Bab Iii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB III

TEKS EKSPOSISI
PERCAKAPAN!
A. Suka sebel deh sama orang-orang yang nggak mau patuh dengan peraturan lalu lintas.
Kayak, nerobos lampu merah dan nggak pake helm saat berkendara. Itu kan bahaya
banget!
B. Iya, aku juga. Bahayanya nggak cuma buat si pengendaranya aja, tapi ke orang lain juga
nggak, sih.
A. Betul! Coba kalo misalnya dia nerobos lampu merah, terus kecelakaan. Membahayakan
pengendara lain juga, kan. Apalagi kalo nggak pake helm. Bisa beresiko kena benturan
di kepala.
B. Padahalkan bagi pengendara yang nggak mematuhi peraturan lalu lintas itu bisa
dikenakan sanksi, lho! Tapi, kenapa masih banyak yang nggak takut, ya?
A. Hmm... mungkin salah satunya karena etika dan toleransi pengendara yang masih
rendah. Mereka masih egois dan semaunya sendiri, tanpa memikirkan orang lain
B. Bener juga, sih. Bisa jadi karena mereka belum begitu paham dengan arti dari rambu-
rambu lalu lintas. Jadi, perlu diadakan sosialisasi ke masyarakat tentang pengetahuan
akan rambu lalu lintas dan pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas.

Jadi, kalo kita lihat dari definisinya, teks eksposisi adalah teks atau tulisan yang berisi
informasi dan pengetahuan. Informasi ini diperoleh berdasarkan fakta atau kejadian
yang benar-benar terjadi. Selain itu, di dalam teks eksposisi juga terdapat pendapat
(argumen) dari si penulisnya.

Sekarang, coba kita lihat kembali teks percakapan di atas. Pada percakapan tersebut, mereka
saling berbagi informasi mengenai bahaya bagi pengendara yang tidak mematuhi peraturan
lalu lintas. Di antaranya bisa terkena sanksi dan berpotensi mengalami kecelakaan yang tidak
hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain.

Nah, dalam percakapan tersebut, mereka juga berpendapat jika hal yang menjadi penyebab
masyarakat tidak patuh pada peraturan lalu lintas adalah kurangnya etika, toleransi, dan
pengetahuan terhadap rambu-rambu lalu lintas. Oleh karena itu, perlu diadakan sosialisasi
kepada masyarakat terkait pengetahuan rambu lalu lintas serta pentingnya mematuhi peraturan
lalu lintas dalam berkendara.

Gimana? Setelah baca penjelasan di atas, kamu sudah paham belum mengenai teks eksposisi?
Sebenarnya, eksposisi itu ada dua macam. Dapat dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Kalo penyampaiannya itu diucapkan, berarti masuknya ke bentuk lisan. Sementara itu,
kalo dalam bentuk teks, berarti masuknya ke bentuk tulisan, seperti yang kita bahas di
artikel ini. Mudah bukan membedakannya?
CIRI-CIRI TEKS EKSPOSISI

Terdapat dua ciri pada teks eksposisi, yaitu memiliki gagasan dan mengandung fakta.
Gagasan bisa diartikan sebagai ide atau pendapat ya, sedangkan fakta merupakan kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi. Umumnya, fakta berisi data-data berupa angka, baik waktu,
tanggal, tempat peristiwanya, maupun pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya.
POLA PENGEMBANGAN TEKS EKSPOSISI

Kita lanjut ke bahasan berikutnya, ya. Teks eksposisi memiliki empat pola pengembangan.
Di antaranya, ada pola pengembangan umum-khusus, khusus-umum, ilustrasi, dan
perbandingan.

Kita bahas satu per satu disertai dengan masing-masing contohnya, ya.

1. Umum-Khusus

Pola ini bisa disebut juga dengan paragraf deduktif. Kenapa gitu? Karena, ide pokok atau
gagasan utamanya berada di awal paragraf dan diperinci oleh beberapa kalimat penjelas.
Contoh:

Meskipun bukan termasuk minuman kesehatan, kopi memiliki efek yang baik untuk gigi.
Penelitian terbaru dari negeri Cappuccino, Italia, menguatkan fakta itu. Carlo Pruzzo, dari
Universitas Ancona menjelaskan senyawa yang terkandung di dalam kopi menghentikan
bakteri yang menempel ke gigi sintesis. Senyawa tersebut juga efektif membasmi bakteri
yang bisa langsung merusak gigi.

Pada teks di atas, penulis menyampaikan gagasan utama yang sifatnya lebih umum di awal
paragraf, yaitu kopi memiliki efek baik untuk gigi. Lalu, gagasan utama tersebut diperinci
dengan beberapa kalimat penjelas yang sifatnya lebih khusus. Nah, untuk menjelaskan efek
baik kopi untuk gigi, penulis memasukkan beberapa hasil penelitian yang terdapat di kalimat
ketiga dan keempat.

2. Khusus-Umum

Kebalikan dari pola sebelumnya, pola ini bisa disebut dengan paragraf induktif. Alasannya
karena di awal paragraf, penulis akan menyampaikan beberapa kalimat penjelas. Lalu, diakhiri
dengan kalimat umum atau ide pokok yang dijadikan kesimpulan.

Contoh:

Gerakan pencinta alam dengan dasar “sadar lingkungan sehat” telah mulai menggejala di
kalangan remaja. Tidak sedikit perkumpulan pencinta lingkungan yang anggotanya terdiri atas
pelajar, baik itu pelajar SMP, SMA, maupun para remaja dari lingkungan pesantren.
Keberanian untuk melakukan penelitian ilmiah semakin meluas, khususnya di tingkat SMA.
Fenomena semacam itu merupakan bukti bahwa remaja saat ini tidak selalu bernilai negatif.

Bisa kamu baca ya pada teks di atas. Di awal paragraf, penulis menjelaskan kalo gerakan
pencinta alam mulai banyak diminati di kalangan remaja. Selain itu, para remaja ini juga mulai
berani untuk melakukan penelitian secara ilmiah. Kemudian, di akhir paragraf, penulis
memberikan simpulan bahwa hal-hal tersebut merupakan bukti kalo remaja saat ini nggak
selalu melakukan kegiatan yang negatif. Nah, simpulan inilah yang menjadi ide pokok paragraf
tersebut.

3. Ilustrasi

Lanjut ke pola pengembangan berikutnya. Pada pola pengembangan ilustrasi, penulis akan
menyampaikan gagasan di awal paragraf. Kemudian, diperinci dengan beberapa ilustrasi
yang dapat mendukung gagasan-gagasan tersebut. Ilustrasi ini berupa data penguat yang
berasal dari pengalaman atau pengamatan penulis. Tujuannya, untuk membuktikan gagasan
yang disampaikan. Contoh:

Olahraga merupakan rangkaian kegiatan yang menyehatkan badan. Pasalnya, dengan


berolahraga kita dapat terhindar dari penyakit. Misalnya saja dengan berenang, olahraga
yang dilakukan di dalam air sangat berguna menyehatkan kesehatan paru-paru dalam bernafas.
Selain itu, semua jenis olahraga dapat menyehatkan badan.
Nah, pada teks tersebut, penulis menyampaikan gagasan kalo olahraga merupakan kegiatan
yang dapat menyehatkan badan. Kemudian, penulis memberi ilustrasi berupa contoh olahraga
renang yang dapat menyehatkan paru-paru dalam bernafas.

4. Perbandingan

Pada pola ini, penulis akan membandingkan gagasan yang disampaikan dengan benda,
keadaan, atau hal-hal lain yang memiliki persamaan atau perbedaan. Tujuannya, untuk
memperkuat gagasan penulis agar dapat meyakinkan pembaca. Contoh:

Susu kedelai dikenal sebagai sumber protein, tetapi kandungan protein pada susu kedelai jauh
lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi. Menurut sebuah sumber, kandungan protein pada
susu kedelai adalah sebesar 6,73 gram, lebih kecil dibanding susu sapi yang proteinnya
sebanyak 8, 02 gram.

Sudah terlihat jelas ya teman-teman pola perbandingannya. Di kalimat pertama, penulis


membandingkan kandungan protein susu kedelai dengan susu sapi. Perbandingan ini
dibuktikan dengan data dari salah satu sumber yang menyatakan kalo kandungan susu kedelai
jauh lebih kecil dari susu sapi.

STRUKTUR TEKS EKSPOSISI

Struktur teks eksposisi terdiri dari tesis, rangkaian argumen, dan penegasan ulang.
Intinya, di bagian tesis itu akan berisi topik permasalahan yang ingin disampaikan penulis.
Lalu, di bagian rangkaian argumen, akan berisi gagasan atau pendapat penulis mengenai
topik permasalahan tersebut. Di bagian ini, penulis juga akan memberikan fakta-fakta untuk
mendukung gagasan yang disampaikan. Terakhir, penegasan ulang itu berisi simpulan dari
topik yang dibahas.

Nah, pada teks tersebut, paragraf pertama merupakan tesis. Pada paragraf itu, mengandung
permasalahan yang ingin dibahas penulis, yaitu masalah manajemen pengelolaan sampah.
Kemudian, paragraf kedua merupakan rangkaian argumen. Di paragraf itu, penulis berargumen
kalo tindakan yang dilakukan warga Pasar Ciputat dan Kaliabang bisa dijadikan contoh.
Dengan mengelola sampah dapur dan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan pupuk
cair, lalu dijual ke instansi pemerintah dan swasta, hasilnya bisa memberi kegiatan positif serta
pemasukan bagi warga. Selain itu, penulis juga menyampaikan fakta berupa kegiatan yang
telah dilakukan warga dan pemerintah dalam upaya manajemen pengelolaan sampah. Paragraf
ketiga merupakan penegasan ulang. Di bagian ini, penulis memberikan simpulan kalo upaya
manajemen pengelolaan sampah, perlu peran dari warga maupun pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai