Skripsi Hadifa Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 121

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM

EKSTRAK SPONS LAUT (Axinella carteri) MENGGUNAKAN

METODE DPPH (1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi

DISUSUN OLEH:

HADIFA ACHRIA PERMATA ZAIN

61608100817049

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BATAM

2021
HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas

Antioksidan Krim Ekstrak Spons Laut (Axinella carteri) Menggunakan Metode

DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)” ini, sepenuhnya Skripsi saya sendiri. Tidak

ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak

melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan

yang berlaku dalam masyarakat.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam skripsi ini klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Batam. 20 September 2021

Yang Menyatakan,

Hadifa Achria Permata Zain


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Institut Kesehatan Mitra Bunda Persada, Saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hadifa Achria Permata Zain

NIM 61608100817049

Program Studi : Sarjana Farmasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untukmemberikan kepada

Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas karya

ilmiah saya yang berjudul :

“Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Spons Laut (Axinella

carteri) Menggunakan Metode DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)”

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Institut Kesehatan Mitra Bunda

Persada berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk

pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Batam, 20 September 2021

Yang Menyatakan,

Hadifa Achria Permata Zain


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Didepan Panitia Ujian Sarjana Farmasi


Hari Selasa, 26 Oktober 2021

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Delladari Mayefis, M.Farm. apt. Sri Hainil, M.Farm.

Mengetahui

Ketua Prodi Sarjana Farmasi


Institut Kesehatan Mitra Bunda

apt. Sri Hainil, M.Farm.


Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

Sarjana Farmasi Pada Program Studi Sarjana Farmasi

Institut Kesehatan Mitra Bunda

Batam

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing II

apt. Delladari Mayefis, M.Farm apt. Sri Hainil, M.Farm.


Skripsi Ini Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Sarjana Farmasi

Program Studi Sarjana Farmasi

Institut Kesehatan Mitra Bunda

Batam

Selasa, 26 Oktober 2021

No Nama Jabatan Tanda Tangan

apt. Delladari Mayefis, M.Farm Ketua


1.

apt. Sri Hainil, M.Farm Anggota


2.

apt. Yunisa Friscia Yusri, M.Si Anggota


3.

apt. Shinta Sari Dewi, M.Clin.Pharm Anggota


4.

Hesti Marliza, M.Si Anggota


5.
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahin…

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi

saya ini untuk orang-orang terbaik dalam hidup saya:

Ayah dan Ibuku “Mohd. Edy Zain” dan “Latifah Hanum”

Segala perjuangan saya hingga titik ini saya persembahkan pada kedua

orang paling berharga dalam hidup saya yang telah memberikan kasih

sayang secara dukungan, do’a, ridho dan cinta kasih yang tak terhingga.

Semoga pencapaian ini menjadi langkah awal untuk membuat Ayah dan

Umi bahagia. Terima kasih telah menjadi orang tua yang sempurna.

Adikku “Aria Nurhadi Zain”

Terima kasih kepada adikku tersayang atas dukungan, do’a dan motivasi

yang diberikan untukku.

Dosen pembimbingku Ibu “apt. Delladari Mayefis, M.Farm” dan

Ibu “apt. Sri Hainil, M.Farm”

Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan

mengarahkanku selama ini mulai dari penyusunan proposal, penelitian

hingga penyelesaian skripsi ini.

Dosen-dosen Farmasi IKMB Batam dan Universitas Andalas

Padang

Terima kasih atas ilmu yang diberikan selama 4 tahun ini, semoga ilmu

yang diberikan dapat dipergunakan dengan baik.


Sahabat-sahabatku “Nur Hilmiyah Elsa, Beska Alfatihah dan

Kurnia Erdiyanti Saputri”

Terima kasih telah menyediakan pundak untuk menangis dan memberi

bantuan saat aku membutuhkannya. Betapa bersyukurnya memiliki kalian

dalam hidupku.

Mbaktan Girls Squad “Nadia Eny Nengsih, Kurnia Erdiyanti S.

dan Asty Meila Dena”

Terimakasih atas motivasi, nasihat, dukungan moral serta material yang

selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Sobat Jannah Squad “Nur, Kak Asty, Kak Mega, Putri, Shinta,

dan Kak Vera”

Terima kasih telah memberikan semangat dan motivasi serta senantiasa

berjuang bersama hingga akhir.

Teman - Teman Farmasi Angkatan 2017

Terimakasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga

membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti.

-Hadifa Achria Permata Zain-


RIWAYAT HIDUP

Nama : Hadifa Achria Permata Zain

JenisKelamin : Perempuan

Tempat/ TanggalLahir : Batam, 05 Mei 1999

Alamat : Sei Pancur Blok M No 09

Nama Ayah : Mohd. Edy Zain, SKM

Nama Ibu : Latifah Hanum

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2005-2011 : Sekolah Dasar Negeri 006 Mangsang

2. Tahun 2011-2014 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Batam

3. Tahun 2014-2017 : Sekolah Menengah Kejuruan Putra Jaya Centre Batam

4. Tahun 2017-2021 : Institut Kesehatan Mitra Bunda

Batam Motto : Berbuat Baiklah Tanpa Perlu Alasan


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanawata’ala yang berkat

rahmat dan karunia-nya serta shalawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad

Salallahu ’Alaihi Wassalam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Spons Laut

(Axinella carteri) Menggunakan Metode DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Sarjana Farmasi Institut Kesehatan Mitra Bunda

Batam.

Selama penulisan skripsi banyak pihak yang telah menyumbangkan tenaga

dan pikiran serta memberikan dukungan kepada penulis. Untuk itu, dengan penuh

rasa hormat dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Mawardi Badar, M.M selaku Rektor Institut Kesehatan Mitra

Bunda Batam.

2. Ibu apt. Sri Hainil, M.Farm selaku Ketua Program Studi Sarjana Farmasi

Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

3. Ibu apt. Delladari Mayefis, M.Farm selaku Dosen Pembimbing I yang telah

senantiasa membimbing, memberi arahan dan masukan serta motivasi selama

proses penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

4. Ibu apt. Sri Hainil, M.Farm selaku Dosen Pembimbing II yang telah

senantiasa membimbing, memberi arahan dan masukan serta motivasi selama

i
penyusunan

ii
skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak/Ibu Dosen beserta laboran Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam yang

senantiasa memberi bantuan dan bersabar dalam mendidik penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Andalas Padang yang telah meluangkan

waktu untuk mengajar dan membantu selama perkuliahan di Institut

Kesehatan Mitra Bunda Batam.

7. Teristimewa kepada keluarga terkhusus kepada ayah saya Mohd Edy Zain,

SKM dan ibu saya Latifah Hanum serta adik saya Aria Nurhadi Zain yang

senantiasa mendo’akan, memberikan dukungan dan motivasi demi

keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi dan studi ini.

8. Sahabat – sahabat saya Nur Hilmiyah Elsa, Beska Alfatihah, Kurnia Erdiyanti

Saputri, Asty Meila Dena dan Nadia Eny Nengsih yang saling membantu,

mendukung dan menguatkan serta menemani hingga akhir.

9. Sahabat – sahabat Sobat Jannah Nur Kamilah Idzan, Shinta Cania Maiza,

Mega Wijaya, Putri Binti Jakfar, Nur Asni dan Veranicha Lestari yang saling

memberikan semangat dan berjuang hingga akhir.

10. Teman – teman seperjudulan spons laut Siska Widiastuti, Nur Afika, Nur

Kamilah Idzan dan Kak Novia Sari yang saling memberi semangat serta

membantu dalam proses penelitian.

11. Teman – teman kecil saya Ade Reski Meylania, Annisya Raza, Febi

Damayanti yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

12. Kakak – kakak angkat saya Yufiradani , Afni dan Samudera yang telah

membantu dan memberikan semangat serta dukungan dalam penyelesaian

iii
skripsi ini.

iv
13. Teman- teman angkatan 2017 seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih atas kerja sama, motivasi serta suka duka selama empat

tahun ini.

14. Pihak lain yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhanawata’ala membalas segala kebaikan semua pihak yang

membantu. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Batam, 20 September 2021

Hadifa Achria Permata Zain

v
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA

BUNDA

BATAM

SKRIPSI, 26 Oktober 2021


HADIFA ACHRIA PERMATA ZAIN
Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Spons Laut (Axinella
carteri) Menggunakan Metode DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)
Xi + 84 Halaman + 15 Tabel + 27 Gambar + 14 Lampiran

ABSTRAK

Spons merupakan salah satu biota laut yang mempunyai potensi bioaktif yang
berkhasiat sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan sediaan krim yang mengandung
ekstrak spons laut (Axinella carteri) terhadap DPPH dan untuk mengetahui berapa
konsentrasi krim ekstrak spons laut (Axinella carteri) yang memiliki aktivitas
tertinggi sebagai antioksidan. Spons laut di ekstrak dengan metode maserasi
menggunakan pelarut metanol kemudian dibuat sediaan dalam bentuk krim
menggunakan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 5% , 7,5% dan 10%. Selanjutnya
dilakukan evaluasi krim yaitu uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji pH
, uji viskositas dan uji tipe krim. Penentuan Aktivitas antioksidan dilakukan
menggunakan metode DPPH dengan menghitung nilai IC50. Hasil IC50 yang
diperoleh pada formula I sebesar 539,74 ppm (Sangat lemah), formula II sebesar
398,00 ppm (Lemah) dan formula III sebesar 244,14 ppm (Sedang). Sedangkan untuk
kontrol positif vitamin C memiliki nilai IC50 sebesar 5,02 ppm (Sangat aktif).
Formula III merupakan formula terbaik yang memiliki aktivitas antioksidan yang
tergolong sedang.
Kata Kunci: Spons laut, krim, antioksidan, DPPH

vi
UNDERGRADUATED PROGRAM IN PHARMACEUTICAL SCIENCES
HEALTH INSTITUTE MITRA

BUNDA

BATAM

ESSAY, October 26, 2021

HADIFA ACHRIA PERMATA ZAIN

Formulation and Antioxidant Activity of Cream Marine Sponge Extract (Axinella


carteri) by Using the DPPH Method (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)
Xi + 84 Pages + 15 Tables + 27 Images + 14 Attachment

ABSTRACT

Sponges are one of the marine biotas that has bioactive potential that is useful as an
antioxidant to prevent free radicals. This study aims to find out of preparations
antioxidant activity cream containing marine sponge extracts (Axinella carteri)
against DPPH and how much concentration of a cream extract marine sponge
(Axinella carteri) that has the highest activity rate as antioxidant. The marine
sponges are extracted by maceration method using methanol solvents then made
preparations in cream form using variations in extracts concentrations of 5%, 7,5%
and 10%. Furthermore, the cream formulation of marine sponge extract was tested
for the preliminary cream testing parameters like organoleptic test, homogeneity,
spread ability, pH, viscosity and cream type test. Antioxidant activity determined with
a method of DPPH that expressed in IC50 (Half-maximal inhibitory
concentration).The result of IC50 obtained in formula I is 539,74 ppm (very low),
formula II is 398,00 ppm (low) and formula III is 244,14 ppm (medium). Meanwhile,
for the positive control vitamin C has an IC50 value of 5.02 ppm (very active).
Formula III is the best formula which has medium rate of antioxidant activity.

Keywords: Marine sponge, cream, antioxidant, DPPH

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
ABSTRAK...................................................................................................................iv
ABSTRACT...................................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri).............................................4
2.1.1 Pengertian Spons Laut.........................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri).................5
2.1.3 Morfologi Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri)..................5
2.1.4 Nama Umum........................................................................................6
2.1.5 Kandungan Kimia Spons Laut.............................................................6
2.1.6 Manfaat Spons Laut.............................................................................6
2.2 Ekstraksi........................................................................................................6
2.2.1 Definisi Ekstraksi.................................................................................6
2.2.2 Tujuan Ekstraksi..................................................................................7
2.2.3 Macam-Macam Ekstraksi....................................................................7
2.3 Karakterisasi Ekstrak.....................................................................................9
2.4 Skrining Metabolit Sekunder......................................................................11
2.5 Krim............................................................................................................12
2.5.1 Definisi Krim.....................................................................................12

viii
2.5.2 Penggolongan Krim...........................................................................13
2.5.3 Keuntungan Penggunaan Krim..........................................................14
2.5.4 Kerugian Penggunaan Krim..............................................................15
2.5.5 Komponen Penyusun Krim................................................................15
2.5.6 Evaluasi Sediaan Krim......................................................................17
2.6 Kulit............................................................................................................19
2.6.1 Definisi Kulit.....................................................................................19
2.6.2 Fungsi Kulit.......................................................................................21
2.7 Antioksidan.................................................................................................22
2.7.1 Definisi Antioksidan..........................................................................22
2.7.2 Mekanisme Kerja Antioksdan...........................................................24
2.7.3 Pengujian Antioksidan.......................................................................24
2.7.4 Vitamin C (Acidum ascorbicum).......................................................26
2.8 Spektrofotometri UV-Vis............................................................................27
2.8.1 Definisi..............................................................................................27
2.8.2 Jenis - Jenis Spektrofotometer...........................................................28
2.8.3 Prinsip Kerja......................................................................................29
2.8.4 Bagian – Bagian Spektrofotometer....................................................29
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................31
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................31
3.2. Pengambilan Sampel..................................................................................31
3.3. Alat dan Bahan...........................................................................................31
3.3.1 Alat....................................................................................................31
3.3.2 Bahan.................................................................................................31
3.4 Prosedur Kerja.............................................................................................32
3.4.1 Penyiapan Ekstrak Spons Laut..........................................................32
3.4.3 Skrining Metabolit Sekunder.............................................................32
3.4.4 Pembuatan Krim................................................................................34
3.4.5 Evaluasi Sediaan Krim......................................................................35
3.4.6 Pengujian Krim Antioksidan.............................................................37

ix
3.5 Analisa Data................................................................................................39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................40
4.1 Hasil............................................................................................................40
4.2 Pembahasan.................................................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................51
5.1 Kesimpulan.................................................................................................51
5.2 Saran............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................52
LAMPIRAN...............................................................................................................59

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak......................................................................59


Lampiran 2. Skema Pembuatan Krim..........................................................................60
Lampiran 3. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediann Krim.........................61
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen...........................................................................62
Lampiran 5. Skrining Metabolit Sekunder..................................................................63
Lampiran 6. Evaluasi Uji Organoleptis Krim Ekstrak Spons Laut..............................65
Lampiran 7. Evaluasi Uji Homogenitas Krim Ekstrak Spons Laut.............................66
Lampiran 8. Evaluasi Uji pH Krim Ekstrak Spons Laut.............................................67
Lampiran 9. Evaluasi Uji Daya Sebar Krim Ekstrak Spons Laut................................68
Lampiran 10. Evaluasi Uji Viskositas Krim Ekstrak Spons Laut................................69
Lampiran 11. Evaluasi Uji Tipe Krim Ekstrak Spons Laut.........................................70
Lampiran 12. Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Berbagai Konsentrasi...........71
Lampiran 13. Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Ekstrak Spons Laut..............72
Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan...........................................................82

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH.................................25


Tabel 2. Formulasi Krim Ekstrak Spons Laut.............................................................34
Tabel 3. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak Kental Spons Laut............................63
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim............................................................65
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Krim...........................................................66
Tabel 6. Hasil Uji pH Sediaan Krim............................................................................67
Tabel 7. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Krim..............................................................68
Tabel 8. Hasil Uji Viskositas Sediaan Krim................................................................69
Tabel 9. Hasil Uji Tipe Sediaan Krim.........................................................................70
Tabel 10. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Krim Berbagai Konsentrasi........................71
Tabel 11. Hasil Uji Antioksidan Vitamin C................................................................72
Tabel 12. Hasil Uji Antioksidan Krim Kontrol Negatif..............................................74
Tabel 13. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 5%.....................................................76
Tabel 14. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 7,5%..................................................78
Tabel 15. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 10%...................................................80

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spons Laut Asal Natuna..............................................................................6


Gambar 2. Susunan Lapisan-Lapisan Pada Kulit........................................................20
Gambar 3. Struktur DPPH (1,1-Diphenyl-2-Pickrylhydrazyl).....................................25
Gambar 4. Struktur Vitamin C (Acidum ascorbicum).................................................27
Gambar 5. Prinsip Kerja Spektrofotometri Uv-Vis.....................................................29
Gambar 6. Skema Pembuatan Ekstrak Spons Laut.....................................................59
Gambar 7. Skema Pembuatan Krim............................................................................60
Gambar 8. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim............................61
Gambar 9. Pemeriksaan Organoleptis Krim................................................................65
Gambar 10. Pemeriksaan Homogenitas Krim.............................................................66
Gambar 11. Pemeriksaan pH Krim..............................................................................67
Gambar 12. Pemeriksaan Daya Sebar Krim................................................................68
Gambar 13. Pemeriksaan Viskositas Krim..................................................................69
Gambar 14. Pemeriksaan Tipe Krim...........................................................................70
Gambar 15. Kurva Kalibrasi Vitamin C......................................................................73
Gambar 16. Kurva Kalibrasi Krim Kontrol Negatif....................................................75
Gambar 17. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 5%...........................................................77
Gambar 18. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 7,5%........................................................79
Gambar 19. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 10%.........................................................81
Gambar 20. Larutan Stok DPPH 0,1 mM....................................................................82
Gambar 21. Larutan Stok Vitamin C...........................................................................82
Gambar 22. Larutan Stok Sediaan Krim F0, F1, F2, dan F3.......................................82
Gambar 23. Larutan Uji Vitamin C ditambah DPPH 0,1 mM....................................83
Gambar 24. Larutan Uji Kontrol Negatif ditambah DPPH 0,1 mM............................83
Gambar 25. Larutan Uji Krim Ekstrak 5% ditambah DPPH 0,1 mM.........................83
Gambar 26. Larutan Uji Krim Ekstrak 7,5% ditambah DPPH 0,1 mM......................84
Gambar 27. Larutan Uji Krim Ekstrak 10% ditambah DPPH 0,1 mM.......................84

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita tidak dapat terbebas dari senyawa

radikal bebas seperti asap rokok, polusi udara dan paparan sinar matahari yang

dalam jumlah berlebih dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan

timbulnya penyakit. Untuk menangkal radikal bebas dibutuhkan antioksidan.

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun sintetik. Antioksidan dari bahan

alam lebih disukai karna efek sampingnya lebih kecil. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian pembuatan sediaan obat yang berkhasiat sebagai

antioksidan dari bahan alam (Widyastuti, 2010).

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam hayati

biota laut yang berlimpah. Spons merupakan salah satu biota laut yang

mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan dan

penyebarannya cukup luas salah satunya di wilayah perairan Kabupaten

Natuna, Kepulauan Riau (Alexander et al., 2014).

Senyawa aktif yang terkandung didalam spons laut seperti alkaloid,

terpenoid, flavonoid, saponin, tanin dan lain-lain. Sehingga menjadikan spons

target yang sangat menarik dalam bidang pengobatan (Blunt et al., 2012).

Spons laut telah banyak diuji aktivitas antioksidannya dengan metode

DPPH. Pada panjang gelombang 520 nm, ekstrak spons Lamellodysidea

herbacea memperoleh nilai IC50 sebesar 85,10 ppm yang tergolong aktif

1
(Rumagit et al., 2015), ekstrak Callyspongia sp. mempunyai IC50 sebesar 41,21

ppm yang tergolong sangat aktif (Hanani et al., 2005).

Penggunaan antioksidan dalam bentuk sediaan topikal diharapkan

mampu melindungi kulit dari efek buruk radikal bebas, salah satunya yaitu

sediaan krim. Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai.

Sediaan krim dipilih karena merupakan salah satu bentuk sediaan yang sering

digunakan dalam produk kosmetika terutama untuk perawatan kulit serta

memiliki keuntungan diantaranya praktis, nyaman digunakan dan mudah

menyebar rata. Selain itu juga tidak lengket dan mudah dicuci dengan air

dibandingkan dengan sediaan salep, gel, maupun pasta (Yanhendri, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, telah banyak penelitian tentang efektifitas

spons laut sebagai antioksidan. Namun, belum ditemukan adanya penelitian

tentang formulasi krim antioksidan dari ekstrak spons laut, terutama spons laut

yang berasal dari Natuna. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian

terkait formulasi krim ekstrak spons laut asal natuna (Axinella carteri) yang

kemudian di uji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah krim ekstrak metanol spons laut (Axinella carteri) memiliki

aktivitas antioksidan terhadap DPPH (1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl).

1.2.2. Berapakah konsentrasi krim ekstrak metanol spons laut (Axinella

carteri) yang efektif sebagai antioksidan.

2
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui aktivitas antioksidan krim ekstrak metanol spons laut

(Axinella carteri) terhadap DPPH (1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl).

1.3.2 Untuk mengetahui konsentrasi dari krim ekstrak. metanol spons laut

(Axinella carteri) yang efektif sebagai antioksidan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan.

2. Dapat mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak methanol spons laut asal

natuna (Axinella carteri) terhdap DPPH pada sediaan krim

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan penggunaan ekstrak

spons laut asal natuna (Axinella carteri) dalam sediaan krim antioksidan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi serta menjadi produk baru di masyarakat

dalam pemanfaatan ekstrak methanol spons laut (Axinella carteri)

sebagai krim antioksidan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri)

2.1.1 Pengertian Spons Laut

Spons merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari

filum porifera dan merupakan jenis hewan berpori. Porifera dalam

bahasa Latin, berarti porus artinya berpori, sedangkan fer artinya

membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling

sederhana. Beberapa jenis porifera ada yang seukuran butiran beras,

jenis lainnya, tinggi spons raksasa yang ukuran tubuhnya dapat

mencapai hingga 2 meter (Marzuki, 2018).

Spons merupakan salah satu jenis kekayaan alam hayati,

habitatnya dilaut mencapai 830 spesies yang terdiri dari tiga kelas, yaitu

Calcarea, Demospongiae, dan Hexactinellidae, ditemukan pada laut

dangkal sampai kedalaman 8.000 m (Marzuki, 2018).

Struktur dan fungsi tubuh spons khususnya permukaan luar,

tersusun atas sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal yang disebut

pinakosit. Pinakosit berfungsi sebagai pelindung (Marzuki, 2018).

Spons merupakan salah satu produk alami yang berasal dari laut

yang sangat berharga. Spons memiliki bentuk berpori dan multisel

koloni yang dapat menghasilkan berbagai metabolit sekunder. Metabolit

sekunder yang dihasilkan sebagian besar merupakan golongan alkaloid

4
dan mempunyai peran penting sebagai senyawa pertahanan dan

melindungi diri dari pemangsa (Jones et al., 2005).

2.1.2 Klasifikasi Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri)

Klasifikasi ilmiah spons laut dari perairan Natuna adalah sebagai

berikut (Hooper, 2000) :

Nama Ilmiah : Porifera

Kingdom : Animalia

Filum : Porifera

Kelas : Demospongiae

Family : Axinella

Spesies : Axinella carteri

2.1.3 Morfologi Spons Laut Perairan Natuna (Axinella carteri)

Dalam taksonomi, spons laut termasuk ke dalam kingdom

animalia dan filum porifera. Makhluk hidup yang tergolong dalam filum

porifera adalah hewan multiseluler yang tidak memiliki organ tubuh

lengkap seperti kepala atau kaki sehingga tidak heran jika dia sering

dikira sejenis dengan rumput laut (Marzuki, 2018).

Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel. Fungsi jaringan

dan organnya masih sangat sederhana. Spons yang berada di lingkungan

yang keruh dan berarus keras, oskulanya cenderung berada di puncak

permukaan tubuh atau kadang kala menyerupai cerobong. Morfologi

luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi dan biologis

lingkungannya (Marzuki, 2018).

5
Gambar 1. Spons Laut Asal Natuna (Axinella carteri)

(Data Penelitian, 2020)

2.1.4 Nama Umum

Porifera atau spons atau hewan berpori atau bunga karang adalah

sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana yang

mempunyai banyak pori sehingga air dapat melewatinya (Hanani, 2005)

2.1.5 Kandungan Kimia Spons Laut

Dalam beberapa penelitian ditemukan senyawa metabolit

sekunder yang terkandung didalam spons laut yaitu alkaloid, flavonoid,

steroid, saponin, tanin (Luliana et al., 2017)

2.1.6 Manfaat Spons Laut

Spons laut telah diidentifikasikan sebagai salah satu sumber

utama senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa ini diketahui memiliki

aktivitas biologis yang kuat dan spesifik seperti antioksidan, antibakteri,

antivirus, antijamur, antimalaria, dan antiinflamasi (Mehbub et al.,

2014)

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Definisi Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani


6
menggunakan pelarut yang

7
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga

memenuhi syarat yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. (Depkes RI, 2000). Ekstraksi adalah

suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa

kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan (Ditjen POM, 1979).

2.2.2 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk memisahkan atau menarik suatu

senyawa dari simplisia atau campurannya. Faktor yang perlu

diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah suhu, struktur setiap

senyawa, dan tekanan (Hanani, 2015).

2.2.3 Macam-Macam Ekstraksi

2.2.3.1 Ekstraksi Cara Dingin

Metode ini tidak ada proses pemanasan selama proses

ekstraksi berlangsung. Tujuannya untuk menghindari senyawa

yang rusak akibat pemanasan. Jenis ekstraksi cara dingin yaitu :

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur

ruangan. Metode maserasi dilakukan selama 3 hari sampai

bahan-bahan terlarut. Maserasi pada umumnya dilakukan

dengan cara memasukan bagian simplisia yang derajat

8
kehalusannya yang cocok kedalam bejana yang dituangi

dengan 75 bagian cairan penyari, terlindungi dari sinar

matahari dan ditutup dibiarkan selama 3 hari dan diaduk

berulang-ulang kali. Setelah 3 hari, lalu ampas diperas

kemudian ditambah dengan cairan penyari secukupnya, lalu

diaduk agar mendapatkan seluruh sari sebanyak 100 bagian.

Bejana kemudian ditutup dan disimpan pada tempat sejuk,

terlindung dari paparan sinar matahari, setelah 2 hari

kemudian endapan dipisahkan (Hanani, 2015).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi dan perkolasi secara

terus menerus sampai diperoleh ekstrak. Dalam metode

perkolasi memerlukan pelarut yang lebih banyak dan waktu

yang lebih banyak (Depkes RI, 2000).

2.2.3.2 Ekstraksi Cara Panas

Metode ini menggunakan proses pemanasan. Dengan

adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses

penyarian dibandingkan cara dingin. Jenis metode ekstraksi

cara panas yaitu :

9
1. Destilasi (Penyulingan)

Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan

untuk menyari atau menarik senyawa yang ikut menguap

bersama air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan,

senyawa dan air akan terpisah menjadi senyawa yang

diekstraksi dan destilat air dan senyawa akan terkondensasi.

Metode ini biasanya digunakan untuk kandungan minyak

atsiri dari tumbuhan (Hanani, 2015).

2. Refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah

ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang di ekstraksi

direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang

dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu lalu dipanaskan

sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap

tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan

kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut.

Ekstraksi ini biasanya dilakukan tiga kali dan setiap kali

diekstraksi selama 4 jam (Depkes RI, 2000).

2.3 Karakterisasi Ekstrak

Karakterisasi merupakan suatu proses awalan yang dilakukan untuk

mengetahui mutu dari suatu ekstrak. Syarat parameter standar suatu ekstrak

berdasarkan (identifikasi) kemurnian yaitu harus bebas dari kontaminasi kimia

1
dan biologis yang dapat mengganggu mutu ekstrak Persyaratan mutu ekstrak

terdiri dari berbagai parameter spesifik dan non spesifik (Depkes RI, 2000).

Adapun parameter spesifik yaitu (Depkes RI, 2000) :

1. Parameter identitas ekstrak meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak,

nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama

Indonesia tumbuhan). Tujuannya untuk memberikan identitas objektif dari

nama dan spesifik dari senyawa identitas.

2. Parameter organoleptis ekstrak yaitu penentuan parameter dengan

mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa dari suatu ekstrak.

3. Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu yaitu parameter yang diuji

dengan cara melakukan ekstrak dengan pelarut tertentu (air atau alkohol)

untuk ditentukan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa

kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa

terlarut dalam pelarut lain.

Parameter non spesifik merupakan aspek yang berfokus pada aspek

kimia mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen

dari stabilitas. Aspek parameter non spesifik diantaranya yaitu:

1. Parameter susut pengeringan yaitu pengukuran sisa zat setelah pengeringan

105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan sebaga

nilai persen.

2. Parameter kadar air yaitu parameter pengukuran kandungan air yang

berada didalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara

titrasi,

1
destilasi atau gravimetri. Tujuannya untuk memberikan batasan minimal

atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan.

3. Parameter kadar abu yaitu parameter yang dilakukan dengan cara

memanaskan bahan pada temperatur dimana senyawa organik dan

turunannya terdestruksi dan menguap. Tujuannya untuk memberikan

gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari

proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

2.4 Skrining Metabolit Sekunder

Skrining Metabolit Sekunder adalah tahap pendahuluan dalam suatu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan

senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti (Kristanti, 2008)

Metode skrining dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna

dengan menggunakan suatu pereaksi warna, yaitu:

1. Uji Alkaloid

Sebanyak 4 ml ekstrak sampel dimasukkan tabung reaksi,

ditambahkan 2 ml kloroform dan 5 ml amoniak 10% kemudian

ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2N. Bagian atas dari fase yang terbentuk

diambil dan ditambahkan reagen mayer 4-5 tetes. Apabila terbentuk

endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid,

dengan pereaksi Mayer memberikan endapan berwarna kuning-merah

(Rumagit et al., 2015).

2. Uji Flavonoid

Sebanyak 1 ml ekstrak kental tambahkan dengan serbuk magnesium

1
secukupnya sekitar 0,05 mg. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida

1
pekat. Keberadaan flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna hitam

kemerahan, kuning atau jingga (Rumagit et al., 2015).

3. Uji Saponin

Sebanyak 10 tetes ekstrak ssampel dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan air hangat kemudian dikocok selama 15 menit. Di

tambahkan 2 tetes HCl 2 N, dinyatakan positif mengandung saponin

apabila terbentuk busa yang stabil ± 7 menit (Wijaya et al., 2014).

4. Uji Tanin

Sebanyak 10 tetes ekstrak sampel ditambahkan metanol kemudian

ambil larutan sebanyak 1 ml lalu ditambahkan 2 tetes FeCl₃ 1%. Warna

biru tua atau hijau kehitaman menunjukan adanya tanin (Purgiyanti et al.,

2019)

5. Uji Terpenoid dan Steroid

Sebanyak 10 tetes ekstrak kental spons laut ditambahkan 2-3 tetes

asam asetat kemudian ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 pekat. Adanya

triterpenoid ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna jingga atau

ungu sedangkan steroid memberikan perubahan warna biru atau hijau

(Kusumawati et al., 2017).

2.5 Krim

2.5.1 Definisi Krim

1) Menurut Farmakope Indonesia III, Krim adalah sediaan setengah

padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

1
2) Menurut farmakope IV, Krim adalah bntuk sediaan setengah padat

1
mngandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi

dalam bahan dasar yang sesuai.

3) Menurut Farmakope Indonesia V, Krim adalah bentuk sediaan

stengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

4) Menurut Formularium Nasional, Krim adalah sediaan setengah

padat, berupa emulsi kental mengandun air kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Persyaratan Krim Sebagai obat luar, krim harus memenuhi

beberapa persyaratan berikut:

a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim

harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.

b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk

yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen.

c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling

mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui

dasar krim padat atau cair pada penggunaan. (Widodo, 2013).

2.5.2 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau dispersi

mikrokristal asam- asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air

yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian

1
kosmetika dan estetika, dan krim emulsi air dalam minyak. Ada dua tipe

krim, yaitu :

1) Tipe M/A atau O/W

Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air. Misalnya pada

vanishing cream. Vanishing cream adalah kosmetika yang

digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan

sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab

(moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit

(Widodo, 2013).

2) Tipe A/M atau W/O

Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Misalnya cold

cream adalah sediaan krim yang digunakan untuk maksud

memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim

pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream

biasanya mengandung mineral oil dalam jumlah besar (Widodo,

2013).

2.5.3 Keuntungan Penggunaan Krim

Keuntungan dari penggunaan sediaan krim yaitu

1. Krim mampu menyebar secara baik pada kulit

2. Mudah diaplikasikan.

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Lebih nyaman digunakkan pada kulit

5. Tidak terjadi penyumbatan dikulit

1
6. Tidak lengket terutama tipe M/A (Juwita, 2013).

1
2.5.4 Kerugian Penggunaan Krim

Adapun kerugian dari penggunaan sediaan krim, antara lain:

1. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam

keadaan panas;

2. Gampang pecah, karena dalam pembuatan, formula tidak pas

3. Mudah kering dan rusak, khususnya tipe a/m, karena terganggunya

sistem campuran, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan

perubahan komposisi, yang diakibatkan oleh penambahan salah satu

fase secara berlebihan (Widodo, 2013).

2.5.5 Komponen Penyusun Krim

Komponen penyusun krim secara garis besar terdiri dari tiga

komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Fase

minyak dan fase air yang dicampur dengan penambahan bahan

pengemulsi (emulgator) sebagai bahan dasar krim, kemudian akan

membentuk basis krim (Suriana, dan Muliyawan, 2013).

a. Asam Stearat

Asam stearat (C18H36O2) memiliki pemerian berwarna putih,

agak mengkilap, kristal padat, bau lemah. Digunakan dalam

formulasi topikal sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat

yang biasa digunakan dalam formulasi krim berkisar antara 1 – 20%

(Rowe et al., 2009).

b. Gliserin

Gliserin memiliki rumus molekul C3H8O3. Gliserin memiliki

1
pemerian cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental

higroskopis, memiliki rasa yang manis. Dalam formulasi sediaan

topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan (≤ 30%)

dan emolien (≤ 20%). Gliserin larut dalam etanol, air dan metanol,

praktis tidak larut dalam minyak, benzene dan kloroform, sukar

larut dalam eter (Rowe et al., 2009).

c. Trietanolamin (TEA)

Trietanolamin (C6H15NO3) adalah cairan kental jernih, tidak

berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak

menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi

bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika

dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat

akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai

pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang

stabil (Rowe et al., 2009).

d. Setil Alkohol

Setil alkohol (C16H34O) berbentuk lilin, lempengan putih,

granul atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa.

Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak larut

dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat

dengan titik lebur 45-520oC. Dapat meningkatkan stabilitas,

memperbaiki tekstur sediaan, dan meningkatkan konsistensi.

2
Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi krim berkisar 2 -

10% (Raymond, 2009).

e. Nipagin

Nipagin atau metil paraben (C8H8O3) digunakan secara luas

sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk

makanan, dan bidang farmasi. Konsentrasi nipagin yang biasa

digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe

et al., 2009).

f. Aquadest

Aquadest diperlukan untuk melarutkan bahan yang

digunakan dan merupakan pelarut yang sangat baik dalam

melarutkan senyawa. Aquadest merupakan pelarut yang tidak

memiliki inkom dengan bahan yang lain dan dapat larut dengan

semua jenis bahan (Ditjen POM, 2014).

2.5.6 Evaluasi Sediaan Krim

1. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan

pada proses pengindraan. Tujuannya untuk mengetahui perubahan

warna, bau dan bentuk sediaan yang dilakukan secara visual setelah

pembuatan sediaan (Susanti et al., 2012)

2. Uji Homogenitas

Tujuan dilakukan uji homogenitas adalah untuk mengetahui

apakah seluruh bahan telah tercampur secara marata serta untuk

2
menjamin zat aktif yang terkandung di dalam bahan telah

terdistribusi merata dan pada saat dioleskan di kulit dan tidak

diperbolehkan terasa adanya bagian padat (Soedirman et al., 2009).

Sediaan dikatakan homogen apabila pada saat dilakukan

pengamatan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Soedirman et al.,

2009).

3. Uji pH

pH adalah Salah satu syarat sediaan kosmetik jika

diaplikasikan di kulit yaitu pH tidak boleh terlalu asam ataupun

terlalu basa. Jika kadar pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit

menjadi kering dan sensitif. Sedangkan jika kadar pH terlalu asam

dapat menyebabkan kulit meradang (Thakre, 2017).

Tujuan dilakukan Uji pH yaitu untuk melihat tingkat

keasaman sediaan untuk menjamin sediaan tidak menyebabkan

iritasi pada kulit. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu

4,5 - 6,5 dan pH sediaan krim yang mempengaruhi persyaratan

yaitu 3,5 – 8 (Alfath, 2012).

4. Uji Visikositas

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui konsistensi

kekentalan suatu sediaan (Prabandari, 2019). Sediaan diukur

viskositasnya menggunakan alat viskometer. Rentang viskositas

sediaan krim yaitu 2.000-50.000 cPs ( SNI 16-4399-1996 ).

2
5. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui luas area

sediaan yang dapat menyebar dan merata pada saat digunakan.

Daya sebar yang baik adalah memiliki diameter 5 - 7 cm. semakin

besar daya sebar yang diberikan, maka kemampuan zat aktif untuk

menyebar dan kontak dengan kulit semakin luas (Widyaningrum et

al., 2012).

6. Uji Tipe Krim

Sejumlah sediaan krim diletakkan pada objek glass,

kemudian tambahkan 1 tetes metilen blue, diaduk dengan batang

pengaduk. Bila metilen blue tersebar merata berarti tipe krim yang

dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A) sedangkan bila timbul

bintik bintik biru maka krim yang dihasilkan tipe air dalam minyak

(A/M) (Sanjay, 2012)

2.6 Kulit

2.6.1 Definisi Kulit

Kulit merupakan organ yang paling besar dan terluar yang

dimiliki oleh makhluk hidup. Kulit normalnya memiliki tiga lapisan,

yaitu lapisan epidermis lapisan dermis, dan lapisan subkutan (Mescher

AL., 2010).

Kulit menutupi semua permukaan tubuh dan mempunyai fungsi

utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan dari luar tubuh. Kulit melindungi tubuh dengan sejumlah

2
mekanisme

2
biologis, seperti proses pelepasan sel yang sudah mati sehingga terjadi

proses pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, pengatura

suhu tubuh, serta pembentukan pigmen untuk melindungi kulit dari

bahaya sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Kulit juga

berguna sebagai indra peraba yang membantu kita untuk merasakan

serta kulit juga merupakan pertahanan tubuh terhadap tekanan dan

infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Gambar 2. Susunan lapisan-lapisan pada kulit (Mescher AL., 2010).

Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.

Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,

sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari

mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu

hipodermis, di beberapa tempat terdiri dari jaringan lemak (Kalangi,

2013).

Sedangkan menurut Amirlak (2015), Kulit terbagi atas tiga lapisan

pokok yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau

subkutis.
2
a. Epidermis, terbagi lagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum

germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan

granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum

korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di

atas jaringan subkutan. Dermis terdiri atas jaringan ikat.

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan

yang langsung dibawah dermis.

2.6.2 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan

tubuh dengan lingkungan sekitar (Harahap, 2000) :

1. Pelindung

Kulit berfungsi sebagai pelindung melalui jaringan tanduk sel

epidermis paling luar yang membatasi masuknya benda-benda dari

luar tubuh yang dapat membahayakan. Kulit juga menghasilkan

melanin yang memberi perlindungan dari sinar ultraviolet yang

dipancarkan oleh matahari.

2. Pengatur Suhu

Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh dengan cara

mengurangi peredaran darah di kulit pada suhu dingin dan kulit

membantu pengeluaran keringat melalui pori-pori sehingga terjadi

penguapan keringat pada suhu panas sehingga tubuh tidak terjadi

panas yang berlebihan.

2
3. Penyerapan

Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut

dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke

peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang

menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel

rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

Fungsi penyerapan juga dibutuhkan untuk penetrasi obat kedalam

peredaran darah yang ada di kulit.

4. Indera Perasa

Indera perasa yang ada dikulit bekerja karena rangsangan

terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama

adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin (Harahap,

2000).

2.7 Antioksidan

2.7.1 Definisi Antioksidan

Menurut Winarti (2010), secara kimia senyawa antioksidan

adalah senyawa yang berperan sebagai donor elektron. Secara

biologis, antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau

meredam dampak negatif dari oksidan. Antioksidan merupakan suatu

senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu

mampu menghambat atau memperlambat kerusakan yang

ditimbulakan oleh proses oksidasi. Antioksidan bekerja dengan cara

mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

2
sehingga aktifitas dari senyawa oksidan dapat terhambat. Tubuh

memerlukan antioksidan

2
untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga

kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi degan radikal bebas

sering terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid, dan

polisakarida.

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu

atom lebih tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal

bebas dapat timbul dari berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh.

Radikal bebas merupakan hasil pembakaran samping dari proses

oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas,

metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh

terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap

rokok, bahan pencemar dan radiasi matahari (Winarti, 2010)

Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk

pangan serta kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan

kecantikan antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker

dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini dan lain-lain

(Kesuma, 2015).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi

antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim yang bersifat antioksidan,

seperti: Superoksida Dismutase (SOD), katalase (Cat), dan

glutathione peroksidase (Gpx), serta antioksidan eksogen, yaitu yang

didapat dari luar tubuh/makanan. Berbagai bahan alam asli Indonesia

2
banyak

3
mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya, antara lain

vitamin C, E, pro vitamin A dan lain-lain. Berbagai bahan alam, baik

yang sudah lama digunakan sebagai makanan sehari-hari atau baru

dikembangkan sebagai suplemen makanan, mengandung berbagai

antioksidan tersebut (Werdhasari, 2014).

2.7.2 Mekanisme Kerja Antioksdan

Antioksidan bekerja dengan cara menjebak radikal bebas.

Radikal bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid, DNA

dan dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Senyawa antioksidan

seperti asam fenolik, polifenol, dan flavonoid mengikat radikal bebas

seperti peroksida dengan cara menghambat mekanisme oksidatif

sehingga dapat menghindari penyakit degeneratif (Prakash, 2001).

Dan menurut Yenrina Kesuma (2015), beberapa zat yang berfungsi

sebagai antioksidan alami adalah tokoferol, karotenoid, flavonoid,

quinon, dan bilirubin.

2.7.3 Pengujian Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan

beberapa metode, yaitu sebagai berikut :

1. Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-pickrylhydrazyl)

Pada umumnya radikal DPPH digunakan dalam mengukur

daya penangkapan radikal bebas karena merupakan senyawa radikal

bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi

dalam

3
uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. DPPH

memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan

warna violet gelap (Kuncahyo, 2007).

Keuntungan dari metode DPPH yaitu mudah, dapat

menghemat waktu, cepat, sampel yang digunakan sedikit dan juga

sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan, untuk

kekurangannya adalah kurang selektif. Oleh karena itu metode

DPPH adalah metode yang sering digunakan (Mastuti, 2015).

Gambar 3. Struktur DPPH (1,1-Diphenyl-2-Pickrylhydrazyl)

(Sumber : Umayah, E., Amran, 2007)

Parameter yang menunjukkan aktivitas antioksidan adalah

niali inhibition concentration (IC50). IC50 merupakan bilangan yang

menunjukkan konsentrasi larutan sampel yang mampu mereduksi

aktivitas DPPH sebesar 50%.

Tabel 1. Tingkat Kekuatan Antioksidan dengan Metode DPPH (Jun et al, 2006).

Sangat Sangat
Intensitas Kuat Sedang Lemah
Kuat Lemah

50-100 101-250 250-500 >500


IC50 <50 ppm
ppm ppm ppm ppm

3
2. Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

adalah metode yang dapat digunakan untuk pengujian antioksidan

pada tumbuhan. Kelebihan dari metode ini adalah cepat, dan

reagen yang digunakan cukup sederhana dan mudah disiapkan,

tidak menggunakan alat khusus untuk menghitung total

antioksidan. Adapun kekurangan dari metode ini adalah tidak

dapat mengukur antioksidan dengan gugus thiol seperti glutation

dan hanya terbatas untuk antioksidan yang larut dalam air (Jayanti,

2011).

3. Metode CUPRAC (Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity)

Metode ini adalah pereaksi yang selektif karena memiliki

nilai potensial reduksi rendah, metode ini secara visual dapat

dilihat dari perubahan warna kompleks warna larutan dari biru

toska menjadi kuning. Kelebihan dari metode ini adalah lebih

cepat untuk mengoksidasi. Sedangkan kekurangan pada metode ini

adalah waktu yang dibutuhkan lebih banyak, dan biayanya lebih

mahal (Widyastuti, 2010).

2.7.4 Vitamin C (Acidum ascorbicum)

Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan yang larut

dalam air. Vitamin C merupakan bagian dai sistem pertahanan tubuh

terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Vitamin C

berupa kristal putih dengan berat molekul 176,13 dengan rumus molekul

3
C6H8O6. Vitamin C termasuk dalam salah satu vitamin esensial karena

3
manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C didalam tubuh sendiri,

vitamin C diperoleh dari luar tubuh (Sediaoetamo, 2007).

Vitamin C dalam keadaan kering stabil akan tetapi mudah rusak

jika vitamin C berada dalam bentuk larutan. Vitamin C jika terkena

cahaya berubah menjadi coklat (Sediaoetamo, 2007).

Gambar 4. Struktur Vitamin C (Acidum ascorbicum)

( Sumber : Winarti, 2010)

2.8 Spektrofotometri UV-Vis

2.8.1 Definisi

Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer

dan fotometer. Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah

cahaya. Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di

daerah ultraviolet (200 –350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh

suatu senyawa. Spektrofotometri UV-Vis menggunakan dua buah

sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV menggunakan

lampu Deuterium dan sumber cahaya Visible menggunakan lampu

Wolfarm. Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan

panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi dapat menunjukan sktruktur

senyawa yang diteliti (Suhartati, 2017).

3
2.8.2 Jenis - Jenis Spektrofotometer

Spektrofotometer memiliki 2 jenis yaitu spektrofotometer sinar

tunggal dan spektrofotometer sinar ganda. Spektrofotometer sinar

tunggal biasanya dipakai untuk kawasan spectrum ultraungu dan cahaya

yang terlihat. Spektrofotometer sinar ganda dapat dipergunakan baik

dalam kawasan ultraungu dan cahaya yang terlihat maupun dalam

kawasan inframerah (Gandjar, 2007)

1. Singel Beam

Single-Bean instrument dapat digunakan untuk kuantitatif

dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal.

Pengukuran sampel dan larutan blangko atau standar harus dilakukan

secara bergantian dengan sel yang sama (Suhartati, 2017).

2. Double Beam

Spektrofotometer memiliki berkas sinar ganda, sehingga

dalam pengukuran absorbansi tidak perlu bergantian antara sampel

dan larutan blangko, spektrofotometer double bean memakai

absorbansi

(A) otomatis sebagai fungsi panjang gelombang (Suhartati, 2017).

Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan,

spektrofotometer dibagi menjadi empat macam yaitu:

Spektrofotometer Visible, Spektrofotometer UV, Spektrofotometer

UV-Vis, Spektrofotometer Infra Red (IR) (Gandjar, 2007).

3
2.8.3 Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat spektrofotometri Uv-Vis yaitu sinar dari

sumber radiasi diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari

monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin

berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian

secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke

digital dan dilihat hasilnya. Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan

komputer yang sudah terprogram (Williams, 2013).

Gambar 5. Prinsip kerja spektrofotometri Uv-Vis

( Sumber : Mustikaningrum, 2015)

2.8.4 Bagian – Bagian Spektrofotometer

Secara garis besar Spektrofotometer terdiri dari 4 bagian yaitu

(Khopkar, 1990) :

a. Sumber cahaya

Spektrofotometri UV-Vis menggunakan dua buah sumber

cahaya yang berbeda, sumber cahaya UV menggunakan lampu

3
Deuterium dan sumber cahaya Visible menggunakan lampu

Wolfarm.

b. Monokromator

Momokromator adalah alat yang berfungsi untuk

mengerakkan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen

panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang berbeda

(terdispersi).

c. Kuvet

Kuvet Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan

sebagai tempat sampel atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet

biasanya terbuat dari kwarsa, plexigalass, kaca,plastic dengan

bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm

(Khopkar, 1990).

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon

terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang, detector akan

mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan

ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau

angka digital (Khopkar, 1990).

3
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei 2021 sampai dengan

Agustus 2021 di Laboratorium Teknologi Farmasi Dan Kimia Bahan Alam

Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

3.2. Pengambilan Sampel

Sampel penelitian yang akan digunakan adalah spons laut perairan

Natuna dan pengambilan hewan laut ini dilakukan di Pulau Natuna, Kabupaten

Natuna, Kepulauan Riau. Spons laut sampai di Laboratorium Farmasi pada hari

selasa tanggal 11 Februari 2020.

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu rotary-

evaporator (heidoph), botol maserasi, Spektrofotometri UV-Vis

(Shimadzu 1800), Viskometer brookfield, beaker glass (Pyrex iwaki),

gelas ukur (Pyrex iwaki), labu ukur (Pyrex iwaki), pipet tetes, pipet ukur

(Pyrex iwaki), tabung reaksi, objek glass, batang pengaduk, lumpang

dan alu, wadah krim, pH Universal, timbangan analitik (Kenko).

3.3.2 Bahan

Bahan - bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak

spons laut (Axinella carteri) asal Natuna, metanol (Merck), asam stearat,

3
setil alkohol, gliserin (Wilmar), minyak kelapa murni (Virgin

Coconut Oil), aquades (Brataco), trietanolamin (TEA), metil

paraben, vitamin C, serbuk DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl),

metilen blue, reagen mayer, serbuk Mg, HCL pekat, FeCl3 1%, asam

asetat, H2SO4.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penyiapan Ekstrak Spons Laut

Spons laut sebanyak 4 kg yang telah dipotong kecil-kecil

kemudian dimaserasi dengan 10 L methanol didalam toples kaca hingga

sampel terendam. Setiap 24 jam filtratnya disaring dan ampasnya

dimaserasi lagi dengan metanol. Ekstraksi dilakukan selama 3 hari.

Selanjutnya maserat dipisahkan dari ampasnya lagi, proses diulang

sebanyak dua kali, kemudian hasil maserat digabungkan dan diuapkan

pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan

ekstrak kental spons laut (Diani et al., 2015).

Rendemen yang diperoleh dihitung dengan persamaan berikut :

% Rendemen = Berat ekstrak x 100%


Berat awal sampel
(Candra et al., 2017)

3.4.3 Skrining Metabolit Sekunder

1. Uji Alkaloid

Sebanyak 4 ml ekstrak spons laut dimasukkan tabung reaksi,

ditambahkan 2 ml kloroform dan 5 ml amoniak 10% kemudian

ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2N. Bagian atas dari fase yang

4
terbentuk diambil dan ditambahkan reagen Mayer dan Dragendorff

4
4-5 tetes. Apabila terbentuk endapan menunjukkan bahwa sampel

tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer memberikan

edndapan bewarna putih / kuning dan Dragendorff memberikan

endapan berwarna merah jingga (Wijaya et al., 2014).

2. Uji Flavonoid

Sebanyak 1 ml ekstrak kental spons laut tambahkan dengan

serbuk magnesium secukupnya sekitar 0,05 mg. Kemudian

ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat. Keberadaan flavonoid

ditandai dengan terbentuknya warna hitam kemerahan, kuning atau

jingga (Rumagit et al., 2015).

3. Uji Saponin

Sebanyak 10 tetes ekstrak spons laut dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan air hangat kemudian dikocok selama 15

menit. Di tambahkan 2 tetes HCl 2 N, dinyatakan positif

mengandung saponin apabila terbentuk busa yang stabil ± 7 menit

(Wijaya et al., 2014).

4. Uji Fenolik

Sebanyak 10 tetes ekstrak kental spons laut ditambahkan

metanol kemudian ambil larutan sebanyak 1 ml masukan kedalam

tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%.

Dinyatakan positif jika terbentuknya warna biru tua atau hijau

kehitaman (Purgiyanti et al., 2019).

4
5. Uji Terpenoid dan Steroid

Sebanyak 10 tetes ekstrak kental spons laut ditambahkan 2-3

tetes asam asetat kemudian ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 pekat.

Adanya terpenoid ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna

jingga atau ungu sedangkan steroid memberikan perubahan warna

biru atau hijau (Idiawati et al., 2015).

3.4.4 Pembuatan Krim

3.4.5.1 Pembuatan Basis Vanishing Cream

Tabel 2. Formulasi Krim Ekstrak Spons Laut (Zulkarya, 2018)

Formula krim antioksidan (%)


Bahan Kegunaan F0 (-) FI FII FIII
Ekstrak
Spons Laut Zat Aktif - 5 7,5 10
Setil Alkohol Pengental 4 4 4 4
Gliserin Humektan 15 15 15 15
TEA Pengemulsi 3 3 3 3
Asam Stearat Basis Krim 12 12 12 12
Nipagin Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2
VCO Pelembab 10 10 10 10
Oleum citri Pewangi qs qs qs qs
Aquades ad Pelarut 100 100 100 100
Sediaan krim vanishing yang digunakan sebagai kontrol

negatif adalah krim tipe minyak dalam air. Cara pembuatan

basis vanishing cream yaitu ditimbang semua bahan yang

diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan

menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase

minyak yaitu asam stearat, setil alkohol dan VCO dilebur diatas

penangas air dengan suhu 70°C, fase air yaitu trietanolamin,

gliserin dan

4
nipagin dilarutkan dalam air panas, kemudian fase minyak

dipindahkan ke dalam lumpang panas. Fase air ditambahkan

secara perlahan perlahan ke dalam fase minyak dengan

pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim

(Zulkarya, 2018).

3.4.5.2 Pembuatan Krim Ekstrak Spons Laut

Timbang 5 gr ekstrak kental, kemudian dimasukkan ke

dalam lumpang kemudian digerus. Ditambahkan 100 gram

bahan dasar vanishing cream sedikit demi sedikit sambil

digerus sampai homogen sehingga didapatkan konsentrasi 5%.

Pembuatan krim juga dibuat pada konsentrasi 7,5%, dan 10%.

(Mayefis et al., 2020).

3.4.5 Evaluasi Sediaan Krim

1. Uji Organoleptis

Diamati bentuk, warna, dan bau krim. Ini dilakukan untuk

mengetahui krim yang dibuat apakah sesuai warna dan bau ekstrak

yang digunakan (Mayefis et al., 2020).

2. Uji Homogenitas

Diambil sedikit krim, lalu dioleskan pada objek glass.

Diratakan krim pada objek glass secara merata. Kemudian dilihat

krim tersebut homogen dengan melihat ada atau tidak butiran pada

krim (Mayefis et al., 2020)

4
3. Uji pH

Pengujian pH seediaan dilakukan menggunakan pH

indikator universal yang dimasukkan kedalam krim dan didiamkan

beberapa saat kemudian dilihat perubahan warna pH universal dan

dicocokkan dengan standart warna pH indikator yang tertera di

wadahnya. Sebaiknya pH disesuaikan dengan pH kulit, yaitu sekitar

4,5–8 karena jika pH terlalu besar maka dapat menyebabkan kulit

menjadi bersisik, sedangkan apabila terlalu asam maka akan terjadi

iritasi kulit (Alfath, 2012).

4. Uji Daya Sebar

Timbang 0,5 gram krim, lalu letakkan krim tersebut

ditengah cawan petri yang berada dalam posisi terbalik, beri beban

cawan petri yang lain diatas krim lalu diamkan selama 1 menit dan

dihitung diameternya. Kemudian ditambahkan 150 gram beban lalu

ukur lagi diameternya. Daya sebar krim yang baik antara 5-7 cm

(Gurning, 2016).

5. Uji Tipe Krim

Sejumlah sediaan krim diletakkan pada objek glass,

kemudian tambahkan 1 tetes metilen blue, diaduk dengan batang

pengaduk. Bila metilen blue tersebar merata berarti tipe krim yang

dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A) sedangkan bila timbul

bintik bintik biru maka krim yang dihasilkan tipe air dalam minyak

(A/M) (Mayefis et al., 2020).

4
6. Viskositas Krim

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat

Viskometer Brookfield yaitu dengan memasang spindle no. 4 pada

alat kemudian dicelupkan ke dalam sediaan sampai batas tertentu

dan atur kecepatan 12 rpm. Tiap masing masing pengukuran dibaca

skalanya ketika jarum merah telah stabil nilai viskositas diperoleh

dari hasil perkalian dial reading dengan faktor koreksi khusus pada

masing masing kecepatan spindle. Nilai viskosias krim yang ideal

adalah lebih dari 5000 cps (Gozali et al., 2009).

3.4.6 Pengujian Krim Antioksidan

3.4.6.1 Pembuatan pereaksi DPPH (2,2-Diphenyl-1-1Pickrylhydrazyl)

Ditimbang lebih kurang 1,97 mg DPPH. Lalu dilarutkan

dengan metanol dalam labu ukur 50 ml, cukupkan pelarutnya

hingga tanda batas kemudian dihomogenkan dan ditempatkan

dalam botol gelap. sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 0,1 mM (Pratiwi et al., 2016).

3.4.6.2 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Sebanyak 2 ml larutan DPPH 0,1 mM dipipet dan

ditambahkan dengan 2 ml metanol (1:1) kedalam tabung reaksi.

Lalu dihomogenkan dengan vortex dan biarkan selama 30

menit ditempat gelap, kemudian ukur serapan larutan dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800 nm

4
dan tentukan panjang gelombang maksimumnya (Hainil et al.,

2019).

3.4.6.3 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C

Dibuat larutan stok 100 ppm dengan cara menimbang

sebanyak 1 mg vitamin C kemudian dilarutkan dalam 10 ml

metanol. Dibuat deret dalam beberapa konsentrasi yaitu 2 ppm,

4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Pengujian dilakukan dengan

memipet larutan vitamin C pada setiap konsentrasi sebanyak

0,5 ml dan ditambahkan 2 ml DPPH (0,1 mM) kemudian di

vortex dan didiamkan ditempat gelap. Diukur absorbansinya

dengan spektrofotometer UV-Vis (Hapsari, 2018)

3.4.6.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim terhadap DPPH

Ditimbang lebih kurang 50 mg krim lalu dilarutkan

dengan metanol dalam labu ukur 50 ml dan didapatkan larutan

induk dengan konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dibuat

beberapa seri konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm. Dari

beberapa konsentrasi tadi kemudian dipipet sebanyak 2 ml

kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml DPPH (0,1 mM).

Kemudian didiamkan ditempat gelap selama 30 menit.

Selanjutnya, diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

(Savira et al., 2017).

4
Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya

hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan

persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan

rumus :
Abs. Kontrol – Abs. Sampel
%inhibisi = x100%
Abs.
Kontrol

(Handayany et al., 2018).

3.5 Analisa Data

Data diperoleh dari uji aktivitas antioksidan pada krim dengan metode

DPPH dilakukan dengan analisis menggunakan persamaan regresi linear

menggunakan excel untuk memperoleh nilai IC50.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4. Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Sampel spons laut yang digunakan sebanyak 4 kg, didapatkan ekstrak

kental sebanyak 99,74 gram sehingga diperoleh persen rendemen sebesar

2,49%. (Lampiran 4).

2. Hasil uji skrinning metabolit sekunder esktrak metanol spons laut

(Axinella carteri) menunjukkan hasil positif pada senyawa metabolit

sekunder alkaloid, flavonoid, fenol, steroid dan saponin (Lampiran 5).

3. Hasil uji evaluasi sediaan secara organoleptis didapatkan hasil dimana

semua sediaan memiliki bentuk semi solid, berbau khas lemon.

Sedangkan dari segi warna kontrol negatif memiliki warna putih,

konsentrasi 5% (FI) warna coklat kekuningan, konsentrasi 7,5% (FII)

warna coklat, konsentrasi 10% (FIII) warna coklat agak gelap (Lampiran

6, Gambar 9).

4. Hasil evaluasi sediaan secara homogenitas menunjukkan semua

konsentrasi sediaan krim bersifat homogen (Lampiran 7, Gambar 10).

5. Hasil evaluasi sediaan pada uji pH didapatkan semua konsentrasi krim

mempunyai pH sebesar 5 yang memenuhi syarat (Lampiran 8, Gambar

11).

6. Hasil evaluasi sediaan pada uji daya sebar menunjukkan bahwa krim

4
dengan konsentrasi 5% (FI) sebesar 5,47 cm, konsentrasi 7,5% (FII)

5
sebesar 5,21 cm dan konsentrasi 10% (FIII) sebesar 5,10 cm (Lampiran 9,

Gambar 12).

7. Hasil evaluasi uji viskositas krim menggunakan viskometer brookfield

dengan spindle no.4 dan kecepatan 12 rpm menunjukkan nilai viskositas

pada sediaan krim konsentrasi 5% (FI) sebesar 27.250 cps, konsentrasi

7,5% (FII) sebesar 32.750 cps, konsentrasi 10% (FIII) sebesar 37.250 cps

(Lampiran 10, Gambar 13).

8. Hasil evaluasi uji tipe krim menunjukkan hasil bahwa keempat formula

sediaan krim memiliki tipe krim minyak dalam air (M/A) (Lampiran 11,

Gambar 14).

9. Hasil pengujian aktivitas antioksidan krim dengan konsentrasi ekstrak 5%

mempunyai nilai IC50 sebesar 539,74 ppm, konsentrasi ekstrak 7,5%

mempunyai nilai IC50 sebesar 398,00 ppm, konsentrasi ekstrak 10%

mempunyai nilai IC50 sebesar 244,14 ppm. Sedangkan vitamin C sebagai

kontrol positif mempunyai nilai IC50 sebesar 5,02 ppm (Lampiran 12).

4.2 Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah spons laut

(Axinella carteri) yang diperoleh dari perairan Natuna, Kepulauan Riau.

Spons laut digunakan sebagai sampel karena pada penelitian sebelumnya telah

banyak diuji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak spons laut. Namun, belum

ditemukan adanya penelitian tentang ekstrak spons laut yang diformulasikan

dalam bentuk sediaan. Salah satunya sediaan krim antioksidan, terutama spons

laut yang berasal dari Natuna. Untuk meningkatkan pemanfaatannya maka

5
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah krim ekstrak

metanol spons laut (Axinella carteri) memiliki aktivitas antioksidan terhadap

DPPH (1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) dan berapakah konsentrasi krim

ekstrak metanol spons laut (Axinella carteri) yang efektif sebagai antioksidan.

Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini ialah ekstraksi

cara maserasi. Proses ekstraksi dengan cara maserasi pada penelitian ini

dipilih karena alat yang digunakan sederhana dan tanpa pemanasan sehingga

aman untuk sampel yang tidak tahan dengan metode pemanasan. Sampel

dimaserasi dengan menggunakan pelarut metanol karena merupakan pelarut

universal yang dapat melarutkan semua senyawa organik, baik polar maupun

non polar dengan titik didih yang rendah (67°C) sehingga mudah diuapkan

(Verdiana et al., 2018). Maserasi dilakukan selama 3x 24 jam dengan sesekali

diaduk untuk mempercepat dan mengoptimalkan proses penarikan senyawa

pada sampel sehingga akan didapatkan ekstrak yang lebih optimal. Kemudian

untuk mendapatkan ekstrak kental, semua ekstrak yang diperoleh diuapkan

pelarutnya menggunakan alat Rotary evaporator. Alat ini bekerja dengan cara

menguapkan pelarut yang masih terdapat pada hasil ekstrak dengan

menggunakan suhu yang sesuai. Kemudian didapatkan ekstrak kental

sebanyak 99,74 dengan berat awal sampel spons laut adalah sebanyak 4 kg.

Sehingga diperoleh rendemen sebsar 2,49%. Semakin banyak nilai ekstrak

yang dihasilkan maka akan menghasilkan nilai rendemen yang tinggi pula.

Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang

didapat semakin banyak (Engl, 2018).

5
Uji skrining metabolit sekunder dilakukan terhadap ekstrak kental

spons laut untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder secara

kualitatif. Senyawa metabolit sekunder dapat ditentukan dengan mengamati

perubahan warna atau terbentuknya endapan setelah ditambahkan suatu

pereaksi yang spesifik pada setiap uji. Hasil skrining metabolit sekunder

ekstrak kental spons laut (Axinella carteri) menunjukkan hasil positif untuk

senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, steroid, saponin dan menunjukkan hasil

negatif pada senyawa terpenoid. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hanani (2005) yang menunjukkan bahwa esktrak spons

Callyspongia sp. memiliki hasil negatif pada senyawa terpenoid, begitu juga

dengan esktrak spons Lamellodysidea herbacea pada penelitian Rumagit

(2015) yang memiliki hasil negatif pada senyawa terpenoid.

Ekstrak kental spons laut yang didapat kemudian digunakan dalam

pembuatan sediaan topikal berupa krim. Sediaan krim dipilih karena

merupakan salah satu bentuk sediaan yang sering digunakan dalam produk

kosmetika terutama untuk perawatan kulit serta memiliki keuntungan

diantaranya praktis, nyaman digunakan dan mudah menyebar rata. Selain itu

juga tidak lengket dan mudah dicuci dengan air (Yahendri et al., 2012). Krim

yang dibuat adalah krim tipe minyak dalam air (M/A). Pembuatan sediaan

krim dimulai dengan pembuatan formula sediaan vanishing cream sebagai

kontrol negatif. Krim dibuat berdasarkan formula standar vanishing cream

yang telah dimodifikasi (Zulkarya, 2018) yaitu asam stearat yang

dikombinasikan dengan trietanolamin sebagai pengemulsi akan membentuk

5
basis krim, gliserin dan VCO sebagai

5
humektan, setil alkohol sebagai pengental untuk mengatur kekentalan dan

stabilitas pada krim, nipagin sebagai pengawet dan air sebagai pelarut (Rowe

et al., 2009). Pembuatan sediaan krim antioksidan ekstrak spons laut (Axinella

carteri) dilakukan dengan perbandingan konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10%.

Konsentrasi dipilih dari hasil modifikasi beberapa jurnal dimana dengan

konsentrasi tersebut dapat menghasilkan aktivitas antioksidan.

Krim dibuat dengan cara memisahkan menjadi dua kelompok yaitu

fase minyak dan fase air. Fase minyak berupa asam stearat, setil alkohol dan

VCO dileburkan diatas penangas air dengan suhu 70°C. Fase air yaitu

trietanolamin, gliserin, nipagin, dan air suling dilarutkan dalam air panas,

kemudian fase minyak dipindahkan ke dalam lumpang panas. Fase air

ditambahkan secara perlahan perlahan ke dalam fase minyak dengan

pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim. Kemudian ekstrak

yang telah ditimbang ditambahkan sedikit demi sedikit dan digerus homogen.

Selanjutnya juga ditambahkan oleum citri untuk memperbaiki bau dari krim

ekstrak spons laut.

Pada penelitian ini menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif

yang mana merupakan acuan atau pembanding dari sediaan krim ekstrak

spons laut yang dihasilkan apakah memiliki aktivitas antioksidan. Vitamin C

digunakan sebagai pembanding karena memiliki aktivitas antioksidan yang

sangat tinggi (Savira et al., 2017).

Sediaan krim yang telah dibuat dilakukan evaluasi sediaan krim dan

uji aktivitas antioksidannya. Pada evaluasi sediaan dilakukan beberapa uji

5
meliputi

5
uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas dan uji

tipe krim.

Uji organoleptis diamati secara visual dengan mengamati perubahan

bentuk, bau, dan warna pada sediaan krim yang telah dibuat. Pengujian

organoleptis bertujuan untuk mengetahui organoleptis sediaan yang meliputi

warna dan aroma sesuai dengan ekstrak yang digunakan. Hasil pengamatan

organoleptis menunjukkan bahwa keempat formula memiliki bentuk sediaan

semisolid berupa krim dan memiliki bau khas lemon karena penambahan

oleum citri pada formula untuk memperbaiki aroma pada krim ekstrak spons

laut serta menghasilkan warna putih untuk krim kontrol negatif, warna coklat

kekuningan pada konsentrasi 5% (FI), warna coklat pada konsentrasi 7,5%

(FII), dan warna coklat agak gelap pada konsentrasi 10% (FIII). Hal ini

membuktikan bahwa semakin banyak konsentrasi ekstrak yang ditambahkan

maka akan semakin pekat warna coklat pada sediaan krim tersebut.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh bahan

dan zat aktif telah tercampur secara merata. Sediaan dikatakan homogen

apabila pada saat dilakukan pengamatan tidak terlihat adanya butir-butir kasar

(Soedirman, 2009). Pemeriksaan homogenitas pada keempat formula sediaan

krim menunjukkan hasil yang homogen karena tidak terdapat butiran pada

sediaan yang telah dibuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan zat aktif

dalam esktrak spons laut diharapkan dapat terhantarkan secara merata pada

setiap pengolesan krim.

5
Uji pH pada sediaan krim dilakukan untuk melihat tingkat keasaman

sediaan untuk menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Hasil

pengujian pH pada krim esktrak spons laut yaitu pada krim kontrol negatif

senilai 6 sedangkan pada krim konsentrasi ekstrak 5%, 7,5% dan 10%

memiliki nilai pH yang sama yaitu 5. Nilai pH yang terlalu rendah dapat

menyebabkan iritasi, sedangkan pH terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit

bersisik (Anggraini, 2008). pH sediaan krim yang mempengaruhi persyaratan

yaitu 4,5 – 8 (Alfath, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa nilai pH sediaan

krim masih berada pada rentang yang diperbolehkan untuk digunakan pada

kulit.

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui luas area sediaan

yang dapat menyebar dan merata pada saat digunakan sehingga zat aktif lebih

cepat terabsorbsi. Daya sebar yang baik adalah memiliki diameter 5 - 7 cm.

semakin besar daya sebar yang diberikan, maka kemampuan zat aktif untuk

menyebar dan kontak dengan kulit semakin luas (Widyaningrum et al., 2012).

Hasil pengujian daya sebar sediaan krim kontrol negatif (5,62 cm), FI (5,47

cm), FII (5,21 cm) dan FIII (5,10 cm) dimana krim kontrol negatif memilki

nilai yang lebih besar dibandingkan Formula I, II, dan III. Hal ini dikarenakan

pada krim kontrol negatif tidak ada penambahan ekstrak yang membuat krim

semakin pekat.

Perubahan daya sebar pada setiap konsentrasi sediaan krim dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu jumlah konsentrasi zat aktif yang

ditambahkan, cara pengadukan, ukuran partikel dan viskositas. Semakin besar

5
kadar ekstrak yang ditambahkan, konsistensi dari sediaan krim akan semakin

5
pekat dan hal ini berpengaruh terhadap penurunan daya sebar dari sediaan

krim. Cara pengadukan yang berbeda juga dapat mempengaruhi ukuran

partikel dari sediaan. Dengan adanya ukuran partikel yang berbeda maka daya

sebarnya juga akan berbeda. Daya sebar juga dapat dipengaruhi oleh

viskositas krim dimana semakin besar viskositas krim, luas penyebarannya

semakin kecil. Hal ini disebabkan karena semakin besar viskositas krim,

semakin keras krim tersebut sehingga semakin sukar menyebar

(Widyaningrum et al., 2012).

Uji viskositas dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsistensi

kekentalan suatu sediaan krim. Semakin tinggi nilai viskositas suatu sediaan

maka semakin padat sediaan krim tersebut. Nilai viskositas akan berbanding

terbalik dengan nilai daya sebar dimana semakin tinggi nilai viskositas suatu

sediaan maka akan semakin rendah nilai daya sebar sediaan tersebut. Uji

viskositas dilakukan dengan alat viskometer brookfield menggunakan spindle

nomor 4 dan kecepatan 12 rpm. Viskometer brookfield dipilih karena

penggunaanya yang sangat mudah dan sederhana, hanya menggunakan sedikit

sampel namun hasil pengukuran cukup akurat serta tidak memerlukan waktu

yang lama. Hasil yang diperoleh yaitu FI (27.250 cps), FII (32.750 cps) dan

FIII (37.250 cps). Hasil penelitian tersebut menunjukkan sediaan krim FIII

dengan konsentrasi ekstrak 10% memiliki nilai viskositas lebih tinggi

dibandingkan sediaan lainnya. Nilai viskositas yang telah didapat telah

memenuhi persyaratan dimana rentang viskositas sediaan krim menurut SNI

16-4399-1996 yaitu 2.000-50.000 cps.

6
Pengujian tipe krim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi dari

sediaan krim yang telah dibuat. Pengujian ini dilakukan dengan metode

pewarnaan menggunakan metilen blue yang apabila tersebar merata berarti

tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A) (Sanjay, 2012).

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua formula sediaan krim

merupakan tipe krim M/A yang ditandai dengan tersebar meratanya metilen

blue pada krim tanpa adanya bintik-bintik yang terbentuk. Alasan pemilihan

tipe krim minyak dalam air (M/A) ini karena lebih mudah menyebar rata

dipermukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan apabila dicuci

dengan air dibandingkan dengan tipe krim air dalam minyak (A/M).

Dilakukan uji aktivitas antioksidan terhadap krim ekstrak spons laut

(Axinella carteri). Antioksidan diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal

yaitu krim yang lebih praktis dan diharapkan mampu melindungi kulit dari

efek buruk radikal bebas yang disebabkan oleh sinar matahari atau polusi

udara.

Uji aktivitas antioksidan ini dilakukan menggunakan metode

peredaman radikal bebas DPPH (1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Mekanisme

reaksi terjadinya DPPH ini berlangsung melalui transfer elektron. Metode

peredaman radikal DPPH ini dipilih karena pengujiannya sederhana, mudah,

cepat serta tidak memerlukan banyak reagen (Mastuti, 2015).

Reagen DPPH yang bereaksi dengan antioksidan akan mengalami

perubahan warna dari ungu ke kuning, intensitas warna tergantung

kemampuan dari antioksidan. Semakin banyaknya senyawa antioksidan akan

6
menyebabkan

6
semakin besar pula peredaman warna ungu dari DPPH sehingga nilai

absorbansi yang diperoleh semakin kecil (Zuhra, 2008).

Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometri

UV-Vis diawali dengan penentuan panjang gelombang dari radikal bebas

DPPH yang bertujuan untuk menentukan panjang gelombang yang memiliki

absorbansi maksimum dari radikal bebas DPPH. Penentuan panjang

gelombang dengan rentang antara 400-800 nm menunjukkan hasil absorbansi

maksimum DPPH sebesar 515,5 nm. Panjang gelombang DPPH sesuai

dengan panjang gelombang teoritis DPPH yang berkisar antara 515-525 nm,

dimana pada panjang gelombang tersebut diperoleh nilai absorbansi yang

tinggi dan stabil pada larutan DPPH (Marinova & Batchvarov, 2011).

Metode DPPH menggunakan IC50 sebagai parameter yang dapat

didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam

radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC 50 maka aktivitas

peredaman radikal bebas semakin tinggi. Jun et al., menyatakan bahwa tingkat

kekuatan untuk nilai IC50 < 50 ppm adalah sangat kuat , 50-100 ppm adalah

kuat, 101-250 ppm adalah sedang, 250-500 adalah lemah dan IC50 > 500 ppm

adalah sangat lemah.

Hasil yang diperoleh pada pengamatan uji aktivitas antioksidan

sediaan krim kontrol negatif memiliki nilai IC50 sebesar 1370,06 ppm (Tidak

aktif), FI dengan konsentrasi ekstrak 5% memiliki IC 50 sebesar 539,74 ppm

(Sangat lemah), FII dengan konsentrasi ekstrak 7,5% memiliki IC50 sebesar

398,00 ppm (lemah) dan FIII dengan konsentrasi ekstrak 10% memiliki IC 50

6
sebesar 244,14

6
ppm (sedang). Sedangkan untuk vitamin C sebagai kontrol positif

memperoleh nilai IC50 sebesar 5,02 ppm (Sangat kuat). Berdasarkan hasil uji

tersebut, FIII menunjukkan nilai aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan

dengan FI dan FII. Sediaan krim FIII dengan konsentrasi ekstrak sebanyak

10% memiliki IC50 yang tergolong sedang. Sedangkan untuk sediaan krim FI

dengan konsentrasi ekstrak spons sebanyak 5% menunjukkan nilai aktivitas

antioksidan yang tergolong sangat lemah dan FII dengan konsentrasi ekstrak

spons sebanyak 7,5% menunjukkan nilai aktivitas antioksidan yang tergolong

lemah. Ada beberapa penyebab yang diduga dapat mempengaruhi hasil uji

seperti adanya kemungkinan terjadi reaksi antara ekstrak dengan salah satu

komponen dalam sediaan krim, sehingga aktivitas antioksidan sediaan krim

menurun (Noviardi et al., 2019). Penyebab lain yang dapat menyebabkan

penurunan aktivitas antioksidan sediaan krim yaitu karena penyimpanan

ekstrak yang digunakan dalam sediaan krim sudah terlalu lama serta

kemungkinan adanya kesalahan dalam proses pengerjaan pada pembuatan

krim seperti penambahan ekstrak kedalam basis krim yang masih panas

sehingga menyebabkan dekomposisi senyawa antioksidan menjadi bentuk lain

yang berakibat pada penurunan aktivitas antioksidan, hal ini dapat

diminimalisir dengan cara menambahkan ekstrak pada suhu sudah mencapai

35oC (Primadani, 2021).

6
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian formulasi krim dan uji aktivitas antioksidan

ekstrak spons laut (axinella carteri) menggunakan metode dpph (1.1-diphenyl-

2-picrylhydrazyl) dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Krim ekstrak metanol spons laut (Axinella carteri) memiliki aktivitas

antioksidan terhadap DPPH.

2. Krim ekstrak metanol spons laut (Axinella carteri) yang efektif aktivitas

antioksidannya yaitu pada FIII dengan konsentrasi ekstrak 10% memiliki

nilai IC50 sebesar 244,14 ppm yang tergolong memiliki aktivitas antioksidan

sedang.

5.2 Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya mengenai penelitian ini yaitu

perlu dilakukan penambahan jumlah konsentrasi ekstrak spons laut pada

pembuatan sediaan krim dan agar dapat mengembangkan formulasi dengan

memilih zat tambahan krim agar penampilan sediaan krim ekstrak spons laut

yang dihasilkan lebih menarik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Alexander BE, Liebrand K, Osinga R,Gees HGV, Admiraal W, Cleutjens JPM,


Schutte B, Verheyen F, Ribes M, Loon EV, Goeij JM. (2014).
CellTurnover and Detritus Production in Marine Sponges from Tropical
and Temperate Benthic Ecosystems. PLOS ONE International Journal,
9(10): 1 – 11.

Alfath, A. R., (2012), Formulasi Krim Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa
(Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl.) Dengan Basis A/M Dan M/A,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Amirlak, B. (2015). Skin Anatomy: Overview, Epidermis, Dermis. Medscape:


http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview

Anggraini, W. (2008).“Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium


guajava Linn.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar”. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Azhara, N. K. (2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Jakarta : FlashBooks.

Blunt, J.W., Copp, B.R., Keyzers, R.A., Munro, M.H.G., and Prinsep, M.R. (2012).
Marine natural products. Nat. Prod. Rep. 29: 144–222, and previous reports
in this series.

Candra, N., Setiawan, E., Febriyanti, A., Farmasi, A., & Indonesia, P. (2017).
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi Umbi Eleutherine
Palmifolia (L.) Merr Dengan Metode DPPH (The Antioxidant Activity Of
Extract and Factions Eleutherine Palmifolia (L.) Merr Bulbs By Dpph
Method). Journal of Current Pharmaceutical Sciences, 1(1), 1–5.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat cetakan pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan
republik Indonesia.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Depkes RI.

Diani, M.N, Swantara.D.M, Mahardika. G.I. (2015). Aktivitas Antikanker Isolat


Toksik Dari Ekstrak Metanol, Spons Genus HalicionaGrant, 183 Terhadap
Sel Hela. Bali: Cakra Kimia

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia (Edisi III). Jakarta: Depkes RI.

6
Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia (Edisi V). Jakarta: Depkes RI.

Engl, S. L. (2018). Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut. 4(1), 79–83. Samarinda :
Akademi Farmasi Samarinda.

Gandjar, I. G. dan A. R. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Universitas


Gadjah Mada.

Gozali Dalih, Abdassah Marline, Subghan Anang, L. A. S. (2009). Formulasi Krim


Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabirsurya Nanopartikel Zink Oksida
Salut Silikon. Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran.

Gurning Trianti Eliska Helen. (2016). Formulasi Sediaan Losio Dari Ekstrak Kulit
Buah Nanas (Ananas Comosus L. (Merr)) Sebagai Tabir Surya. Manado:
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT

Hainil, S., Sunardi, F. N., Wahyuni, F. S., Science, H., & Bunda, M. (2019).
Proceeding of ICPSP | ISBN : 978-602-50854-1-3 Antioxidant Activity of
Red Dragon Fruit ( Hylocereus polyrhizus ) and White Dragon Fruit (
Hylocereus undatus ) Proceeding of ICPSP | ISBN : 978-602-50854-1-
3. 58–62.

Hanani, E, Mun’im A, Sekarini, R. (2005). Identifikasi senyawa antioksidan dalam


spons Callyspongia sp. Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian. II (3): 127-133.

Hanani. (2015). Analisis fitokimia. Buku Kedokteran EGC.

Handayany, Gemy Nastity and Umar, Irna and Ismail, Isriany (2018) Formulasi dan
Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Daun Botto'-Botto'
(Chromolaena Odorata L.) dengan Metode DPPH. Jurnal Kesehatan, 11
(2). pp. 86-90. ISSN p-ISSN : 2086-2555, e-ISSN : 2622-7363

Hapsari, K. (2018). Jurnal 2 Unut. Perbandingan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Etanol Kapsul Daun Binahong Yang Berada Di Pasar - Pasar Brebes.

Harahap. (2000). Anatomi dan Fungsi Kulit. Dalam Marwali Harahap: Ilmu Penyakit
Kulit (Edisi 1). Jakarta: Hipocrates. Hal 1-3

6
Hooper, J. N. A., Kennedy, J. A., & Van Soest, R. W. M. (2000). Annotated checklist
of sponges (Porifera) of the South China Sea region. The raffles bulletin of
zoology, 8, 125-207.

Idiawati, N., Destiarti, L., Kimia, P. S., & Tanjungpura, U. (2015). Uji Aktivitas
Antioksidan , Total Fenol Dan Toksisitas Dari Ekstrak Daun Dan Batang
Lakum ( Cayratia trifolia ( L ) Domin ). 3(3).

Jayanti, R.T. (2011). Pengaruh Ph, Suhu Hidrolisis Enzim A-Amilase dan
Konsentrasi Ragi Roti untuk Produksi Etanol Menggunakan Pati Bekatul.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Jones, A. C., Blum, J. E., & Pawlik, J. R. (2005). Testing for defensive synergy in
Caribbean sponges: Bad taste or glass spicules? Journal of Experimental
Marine Biology and Ecology, 322(1), 67–81

Jun M, Fu HY, Hong J, Wang X, Yang CS, Ho CT, (2006), Comparison of


antioxidant activities of isoflavones from kudzu root (Pueraria lobate
ohwi). J of Food Science. 2117-22

Juwita, Anisa Puspa; Paulina V.Y. Yamlean; Hosea Jaya Edy. (2013). Formulasi
Krim Ekstrak Etanol Daun Lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat, Vol.2(No 02).

Kalangi, S. J. (2013). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik, 5(3), 12–20.

Kesuma, Y. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang : Universitas Andalas

Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. dan Kurniadi, B. (2008). Buku ajar
fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA
Universitas Airlangga.

Kuncahyo, I. (2007). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa


Bilimbi, L.) Terhadap 1, 1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar
Nasional Teknologi, 1–9.

Kusumawati, E., Apriliana, A., Yulia, R., & Samarinda, A. F. (2017). Kemampuan
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka ( Atrocarpus Heterophyllus
Lam.) Terhadap Escherichia Coli. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(7), 327–
332.

6
Luliana, S,. Susanti, R., Agustina, E. (2017). Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Air
Herba Ciplukan (Physalis Angulata L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus
norvegicus L.) Jantan Galur Wistar yang diinduksi Karagenan. . . Majalah
Obat Tradisional, 22(3), 199–205.

Marinova, G., & Batchvarov, V. (2011). methods DPPH. Bulgarian Journal of


Agricultural Science, 17(1), 11–24.

Marzuki, Ismail. (2018). Eksplorasi Spons Indonesia. Nas Media Pustaka : Makassar

Mastuti, R. (2015). Skrining fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Bunga Celosia. BioWallacea. Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi, 2(3).

Mayefis, D., Hainil, S., & Kurniawan, A. (2020). Formulation and stability test of
cream ethanol extract senduduk leaves (Melastoma malabatricum l.) on
burn healing of male white mice. International Journal of Research in
Pharmaceutical Sciences, 11(4), 7973–7979.

Mehbub, M. F., Lei, J., Franco, C., & Zhang, W. (2014). Marine Sponge Derived
Natural Products between 2001 and 2010: Trends and Opportunities for
Discovery of Bioactives. 4539–4577.

Mescher AL. (2010). Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw
Hill Medical.

Mustikaningrum, M. (2015). Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Genesys-20


Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza). Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponorogo,
Semarang

Noviardi, H., Ratnasari, D., & Fermadianto, M. (2019). Formulasi Sediaan Krim
Tabir Surya dari Ekstrak Etanol Buah Bisbul (Diospyros blancoi). Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 17(2), 262.

Prabandari, R. (2019). Formulasi dan uji stabilitas sediaan lulur dari rimpang kunyit
(Curcuma longa linn). Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan Dan
Keperawatan, 10(2), 52–58.

Prakash. (2001). Antioxidant Activity Medallion Laboratories Analitical Progres.


Minnesota, 19(2), 3.

7
Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., & Pramono, S. (2016). Ethanol Extract, Ethyl
Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, and n-Heksan Fraction
Mangosteen Peels (Garcinia mangostana L.) As Source of Bioactive
Substance Free- Radical Scavengers. JPSCR : Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 1(2), 71.

Primadani, S. (2021). Optimasi Asam Stearat dan Triethanolamine pada Sediaan


Krim Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Metode
Desain Faktorial. 3(2), 6.

Purgiyanti, Purba, A. V., & Winarno, H. (2019). Penentuan Kadar Fenol Total Dan
Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Herba Pegagan (Centella
asiatica
L. Urban) Dan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff.) Boerl.).
Jurnal Ilmiah Farmasi, 8(2), 40–45.

Raymond, R. C. S. D. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th. Revue Des


Nouvelles Technologies de l’Information, E.28, 257–262.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M. . (2009). Handbook of Pharmaceutical


Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Hal. 75, 155,
243, 290

Rumagit, Hanna M, Max R.J. Runtuwene, Sri Sudewi. (2015). Uji Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Spons Lamellodysidea herbacea.
Fakultas MIPA UNSRAT Manado.

Sanjay, B., Singla, D., and S. N. (2012). Stability testing of pharmaceutical products.
Journal of Applied Pharmaceutical Science, 2(3), 129–138.

Savira, F., Suharsono, Y., Tamrat, W., Pasimeni, F., Pasimeni, P., Kecerdasan, I.,
Ikep, P., Shahan, A., Jahan, F., Samuels, R., Group, W. B., Charles, L.
E.,Smoke, P., Simplice, A., Libâneo, J. C., Lindblom, C. E., Bilney, C.,
Pillay, S.,LEMES, S. de S. (2017). Formulasi dan Uji Aktivitas
Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima L.)
dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Journal of
Chemical Information and Modeling, 21(2), 1689–1699.

SNI 16-4399-1996. Sediaan Krim. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Sediaoetamo, A. (2007). Ilmu Gizi. Dian Rakyat, Jakarta.

7
Soedirman , Ika Yuni Astuti, K. (2009). Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik
Dan Iritasi Primer Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb).
Jurnal Pharmacy, 06(1), hal. 45-57.

Suhartati, T. (2017). Dasar-Dasar Spektrofotometri Uv-Vis Dan Spektrometri Massa


Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. 148, 148–162.

Suriana, dan Muliyawan, D. N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo 14, 16 – 17, 21 – 25, 141 – 142, 312.

Susanti, L., Kusmiyarsih, P., Farmasi, F., & Budi, U. S. (2012). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Krim Ekstrak Etanolik Daun Bayam Duri ( Amaranthus Spinosus
L .) Formulation And Stability Test Of Thorny Spinach ( Amaranthus
Spinosus L .) Leaves Ethanolic Extract Cream.

Thakre, A. D. (2017). Formulation and Development of De Pigment Serum


Incorporating Fruits Extract. International Journal of Innovative Science
and Research Technology, 2(12), 330–382.

Umayah, E., Amran, M. (2007). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Dan Ekstrak
Metanol Beberapa Varian Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.).Jember:
Berk Penel.

Verdiana, M., Widarta, I. W. R., Gede, I. D., & Permana, M. (2018). Gelombang
Ultrasonik Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Lemon
( Citrus limon ( Linn .) Burm F .). 7(4), 213–222.

Werdhasari. (2014). Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biomedik Medisiana


Indonesia, 3(2), 59–68.

Widi, Y., Asbanu, A., Wijayati, N., & Kusumo, E. (2019). Identifikasi Senyawa
Kimia Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Uji Aktivitas
Antioksidannya dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1- Pikrilhidrasil).
Indonesian Journal of Chemical Science, 8(3), 153–160.

Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., & Ekawati, S. K. (2012). Pengaruh


Konsentrasi Ekstrak Etanolik Daun Teh Hijau ( Camellia sinesis L .) dalam
Sediaan Krim terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri. 4, 147–156.

Widyastuti, N. (2010). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Cuprac,


DPPH, dan Frap serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam

7
Tanaman. Skripsi Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, 1–23.

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta : D-Medika

Wijaya, D. P., Paendong, J. E., & Abidjulu, J. (2014). Skrining Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antioksidan dari Daun Nasi (Phrynium capitatum) dengan Metode
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Jurnal MIPA, 3(1), 11.

Williams, Dudley H. (2013). Metode Spektroskopi Dalam Kimia Organik. Alih


bahasa, Lolita, July Manurung, Winny Riviani Syarief; editor, Hafshah
Nurul Afifah. Ed. 6. Jakarta: EGC

Winarti, S. (2010). Makanan Fungsional. Kaisius :Yogyakarta

Yahendri, dan Yenny, S.W. (2012). Berbaagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam
Dermatologi. CDK-194, 39(6), 423 – 430.

Zuhra, cut fatimah. (2008). Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk ( Sauropus
androgunus ( L ) Merr .). 3(1), 10–13.

Zulkarya, L. G., & Hastuti, E. D. (2018). Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Rumput Laut Coklat (Padina Australis) Dan Uji Aktivitas Antioksidan
Menggunakan Dpph. Cendekia Journal Of Pharmacy. Https://Doi.Org/10.
31596/Cjp.V2i1.20

7
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak

Pengambilan sampel spons laut

Sampel dibersihkan, ditimbang dipotong- potong berbentuk dadu/kubus

Pembuatan ekstrak spons laut

el di maserasi dengan pelarut metanol selama 3 x 24 jam sambil diaduk sesekali


Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Saponin
Skrining Fitokimia
Ditimbang Uji Tanin
Uji Terpenoid dan steroid

Didapatkan
Hasil maserat dipekatkan Ekstrak
dengan Rotarykental
evaporator

Gambar 6. Skema Pembuatan Ekstrak Spons Laut

7
Lampiran 2. Skema Pembuatan Krim

Ditimbang semua bahan

Fase Air
Fase Minyak Trietanolamin (TEA), gliserin,
Asam stearat, setil alkohol dan VCO nipagin, dan air suling

Dilebur pada suhu 70oC Dilarutkan dalam air panas

Fase minyak dicampur kedalam fase air

Ditambahkan ekstrak spons


laut (Axinella
Digerus carteri)
hingga homogen
dengan konsentrasi 5%,
Sediaan krim
7,5%, 10%
Evaluasi sediaan krim
Gambar 7. Skema Pembuatan Krim

7
Lampiran 3. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim

Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim

Pembuatan pereaksi DPPH 2,2-Diphenyl-1- Pickrylhydrazyl Pengujian aktivitas antioksidan sediaan


Pembuatan larutan
pembanding vit C

Masing-masing
bang 1,97 mg dilarutkan dalam 50 ml metanol, diperolehDitimbang formula
konsentrasi 1 0,1
mgmMkrim
vit ditimbang sebanyak 50 mg dilarutkan dalam 50 m
C dilarutkan dalam
10 ml metanol
(100 ppm).
Dibuat deret dalam
beberapa
konsentrasi
ntuan panjang gelombang maksimum DPPH 2,2-Diphenyl-1- Picrylhydrazylyaitu 2,
4, 6, 8 dan 10 ppm Kemudian dibuat beberapa
seri konsentrasi 50, 100,
150, 200 dan 250 ppm

Pipet 0,5 ml larutan


vit C + 2 ml DPPH
Pipet 2 ml larutan DPPH + 2 ml Masing-masing konsentrasi
(0,1 mM), divortex
metanol, divortex dan biarkan selama 30 menit ditempat gelap. selama dipipet 2 ml + 2 ml DPPH
dan biarkan
Ukur serapan pada panjang gelombang 400-800 nm (0,1 mM) kedalam tabung
30 menit ditempat
reaksi. divortex dan biarkan
gelap. Lalu diukur
selama 30 menit ditempat
absorbansinya
gelap

Diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang
Analisa Data gelombang maksimum yang
diperoleh.

Gambar 8. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim

7
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen

1. Ekstrak kental terhadap sampel kering

Berat ekstrak
% Rendemen = Berat awal
sampel × 100 %
99,74
% Rendemen =
gram × 100 %
4000 gram

% Rendemen = 2,49%

7
Lampiran 5. Skrining Metabolit Sekunder

Tabel 3. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak Kental Spons Laut

Senyawa
Reagen Keterangan Hasil Gambar
Kimia

Mayer Endapan kuning/


+
putih

Alkaloid

Dragendorf Endapan jingga/


+
merah

Wilsater
(0,05 Serbuk Perubahan warna
Flavonoid +
Mg + 10 tetes menjadi kuning
HCl Pekat)

Perubahan warna
Fenolik FeCl3 1% menjadi hijau +
kehitaman

7
Steroid Lieberman – Hijau kebiruan +
Burchard
(Asam Asetat +
H2SO4 Pekat) Tidak ada
Terpenoid -
perubahan

Aquadest panas,
Terbentuk busa
Saponin kocok + HCL +
stabil
2N

7
Lampiran 6. Evaluasi Uji Organoleptis Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 4. Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim

Formula Warna Bentuk Bau


Basis Krim Putih Semisolid / Krim Khas lemon
5% Coklat kekuningan Semisolid / Krim Khas lemon
7,5% Coklat Semisolid / Krim Khas lemon
10% Coklat agak gelap Semisolid / Krim Khas lemon

Gambar 9. Pemeriksaan Organoleptis Krim

8
Lampiran 7. Evaluasi Uji Homogenitas Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Krim

Formula Hasil
Basis Krim Homogen ( Tidak terdapat butiran kasar )
5% Homogen ( Tidak terdapat butiran kasar )
7,5 % Homogen ( Tidak terdapat butiran kasar )
10 % Homogen ( Tidak terdapat butiran kasar )

F0 (-)FI 5%FII 7,5%FIII 10%

Gambar 10. Pemeriksaan Homogenitas Krim

8
Lampiran 8. Evaluasi Uji pH Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 6. Hasil Uji pH Sediaan Krim

Formula Hasil
Basis Krim 6
5% 5
7,5 % 5
10 % 5

F0 (-) FI 5% FII 7,5% FIII 10%

Gambar 11. Pemeriksaan pH Krim

8
Lampiran 9. Evaluasi Uji Daya Sebar Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 7. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Krim

Formula Hasil
Basis Krim 5,62 cm
5% 5,47 cm
7,5 % 5,21 cm
10 % 5,10 cm

F0 FI FII FIII
Kontrol (-) Ekstrak 5% Ekstrak 7,5% Ekstrak 10%

Gambar 12. Pemeriksaan Daya Sebar Krim

8
Lampiran 10. Evaluasi Uji Viskositas Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 8. Hasil Uji Viskositas Sediaan Krim

Formula Hasil Waktu


Basis Krim 26.500 cps 60 detik
5% 27.250 cps 60 detik
7,5 % 32.750 cps 60 detik
10% 37.250 cps 60 detik

F0 (-) FI 5% FII 7,5% FIII 10%

Gambar 13. Pemeriksaan Viskositas Krim

8
Lampiran 11. Evaluasi Uji Tipe Krim Ekstrak Spons Laut

Tabel 9. Hasil Uji Tipe Sediaan Krim

Formula Hasil Tipe Krim


Basis Krim Metilen blue tersebar merata M/A
5% Metilen blue tersebar merata M/A
7,5 % Metilen blue tersebar merata M/A
15 % Metilen blue tersebar merata M/A

Metilen Blue

FI 5% FII 7,5% FIII 10% F0 (-)

Gambar 14. Pemeriksaan Tipe Krim

8
Lampiran 12. Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Berbagai Konsentrasi

Tabel 10. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Krim Berbagai Konsentrasi

Sediaan Persamaan Regresi IC50 (ppm)

Vitamin C y = 7,734x +11,146


5,02
(Kontrol Positif) R² = 0,9611

F0 y = 0,0308x + 7,8022
1370,06
(Kontrol Negatif) R² = 0,927

y = 0,0962x -1,9231
FI (5%) 539,74
R² = 0,989

y = 0,1121x + 5,3846
FII (7,5%) 398,00
R² = 0,9205

y = 0,2124x -1,8544
FIII (10%) 244,14
R² = 0,9906

8
Lampiran 13. Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Ekstrak Spons Laut
Tabel 11. Hasil Uji Antioksidan Vitamin C

Konsentrasi Absorban Peredaman Persamaan IC50


Absorbansi
(ppm) DPPH (%) Regresi Linear (ppm)
2 0,503 30,90%
4 0,457 37,22%
y = 11,154 + 7,734x
6 0,298 0,728 59,06% 5,02
R² = 0,9611
8 0,237 67,44%
10 0,050 93,13%

1. Perhitungan %inhibisi Vitamin C

Abs. Kontrol – Abs. Sampel


%inhibisi = X 100%
Abs. Kontrol

0,728 – 0,503
%inhibisi 2 ppm = X 100%
0,728
= 30,90%

0,728 – 0,457
%inhibisi 4 ppm = X 100%
0,728
= 37,22%

0,728 – 0,298
%inhibisi 6 ppm = X 100%
0,728
= 59,06%

0,728 – 0,237
%inhibisi 8 ppm = X 100%
0,728
= 67,44%

0,728 – 0,050
%inhibisi 10 ppm = X 100%
0,728
= 93,13%

8
VITAMIN C
100,00
93,1 3
90,00
80,00
70,00 67,4 5
60,00 59,0 7
50,00
%INHIB
40,00 3 7,23
30,00
20,00 30,9 1 y = 11,15 4 + 7,734x
10,00 R² =0,9611
0,00

024 6 8 10 12
KONSENTRASI

Gambar 15. Kurva Kalibrasi Vitamin C

2. Perhitungan IC50 Vitamin C

y = a + bx

y = 11,154 + 7,734x

50 = 11,154 + 7,734x

50 – 11,154 = 7,734x

x = 5,02 ppm

8
Tabel 12. Hasil Uji Antioksidan Krim Kontrol Negatif

Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi


Absorbansi IC50
(ppm) DPPH (%) Linear
50 0,656 9,89%
100 0,655 10,03%
150 0,634 12,91% y = 7,8022 + 0,0308x 1370,06
0,728
R² = 0,927
200 0,631 13,32%
250 0,612 15,93%

1. Perhitungan %inhibisi Krim Kontrol Negatif

Abs. Kontrol – Abs. Sampel


%inhibisi = X 100%
Abs. Kontrol

0,728 – 0,656
%inhibisi 50 ppm = X 100%
0,728
= 9,89%

0,728 – 0,655
%inhibisi 100 ppm = X 100%
0,728
= 10,03%

0,728 – 0,634
%inhibisi 150 ppm = X 100%
0,728
= 12,91%

0,728 – 0,631
%inhibisi 200 ppm = X 100%
0,728
= 13,32%

0,728 – 0,612
%inhibisi 250 ppm = X 100%
0,728
= 15,93%

8
F0 KRIM KONTROL NEGATIF
18,00
16,00 15,93
14,00
12,91 13,32
12,00
10,00
9,89 10,03
8,00
%INHIB
6,00
y = 7,8022 + 0,0308x
4,00
R² = 0,927
2,00
0,00

0 50 100 150 200 250 300


KONSENTRASI

Gambar 16. Kurva Kalibrasi Krim Kontrol Negatif

2. Perhitungan IC50 Krim Kontrol Negatif

y = a + bx

y = 7,8022 + 0,0308x

50 = 7,8022 + 0,0308x

50 – 7,8022 = 0,0308x

x = 1370,06 ppm

9
Tabel 13. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 5%

Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi


Absorbansi IC50
(ppm) DPPH (%) Linear
50 0,702 3,57%
100 0,681 6,46% y = -1,9231 + 0,0962x
150 0,636 0,728 12,64% R² = 0,989 539,74
200 0,597 17,99%
250 0,569 21,84%

1. Perhitungan %inhibisi Krim Ekstrak 5%

Abs. Kontrol – Abs. Sampel


%inhibisi = X 100%
Abs. Kontrol

0,728 – 0,702
%inhibisi 50 ppm = X 100%
0,728
= 3,57%

0,728 – 0,681
%inhibisi 100 ppm = X 100%
0,728
= 6,45%

0,728 – 0,636
%inhibisi 150 ppm = X 100%
0,728
= 12,64%

0,728 – 0,597
%inhibisi 200 ppm = X 100%
0,728
= 17,99%

0,728 – 0,569
%inhibisi 250 ppm = X 100%
0,728
= 21,84%

9
F3 KRIM EKSTRAK 5%
30,00

25,00
21,84
17,99
20,00
%INHIB
12,64
15,00

10,00 6,46 y = -1,9231 + 0,0962 x


3,57 R² = 0,989
5,00

0,00 0 50 100 150 200 250 300


KONSENTRASI

Gambar 17. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 5%

2. Perhitungan IC50 Krim Ekstrak 5%

y = a + bx

y = -1,9231 + 0,0962x

50 = -1,9231 + 0,0962x

50 + 1,9231 = 0,0962x

x = 539,74 ppm

9
Tabel 14. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 7,5%

Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi


Absorbansi IC50
(ppm) DPPH (%) Linear
50 0,632 13,19%
100 0,610 16,21% y = 5,3846 + 0,1121x
150 0,586 0,728 19,51% R² = 0,9205 398,00
200 0,542 25,55%
250 0,462 36,54%

1. Perhitungan %inhibisi Krim Ekstrak 7,5%

Abs. Kontrol – Abs. Sampel


%inhibisi = X 100%
Abs. Kontrol

0,728 – 0,632
%inhibisi 50 ppm = X 100%
0,728
= 13,19%

0,728 – 0,610
%inhibisi 100 ppm = X 100%
0,728
= 16,21%

0,728 – 0,586
%inhibisi 150 ppm = X 100%
0,728
= 19,51%

0,728 – 0,542
%inhibisi 200 ppm = X 100%
0,728
= 25,55%

0,728 – 0,462
%inhibisi 250 ppm = X 100%
0,728
= 36,54%

9
F3 KRIM EKSTRAK 7,5%
40,00 36,54
35,00
30,0025,55

25,00 19,51
%INHIB

20,00 16,21
15,00 13,19
y = 5,3846 + 0,1121x
10,00R² = 0,9205
5,00
0,00

050100 150 200 250 300


KONSENTRASI

Gambar 18. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 7,5%

2. Perhitungan IC50 Krim Ekstrak 7,5%

y = a + bx

y = 5,3846 + 0,1121x

50 = 5,3846 + 0,1121x

50 - 5,3846 = 0,1121x

x = 398,00 ppm

9
Tabel 15. Hasil Uji Antioksidan Krim Ekstrak 10%

Konsentrasi Absorbansi Peredaman Persamaan Regresi


Absorbansi IC50
(ppm) DPPH (%) Linear
50 0,671 7,83%
y = -1,8544 + 0,2124x
100 0,587 19,37% R² = 0,9906
150 0,490 0,728 32,69% 244,14
200 0,444 39,01%
250 0,356 51,10%

1. Perhitungan %inhibisi Krim Ekstrak 10%

Abs. Kontrol – Abs. Sampel


%inhibisi = X 100%
Abs. Kontrol

0,728 – 671
%inhibisi 50 ppm = X 100%
0,728
= 7,83%

0,728 – 0,587
%inhibisi 100 ppm = X 100%
0,728
= 19,37%

0,728 – 0,490
%inhibisi 150 ppm = X 100%
0,728
= 32,69%

0,728 – 0,444
%inhibisi 200 ppm = X 100%
0,728
= 39,01%

0,728 – 0,356
%inhibisi 250 ppm = X 100%
0,728
= 51,10%

9
KRIM EKSTRAK 10%
70,00

60,00
51,10

50,00
%INHIB 39,01
32,69
40,00
19,37
30,00
y = - 1,85 44 + 0,2124x
7,83 R² = 0,9906
20,00

10,00 0 50 100 150 200 250 300


KONSENTRASI
0,00

Gambar 19. Kurva Kalibrasi Krim Ekstrak 10%

2. Perhitungan IC50 Krim Ekstrak 10%

y = a + bx

y = -1,8544 + 0,2124x

50 = -1,8544 + 0,2124x

50 + 1,8544 = 0,2124x

x = 244,14 ppm

9
Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan

DPPH 0,1 mM

Gambar 20. Larutan Stok DPPH 0,1 mM

Vitamin C

Gambar 21. Larutan Stok Vitamin C

F0 F1 F2 F3

Gambar 22. Larutan Stok Sediaan Krim F0, F1, F2 dan F3

9
2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm

Gambar 23. Larutan Uji Vitamin C ditambah DPPH 0,1 mM

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 24. Larutan Uji Kontrol Negatif ditambah DPPH 0,1 mM

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 25. Larutan Uji Krim Ekstrak 5% ditambah DPPH 0,1 mM

9
50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 26. Larutan Uji Krim Ekstrak 7,5% ditambah DPPH 0,1 mM

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm

Gambar 27. Larutan Uji Krim Ekstrak 10% ditambah DPPH 0,1 mM

Anda mungkin juga menyukai