
7. GCG dalam badan usaha milik negara (BUMN)
Pada awalnya , tujuan didirikan BUMN terkandung dalam pasal 33 ayat 3 UUD
1945 yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran
rakyat”. Namun dalam perjalanannya tujuan utama BUMN sudah berubah sama
seperti sektor swasta yaitu mencari keuntungan.
Tiga jenis bentuk hukum BUMN , yaitu:

 Persero: modal perusahaan terdiri atas saham dan tujuan utama dari
perusahaan ini adalah untuk mencari keuntungan.
 Perusahaan Umum (Perum): modalnya berupa setoran modal
pemerintah dan misi yang diemban tidak sepenuhnya mencari
keuntungan tapi juga membawa misi sosial.
 Perusahaan Jawatan (Perjan): modalnya disisihkan dari APBN dan
dikelola oleh departemen teknis pemerintah.
Tjager dkk, selanjutnya mengungkapkan bahwa rendahnya kinerja BUMN
ini ada kaitannya dengan belum efektifnya penerapan tata kelola perusahaan
yang baik. Hal ini dapat dilihat antara lain :
 Pemberian remunerasi yang berlebihan kepada direksi yang tidak
mencerminkan keterkaitan dengan pencapaian target kinerja dan ada
penyalahgunaan fasilitas BUMN untuk manajemen.
 Terlalu kuatnya pemegang saham dalam pemberian paket remunerasi
tidak merangsang direksi untuk melakukan usaha terbaiknya bagi
kepentingan BUMN.
 Transaksi bisnis dengan pihak luar yang dilakukan manajemen tidak
memperhatikan kepentingan pemegang saham.
 Penyusunan past service liabilities yang menguntungkan direksi dan
komisaris , tetapi sangat membebani BUMN.
 Direksi melakukan strategi diversifikasi untuk meningkatkan ukuran
perusahaan demi prestise dirinya tanpa memperhatikan dampak pada
kinerja perusahaan.
 Intervensi (campur tangan) pemegang saham atau pihak luar secara
berlebihan dalam kegiatan operasional BUMN.
 Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen.

8. GCG dan pengawasan pasar modal di Indonesia


Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar instrumen
keuangan (sekuritas ) jangka panjang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
uang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga dan unsur penunjang pasar
modal, antara lain :
1) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
2) Bursa Efek
3) Lembaga Kliring
4) Emiten
5) Underwriter
6) Investor/Calon Investor
7) Akuntan Publik
8) Notaris
9) Konsultan Hukum
10) Konsultan Keuangan
Fungsi dan peran Bapepam LK dalam aktivitas pasar modal suatu negara
sangat strategis karena lembaga inilah yang diberi wewenang oleh pemerintah
untuk mengawasi semua lembaga terkait dan membuat berbagai peraturan yang
harus dipatuhi oleh semua lembaga terkait agar kegiatan pasar modal di bursa
dapat berjalan secara adil, efektif, dan efisien.
 Kegiatan pasar modal disebut efektif bila para investor dan calon
investor tertarik untuk melakukan transaksi di bursa. Mereka tertarik
karena percaya bahwa semua lembaga terkait di bursa telah
menjalankan fungsi mereka sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan oleh badan pengawas pasar modal.
 Kegiatan pasar modal disebut efisien bila semua lembaga terkait
termasuk investor merasakan bahwa penyelenggaraan kegiatan di
bursa tersebut dapat terselenggara dengan cepat tanpa di bebani biaya
yang berlebihan.
 Kegiatan pasar modal dianggap adil (fair) bila semua pihak terkait,
termasuk para calon investor tidak merasa dirugikan oleh kegiatan di
bursa tersebut.
Jadi, pada intinya fungsi Bapepam LK dalam hal ini adalah memastikan agar
semua lembaga penunjang yang terkait di bursa menjalankan tata kelola lembaga
masing-masing secara sehat dan mematuhi berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk seperangkat aturan yang dikeluarkan oleh
Bapepam LK tersebut. Bapepam juga berfungsi mengawasi dan menegakkan
aturan main yang ada, termasuk memberikan sanksi yang diperlukan kepada
lembaga terkait yang melanggar aturan main tersebut demi terciptanya pasar
modal yang adil, efektif dan efisien.
9. GCG perbankan di Indonesia
Aktivitas bisnis dan sistem perekonomian yang kuat harus didukung oleh sistem
perbankan yang kuat. Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Implementasi GCG oleh
Bank-bank Komersial. Secara garis besar, peraturan ini mengatur tentang:
a) Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kesetaraan (Pasal 1
ayat 6);
b) Tujuan Implementasi GCG (Pasal 2)
c) Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris (Bab II
Pasal 4-18);
d) Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Direksi (Bab III
Pasal 19-37);
e) Komite (Bab IV Pasal 38-48);
f) Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal (Bab V Pasal 49-52);
g) Implementasi Manajemen Risiko (Bab VI Pasal 53)
h) Ketentuan Dana (Bab VII Pasal 54-55);
i) Rencana Strategi Bank;
j) Aspek Transparansi Kondisi Bank (Bab IX Pasal 57-58);
k) Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal (Bab X Pasal 59-60);
l) Laporan dan Asesmen Implementasi GCG (Bab XI Pasal 61-66);
m) Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri (Bab XII Pasal 67-68);
n) Sanksi-sanksi (Bab XIII Pasal 69-75);
o) Ketentuan Peralihan (Bab XIV Pasal 76-77);
p) Ketentuan Penutup (Bab XV Pasal 78).

Anda mungkin juga menyukai