Onky Skripsiii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU


TERHADAP KETERATURAN IMUNISASI DASAR
PADA BAYI DI PUSKESMAS POLEWALI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

ONKY NUANSA PATTOLA


20150409001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena

atas Rahmat serta inayahnyalah sehingga skripsi yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT

PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA

BAYI DI PUSKESMAS POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR” dapat

terselesaikan, sholawat dan salam tak lupa pula penulis hanturkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga sahabat dan para pengikutnya.

Proposal ini disusun guna melengkapi tugas dan sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan SI Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Al Asyariah Mandar dan guna memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (S.KM).

Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,

akan tetapi dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan sebagai wujud

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, olehnya itu saran dan kritikan yang

sifatnya membangun sangat diperlukan demi penyempurnaan peneliti serupa dimasa

yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus -

tulusnya dan ikhlas kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, terima kasih atas

segala pengorbanan, kesabaran, Do’a dan kasih sayangnya untuk mengemban


amanah Allah SWT dalam melahirkan, membesarkan dan mendididk penulis tanpa

pernah mengeluh dan merasa bosan.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –

tingginya kepada :

1. Dr.Hj. Chuduriah Sahabuddin,M.Si sebagai Rektor Universitas Al Asyariah Mandar.

2. Dr. Aco Dahrul Saharuddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

sekaligus Penguji I

3. Patmawati, SKM., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Urwatil Wusqa Abidin, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat dan Pembimbing II

5. A. Liliandriani, S.Kep., Ns, M.Kes selaku Pembimbing selaku pembimbing I yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

kepada penulis dalam penyusunan skripsi sampai selesai

6. Muh. Said Mukharrim, SKM., M.Kes selaku penguji II

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

sangat di harapkan. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, dan

amal baik yang diberikan oleh semua pihak semoga mendapatkan balasan terbaik dari

Allah SWT, Amin.

Polewali, 2020

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................... iii
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL....................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xi
ABSTRAK........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 9


A. Tujuan Umum Tentang Bayi..................................................... 9
B. Peran Keluarga Pada Bayi....................................................... 9
C. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi.......................................... 10
1. Defenisi Umum......................................................... 10
2. Tujuan Imunisasi...................................................... 10
3. Jenis Kekebalan Tubuh............................................ 10
4. Cara Pemberian Imunitas......................................... 12
5. Program Imunisasi di Indonesia............................... 13
6. Penyakit yang Dapat di Cegah Dengan Imunisasi... 16
7. Jenis-Jenis Vaksin.................................................... 24
8. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi........................ 27
9. Manfaat Imnunisasi.................................................. 28
10. Tempat Pelayanan Imunisasi................................... 28
D. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan dan Pengetahuan......... 28
1. Pendidikan Ibu.......................................................... 28
2. Pengetahuan Ibu...................................................... 30
E. Kerangka Konsep..................................................................... 33
F. Defenisi Operasional................................................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 36


A. Jenis Penelitian........................................................ 36
B. Populasi dan Sample............................................... 36
C. Lokasi dan waktu penelitian..................................... 37
D. Instrumen pengumpulan data.................................. 37
E. Teknik pengumpulan data........................................ 38
F. Langkah pengolahan data........................................ 38
G. Etika penelitian......................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep 33

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi yang di Berikan 16

Pada Anak

Tabel 2.2 Penyakit-Penyakit yang dapat di Cegah 24

dengan Imunisasi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian


ABSTRAK

Onky Nuansa Pattola, “Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Terhadap


Keteraturan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar”.
Di bimbing oleh Andi Liliandriani dan Urwatil Wusqa Abidin.
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam
tubuh bayi dan anak. Dengan tujuan untuk melindungi dan mencegah terhadap penyakit
menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. Imunisasi selama ini dianggap belum
memadai dilihat dari masih meningkatnya penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi, khususnya di Kabupaten Polewali Mandar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi yang datang berkunjung di
Puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini adalah penelitian survey
deskriptif, menggunakan tehnik sampling secara Accidental Sampling dimana sampelnya
adalah ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Polewali
Kabupaten Polewali Mandar.`
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 50 ibu yang jadi responden ada 70% yang
tingkat pendidikannya baik dan 30% yang tingkat pendidikannya kurang dan yang mempunyai
pengetahuan baik tentang imunisasi dasar sebanyak 70% dan 30% yang pengetahuannya
kurang.
Sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar
lengkap dan disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dan sering
mendengar penyuluhan-penyuluhan petugas kesehatan serta banyak membaca.

Kata kunci : Pendidikan, Pengetahuan, Imunisasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah

terlahir dari rahim seorang ibu.Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi

selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun

bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah.Baik ibu

maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta

memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun.

(Muslihatu, 2010).

Pada dasarnya, setiap bayi yang dilahirkan sudah memperoleh kekebalan

secara alami dari ibu yang melahirkannya, namun kekebalan itu tidak bertahan

lama.Oleh karena itu, bayi dapat di imunisasi segera setelah lahir.Sebaiknya, bayi

sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupan. (Depkes RI,

2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu parameter utama

ukuran kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan kesehatan anak pada

khususnya.Sampai saat ini Indonesia masih termasuk kategori negara dengan AKB

yang tinggi bahkan tertinggi di negara ASEAN dibanding dengan negara

maju.Penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian seperti tuberkulosis,

hepatitis B, dipteri, tetanus, pertusis, polio, dan campak sebagai permasalahan

yang serius sehingga ada upaya pencegahan primer yang mendasar dan
merupakan kegiatan rutin seperti pendeteksian kelainan janin dalam rahim,

imunisasi pada ibu hamil, bayi, dan balita(Anonim, 2011).

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada

bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan

bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah

memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk.Pertahanan tubuh

tersebut meliputi pertahanan spesifik dan pertahanan nonspesifik.Mekanisme

pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti komplemen

dan makrofag. Setelah itu kuman harus menghadapi pertahanan tubuh yang kedua

yaitu pertahanan tubuh spesifik yang terdiri atas humoral dan seluler ( Aziz.2008 )

Keteraturan Imunisasi Dasar diberikan pada bayi usia 0-1 tahun. Dengan

pemberian BCG 1 kali yaitu pada usia 0-11 bulan, DPT 3 kali yaitu pada usia 2-11

bulan, Polio 4 kali yaitu pada usia 0-11 bulan, Campak 1 kali yaitu pada usia 0-11

bulan, dan Hepatitis B 3 kali yaitu pada usia 0-11 bulan. Sedangkan imunisasi

ulangan (lanjutan) adalah pemberian imunisasi kekebalan setelah imunisasi dasar

atau pada anak usia sekolah dasar (SD) kelas I dan VI. (Hidayat, 2007)

Menurut data terakhir pada tahun 2013 dari World Health Organization

(WHO) sejak tahun 2010 terjadi peningkatan angka kematian akibat campak hingga

50% di seluruh penjuru dunia. Khususnya di negara ASEAN peningkatan angka

kematian 65% dari 174.000 menjadi 300.000 , deretan angka dan presentase

tersebut merupakan ancaman bagi jutaan anak diseluruh dunia terutama mereka

yang belum pernah mendapatkan imunisasi. Tujuan akhir program imunisasi adalah

komitmen internasional (Ultimate goal) adalah eradikasi polio (EROPA), eliminasi


tetanus neonatorum (ETN) serta reduksi campak yang akan dicapai pada tahun 2013

sedangkan target UCI cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, Polio, Campak dan

Hepetitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten

bahkan di setiap desa.(Depkes, 2013).

Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan melaksanakan

imunisasi cacar di pulau Jawa. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit cacar

di Indonesia, sehingga pada tahun 1974 Indonesia dinyatakan telah bebas penyakit

cacar oleh WHO. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dimulai sejak tahun 1977

dengan pemberian vaksin BCG, DPT dan TT.Tahun 1980 dikembangkan vaksin

polio dan terakhir vaksin campak pada tahun 1982. (www.temporaktif.com)

Pencapaian Universal Child Immunization(UCI) merupakan prediksi

terhadap cakupan atas imunisasi lengkap pada sekelompok bayi.Bila cakupan UCI

tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).Berdasarkan profil

kesehatan provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 cakupan imunisasi telah

mencapai UCI selama 5 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2008 sebesar

88,90%, pada tahun 2009 sebesar 91,70%, pada tahun 2010 sebesar 92,51%, pada

tahun 2011 sebesar 96,76% dan pada tahun 2012 sebesar 88,30%. (DinKes, 2013)

Berdasarkan evaluasi di lapangan ternyata pelaksanaan imunisasi selama

ini dianggap belum mamadai dilihat dari masih meningkatnya penyakit menular yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti : Tetanus Neonatorum ,Campak,

Difteri, Pertusis, Hepatitis. Secara nasioanal angka insiden Tetanus Neonatorum

pada tahun 2009 sebanyak 175 kasus ( CFR 56%), Campak tahun 2009 sebanyak
2.914 kasus (CFR 0,34%), Difteri tahun 2009 86 kasus (CFR 23%), Pertusis pada

tahun 2009 sebanyak 2.788 kasus dan Hepatitis periode 2006-2009 sebanyak

29.597 kasus (Depkes, 2013).

Nusa Tenggara Timur sendiri angka insiden Tetanus Neonatorum pada

tahun 2011 8 kasus (CFR 5 orang), Campak tahun 2011 sebanyak 445 0rang, Difteri

tahun 2011sebayak 109 kasus, Pertusis 2011 1 kasus dan tahun 2012 16 kasus,

sedangkan Hepatitis pada tahun 2010sebanyak 700 kasus. (DinKes NTT, 2013).

Seorang anak memiliki kesempatan lebih besar tidak di imunisasi

terutama bagi yang tinggal di pedesaan, dengan pendidikan rendah, dan kurang

pengetahuan,serta tidak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), tidak punya akses ke

media massa (surat kabar, majalah, radio, tv). Semakin banyak jumlah anak,

semakin besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan

teratur Sebagai contoh adalah hasil beberapa penelitian yang menyebutkan

peningkatan status keteraturan imunisasi bayi/ anak akan meningkat seiring

meningkatnya pendidikan dan pengetahuan ibu. (Ali,Muhammad,2010).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena

orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu.Demikian juga tentang

pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan

dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian

imunisasi dasar pada bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status

imunisasinya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program

imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan dan

pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. ( Ali, 2010).


Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta

informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari

seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui

pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu

sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu

seperti halnya dalam pelaksanaan imunisasi bayi, tidak lain adalah hasil yang

diperoleh dari pendidikan dan pengetahuan, sehingga dapat memberikan dorongan

dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan. (Slamet, 2009).

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka peran seorang ibu dalam hal

imunisasi sangatlah penting.Karenanya, suatu pemahaman tentang program

imunisasi sangat diperlukan.Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap

imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. (Ali, Muhammad, 2010).

Berdasarkan data 2019 sasaran bayi yang mendapat imunisasi dasar di

Puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar untuk tiga bulan terakhir sejumlah

455 bayi. Diantaranya mendapat imunisasi BCG 80%, Polio I 80%, Polio IV 85%,

DPT Hb I 80%, DPT Hb 3 85%, Campak 85% dan Hepatitis B 75%.

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa pemberian imunisasi

sangat penting dalam pencegahan penyakit menular yang berkembang pesat di

Indonesia serta pengetahuan ibu yang memiliki bayi tentang pentingnya pemberian

imunisasi memegang peran sangat penting, maka calon peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Tingkat Pendidikan dan

Pengetahuan Ibu tentang Keteraturan Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas

Polewali Kabupaten Pokewali Mandar”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimana gambaran tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang keteraturan

imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Polewali Kabupaten Pokewali Mandar”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi

di puskesmas Polewali Kabupaten Pokewali Mandar.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu untuk:

a. Diketahuinya tingkat pendidikan ibu bayi di Puskesmas Polewali Kabupaten

Pokewali Mandar.

b. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang keteraturan imunisasi dasar pada

bayi di Puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan

informasi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi pelaksana dan penanggung jawab

program kesehatan terkait dalam upaya peaksanaan imunisasi.


3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai

pentingnya untuk memberikan imunisasi dasar pada bayinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah

terlahir dari rahim seorang ibu.Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi

selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun

bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah.Baik ibu

maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta

memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun.

(Muslihatu, 2010).

B. Peran Keluarga Pada Bayi

Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai

upaya mendapatkan pelayanan kesehatan.Dalam memelihara kesehatan anggota

keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil

keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Melakukan penyuluhan

bagi keluarga mengenai pentingnya imunisasi anak yang bekerja sama dengan

perangkat desa dan petugas kesehatan, diaharapkan dapat meningkatkan

kesadaran keluarga akan pentingnya imunisasi bagi anak sehingga dapat

meningkatkan dukungan keluarga terhadap kunjungan ibu untuk

mengimunisasikan anaknya. (gupte, S, 2009).


C. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi

1. Defenisi Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan atau

dimatikan dengan tujuan agar tubuh membentuk antibodi sehingga tubuh menjadi

kebal terhadap penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan bahwa

imunisasi adalah pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan

atau sebagian dari partikel virus dan bisa juga berupa hasil bioteknologi rekayasa

genetika dengan tujuan agar tubuh memproduksi “antibody” tetapi tidak

menimbulkan penyakit bahkan tubuh menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.

( Aziz.2008 )

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi atau vaksinasi ialah prosedur untuk meningkatkan

derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons

memori terhadap patogen tertentu atau toksin dengan menggunakan preparat

antigen non virulen/non toksik. (Baratawidjaja, 2013)

3. Jenis Kekebalan Tubuh (Irianto, 2010)

Jenis kekebalan tubuh terdiri dari :

a. Kekebalan alamiah, yaitu kekebalan tubuh yang diperoleh secara alami,

artinya kekebalan diperoleh sejak bayi dalam kandungan. Kekebalan

alamiah ini sebenarnya merupakan proses yang digunakan tubuh untuk

menghasilkan zat penangkal penyakit.

b. Kekebalan buatan, yaitu kekebalan yang di peroleh melalui penyuntikan

atau vaksinasi.
Kekebalan buatan terbagi atas dua macam yaitu :

1. Kekebalan aktif (imunisasi aktif), yaitu kekebalan yang diperoleh dengan

jalan tubuh membuat zat kekebalan (antibody). Caranya dengan

melakukan vaksinasi.

Kekebalan aktif di bagi dua,yaitu :

a) Kekebalan aktif alami (Naturally acquired immunity)

Orang ini menjadi kebal setelah menderita penyakitnya.Misalnya orang

kebal terhadap cacar setelah sembuh dari cacar.

b) Kekebalan aktif disengaja (Arlifially induced active immunity)

Yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi.

Misalnya seseorang menjadi kebal terhadap cacar setelah ia

mendapatkan vaksinasi cacar.

2. Kekebalan pasif (imunisasi pasif), kekebalan yang diperoleh dengan jalan

memasukkan antibodi yang sudah jadi kedalam tubuh. Caranya dengan

memberikan suntikan serum, yaitu memasukkan serum darah hewan

yang telah mengandung antitoksin ke dalam tubuh sehingga tubuh

mempunyai zat penangkal kuman.

Kekebalan pasif dibagi dua, yaitu :

a) Kekebalan pasif yang diturunkan (Congenital immunity)

Yaitu kekebalan pada bayi, karena mendapatkan zat anti yang diturunkan dari

ibunya,ketika masih berada dalam kandungan. Antibodi dari darah ibu, melalui

plasenta,masuk ke dalam darah si bayi.


b) Kekebalan pasif disengaja (Artificially induced passive immunity)Yaitu

kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat anti dari luar.

Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (terapetika ) maupun sebagai

usaha pencegahan (propilastika).

4. Cara Pemberian Imunitas

Cara pemberian imunitas terdiri dari tiga macam antigen yaitu :

a. Live attenuated bacteria or virus

Yang dipakai ialah kuman yang masih hidup namun telah dijinakkan

(attenuated), sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, melainkan masih

dapat mengakibatkan imunitas, misalnya Smallpox, Bacillus Calmatte Guerin

(BCG), polio sabin, campak, dan pada waktu ini di luar negeri yang telah ada

vaksin untuk Esenfalitis, Trakoma, dan lain-lain.

b. Kileed bacteria or virus

Misalnya Kolera, Tifus Abdominalis, Paratifus (kotipa), Pertusis, Polio Salk.

c. Toksoid

Yang dipakai ialah toksin yang telah di olah sedemikian rupa, misalnya

dengan formal dan dengan di absorpsi dengan almunium sehingga biasanya

dinamakan formal toxoid alum prepicipitated.

5. Program Imunisasi di Indonesia

Program imunisasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1956 dengan

melaksanakan vaksinasi cacar di pulau Jawa, hingga Indonesia dinyatakan bebas

cacar oleh WHO pada tahun 1974.Dengan keberhasilan tersebut maka sejak itu

dilakukan pula vaksinasi Toxoid Tetanus untuk ibu hamil tahun 1974. Vaksinasi
DPT dimulai tahun 1976,vaksinasi BCG di tahun 1978. Pengembangan program

imunisasi (PPI) secara resmi dimulai tahun1977. Vaksinasi polio dan campak

mulai dikembangkan pada tahun 1980, hingga pada tahun 1982 program

imunisasi telah mencangkup enam jenis antigen yaitu : BCG, DPT, Polio, dan

Campak. Pada tahun 1995-1997 diadakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) ,

diharapkan setiap balita termasuk bayi baru lahir di seluruh Indonesia

mendapatkan imunisasi. Pada tahun 1995 PIN hanya memberikan vaksin polio,

akan tetapi pada tahun 1996 dan 1997 juga diberikan imunisasi polio dan campak

pada balita dan imunisasi TT pada ibu hamil dan ibu balita. Dengan tujuan agar

mengurangi angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PB3I) dan tujuan khusus adalah tercapainya Universal Child

Immunization (UCI) di tiap kecamatan, tercapainya eliminasi Tetanus Neonatorum

(insiden di bawah 1 per 10.000 kelahiran hidup) di seluruh Indonesia dan reduksi

campak pada tahun 2007.(Nadhrin, 2009).

Polio merebak di Indonesia melalui anak-anak yang belum di

imunisasi.Angka rata-rata dari cakupan imunisasi rutin tersebut menurun secara

perlahan tapi pasti selama beberapa tahun terakhir. Terdapat beberapa daerah di

tanah air yang angka imunitasnya bahkan lebih rendah lagi ,yakni masyarakat

paling miskin dan paling terpinggirkan. Walaupun di Indonesia sudah sepuluh

tahun tidak ada anak yang terserang polio, pada tahun 2005, virus polio telah

masuk terbawa ke Indonesia dan telah mengakibatkan 120 anak menderita

lumpuh akibat polio. (Depkes, 2013).


Dampak keberhasilan cakupan imunisasi campak nasional yang tinggi

dapat menelan insiden rate yang cukup tajam selama 5 tahun terakhir, namun di

beberapa desa tertentu masih sering terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak.

Asumsi terjadinya KLB campak di beberapa desa tersebut, disebabkan karena

cakupan imunisasi yang rendah (90%) atau kemungkinan masih rendahnya

vaksin effikasi di desa tersebut. Dari beberapa hasil penyelidikan lapangan KLB

campak yang dilakukan oleh Subdit Surveilans dan daerah selama tahun 1998-

1999, terlihat kasus-kasus campak yang belum mendapat imunisasi masih cukup

tinggi yaitu kurang lebih 40% -100%. Dari sejumlah kasus-kasus yang belum

mendapat imunisasi tersebut , pada umunya adalah balita (70%). Frekuensi KLB

campak berdasarkan laporan yang di kirim dari seluruh propinsi di Indonesia ke

Subdit Surveilans selama tahun 1994-1999 terlihat berfuktuasi ,dan cenderung

meningkat dari tahun 1998-1999 yaitu dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian.

(Depkes,2013).

Di Indonesia, sasaran pemberian vaksinasi pada program imunisasi

adalah bayi berumur 0-11 bulan. Alasan penentuan sasaran tersebut adalah

pertimbangan parasitologi penyakit, gambaran epidemiologis penyakit, potensi

vaksin, respon imunologi, kemampuan operasional di lapangan serta

statistik.Program imunisasi di Indonesia mengupayakan untuk melengkapi

imunisasi dasar sedini mungkin sebelum anak berumur 1 tahun.(Depkes, 2013).

Jadwal pemberian imunisasi yang diberikan pada anak dapat dilihat pada

table dibawah ini.


Tabel 2.1
Jadwal pemberian imunisasi yang diberikan pada anak

Selang
Pemberian
Vaksin waktu Umur Keterangan
imunisasi
pemberian
BCG 1x - 0-11 bulan Untuk bayi

DPT 3x (DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 bulan yang lahir

Polio 4x (Pol1,2,3,4) 4 minggu 0-11 bulan dirumah

Campak 1x - 9-11 bulan sakit

HepatitisB 3x (Hepatitis B 4 minggu 0-11 bulan /puskesmas

1,2,3) Hepatitis

B,BCG dan

Polio dapat

segera

diberikan

6. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imuniasi (PD3I)

Dari sebagian kecil penyakit yang telah ditemukan vaksinnya., hanya 7

yang diupayakan pencegahannya melaui program imunisasi yang selanjutnya

disebut sebagai PD3I. Beberapa pertimbangan untuk memasukkannya kedalam

program antara lain adalah besarnya masalah yang ditimbulkan penyakit,

efektifitas dan yang terakhir adalah kemungkinan pengadaan vaksin. Berikut ini

ada ke tujuh jenis penyakit menurut sifat-sifat kinis dan epidemiologinya :

(Sujoetmiko, 2009)
a. Tuberkulosis

Penyebab penyakit ini adalah mycobacterium Tuberculose pemberian

imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis

(TBC). Imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur dua bulan.

Reaksi yang akan nampak setelah penyuntikan imunisasi ini adalah berupa

perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi

pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan

dalam waktu 8–12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut, reaksi lainnya

adalah berupa pembesaran kelenjar ketiak atau daerah leher, biasa di raba

akan terasa padat dan bila di tekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat

terjadi adalah berupa pembengkakan pada daerah tempat suntikan yang berisi

cairan tetapi akan sembuh spontan. (Depkes RI, 2008)www.infeksi.com,2008

b. Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran

napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel

(tonsil ) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan

dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang

dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara ( betuk /

bersin ) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus

dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan

kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu

bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan

bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat

penurun panas. (Depkes RI, 2008)

c. Pertusis

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus

Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella

Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka

menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur

darah.Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi

melengking. Penularan umumnya terjadi melalui udara ( batuk / bersin ).

Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan

dengan tetanus dan difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan

dengan selang penyuntikan.(Depkes RI, 2008)

d. Tetanus

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena

mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot.Gejala tetanus umumnya diawali

dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut)

bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher,

bahu atau punggung.Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut,

lengan atas dan paha.Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru

lahir.Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di


tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi.Neonatal

tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara

berkembang.Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik

melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat

ditekan.Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam

kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.Infeksi tetanus disebabkan

oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin

yang disebut dengan tetanospasmin.Tetanospasmin menempel pada urat

syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang

belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat

syaraf.Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.Infeksi tetanus

terjadi karena luka. Entah karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba

(misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun

frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di

sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat

berkembang biaknya bakteria tetanus.Periode inkubasi tetanus terjadi dalam

waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh.Dalam neonatal

tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang

bayi.Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa

dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat

disembuhkan.Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu.Tetanus

dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT.

Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun


telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita

hamil sebaiknya di imunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga

kebersihannya. (Depkes RI, 2008)

e. Polio

Polio adalah suatu penyakit yang dapat mewabah dan sangat berbahaya

karena dapat membawa kematian atau cacat seumur hidup pada penderita,

terutama anak-anak dan remaja.Penyebab penyakit polio adalah virus

polio.Penularanya melaui kontak langsung dengan sumber penularan. Di luar

tubuh manusia virus polio hanya mampu bertahan hidup selama 48 jam. Bila

virus polio masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam

saluran pencernaan. Dari sini virus masuk kedalam peredaran darah dan

menyerang susunan saraf pusat dengan akibat kelumpuhan otot-otot

pernapasan dan otot-otot menelan.Akibat lanjut kelumpuhan seumur hidup dari

anggota tubuh terutama tungkai kanan dan kiri. Masa inkubasi polio sekitar 7-14

hari dengan gejala yang sangat bervariasi, mulai dari infeksi yang tidak

dirasakan oleh orang yang terkena atau hanya menderita sakit biasa saja

dengan gejala demam, sakit kepala ,mual, dan muntah sampai pada nyeri otot

yang hebat, sampai pada kelumpuhan dan kematian.(Burhanuddin,2007).

Imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang

waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum

anak masuk sekolah (5–6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12

tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin


polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam mulut anak atau dengan

menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan

diberikan pada anak yang lagi diare berat.Efek samping yang mungkin terjadi

sangat minimal dapat berupa kejang-kejang. (Supartini, 2008)

f.. Campak

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan

oleh sebuah virus yang bernama virus campak. Penularan melalui udara

ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : demam,

batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah

anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang

kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.Komplikasi dari

penyakit campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada

saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan

kerusakan otak yang permanen (menetap). Pencegahan adalah dengan cara

menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang

teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah

dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan

kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak

hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan

atau lebih. (Depkes RI, 2008)

g. Hepatitis B

Penyebab adalah virus hepatits B gejalanya tidak khas, anoreksia,

neuesea kadang-kadang ikterus. Carier Rate yang ditunjukkan oleh HbsAg di


Indonesia secara geografis antara 2,5-36,17%, dengan demikian Indonesia

termasuk wilyah endemis sedang sampai tinngi. Kelompok resiko tinggi adalah

secara vertikal baik dari ibu pengindap, secara horizontal pecandu narkotik,

tenaga medis, dan paramedis, pasien hemodialis, pekerja laboratorium,

pemakai jasa atau petugas akupuntur.Case Fatality Rate hepatitis- B kurang

dari 1% yang menjadi masalah adalah HbsAg yang menetap di atas 6 bulan

(carrier), selain menjadi sumber penularan, membahayakan bagi penderita itu

sendiri bila infeksi terjadi pada bayi maka 98% menjadi kronik dan hanya 2%

sembuh sedangkan infeksi yang terjadi pada anak yang lebih tua dan dewasa

sebaliknya, yaitu 10% menjadi kronik dan 90% sembuh. Pencegahan yang

paling efektif adalah imunisasi terutama pada neonatus.Untuk memutuskan

rantai penularan secara vertikal maka diperlukan pemberian imunisasi hepatitis-

B secara dini (0-7 hari). Untuk memudahkan operasional di lapangan

dibutuhkan teknologi tepat guna yang saat ini sedang dikembangkan yaitu

uniject-HB merupakan alat suntik siap pakai yang telah berisi vaksin HB dosis

tunggal, aman serta efesien dandi lapangan dapat dibawa dan disimpan di luar

rantai dingin oleh karena vaksin HB tahan terhadap panas. (Supartini

2008)www.infeksi.com,2008

7. Jenis-jenis vaksin, cara pemberiannya dan efek sampingnya (Depkes RI, 2008).

Jenis vaksin dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat

dilihat pada table dibawah ini :


Tabel 2.2
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

No Jenis-jenis penyakit Jenis vaksin


1 Tuberkosis BCG

2 Difteri DT,DPT

3 Pertusis DPT

4 Tetanus TT,DT,DPT

5 Polio Polio

6 Campak Campak

7 Hepatitis B Hepatitis B

a. Vaksin BCG

Pemberian imunisasi BCG bermanfaat untuk menghindarkan anak dari

penyakit tuberkulosis. Imunisasi ini diberikan dengan injeksi intrakutan tepatnya

di Insertion Muskulus Deltoideus kanan dan dosis 0,5 cc pada umur 0-11 bulan.

Seteah pemberian imunisasi BCG, reaksi panas tidak langsung terjadi, reaksi

akan terjadi setelah dua minggu dan ditempat suntikan terjadi kemerahan dan

bejolan yang berisi nanah. Benjolan yang berisi nanah itu akan sembuh dengan

sendirinya dalam waktu 1-2 bulan dan meninggalkan jaringan parut.

b. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)


Imunisasi DPT bermanfaat untuk membentuk kekebalan tubuh anak

terhadap serangan tiga jenis penyakit yaitu difteri, pertusis dan tetanus.

Imunisasi DPT biasanya diberikan dengan injeksi intramuskular atau subkutan

pada paha dengan dosis 0,5 cc saat anak berusia sekitar 3 bulan dan diulangi

lagi 1 bulan kemudian. Revaksinasi diberikan pada saat anak berusia 18-24

bulan menjelang usia 5 tahun atau sebelum masuk sekolah dasar dan

menjelang usia 10 tahun. Revaksinasi dilakukan dengan satu kali suntikan. Efek

samping yang sering adalah peningkatan suhu badan (demam) pada sore hari

bila anak mendapat imunisasi pada pagi hari tetapi akan sembuh dalam 1-2

hari. Bila lebih dari itu maka panas/ demam bukan disebabkan oleh vaksin DPT,

mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti lebih lanjut.

c. Vaksin Poliomelitis

Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi

poliomelitis yang bisa merusak bagian muka dari susunan saraf tulang belakang

sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian bisa terjadi kelumpuhan

pada otot pernapasan. Imunisasi polio diberikan secara oral/ melalui mulut

dengan dosis 2 tetes dan umumnya pertama kali diberikan ketika anak berusia

3 bulan dan pemberian berikutnya 1 bulan setelah pemberian sebelumnya.

Revaksinasi atau imunisasi ulang diberikan pada saat anak berusia 18-24 bulan

dan diulang sekali lagi pada saat anak berusia 5 tahun.Umumnya imunisasi ini

tidak memberikan reaksi samping dan kelumpuhan.Dilaporkan terjadi pada 1-3

juta anak yang tidak di imunisasi dan terjadi pada anak yang kekurangan

globulin imun.
d. Vaksin Campak

Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh

pada anak terhadap serangan tiga jenis penyakit yaitu morbili, mumps, dan

rubella. Imunisasi diberikan dengan cara injeksi subkutan dengan dosis 0,5cc

pada anak umur 9-12 bulan dan hanya diberikan satu kali.

Efek samping yang bisa timbul dari pemberian vaksin ini adalah peningkatan

suhu badan/ bemam 1-3 hari dan timbul sedikit ruam kulit, pada hari ke 8-12

selama 1-3 hari.Reaksi samping yang berat berupa gejala peradangan pada

otak dan dilaporkan dapat terjadi pada 1 dari 1 juta anak yang di imunisasi.

e. Vaksin Hepatitis B

Imunisasi ini bermanfaat untuk menghindarkan anak dari penyakit

lever/hepatitis. Adapun cara pemberian adalah dengan injeksi intramuskular

pada paha bagian luar dengan dosis 0,5cc yang dimulai pada usia 0 bulan

untuk bayi yang lahir di Rumah Sakit dan dimulai 2 bulan untuk bayi yang

datang ke posyandu/puskesmas dengan jumlah suntikan tiga kali. Efek

samping yang terjadi umumnya tidak ada.

8. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi (Arif Mansjoer, 2008).

Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak dapat

memberikan imunisasi pada anak yaitu

a. Flu berat adalah panas tinggi dan penyebab yang serius.

b. Perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin virus yang

hidup.
c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti

sitostatika, transfusi darah, dan immunoglobulin.

d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya sepertipertusis.

9. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi menurut Depkes RI 2013 adalah :

a. Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

10. Tempat pelayanan imunisasi (depkes RI, 2013)

Tempat-tempat untuk mendapatkan imunisasi adalah :

a) Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

b) Di puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah.

c) Di praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta.

D. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan

1. Pendidikan Ibu.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan latar belakang

berupa pengajaran kepada manusia untuk dapat berfikir secara objektif dan

memberikan kemampuan baginya untuk dapat menilai apakah kebudayaan

masyarakatnya dapat di terima atau tidak mengakibatkan seseorang dalam


masyarakat memiliki faktor penentu yang dapat menjadi pendorong bagi

perubahan tingkah laku. Pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang

bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan

individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan

sebagainya.Pendidikan dapat berlangsung secara formal dan nonformal di

samping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang di peroleh seseorang di sekolah

secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang

jelas dan ketat, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Pendidikan dengan Sekolah Menengah Pertama ke bawah masih dikategorikan

kurang dan Sekolah Menengah Atas keatas dianggap baik. (Ngatimin,2009).

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,

pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui

bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, kemana

harus mencari pengobatan bilamana sakit dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2009).

Pendidikan kesehatan dapat membantu para ibu atau kelompok

masyarakat disamping dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk

meningkatkan kemampuan (perilakunya) untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal.Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangat mempengaruhi

terlaksananya kegiatan pelaksanaan imunisasi anak/ bayi, baik itu pendidikan

formal maupun non formal.Tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan


seseorang dalam mengatasi masalah dalam kehidupannya baik dilingkungan

sosial maupun dilingkungan kerjanya.(Notoatmodjo, 2009).

Slamet (2007), menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan atau

pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan

kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.Dengan

berpendidikan tinggi, maka wawasan pengatehuan semakin bertambah dan

semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga

termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang

lebih baik. (Slamet,2007).

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah

menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-

anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat

penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang

imunisasi.Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh

dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan

komitmen yang tinggi terhadap imunisasi.Jika suatu program intervensi preventif

seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola

penyakit dan persoalan pada anak dan remaja, maka perbaikan dalam evaluasi

perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan.

(Ali,Muhammad,2010).

2. Pengetahuan ibu.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi


melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran assosiatif yang

menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain

berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai

kausalitas (sebab akibat) yang universal.( Ngatimin, 2009 )

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan

pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk

manusia dan kehidupannya.

Pengetahuan menurut Ngatimin mempunyai 6 tingkatan :

1) Tahu (know )diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.


5) Sintesis (Synthesis)  adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru   dari formulasi yang ada. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu  bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation) bila seseorang memiliki pengetahuan secara

menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya, bahkan melalui kriteria

yang ditentukan, ia mampu mengevaluasi semua yang perna dikerjakan.

E. Kerangka Konsep

Adapaun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengetahuan Keteraturan
Imunisasi Dasar

Pendidikan

Keterangan:
= Variabel Independen
= Variabel Dependen

F. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif


Definisi operasional adalah mendeskripsikan variabel secara oprasional

berdasarkan karakteristik yang di amati sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran yang secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Hidayat, 2009). Adapun definisi operasional dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

I. Pendidikan
Pendidikan formal adalah pendidikan yang di peroleh seseorang di

sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-

syarat yang jelas dan ketat, mulai dari tingkat Taman kanak-kanak sampai

Perguruan tinggi.Pendidikan dengan Sekolah Menengah Pertama ke bawah

masih dikategorikan kurang dan Sekolah Menegah Atas keatas dianggap baik.

(Ngatimin,2009).

Jenjang pendidikan formal yang telah ditamatkan oleh ibu pada saat

penelitian berlangsung .

Kriteria Objektif :

Tinggi : Jika jenjang pendidikan terakhir responden Sekolah Menengah

Pertama ke atas

Rendah : Jika jenjang pendidikan terakhir responden Sekolah Menengah

Pertama kebawah

II. Pengetahuan

Pengetahuan ibu adalah pengetahuan tentang imunisasi mencakup

pengertian imunisasi, jenis dan manfaat imunisasi, serta jadwal pemberian

imunisasi

Rumus = jumlah kuesioner x 1 + jumlah kuesioner x 0

= ( 20 x 1 ) + ( 20 x 0 )

= 20 + 0 = 10

2
Kriteria Objektif :

Cukup : Jika responden mendapatkan skor dengan nilai ≥ 10

Kurang : Jika responden mendapatkan skor dengan nilai < 1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Peneitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu

tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai bayi

berusia 0-12 bulan yang datang berkunjung ke Puskesmas Polewali.

2.Sampel

Teknik yang gunakan dalam pengambilan sampel adalah accidental sampling

yaitu dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia

( Sugiyono, 2011 ).Selama penelitian berlangsung sample yang didapatkan yaitu

sebanyak 50 responden.Pengambilan sampel dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan eksklusi sehingga sampel dianggap telah mewakili dari seluruh

populasi.

Adapun kriteria inklusi :

1. Ibu yang bersedia diteliti


2. Ibu yang memiliki bayi berumur 0-12 bulan

3.Ibu yang datang mengimunisasikan anaknya di Puskesmas Polewali.

Kriteria eksklusi :

1. Ibu yang memiliki bayi berumur 0-12 bulan tapi anaknya sedang sakit

2. Ibu yang memiliki bayi berumur 0-12 bulan tapi bayinya akan dirujuk kerumah

sakit

3. Ibu yang tidak memiliki kartu menuju sehat (KMS)

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksankan di puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 15 november sampai 15 Desember

2020.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada

kerangka konsep.Untuk mendapatkan informasi yang di inginkan peneliti

menggunakan beberapa instrumen yang dibuat oleh peneliti berupa questioner,

yang diukur dengan menggunakan Skala guttman. Skala pengukuran ini hanya

dengan menggunakan dua pilihan jawaban yaitu ya atau tidak, setuju atau tidak

setuju, dan benar atau salah, yang terdiri dari 20 pertanyaan, jika jawaban benar

dari setiap nomor diberi skor 1, jika salah diberi skor 0.


E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berbentuk

pertanyaan tertutup yang diberikan kepada orang tua bayi yang memenuhi kriteria

penelitian.Responden yang menolak terlibat atau berpartisipasi dalam peneltian,

peneliti mencari pengganti yang sesuai dengan kriteria sampel. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua, yaitu :

1. Data Primer

Diperoleh secara langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner

kepada orang tua bayi yang menjadi sampel penelitian dan juga dilakukan

pengawasan pada saat responden menjadi kuesioner.Hasil dari kuesioner

penelitian tersebut dicatat dalam tabel induk/master tabel dan selanjutnya

dilakukan pengkodean untuk mempermudah analisa data.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu

beberapa media,dimana data yang diperoleh adalah data tentang imunisasi

dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Polewali Kabupaten Polewali Mandar.

F. Langkah Pengolahan Data

Data diolah secara manual dan elektronik yaitu menggunakan komputer dengan

penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan

penjelasan

Data yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah :

1. Editing
Memeriksa atau mengedit data yang telah dikumpul.Tujuan dari pada editing

adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar

pertanyaan yang sudah diselesaikan.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dalam kategori-kategori

yang telah di tetapkan dengan memberi kode dan skor pada jawaban-jawaban

tersebut.

3. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database computer untuk dianalisis secara deskriptif.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada instansi

tempat penelitian dalam hal ini Kepala Puskesmas Polewali beserta staff nya.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Informed consent

Sebelum lembar kosioner di berikan pada responden, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan yang dilakukan yaitu pengumpulan data.Subyek yang menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa kehendak dan tetap menghormati ha-

hak subyek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencamtumkan nama responden, tetapi

lembar tersebut diberikan kode.


3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Polewali. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan Oktober 2020. Sampel yang digunakan adalah ibu-ibu

yang mempunyai anak usia 0-12 bulan yang datang mengimunisasikan anaknya di

Puskesmas Polewali pada saat penelitian berlangsung. Besar sampel sebanyak 50

orang berdasarkan kriteria inklusi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dengan

tehnik survey langsung ke puskesmas pada waktu imunisasi dilaksanakan .

Sebelum pengisian koesioner, peneliti menjelaskan tentang maksud dan

tujuan penelitian, cara pengisian koesioner serta kerahasiaan dari jawaban

responden dan pada saat pengisian koesioner peneliti mendampingi responden.

Adapun hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi disertai

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Karakteristik Umum Responden

a. Umur

Umur responden bervariasi rentang antara 20–36 tahun, sebagaimana dapat di

lihat pada tabel berikut :


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase(%)

20-25 12 24
26-30 25 50
31-36 16 26
Total 50 100

Sumber : Data Primer Tahun 2020

Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden,proporsi terbesar

pada umur 26–30 tahun sebanyak 25 orang (50%).

b. Pekerjaan

Distribusi karakteristik responden menurut pekerjaan pada penelitian ini dapat

di lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)

Ibu Rumah Tangga 37 74


Wiraswasta 5 10
PNS 2 4
Honorer 2 4
Mahasiswa 2 4
Pegawai Swasta 2 4
Total 50 100

Sumber : Data Primer Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden sebagian

besar pekerjaannya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 37 orang (74%).

2. Deskripsi variabel yang diteliti

a. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan


Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan responden dapat di lihat pada

tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase(%)

Tinggi 35 70
Rendah 15 30
Total 50 100

Sumber : Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden yang

diteliti ada 35 orang (70%) yang pendidikannya Tinggi dan 15 (30%) yang

berpendidikan Rendah.

f. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang keteratuaran

imunisasi berdasarkan pendidikan .

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan berdasarkan keteratuaran


imunisasi

Keteraturan Imunisasi Total


Pendidikan
Teratur Tidak Teratur F %
F % F %
Tinggi 34 68 1 2 35 70

Rendah 6 12 9 18 15 30

Total 40 80 10 20 50 100

Sumber : Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan table 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden ada

35 orang (70%) yang tingkat pendidikannya baik dan baik pula tingkat

pengetahuannya tentang imunisasi dasar yaitu sebesar (68 %) dan ada 15 orang
(30%) yang tingkat pendidikannya kurang dan terdapat 12% yang

pengetahuannya baik.

g. Distribusi frekuensi pengetahuan responden

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

lengkap pada bayi dapat di lihat pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi


dasar lengkap di Puskesmas Polewali

Pengetahuan Frekuensi Persentase(%)

Cukup 35 70
Kurang 15 30
Total 50 100

Sumber : Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa responden lebih banyak

mempunyai pengetahuan baik tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi

yaitu sebanyak 35 orang (70%) sedangkan yang mempunyai pengetahuan

kurang sebanyak 15 orang (30%).

B. Pembahasan

1. Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dan diperoleh informasi bahwa

dari 50 ibu yang diteliti ternyata lebih banyak mempunyai pendidikan Tinggi

daripada yang pendidikannya Rendah, yaitu masing-masing 70% kategori Tinggi


dan hanya 30% dengan kategori Rendah. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat

pendidikan seorang ibu, maka wawasan pengetahuan semakin bertambah dan

semakin menyadari bahwa perlunya untuk mengetahui lebih banyak tentang

imunisasi dasar lengkap agar bayi menjadi sehat dan terhindar dari berbagai

penyakit menular yang sering terjangkit. Keadaan ini menggambarkan bahwa

tingkat pendidikan orang tua ( ibu ) yang sudah baik di Puskesmas Polewali

sehingga ibu dapat berfikir secara objektif untuk perubahan tingkah laku melalui

proses belajar ( Ngatimin, 2009). Didalam proses belajar akan terjadi perubahan

kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang dalam diri individu

(Soekidjo Notoatmodjo, 2009).

Hasil penelitian Arijal Bakri, S.Kep (2003) tentang hubungan tingkat

pendidikan ibu dengan pelaksanaan imunisasi di dusun Sampulangan Lompo desa

Tamalate kecamatan Galesong Utara kabupaten Takalar didapatkan pelaksanaan

imunisasi dengan baik sebanyak 22 orang dari 58 responden hal ini menandakan

pelaksanaan imunisasi belum terlalu baik karena faktor pendidikan yang kurang

dari ibu dimana tingkat pendidikan responden rata-rata Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama kebawah.

Hasil penelitian lain tentang imunisasi dasar bayi yang dilakukan oleh

Maryati, S.Kep (2005) di Puskesmas Kassi–Kassi Kotamadya Makassar di

dapatkan pengetahuan ibu yang baik terhadap imunisasi mencapai 55,39% dan

sikap positif ibu terhadap imunisasi didapatkan 68,05% ini menandakan bahwa

pelaksanaan imunisasi sudah cukup baik. Hal ini didukung karena sebagian besar

tingkat pendidikan responden yang di teliti tamat Sekolah Menengah Atas.


Dengan demikian bila pendidikan responden Tinggi, maka ia dapat berfikir

objektif untuk mengerti dan paham tentang anak yang menderita penyakit.

Disamping itu terdapat 30% responden yang mempunyai pendidikan Rendah,

sehingga kemungkinan kemampuan berfikir secara objektif kurang untuk

perubahan tingkah laku melalui proses belajar. Hal ini dapat menyebabkan

responden untuk tidak mengerti tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi.

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dikatakan semakin baik

tingkat pendidikan orang tua (ibu) semakin mengerti dan teratur terhadap jadwal

pemberian imunisasi dasar pada bayi, karena orang tua (ibu) tersebut telah

memiliki kemampuan untuk berfikir secara objektif yang juga didukung dengan

pengetahuan guna perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

2. Tingkat Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan pada tabel 4.4 diperoleh informasi

bahwa ibu yang mempunyai bayi usia 0–12 bulan dan datang mengimunisasikan

anaknya di Puskesmas Polewali, yang memiliki tingkat pengetahuan tentang

imunisasi dasar lengkap pada bayi lebih banyak berada pada kategori Cukup dari

pada kategori kurang yaitu masing-masing 70% kategori Cukup dan hanya 30%

dengan kategori kurang.

Dari hasil penelitian di atas, ibu yang memiliki pengetahuan cukup dikarenakan

sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang

cukup tentang pengertian dari imunisasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ibu-ibu

sering mendapat informasi dengan mengikuti setiap kegiatan penyuluhan yang

diadakan oleh petugas kesehatan. Selain itu, informasi yang biasanya ibu-ibu
peroleh barasal dari media dan sumber bacaan. Sedangkan ibu-ibu yan]g

pengetahuannya kurang, disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan

pemahaman yang kurang tentang pengertian dari imunisasi itu sendiri. Selain itu,

ibu-ibu tidak mendapat penjelasan yang baik atau memiliki sikap yang buruk, dan

biasanya ibu-ibu malas untuk mencari informasi yang berkaitan tentang imunisasi.

Sehingga sebagian ibu-ibu selalu berasumsi bahwa anak-anaknya tidak perlu

diimunisasi, karena tanpa diimunisasi anak-anaknya akan tumbuh dengan sehat.

Maka dapat dikatakan dengan tingkat pengetahuan yang baik dapat memahami

pemberian imunisasi bagi anak, maka orang tua (ibu) menyadari betapa pentingnya

keteraturan imunisasi dasar pada bayi dan anak untuk mencegah terjadinya

penyakit yang masih dapat dicegah dengan imunisasi seperti : BCG, Hepatitis,

Polio, DPT dan Campak , sebaliknya pengetahuan yang kurang menjadi

penghalang tercapainya program imunisasi dasar pada bayi dan anak sehingga

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak tercapai dengan baik.

Pengetahuan ini dapat di peroleh melalui penyuluhan petugas kesehatan, media

cetak dan elektronik.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 50 responden mengenai tingkat

pendidikan pengetahuan ibu tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi yang

datang berkunjung di Puskesmas Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ibu-ibu yang datang mengimunisasikan anaknya di Puskesmas Polewali,

sebagian besar memiliki tingkat pendidikan tinggi. Dimana tingkat pendidikan

responden rata-rata Sekolah menengah atas sampai perguruan tinggi. maka

dapat dikatakan semakin baik tingkat pendidikan orang tua (ibu) semakin

mengerti dan teratur terhadap jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi,

karena orang tua (ibu) tersebut telah memiliki kemampuan untuk berfikir secara

objektif yang juga didukung dengan pengetahuan guna perubahan tingkah laku

kearah yang lebih baik

2. Pengetahuan ibu-ibu tentang keteraturan imunisasi dasar pada bayi di

Puskesmas Polewali, Banyak yang memiliki pengetahuan cukup. Dari hasil


penelitian di atas, ibu yang memiliki pengetahuan cukup dikarenakan sebagian

besar ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang cukup

tentang pengertian dari imunisasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ibu-ibu sering

mendapat informasi dengan mengikuti setiap kegiatan penyuluhan yang

diadakan oleh petugas kesehatan.Dimana makin tinggi pendidikan seseorang

maka makin banyak pengetahuan yang di peroleh.

B. Saran

1. Bagi Ibu Bayi

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang keteraturan imunisasi dasar pada

bayi dan anak-anak mereka agar kelak terhindar dari serangan berbagai

penyakit tertentu.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diharapkan kepada peneliti

selanjutnya agar dapat mengadakan penelitian terhadap variabel yang belum

maupun sudah diteliti , perencanaan yang matang waktu yang cukup untuk

melaksanakan penelitian hendaknya diperhatikan dengan baik.

3. Bagi Puskesmas

Seluruh petugas kesehatan khususnya perawat harus dapat memberikan

informasi pendidikan kesehatan yang berkesinambungan secara lengkap dan

jelas tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar pada bayi pada semua

kelompok ibu yang memiliki bayi berumur kurang dari 1 tahun.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja
Tentang Imunisasi. Medan

Alimul,A.Aziz. 2008. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba


medika : Jakarta

Baratawidjaja, K.G 2013.Imunologi. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas


Indonesia : Jakarta.

DinKes 2013.Profil kesehatan Nusa Tenggara Timur 2013.NTT.

DepKes 2012.Imunisasi, www//http : infeksi.com

DepKes 2013.Modul latihan petugas imunisasi edisi ke 7. Jakarta.

DepKes 2013.70 juta anak dapat diselamatkan melalui imunisasi , www//http :


Depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

Gupte,S.2009.Panduan Perawatan Anak.Jakarta:Pustaka Populer Obor

Hidayat,2007. Metode Penelitian dan Tehnik Analisis Data, Salemba Medika. Jakarta.

Irianto,Kus 2010. Gizi dan Pola Hidup Sehat, CV.Yrama Widya. Bandung.

Latif,2007. Pekan Imunisasi Nasional, Menuju Indonesia Bebas Polio,Pedoman Rakyat.


Mansjoer,A dkk 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 jilid kedua, Penerbit
Aesculapius FKUI. Jakarta.

Muslihatun.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.yogyakarta:Fitramaya

Nadhirin M.(panitia PIN pusat). 2009. Pekan Imunisasi Nasional,berita


epidemiologi,DepKes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Pencegahan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.

Ngatimin, R. 2009. Mengenal pendidikan kesehatan ibu dan tingkah lakunya.Jakarata.

Notoatmodjo. 2009. Metode penelitian kesehatan edisi revisi, Penerbit Rineka


Cipta.Jakarata.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

Slamet. 2009. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sujoetmiko,2009.Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya, 2009.Ikatan


Dokter Indonesia

Supartini, 2010, Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC: Jakarta


PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth : ibu/bapak

Di Tempat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ONKY NUANSA PATTOLA

Npm : 20150409001

Adalah mahasiswa Universitas Al Asyariah Mandar yang mengadakan penelitian

tentang “GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KETERATURAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI POLEWALI KABUPATEN

POLEWALI MANDAR”.

Kegiatan yang diharapkan dari ibu/bapak adalah mengisi lembar pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti dan menjawab pertanyaan sesuai petunjuk yang diberikan. Akan

saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti saja serta

bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.

Apabila ibu bapak bersedia mohon tanda tangani lembar persetujuan dan mengisi

daftar petanyaan yang disertai dalam lembaran ini.


Demikian atas perhatian dan kesediaan ibu diucapkan banyak terima kasih.

Peneliti

ONKY NUANSA PATTOLA

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden didalam

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Al Asyariah Mandar dengan judul “GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN

DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KETERATURAN IMUNISASI DASAR PADA

BAYI DI PUSKESMAS POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR “ Dimana

pernyataan ini saya buat dengan suka rela tampa paksaan dari pihak maupun dan

kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Polewali, 2020
Responden

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG


KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS POLEWALI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

KUESIONER

A. Petunjuk Pengisian

1. Berikan tanda ( ) langsung pada jawaban yang dipilih

2. Tidak diperbolehkan bekerjasama dalam menjawab soal, untuk pertanyaan yang

belum jelas bisa ditanyakan pada peneliti.

3. Semua pertanyaan harus dijawab

B. Identitas Responden

1. No :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah

b. Tidak Tamat SD
c. Tamat SD

d. Tamat SLTP

e. Tamat SMA

f. Tamat Perguruan Tinggi

C. Pertanyaan Pengetahuan ibu

1. Imunisasi adalah tindakan pencegahan penyakit dan meningkatkan kekebalan tubuh


anak terhadap penyakit

a. . Benar

b. Salah

2. Tujuan imunisasi untuk mencegah penyakit infeksi atau manular

a. Benar

b. Salah

3. Imunisasi yang diwajibkan yaitu DPT, Hepatitis, Polio, Campak, BCG

a. Benar

d. Salah

4. Sewaktu anak telah berusia 9 bulan seharusnya imunisasi anak sudah lengkap….

a. Benar

b. Salah

5. Bayi baru lahir sudah dapat memperoleh imunisasi BCG, Polio, dan Hepatitis B1

a. Benar
b. Salah

6. Imunisasi BCG ditujukan untuk mencegah penyakit Tuberkulosis (TBC)

a. Benar

b. Salah

7. Imunisasi Campak tujuannya untuk mencegah penyakit Influenza

a. Benar

b. Salah

8. Imunisasi Polio tujuannya untuk mencegah penyakit lumpuh layu

a. Benar

b. Salah

9. Tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B

a. Benar

b. Salah

10. Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus dapat diberikan Imunisasi
DPT

a. Benar

b. Salah

11. Ibu seharusnya membawa bayi ibu untuk diimunisasi sesuai jadwal

a. Setuju

b Tidak setuju

12.Imunisasi DPT diberikan pada anak usia 2 bulan


a. Ya

b. Tidak

13. Bayi ibu mendapat imunisasi BCG pada saat baru lahir

a. Ya

b. Tidak

14. . Bayi baru lahir sebaiknya segera mendapatkan imunisasi Hepatitis B1

a. Setuju

b. Tidak setuju

15. Imunisasi Campak diberikan pada anak usia 9 bulan

a. Ya

b. Tidak

16. Bayi yang tidak mendaptkan imunisasi BCG mudah terserang penyakit menular
Tuberkulosis (TBC)

a. Benar

b. Salah

17. Jika seorang bayi tidak mendapatkan imunisasi Campak maka mudah terkena
penyakit paru-paru

a. Benar

b. Salah

18. Pada umur 2 sampai 11 bulan bayi di berikan imunisasi DPT

a. Benar

b. Salah
19. Imunisasi Polio yang didapatkan oleh anak dapat mencegah penyakit infeksi
Poliomelitis

a. Benar

b. Salah

20. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B yang lengkap seperti : Hepatitis
B1, B2, B3 kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit Hepatitis kurang.

a. Benar

b. Salah

TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN DI PUSKESMAS


POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Umur Pekerjaa Tingkat Kesimpula


No. Res Ibu n Ibu Pendidikan n
1 26 1 5 1
2 28 1 6 1
3 33 1 5 1
4 31 1 4 0
5 27 1 5 1
6 30 1 5 1
7 20 1 5 1
8 28 1 6 1
9 36 1 5 1
10 32 1 5 1
11 29 1 5 1
12 27 1 3 0
13 27 1 6 1
14 25 2 3 0
15 27 1 5 1
16 35 1 5 1
17 23 5 5 1
18 27 1 6 1
19 20 1 4 0
20 28 1 5 1
21 32 1 6 1
22 28 1 4 0
23 33 1 4 0
24 25 1 3 0
25 26 4 5 1
26 36 1 6 1
27 30 2 5 1
28 28 1 4 0
29 32 1 4 0
30 35 1 3 0
31 27 1 2 0
32 30 1 6 1
33 31 2 5 1
34 35 2 3 0
35 22 1 5 1
36 23 1 5 1
37 28 1 5 1
38 29 1 5 1
39 36 1 5 1
40 26 1 3 0
41 26 2 4 0
42 27 6 5 1
43 21 1 5 1
44 22 1 5 1
45 30 4 5 1
46 28 6 5 1
47 23 3 6 1
48 29 5 5 1
49 24 1 4 0
50 25 3 6 1

Keterangan

Pendidikan Responden Pekerjaan responden


IRT :
Tidak Sekolah : 1 1
Tidak Tamat SD : 2 Wiraswasta :2
Tamat SD :3 PNS :3
Honorer :
Tamat SLTP :4 4
Mahasiswa :
Tamat SMA :5 5
Peg.
Tamat PT :6 Swasta :6
Kategori
Cukup :
1
Kurang :
0

Frequencies

Statistics

Umur pekerjaan pendidikan kategori


N Valid 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 2 4.0 4.0 4.0
21 1 2.0 2.0 6.0
22 2 4.0 4.0 10.0
23 3 6.0 6.0 16.0
24 1 2.0 2.0 18.0
25 3 6.0 6.0 24.0
26 4 8.0 8.0 32.0
27 7 14.0 14.0 46.0
28 7 14.0 14.0 60.0
29 3 6.0 6.0 66.0
30 4 8.0 8.0 74.0
31 2 4.0 4.0 78.0
32 3 6.0 6.0 84.0
33 2 4.0 4.0 88.0
35 3 6.0 6.0 94.0
36 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid IRT 37 74.0 74.0 74.0
Wiraswasta 5 10.0 10.0 84.0
PNS 2 4.0 4.0 88.0
Honorer 2 4.0 4.0 92.0
Mahasiswa 2 4.0 4.0 96.0
peg.
2 4.0 4.0 100.0
Swasta
Total 50 100.0 100.0

Pendidikan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid tidak tamat
1 2.0 2.0 2.0
SD
tamat SD 6 12.0 12.0 14.0
tamat SLTP 8 16.0 16.0 30.0
tamat SMA 26 52.0 52.0 82.0
tamat PT 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Kategori
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 15 30.0 30.0 30.0
cukup 35 70.0 70.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Descriptives

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
pendidikan 50 2 6 4.72 .970
kategori 50 0 1 .70 .463
Valid N
50
(listwise)

Anda mungkin juga menyukai