Makalah Warga Negara, Negara, Dan Kewarganegaraan Kelompok 6 Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“ WARGA NEGARA, NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN “

Disusun Oleh :

Nurul Inayati (22306141003)


Stefanus Bagas Dwi Cahyo (223061441017)
Daffa Malik Ashari (22306141029)
Faridah Hana Shafira (22306144023)
Bonita Arum Ningtyas (22306144035)
Wahyu Amijoyo (22306144041)

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM TAHUN 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
C. Tujuan Makalah............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan.....................................................................4
B. Asas Kearganegaraan....................................................................................................................5
C. Cara Memperoleh Kewarganegaraan..........................................................................................6
D. Hak dan Kewajiban Warga Negara.............................................................................................8
E. Masalah Kewarganegaraan........................................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat disuatu negara biasa disebut sebagai warga negara, setiap manusia di
Indonesia pastinya mempunyai kedudukan, memiliki hak dan kewajiban yang sama antara satu
dengan yang lainnya, yang menjadi pokok utama adalah bahwa setiap warga negara harus
terjamin haknya dalam mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak berkewarganegaraan. Adapun pada saat yang
bersamaan, negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan
sekaligus. Maka dari itu diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern
untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan. Karena itu disamping pengaturan
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi), juga
diperlukan mekanisme yang lebih sederhana melalui regristrasi biasa. Indonesia sebagai negara
yang menganut prinsip “ ius sanguinis” yang mengatur warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan ?
2. Apasaja yang menjadi dasar atau asas – asas kewarganegaraan ?
3. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan ?
4. Apasaja yang sering menjadi penyebab masalah dalam ber- kewarganegaraan ?

C. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian antara warga negara dan kewarganegaraan
2. Dapat mengetahui asas – asas kewarganegaraan
3. Dapat mengetahui tata cara memperoleh kewarganegaraan
4. Dapat mengetahui permasalahan di dalam ber- kewarganegaraan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


Menurut hukum warga negara ialah orang – orang yang secara sah merupakan anggota
(bagian) dari suatu negara, dengan kata lain warga negara merupakan penduduk dalam suatu
negara yang sah ditetapkan didalam peraturan perundang – undangan. Sedangkan
kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang memiliki hubungan atau ikatan antara negara
dengan kewarganegaraan. (Dikutip dari Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta:Bumi Aksara, 2015 Hlm.34) Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kewarganegaraan adalah segala ikhwal (hal/prihal) yang berhubungan dengan Negara. Seorang
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara
Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan
Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga.
Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan
oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata
hukum internasional.
Adapun Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) yaitu :
1. Setiap orang yang sebelum berlakunya Undang – Undang tersebut telah menjadi
Warga Negara Indonesia.
2. Anak yang terlahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu yang
berkewarganegaran Warga Negara Indonesia.
3. Anak yang terlahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah yang
berkewarganegaraan Warga Negara Indonesia dengan seorang ibu yang
berkewarganegaraan asing ataupun sebaliknya.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 tahun atau belum kawin.
8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan Negara. Sedangkan kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai
dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
2. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan, dalam
arti sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik. Sedangkan
kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

B. Asas Kearganegaraan
Asas kewarganegaraan merupakan dasar untuk menilai apakah seseorang termasuk dalam
kelompok warga suatu negara. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Perolehan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena Kelahiran, Kewarganegaraan,
Pengangkatan, Hibah Negara kepada pihak yang berjasa atau karena kepentingan nasional.
Setiap negara berhak menentukan siapa warga negaranya dengan menentukan asas-asas
kewarganegaraan yang akan diterapkan. Dalam hal kelahiran, ada dua asas kewarganegaraan
untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. (Dikutip dari Jimly Asshiddiqie, Pengantar
Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 Hlm. 386-388). Kedua asas tersebut yaitu asas
ius soli dan ius sanguinis.

1. Asas Ius Soli (Hukum Soli) Asas penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara kelahirannya. ius soli adalah penetapan kewarganegaraan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang. Dengan demikian, seseorang dapat menjadi warga negara
dari negara kelahirannya. Negara-negara yang menganut asas kewarganegaraan ini antara
lain Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia,
Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Salvador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras,
Jamaika, Lesotho, Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, dll.
2. Asas Ius Sanguinis (Hukum Keturunan) menentukan kewarganegaraan berdasarkan
darah/kebangsaan orang tua. Ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan berdasarkan
darah atau darah. Asas ini menyatakan bahwa seseorang dapat memperoleh
kewarganegaraan jika orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalnya,
seseorang lahir di Indonesia, tetapi orang tuanya berkewarganegaraan negara lain,
kemudian ia memperoleh kewarganegaraan orang tuanya. Negara-negara yang
menggunakan prinsip ini adalah Cina, Bulgaria, Belgia, Republik Ceko, Kroasia, Estonia,
Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia,
Lebanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania. , Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia,
Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.

C. Cara Memperoleh Kewarganegaraan


Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Cara
tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu:
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya menentukan
kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut terbukti
dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku dengan sendirinya ia
langsung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut diterapkan pada beberapa
negara di dunia, yaitu negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan juga negara yang
kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan
sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat memiliki
kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan daerah tempat
ia dilahirkan. Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau wilayah hukum negara
Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali
anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di
samping dan bersama-sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di
negara Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.
3. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinis tetap
bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau
naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara itu berbeda. Perbedaan
tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu berbeda, jadi persyaratannya itu
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negaranya. Jawaban atas tuntutan situasional ini adalah
dengan berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Adanya Undang-undang ini maka Undang-undang Nomor 62/1958 dan menjadi tidak
berlaku lagi karena bersifat diskriminatif menghantui warga keturunan Tionghoa, Arab, India,
Belanda dan sebagainya.
Undang-undang ini disebut cukup membawa perubahan yang revolusioner karena mampu
menghapus dikotomi asli dan tidak asli, serta mampu menerapkan azas ius soli yang
dikombinasikan dengan ius sanguinis. Pasal 1 UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
RI (UU Kewarganegaraan), menegaskan bahwa “Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negera Indonesia”.
Hal yang perlu diingat “Warga Negara suatu Negara tidak selalu menjadi penduduk Negara itu”.
Misalnya, warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri. Penduduk suatu Negara
tidak selalu merupakan warga negara dimana ia tinggal, misalnya, orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. (Dikutip dari Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006) tentang
Kewarganegaraan, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:
a. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
e. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
f. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
h. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
i. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui
j. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
k. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI,
yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
l. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:
1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum
kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh
WNA, berdasarkan penetapan pengadilan
3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai
berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas, dimungkinkan pula
perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan. Warga negara
asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut
dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang,
asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi Adalah suatu perbuatan hukum yang
dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan, (dikutip dari Koerniatmanto
Soeprawiro, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1994 Hlm. 51).
Misal: seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan
permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa atau khusus Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh
pemerintah (presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau
yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara.

D. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Pemahaman tentang hak dan kewajiban terlebih dahulu harus dipahami tentang pengertian
hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang sebagai
ciptaan Tuhan agar mampu menjaga harkat, martabatnya dan keharmonisan lingkungan. Hak
asasi
merupakan hak dasar yang melekat secara kodrati pada diri manusia dengan sifatnya yang
universal dan abadi.
Oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, tidak boleh diabaikan, tidak
boleh dikurangi dan dirampas oleh siapapun. Hak asasi manusia perlu mendapat jaminan atas
perlindungannya oleh negara melalui pernyataan tertulis yang harus dimuat dalam UUD negara.
Peranan negara sesuai dengan pasal 1 ayat (1) UU No. 39/1999 tentang HAM menyatakan
bahwa
negara, hukum dan pemerintah serta setiap orang wajib menghormati, menjunjung tinggi dan
melindungi hak asasi manusia.
a. Hak Warga Negara Menurut UUD 1945
Dalam UUD 1945 telah dinyatakan hak warga negara yang meliputi lebih kurang 25 hak, sebagai
berikut:
(1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
(2) Berhak berserikat, berkumpul serta mengeluarkan pikiran
(3) Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
(4) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan.
(5) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
perlindungan kekerasan dan diskriminasi.
(6) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya.
(7) Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
(8) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
(9) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
(10) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(11) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.

(12) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.


(13) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya
serta berhak kembali.
(14) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(15) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
(16) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
(17) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
(18) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlaskuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
negara lain.
(19) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(20) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai guna mencapai
persamaan dan keadilan.
(21) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(22) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
(23) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(24) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(25) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
b. Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
(1) Wajib menjunjung hukum dan pemerintah;
(2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara;
(3) Wajib ikut serta dalam pembelaan negara;
(4) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain;
(5) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain;
(6) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara;
(7) Wajib mengikuti pendidikan dasar
E. Masalah Kewarganegaraan
Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara, maka tidak lepas dari
suatu permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara
atau bukan warga negara dalam sebuah negara. Permasalahan tersebut diakibatkan karena setiap
negara menganut asas kewarganegaraan yang berbeda-beda, contoh di negara Jepang yang hanya
menerapkan asas kewarganegaraan bedasarkan tempat kelahiran (ius soli), negara kita Indonesia
menganut kedua asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Berdasarkan hal di atas
ada tiga permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride, bipatride, dan multipatride. (Dikutip dari
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 Hlm. 388-393).

Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status kewaganegaraan.
Hal ini disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut asas yang berdasarkan tempat
kelahiran (ius soli), namun ia lahir di negara yang menganut asas yang berdasarkan darah
keturunan (ius sanguinis). Misalkan, ada seseorang yang orang tuanya adalah warga negara
Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, namun ia dilahirkan di negara Jepang yang
menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), maka kedua
negara, baik negara asalnya, maupun negara ia dilahirkan menolaknya untuk menjadi warga
negara.
Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan ganda
(rangkap), atau memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika ada seseorang yang
orang tuanya menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis),
sedangkan ia sendiri lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan
tempat kelahiran (ius soli). Contoh, ada seseorang yang kedua orang tuanya tinggal di negara
Jepang yang menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis. Waktu itu ia belum lahir, dan kedua
orang tuanya pergi ke negara Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, dan ia pun
dilahirkan di negara Brazil, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih dari dua
kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang tinggal di daerah perbatasan
antara dua negara atau juga karena seseorang yang kedua orang tuanya memiliki
kewarganegaraan yang berbeda. Misalkan, seseorang yang ayahnya berkewarganegaraan China
yang menganut asas ius sanguinis dan ibunya berkewarganegaraan India yang juga menganut
asas ius sanguinis, namun ia di lahirkan di Kamboja yang menganut asas ius soli. Jadi, ia
mendapatkan kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara ibunya, dan negara ia
dilahirkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wargaNegara


dianggap sebagai sebuah komunitas yang membentuk negara berdasarkan perundang-undangan
atau perjanjian-perjanjian dan dan mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
terhadap negaranya. Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah
manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya
serta kesadaran nasionalnya.

Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran :ius soli (asas kelahiran), Ius sanguinis
(asas keturunan) kemudian di dalam Masalah kewarganegaraan yaitu apatride, bipatride, dan
multipatride. Adapun Cara untuk memperoleh kewarganegaraan yaitu unsur darah keturunan
(ius sanguinis), unsur daerah tempat kelahiran (ius soli), unsur pewarganegaraan (naturalisasi).

B. Saran

Kita sebagai warga negara yang baik seharusnya kita melakukan hak dan kewajiban
secara seimbang, setiap orang haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak
berkewarganegaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Soeprawiro, Koerniatmanto, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta: Gramedia,


1994

Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:Bumi Aksara, 2015

Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.(Jakarta:Bumi Aksara, 2015). Hlm.34

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm. 386-388.

Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Koerniatmanto Soeprawiro, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta: Gramedia,


1994). Hlm. 51.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm. 388-393.

Anda mungkin juga menyukai