Askep Gastroenteritis
Askep Gastroenteritis
Askep Gastroenteritis
TINJAUAN TEORITIS
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah.
Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus
Epidemik
Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).
Bakteri
Stigella
Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat menyebabkan
diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
Kram abdomen yang hebat.
Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica
Feses mukosa
Sering didapatkan sel polos pada feses.
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.
C. Patofisiologi
F. Komplikasi.
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
G. Tingkat Derajat Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum
normal, kencing normal.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak
cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat,
pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak
mau minum.
Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A. Identitas klien.
a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau
jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
c. Pemeriksaan
tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
3. Intervensi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500
cc per hari.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan.
4. Implementasi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 –
2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
a. Mengganti popok anak jika basah.
b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan.
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTEROLOGI
I. DEFENISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah dan / atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
II. ETIOLOGI
Infeksi : Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk , bakteri ( Shigella, Salmonella, E. colli, Vibrio) ;
parasit (protozoa : E. histolycia, G. lambli, Balantidium colli; cacing perut: Askaris, Trikuris,
Strongiloideus,dan jamur : Kandida )
Malabsorpsi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ), lemak, atau protein
Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
Imunodefisiensi
Psikologis: rasa takut dan cemas
V. PENATALAKSANAAN
Prinsip :
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sam pai diarenya berhenti ( terapi rumatan ).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/
atau muntah (previous water losses = PWL ); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernapasan (normal water losses = WNL); dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat
dehidrasi serta berat badan masing – maisng anak atau golongan umur.
a. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat
dehidasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pda status gizi.
3. Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasusu, termasuk diare dengan panas, kecuali pada :
- Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
- Suspek kolera dengan dehidrasi berat
- Diet persisten
4. Obat – obat antidiare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (missal : norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa
malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak
<5 tahun.
Table derajat dehidrasi
Penilaian A B C
Lihat :
keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau
tidak sadar
Rasa haus Minum biasa tidak Haus, ingin minum Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/
sedang Dehidrasi berat
Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table.
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 mL 600mL 1200mL 2400mL
Keterangan :
: perempuan
: laki - laki
: tinggal satu rumah
VI. Kebutuhan Dasar
1. Makan yang disukai / tidak disukai
Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah
Kelainan,….
Riwayat kelahiran :
Pemeriksaan feces
Feces Hasil Nilai Normal
Makroskopi :
Warna Hijau
Konsitensi Lembek
Mikrosopi :
Eritrosit 1-2 <1/LPB
Leukosit 2-3 <1/LPB
Telur cacing - Negative
Amoeba - Negative
Jamur - Negative
Lain - lain Lemak Positif
Pemeriksaan Hematologi
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hb 10,5 12-14 g/dL
Leukosit 10.000 5.000
Trombosit 363.000 <20 mm/jam
Hematokrit 38% 40-48%
diare
2. DS : Rasa tidak nyaman di daerah Gangguan
Orang tua klien abdomen kebutuhan nutrisi
mengatakan, bahwa kurang dari
anaknya tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan. Terjadi peningkatan asam lambung
DO :
KU : lemah Mual dan muntah
KU : komposmentis
TTV :
- N : 138x/menit Anoreksia (tidak nafsu makan)
- RR : 37x/menit
- T : 37,9oC
Mata : cekung dan
anemis
Bibir : tampak
kering
Turgor kulit tdk
elastic, terlihat
malas dan lemas.
Perut distensi,
terdengar bising
usus.
- Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
- Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
XVI. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP 3
1. Pengertian
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan
terjadi
berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). (Nagiga dan Dr. Ni Wayan Arty, 2009)
Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses tidak berbentuk, (Carpenito,
2007).
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah dan/ atau lendir
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari
tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus lebih
dari 4 kali/ hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas dapat sisimpulkan bahwa diare adalah suatu kondisi buang
air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi interal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri: vibrio, E.coli, salmonella, shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
2. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus dan lain-lain.
3. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
hystolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicanas).
2) Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan galaktosa).Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
5) Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
a. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan
umum:
1) Belum ada dehidrasi
a) Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare.
b) Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
2) Dehidrasi ringan
a) 1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik.
b) Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
3) Dehidrasi sedang
a) 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik
b) Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
4) Dehidrasi berat
a) Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
b) 1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13
tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).
c) 7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)
d) 16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra
vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).
b. Pengobatan dietetik
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg
jenis makanan yang diberikan:
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu
karena di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan
padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dan sebagainya).
1) Obat anti sekresi
a) Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg).
b) Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari
2) Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.
3) Antibiotik
) Asuhan Keperawatan pada Diare (Gastroentritis)
Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalam karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri)
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
TD : hipotensi, termasuk postural
Kulit/ membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada harapan
Stres
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan
Perdarahan per rektal.
Riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat.
Oliguria
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah.
Penurunan berat badan.
Tidak toleran terhadap diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot.
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.
Stomatitis kekurangan vitamin.
Bau badan.
yeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
eamanan
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis
Peningkatan suhu 39,6-40
Alergi terhadap makanan/ produk susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan mempunyai
efek inflamasi).
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
eksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
nteraksi sosial
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
enyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari
Rencana pemulangan : bantuan dengan program diet, obat dan dukungan psikologis.
8) Diagnosis Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Batasan karakteristik :
1) Buang air besar lebih dari 3 kali sehari
2) Suara usus hiperaktif
3) Nyeri perut
4) Kram abdomen
5) Urgensi
(Nanda, 2005-2006)
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat diare.
Batasan karaktristk :
1) Perubahan status mental
2) Kelemahan
3) Haus
4) Penurunan turgor kulit
5) Membran kulit kering
6) Peningkatan denyut nadi, suhu tubuh
7) Kehilangan berat badan secara tiba-tiba
8) Peningkatan konsentrasi urin
(Nanda, 2005-2006)
c. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal absorbsi nutrien, mual
muntah dan diare.
Batasan karaktristk :
1) Berat badan 20% atau lebih di bawah ideal
2) Suara usus hiperaktif
3) Enggan untuk makan
4) Kenyang secara mendadak setelah kemasukan makanan
5) Tonus otot jelek
6) Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
7) Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Nanda, 2010)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena peningkatan BAB
Batasan karakteristik :
1) Gangguan pada bagian ubuh
2) Kerusakan lapisan kulit (dermis)
3) Rusaknya permukaan kulit (epidermis)
(Nanda, 2010)
e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi.
Batasan karakteristik :
1) Peningkatan suhu tubuh diatas batas normal
2) Convulsi (kejang)
3) Kulit merah
4) Takikardi
5) Hangat ketika disentuh
6) Tachypnea
(Nanda, 2010)
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan informasi
adekuat.
Batasan karakeristik :
1) Pernyataan /permintaan informasi
2) Tidak tepat dalam mengikuti pikiran atau instruksi
3) Tingkah laku yang tidak tepat
4) Verbalisasi masalah.
(Nanda, 2010)
9) Fokus intervensi
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Tujuan: penurunan frekuensi BAB kurang dari 3 kali sehari.
Kriteria hasil:
1. Feses mempunyai bentuk.
2. Rectal tidak terjadi iritasi
3. Tidak mengalami diare
Intervensi:
1. Kaji faktor penyebab diare
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari diare.
2. Turunkan aktivitas fisik selama periode akut diare
Rasional : penurunan aktivitas fisik dapat menurunkan peristaltik
3. Tingkatkan pemenuhan kebutuhan cairan per oral
Rasional : untuk menggantikan cairan yang keluar.
4. Lakukan perawatan perianal yang baik
Rasional : iritasi perianal akibat diare harus dicegah
5. Anjurkan meningkatkan kebersihan
Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi.
6. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Rasional : untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi.
(carpenito, 2007, Doengoes, 2000)
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat diare.C
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dapat terpenuhinya kebutuhan cairan
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Turgor kulit baik
3. Membran mukosa lembab
4. Tidak ada rasa haus yang berlebihan
5. Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
1. Kaji vital sign
Rasional : untuk mengetahui respons terhadap efek kehilangan cairan
2. Monitor dan catat intake dan output.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar.
3. Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : untuk menentukan jumlah cairan yang masuk.
4. Pantau BB, Suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume, dan konsentrasi usus.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
5. Berikan wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
Rasional : untuk menarik dan meningkatkan masukan cairan.
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Carpenito, 2007)
c. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal absorbsi nutrien, mual
muntah dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3. Tidak terjadi penurunan berat badan
4. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
Intervensi keperawatan :
1. Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini, dan derajat kesulitan makan
Rasional : pada klien diare terjadi mual muntah untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
2. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : indikasi respon dan status nutrisi.
3. Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk memantau kebutuhan nutrisi dan pengawasan kehilangan BB.
4. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk meningkatkan masukan nutrisi.
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
6. Kolaborasi dengan gizi pemberian diit yang tepat
Rasional : untuk perencanaan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Doengos, 2000)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena peningkatan BAB
Tujuan : kulit tidak lecet, dan kulit tidak kemerahan
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan penyembuhan luka tanpa komplikasi
2. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab
3. Mengidentifikasi pengobatan untuk meningkatkan penyembuhan
4. Tidak ada lesi pada kulit
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit adanya eritema, kepucatan, lesi dan ruang
Rasional : menunjukkan resiko kerusakan dan memerklukan pengobatan intensif
2. Identifikasi tahap perkembangan luka
Rasional : untuk mengetahui dan menentukan pengobatan yang tepat.
3. Ubah posisi dan mempertahankan tempat tidur kering, bebas kerutan.
Rasional : untuk mengurangi tekanan konstan pada area perianal dan meminimalkan resiko kerusakan
kulit anus.
4. Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan, bilas seluruh area
dengan bersih dan keringkan.
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi.
5. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk tidak memakaikan pakaian ketat.
Rasional : kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
6. Anjurkan keluarga untuk memakaikan celana dari katun yang longgar
Rasional : memungkinkan sirkulasi udara baik untuk meningkatkan dan meminimalkan iritasi
7. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat
Rasional : untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Carpenito, 2007)
e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi.
Tujuan : klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Badan tidak panas
3. Mengetahui metode pencegahan hipertermi
4. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
Kaji suhu, nadi, tekanan darah, dan pernafasan
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
Berikan kompres hangat
Rasional : terjadi vasodilatasi pembuluh darah, panas cepat turun.
Pertahankan masukan cairan yang adekuat
Rasional : untuk mencegah dehidrasi.
ASKEP 4
II. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
A. Faktor infeksi
1. Infeksi virus
a. Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan
muntah, timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musin dingin.
b. Enterovirus : Biasanya timbul pada musim panas
c. Adenovirus : Timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan
d. Norwalk : Epidemik, dapat sembuh sendiri .
2. Infeksi bakteri
a. Stigella
b. Salmonella
c. Escherichia coli
d. Campylobacter
e. Yersinia enterecolitica
B. Faktor non infeksiosus
1. Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
2. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk allergy, food
Allergy, down milk protein senditive enteropathy CMPSE)
3. Faktor psikologis : Rasa takut, cemas
III. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (rotravirus, adenovirus enteris, virus
Norwalk), bakteri atau toksin (campylobacter, salmonella, escherihia coli, bersinia dan lainnya).
Parasit (biardia lambia, cryptosporidium) . Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enteroksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui kekal oral dari satu klien ke klien lain, beberapa kasus
ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektronik ke dalam rongga usus. Isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus , sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan siklus darah.
V. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Maltrunisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
ASKEP5
A. Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap Aakan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.
Gejala Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri Abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel Cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Lemah
Komplikasi :
a. Dehidrasi
c. Kejang
d. Bakterimia
f. Hipoglikemia
a.Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b.Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c.Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
Penatalaksanaan Medis :
a.Pemberian cairan.
b.Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
Obat-obatan.
Keterangan :
a.Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
2.Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Memberikan Asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin,makanan harus bersih.
Obat-obatan.
Obat anti sekresi.
Obat anti spasmolitik.
Obat antibiotik.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Motorik halus.
1. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.
e. Motorik kasar.
f. Kognitif.
4. Bahasa.
Mengeluarkan suara ma, pa, ba walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi
sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.
a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan
orang lain dan menyukai lingkungan
Pengkajian :
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat
jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit
anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau
jarang.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
Pemerikasaan fisik.
Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan
menurun,anus kemerahan.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
Diagnosa Keperwatan :
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
Intervensi :
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
Tujuan :
Kriteria hasil
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan
(balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan,
pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
Tujuan :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,muntah tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti
zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
analgetik sesuai indikasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan
pengobatan.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak
banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses
penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan
kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien. Kaji
hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan. Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.
Evaluasi :
ASKEP 6
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lender dalam tinja. ( Suharyono,1999 )
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair. ( Suriadi,
2001 )
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan diare
yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna
toksin. ( Tucker,1998 )
Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.
B. ETIOLOGI
1. Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak
yang disebabkan infeksi bakteri vibrio E.coli atau salmonella dan enterovirus.
b.Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media
akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan
anak umur dibawah 2 tahun.
2. Malabsorsi
3. Makanan
4. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah
besar.
C. ANATOMI PATOLOGI
Iritasi usus oleh suatu pathogen akan mempengaruhi mukosa usus, sehingga akan terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi
lapisan otot sehingga akan terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas meyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut
di dalam kolon akan berkurang. Individu yang mengalami diare berat akan meninggal akibat
terjadi syok hipovolemik dan kelinan elektrolit. Toksisn kolera yang dikeluarkan oleh bakteri
kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung akan
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsusr-unsur plasma yang
pentingnini yang terbuang dalam jumlah besar.
( Corwin, 2001 : 521 )
D. PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus
serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel).
Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas
perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media
penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus.
Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan
intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan
dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada
sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan
elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler
ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis
metebolik.
( Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk
sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi
peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.
(Corwin,2000:321)
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi
lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala
dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun
besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung,
mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-
ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit.
a. Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga PH
menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul.
b. Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c. Hipoglikemi gangguan gizi
d. Syok hipovolemi.
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
kepala
ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam, tidak
mengkilap dan rontok.
Mata
Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis
Mulut
Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering
Abdomen
Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan
menurun.
Kulit
Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.
TTV
Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun.
2. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan feses
konsistensi, peningkatan leukosit, darah, lendir dan mikroorganisme
pemeriksaan darah
pemeriksaan elektrolit ( Na meningkat / menurun, K menurun )
hematokrit meningkat, asidosis metabolik
pemeriksaan urin
warna, jumlah, berat jenis
(Doenges,2000; 473-475)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Doenges,1999:476-502)
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Turgor kulit baik
c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisai :
Intervensi :mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilanhan yang tidak
terlihat dehidrasi
Rasionalisasi :memberikan informais tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan control penyakit usus
juga merupan pendoaman untuk penggantian cairan
Intervensi : kaji TTV
Rasionalisasi :hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan
Intervensi :observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
Rasionalisasi :menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
Intervensi :ukur BB setiap hari
Rasionalisasi : indicator cairan dan status nutrisi
Intervensi : kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasionalisasi : menurunkan kehilangan cairan
Intervensi : awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
asionalisasi :mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.
Kriteria Hasil :
a. Berat badan stabil
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c. Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : menimbang BB setiap hari
Rasionalisasi : memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi
Intervensi : memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan
situasi tidak terburu-buru
Rasionalisasi : lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif untuk makan
Intervensi : batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
Rasionalisasi : mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
Intervensi : mencatat masukan dan perubahan simatologi
Rasionalisasi : memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan
masukan
Intervensi : pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi
Rasionalisasi : membantu memenuhi kekurangan cairan
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : observasi kemerahan, pucat
Rasionalisasi : area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memrlukan pengobatan intensif
Intervensi :diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan aktifitas
Rasionalisasi : meningkatkan sirkulai dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama pada jaringan
Intervensi : gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
Rasionalisasi : melicinkan kulit dan menurunkan gatal
Intervensi : pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang
Rasionalisasi : memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit
Intervensi : tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
Rasionalisasi : perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit
4. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder
Kriteria Hasil :
a. Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b. Jaringan tampak bergranulasi
c. Bebas tanda-tanda infeksi
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : tekankan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasionalisasi : mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
Intervensi : pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive
Rasionalisasi : menurunkan resiko infeksi nosokomial
Intervensi : kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesui indikasi
Rasionalisasi : dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada kulit dan mencegah infeksi
atau lu
ASKEP7
1. DEFINISI
a. Diare / Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi feses
menjadi cair dan perut terasa mules ingin buang air besar. (Arjatmo,2001)
b. Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3
kali sehari, juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (fesescair).(Brunner and Suddart,
2000)
c. Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi dan lebih dari 3x
sehari pada anak dengan konsistensi feces cair/encer berwarna hijau/ dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja. (Ngastiyah, 1997)
2. ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain :
a. Faktor Infeksi
a) Infeksi Virus
a. Retavirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah.
b. Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus
Timbul sepanjang tahun.
Menyebabkan gejala
la pada saluran pencernaan/pernafasan.
b) Bakteri
a. Stigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
Muntah yang tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Sel batang dalam darah
b. Salmonella
Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
Mungkin ada peningkatan temperature
Muntah tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c. Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.
Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
b. Faktor Non Infeksiosus
1. Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida
(intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
c) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
e. Eliminasi
Gejala:tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau/berair
Tanda:Menurunnya bising usus,tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
f. Makanan/Cairan
Gejala:Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/sensitif
misal:buah segar/sayur,produk susu,makanan berlemak.
Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot,dan Turgor kulit
buruk,membran mukosa pucat,luka,inflamasi ronnga mulut.
g. Higiene
Tanda:Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis Menunjukkan kekurangan
vitamin,bau badan.
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala:nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin hilang dengan titik nyeri berpindah,
nyeri tekan (artritis). Nyeri mata,fotofobia(iritis).
Tanda:Nyeri tekan abdomen/distensi
i. Keamanan
Tanda:Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum(meningkat,nyeri tekan dan
membengkak)pada tangan,muka,pioderma gangrenosa(lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)pada paha,kaki,dan mata kaki.
(Doenges,2001)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat, muntah ),
pemasukan terbatas ( mual ).
b. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
c. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
d. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
(Doenges, 2001)
3. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan k ( diare berat,
muntah ), pemasukan terbatas ( mual )
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Turgor kulit baik
c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisasi :
ntervensi : Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses,
perkiraan kehilangan yang tidak terlihat dehidrasi
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan
control penyakit usus juga merupan pendoman untuk penggantian cairan
ntervensi : Kaji TTV
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan
ntervensi : Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
ntervensi : Ukur BB setiap hari
Rasional : Indicator cairan dan status nutrisi
ntervensi : Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan
ntervensi : Awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
Rasional : Mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.
b. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan denngan intake
inadekuat
Kriteria Hasil :
a. Berat badan stabil
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c. Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi:
ntervensi : Menimbang BB setiap hari
Rasional : Memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi
ntervensi : Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru
Rasional : Lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif
untuk makan
ntervensi : Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
Rasional : Mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
ntervensi : Mencatat masukan dan perubahan simatologi
Rasional : Memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / dinikmati
dapat meningkatkan masukan
ntervensi : Pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi
Rasional : Membantu memenuhi kekurangan cairan
c. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
ASKEP8
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit yang mencakup:
Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi
Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran kemih
2) Lakukan pengkajian fisik secara rutin
3) Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:
Volume cairan yang hilang <50 ml/kg
Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Urin output menurun
Tekanan darah normal
Nadi normal atau meningkat
4) Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik
5) Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.
6) Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:
Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi
Urin: pH, frekuensi
CBC
Elektrolit serum
Kreatinin
BUN
7) Kaji sumber infeksi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2) Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3) Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus,
mual, muntah.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen,
hiperperistaltik.
c. Rencana Intervensi
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri:
Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan Memberikan informasi tentang
jumlah feses. keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur.. Hipotensi, takikardia, demam,
dapat menunjukkan respon
terhadap efek kehilngan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan Menunjukkan kehilangan cairan
membrane mukosa, penurunan turgor kulit. berlebihan atau dehidrasi.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah Kolon diistirahatkan untuk
baring, hindari kerja. penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan
usus.
Observasi perdarahan pada feses. Penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi vitamin
K dan merusak koagulasi,
potensial resiko perdarahan.
Catat kelemahan otot umum. Kehilangan usus berlebihan
dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral, transfusi darah Mempertahankan istirahat usus
sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemis.
Berikan obat sesuai indikasi:
Antidiare Menurunkan kehilangan cairan
Antiemetik dari usus.
Antipiretik Mengontrol mual muntah
Vitamin K Mengontrol demam
Menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan resiko perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien
rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-
2007-diyantigus-
4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta:
EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Gastroenteritis. (2009). (2010). Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=47,