PERMENAKER No 2 Tahun 1992
PERMENAKER No 2 Tahun 1992
PERMENAKER No 2 Tahun 1992
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 1 ayat (6) dan pasal
5 ayat (2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, perlu menetapkan tata cara penunjukan, kewajiban, dan
wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja ;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus ialah Orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya.
Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan
pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja.
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari
100 orang.
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari
100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi
yang besar resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
B A B II
TATA CARA PENUNJUKAN
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
2
3
2. Sarjana Muda atau sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun ;
b. Berbadan sehat ;
c. Berkelakuan baik ;
d. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan ;
e. Lulus seleksi dari Tim Penilai.
Pasal 4
Pasal 5
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk Menteri Tenaga Kerja,
dan diketuai oleh Direktur Jenderal yang membidangi keselamatan dan kesehatan
kerja yang anggotanya terdiri dari Pejabat Departemen Tenaga Kerja, Badan dan
Instansi lain yang dipandang perlu.
Pasal 6
(1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 mempunyai tugas melakukan
penilaian tentang syarat-syarat administrasi dan kemampuan pengetahuan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kemampuan pengetahuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah
kemampuan melakukan identifikasi, evaluasi dan pengendalian masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
3
4
Pasal 7
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
c. Surat pernyataan dari pengurus atau pimpinan instansi mengenai prestasi ahli
keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan ;
(4) Dalam keputusan penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Tim Penilai dapat melakukan penguji kembali tentang kemampuan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak berlaku apabila
yang bersangkutan :
(2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut apabila yang
bersangkutan terbukti :
4
5
B A B III
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 9
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam
3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain ;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang
memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat
setelah selesai melakukan kegiatannya
(2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada
:
Pasal 10
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk berdasarkan Undang-undang
Uap Tahun 1930 dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang bekerja pada
perusahaan yang memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
dalam memberikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
harus mendapat persetujuan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
5
6
B A B IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditunjuk sebelum Peraturan
Menteri ini berlaku, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu dalam
keputusan penunjukannya.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pasal 13
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi No. PER-03/MEN/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. PER-04/MEN/1987 pasal 1 huruf a, b , dan c, 5, 6, 7, 8 , 9, 10, 11 dan 13 khusus
yang mengatur ahli keselamatan dan kesehatan kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 14
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 – 12 – 1992
ttd,