Ringkasan Sistem Imun - Kelompok 2
Ringkasan Sistem Imun - Kelompok 2
Ringkasan Sistem Imun - Kelompok 2
SISTEM IMUN
OLEH :
2022
i
SISTEM IMUN
1
1.2 Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang
dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan
terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan
ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun
spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki
perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh
Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a. Pertahanan Spesifik Seluler
Pertahanan spesifik seluler adalah pertahanan tubuh yang menyerang antigen yang
telah menginfeksi sel tubuh. Aktor utama yang terlibat adalah limfosit T. Limfosit
T dibentuk di sumsum tulang, namun dimatangkan di kelenjar timus
Jenis-jenis Limfosit T:
1. Limfosit T sitotoksik → menghancurkan sel yang terinfeksi antigen
2. Limfosit T helper → mengaktivasi limfosit T sitotoksik
3. Limfosit T memori → mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh
Untuk dapat bekerja, sel T helper perlu diaktivasi oleh APC (Antigen Presenting
Cell). APC berfungsi menyajikan fragmen antigen di permukaan selnya. Ketika
fragmen antigen ini berikatan dengan reseptor sel T helper, maka sel T helper
akan teraktivasi. Sel T helper yang sudah teraktivasi kemudian dapat mengaktivasi
sel T sitotoksik. Sel T sitotoksik lalu akan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Bersamaan dengan itu, ketika sel T helper maupun sel T sitotoksik teraktivasi,
sebagian akan berubah menjadi sel T memori yang akan mengingat antigen untuk
mempercepat respons pertahanan spesifik seluler.
2
b. Pertahanan Spesifik Humoral
Pertahanan spesifik humoral adalah pertahanan tubuh yang menyerang antigen
yang ada di cairan tubuh (darah dan cairan limfa). Aktor utama yang berperan
adalah limfosit B. Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sumsum tulang
belakang. Limfosit B dapat diaktivasi langsung oleh antigen untuk berubah
menjadi sel B plasma dan sel B memori. Sel B plasma berfungsi untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang berfungsi mengikat dan
menonaktifkan antigen. Tiap antibodi hanya bisa mengikat antigen yang spesifik.
Sel B memori berfungsi untuk mengingat antigen sehingga mempercepat produksi
antibodi
3
biasanya lebih cepat, lebih besar, dan seringkali secara kualitatif berbeda dari
yang pertama, atau primer. Sifat ini disebut memori imunologik.
4. Self Regulation : Semua respon imun normal menyusut dengan waktu setelah
stimulasi antigenik. Ada beberapa alasan mengapa respon imun membatasi dirinya
sendiri.
a. Pertama dan mungkin terpenting, bahwa respon imun diinduksi oleh antigen
dan fungsinya adalah untuk mengeliminasi antigen tersebut.
b. Limfosit membentuk fungsinya untuk waktu yang singkat setelah stimulasi
antigenik, setelah itu sel akan diam, berkembang menjadi sel memori, atau
menjadi sel yang hidupnya pendek.
c. Antigen dan respon imun terhadap antigen, menstimulasi sejumlah mekanisme
yang sifat utamanya adalah pengaturan balik dari respon itu sendiri
d. Diskriminasi self dan non self. Salah satu sifat sistem imun yang baik sekali, adalah
kemampuannya untuk membedakan antara antigen asing dengan antigen self. Jadi,
limfosit setiap individu mempunyai kemampuan untuk mengenal dan merespon
beberapa antigen asing, tetapi secara normal tidak respon terhadap antigen yang ada
dalam individu tersebut. Imunologik yang nonresponsif ini dinamakan toleran.
1.4 Mekanisme Sistem Imun Humoral Dan Seluler
a. Mekanisme sistem imun humoral
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.
Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk
klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu
jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini
akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang
dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut.
Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan
limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC
maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody.
Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-
supresor), sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
b. Mekanisme sistem imun seluler
4
Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak
secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau
oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan
respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang
disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau
antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II
yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang
dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub
populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan
melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan
mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma
interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya.
5
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, K. A., Lichtmant, A.H., Pillai, S. 2012. Cellular and Molecular Immunologi.
Seventh ed. Philadelphia : W B Saunders Company
Naga, M. A. (2014). Bagian iii immunologi bab 11. Revisi, 1–90.
Roitt, I. M. 2002. Essential Immunology Edisi 8. Jakarta; Penerbit Widya Medika
Suardana, I. B. K. 2017. Diktat Imunologi Dasar Sistem Imun.
Http://Simdos.Unud.Ac.Id, 1–36. Fakultad Kedokteran Hewan Universitas
Udayana Denpasar
pendahuluan-11-kedudukan-dan-reran-imunologi_compress.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/2/Josephine_Rahma_G2A009055_BabIKTI.pdf