Ringkasan Sistem Imun - Kelompok 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN IMUNOLOGI

SISTEM IMUN

Dosen Pengampu : Ni Made Raningsih, S.Pd., M.Si

OLEH :

Gede Budiman (20089016004)

Komang Wisnu Satria Pranata (20089016019)

Zulfan Akshani Taqwim (20089016021)

Made Edi Putra Darsika (20089016024)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2022
i
SISTEM IMUN

1.1 Sistem Imun Non Spesifik


Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan
memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang
sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan
tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak
ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak
lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh
terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit,
epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim,
IgA, pH asam lambung. Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen,
interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan
dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak
hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang
dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag
yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas
sebagai respons terhadap infeksi virus. Peningkatan kadar Creactive protein dalam
darah dan Mannan Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen
terjadi saat mengalami infeksi akut. Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear
serta sel Natural Killer dan sel mast berperan dalam sistem imun non spesifik selular.
Neutrofil, salah satu fagosit polimorfonuklear dengan granula azurophilic yang
mengandung enzyme hidrolitik serta substansi bakterisidal seperti defensins dan
katelicidin. Mononuklear fagosit yang berasal dari sel primordial dan beredar di sel
darah tepi disebut sebagai monosit. Makrofag di sistem saraf pusat disebut sebagai sel
mikroglia, saat berada di sinusoid hepar disebut sel Kupffer, di saluran pernafasan
disebut makrofag alveolar dan di tulang disebut sebagai osteoklas. Sel Natural Killer
merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan
sel tumor. Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam
usus serta invasi bakteri.

1
1.2 Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang
dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan
terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan
ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun
spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki
perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh
Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a. Pertahanan Spesifik Seluler
Pertahanan spesifik seluler adalah pertahanan tubuh yang menyerang antigen yang
telah menginfeksi sel tubuh. Aktor utama yang terlibat adalah limfosit T. Limfosit
T dibentuk di sumsum tulang, namun dimatangkan di kelenjar timus
Jenis-jenis Limfosit T:
1. Limfosit T sitotoksik → menghancurkan sel yang terinfeksi antigen
2. Limfosit T helper → mengaktivasi limfosit T sitotoksik
3. Limfosit T memori → mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh

Untuk dapat bekerja, sel T helper perlu diaktivasi oleh APC (Antigen Presenting
Cell). APC berfungsi menyajikan fragmen antigen di permukaan selnya. Ketika
fragmen antigen ini berikatan dengan reseptor sel T helper, maka sel T helper
akan teraktivasi. Sel T helper yang sudah teraktivasi kemudian dapat mengaktivasi
sel T sitotoksik. Sel T sitotoksik lalu akan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Bersamaan dengan itu, ketika sel T helper maupun sel T sitotoksik teraktivasi,
sebagian akan berubah menjadi sel T memori yang akan mengingat antigen untuk
mempercepat respons pertahanan spesifik seluler.

2
b. Pertahanan Spesifik Humoral
Pertahanan spesifik humoral adalah pertahanan tubuh yang menyerang antigen
yang ada di cairan tubuh (darah dan cairan limfa). Aktor utama yang berperan
adalah limfosit B. Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sumsum tulang
belakang. Limfosit B dapat diaktivasi langsung oleh antigen untuk berubah
menjadi sel B plasma dan sel B memori. Sel B plasma berfungsi untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang berfungsi mengikat dan
menonaktifkan antigen. Tiap antibodi hanya bisa mengikat antigen yang spesifik.
Sel B memori berfungsi untuk mengingat antigen sehingga mempercepat produksi
antibodi

1.3 Sifat- Sifat Umum Respon Imun


Respon imun humoral dan seluler (respon imun spesifik) terhadap semua
antigen mempunyai sifat-sifat pokok, yaitu : spesifisitas, diversitas, memori, self
regulation, dan diskriminasi self dari non self.
1. Spesifisitas : Respon imun spesifik untuk antigen yang berbeda. Sebenarnya,
respon imun adalah spesifik untuk komponen dengan struktur yang berbeda, yang
sebagian besar merupakan senyawa protein dan polisakarida. Bagian dari antigen
yang secara spesifik dapat dikenali limfosit adalah epitop atau determinan
antigenic. Spesifisitas dapat terjadi, karena limfosit B dan T mengekspresikan
reseptor membran yang membedakan diantara antigen yang berbeda. Limfosit
spesifik antigen, berkembang tanpa stimulasi antugenik, sehingga klon sel dengan
reseptor antigen dan spesifisitas yang berbeda, tersedia dalam individu non-
imunisasi untuk mengenal dan merespon terhadap antigen asing. Konsep ini
merupakan dasar dari hipotesis seleksi klonal, yang akan didiskusikan lebih lanjut
dalam bab lain.
2. Diversitas : Jumlah total spesifisitas antigenik limfosit secara individual, disebut
penyajian limfosit, sangat besar. Diperkirakan bahwa, sistem imun mamalia dapat
membedakan paling tidak determinan antigenik.
3. Memori : Paparan sistem imun terhadap antigen asing meningkatkan kemampuan
untuk merespon lagi antigen yang sama. Jadi, respon kedua dan selanjutnya
terhadap paparan antigen yang sama, yang disebut respon imun sekunder,

3
biasanya lebih cepat, lebih besar, dan seringkali secara kualitatif berbeda dari
yang pertama, atau primer. Sifat ini disebut memori imunologik.
4. Self Regulation : Semua respon imun normal menyusut dengan waktu setelah
stimulasi antigenik. Ada beberapa alasan mengapa respon imun membatasi dirinya
sendiri.
a. Pertama dan mungkin terpenting, bahwa respon imun diinduksi oleh antigen
dan fungsinya adalah untuk mengeliminasi antigen tersebut.
b. Limfosit membentuk fungsinya untuk waktu yang singkat setelah stimulasi
antigenik, setelah itu sel akan diam, berkembang menjadi sel memori, atau
menjadi sel yang hidupnya pendek.
c. Antigen dan respon imun terhadap antigen, menstimulasi sejumlah mekanisme
yang sifat utamanya adalah pengaturan balik dari respon itu sendiri
d. Diskriminasi self dan non self. Salah satu sifat sistem imun yang baik sekali, adalah
kemampuannya untuk membedakan antara antigen asing dengan antigen self. Jadi,
limfosit setiap individu mempunyai kemampuan untuk mengenal dan merespon
beberapa antigen asing, tetapi secara normal tidak respon terhadap antigen yang ada
dalam individu tersebut. Imunologik yang nonresponsif ini dinamakan toleran.
1.4 Mekanisme Sistem Imun Humoral Dan Seluler
a. Mekanisme sistem imun humoral
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.
Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk
klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu
jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini
akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang
dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut.
Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan
limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC
maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody.
Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-
supresor), sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
b. Mekanisme sistem imun seluler

4
Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak
secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau
oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan
respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang
disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau
antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II
yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang
dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub
populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan
melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan
mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma
interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, K. A., Lichtmant, A.H., Pillai, S. 2012. Cellular and Molecular Immunologi.
Seventh ed. Philadelphia : W B Saunders Company
Naga, M. A. (2014). Bagian iii immunologi bab 11. Revisi, 1–90.
Roitt, I. M. 2002. Essential Immunology Edisi 8. Jakarta; Penerbit Widya Medika
Suardana, I. B. K. 2017. Diktat Imunologi Dasar Sistem Imun.
Http://Simdos.Unud.Ac.Id, 1–36. Fakultad Kedokteran Hewan Universitas
Udayana Denpasar
pendahuluan-11-kedudukan-dan-reran-imunologi_compress.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/2/Josephine_Rahma_G2A009055_BabIKTI.pdf

Anda mungkin juga menyukai