TB 2 - Makalah Behavioral Corporate Finance - Zul Fitri Nur Hidayyah - 43119210116
TB 2 - Makalah Behavioral Corporate Finance - Zul Fitri Nur Hidayyah - 43119210116
TB 2 - Makalah Behavioral Corporate Finance - Zul Fitri Nur Hidayyah - 43119210116
Dosen Pengampu:
Dr. Sudjono, M.Acc
Disusun Oleh :
Zul Fitri Nur Hidayyah (43119210116)
Puji serta syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Indonesia”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Besar 2
pada mata kuliah Behavioral Corporate Finance di program studi manajemen. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para
kuliah Behavioral Finance yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
proses perkuliahan mata kuliah ini Penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekuraagn dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................................3
C. Rumusan Masalah...............................................................................................3
D. Tujuan.................................................................................................................3
E. Manfaat...............................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................5
A. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory...................................5
B. Studi dan Penelitian Terdahulu.........................................................................12
C. Hipotesis...........................................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................16
A. Penerapan..........................................................................................................16
B. Perbandingan Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek....................................21
C. Pembahasan......................................................................................................23
BAB IV PENUTUP....................................................................................................27
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
suatu negara serta digunakan sebagai altenatif sarana pembiayaan dan sarana
dengan harapan mendapatkan return dimasa depan. Investasi pada dasarnya adalah
Pada saat pengambilan keputusan investasi, investor pasti akan melibatkan emosi.
investor. Oleh karena itu, investor perlu membuat keputusan yang tepat karena
Namun, saat ini investor sering membuat keputusan investasi yang tidak
rasional. Keputusan sering kali didasarkan pada penilaian yang jauh dari asumsi yang
masuk akal. Ketika seorang investor menghadapi situasi yang berisiko biasanya ada
irasional juga akan menhgasilkan akhir yang tidak rasional juga. Kejadian tersebut
1
keputusan baik sebagai investor individu maupun investor suatu kembaga atau
yang salah atau perkiraan yang melenceng. Kondisi ini membahayakan karena tidak
Selain itu behavioral biases juga menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Bias
memperhitungkan risiko yang dapat terjadi. bias dibagi menjadi dua kategori yaitu
cognitive bias dan emotinal bias. Bias kognitif (cognitive bias) adalah penyimpangan
Jain, Walia, & Gupta (2019) mengungkapkan terdapat empat bias perilaku yang
berpengaruh besar terdapat keputusan investasi yaitu; 1.) Herding bias, 2.)
overconfidence bias, 3.) Loss aversion, dan 4.) Representative bias. Overconfidence
atau sikap terlalu percaya diri ini merupakan salah satu contoh bias perilaku yang
2
batas pengetahuan diri mereka sendiri (Salerindra, 2020). Selain overconfidence bias,
terdapat pula faktor psikologis lainnya yang kerap kali muncul pada perilaku seorang
investor yaitu herding bias. Perilaku herding merupakan perilaku dimana seseorang
akan mengikuti keputusan dan pilihan orang lain karena kurang mampu dalam
B. Batasan Masalah
maupun pelebaran pokok masalah agar makalah ini lebih terarah dan memudahkan
dalam pembahasan. Makalah ini menetapkan batsasan masalah atas beberapa hal,
yaitu mengenai behavioral finance, bias perilaku yang didalamnya terdapat cognitive
C. Rumusan Masalah
investasi?
keputusan investasi?
D. Tujuan
3
Adapaun tujuan dari pembuata makalah ini adalahs ebagai berikut:
keputusan investasi
keputusan investasi
investasi
E. Manfaat
investor melalui literatur yang ada serta mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
4
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Behavioral Finance
Behavioral finance adalah teori yang berfokus pada dampak psikologis yang
tindakan. Behavioral finance adalah model pasar keuangan yang menekankan pada
potensi dampak dari faktor psikologis yang yang mempengaruhi perilaku investor
(Bodi, Kane, dan Marcus, 2016). Pertama, investor tidak selalu memproses informasi
investor di pasar keuangan yang dipengaruhi oleh faktor psikologis mereka. Teori ini
juga mengkaji pengaruh faktor psikologis terhadap keputusan yang dibuat di pasar
selama keputusan membeli atau menjual. Dengan kata lain, Behavioral Finance
5
mencoba menjelaskan alasan mengapa pelanggaran dapat terjadi. Behavioral finance
seperti ketakutan dan kecemasan, karena keputusan ini harus dibuat dengan tepat dan
cepat, karena jika mereka mengambil keputusan yang salah, mereka akan kehilangan
tidak cukup pintar untuk mengambil keputusan yang berujung pada kerugian. Faktor
melakukan tindakan yang tidak rasional dan tidak terduga, dimana keputusan
investasi didasarkan pada emosi, karakter dan pengetahuan yang mengarah pada
2. Prospect Theory
Teori prospek, yang dikemukakan oleh Kahneman dan Tversky (1979), adalah
teori yang menjelaskan bagaimana orang dengan hasil yang tidak pasti membuat
dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian, orang tidak selalu bertindak rasional dan
dipengaruhi oleh faktor psikologis dan perilaku yang tidak dapat diprediksi dalam
rentan terhadap keuntungan risiko daripada kerugian. Kita cenderung lebih berani
mengambil risiko saat kalah daripada saat menang. Seseorang akan menemukan nilai
6
kehilangan sejumlah uang dalam perjudian lebih menyakitkan daripada nilai
keputusan pilihan dari prospek yang mengandung risiko. Prospect theory dikatakan
sebagai teori yang membahas tentang bagaimana tindakan yang tidak rasional
saham turun bahkan dalam posisi loss atau rugi dan akan dengan cepat menjual pada
saat harga naik meskipun kenaikan tersebut lebih kecil dari harga belinya. Tetapi
kalau saat loss diambil tindakan menjual sekuritas maka investor akan mendapatkan
kerugian. Kerugian yang dialami dari penjualan sekuritas dalam posisi loss sangat
berdampak banyak pada psikologinya. Dampak psikologi tersebut antara lain adanya
perasaan malu kepada diri sendiri dan terutama pada investor lain. Karena dengan
kerugian yang diterima seakan akan menunjukan sebagai investor yang tidak bisa
mengambil keputusan dengan tepat. Seolah-olah merasa tidak mampu dalam hal
kognitif terutama pengetahuan yang dimiliki maupun kurangnya informasi yang tepat
Dari sisi afektif lain yaitu saat menjual sekuritas pada posisi loss yaitu adanya
perasaan menyesal yang begitu dalam akibat dari suatu kerugian. Dengan perasaan
menyesal yang terus menerus akan berdampak pada tingkat emosi terutama emosi
ketidaknyamanan hati dan suasana akibat dari suatu keputusan yang tidak tepat
7
tersebut. Tindakan lainnya jika pada posisi gain yaitu investor dengan cepat
melakukan penjualan atas sekuritas yang dimilki. Hal tersebut di dorong oleh
kekuatiran bahwa harga akan turun lagi sehingga mengakibatkan kerugian kalau tidak
cepat diambil tindakan menjual. Dengan diambil tindakan menjual meskipun ada
kenaikan harga beli dan harga jual meski tidak begitu besar tetapi akan mendapatkan
keuntungan.
3. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah kebijakan berinvestasi pada satu atau lebih aset
merupakan salah satu tantangan terpenting bagi investor. Ini adalah proses kompleks
yang menganalisis berbagai faktor pribadi, teknis, dan situasional. Penting untuk
Keputusan investasi seorang individu dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu
harus mengambil keputusan yang tentunya bukan keputusan yang asal, karena dalam
prosesnya investor harus menghindari risiko. Investor memiliki dua sikap dalam
8
mengambil keputusan investasi: perilaku rasional dan perilaku irasional. Perilaku
berdasarkan akal sehat, berdasarkan informasi yang tersedia di pasar dan pengetahuan
yang tersedia serta informasi yang dapat dibuktikan secara faktual, sedangkan
perilaku irasional adalah sikap seorang investor yang tidak mengambil keputusan
investasi. sehat tetapi dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor psikologis merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan investor, terutama dalam
memutuskan produk dan perusahaan mana yang akan memberikan keuntungan lebih.
kognitif tersebut tidak sesuai. Suatu situasi atau keadaan ketika muncul sutu konflik
dari informasi baru yang diperoleh berbeda denagn pemahaman yang telah diterima
sebelumnya, hal ini dikenal dengan cognitive dissonance biases (Seto, 2017). Bias
kognitif dapat membuat seorang investor menilai investasinya lebih baik daripada
diri kognitif tidak cocok, ketika pengetahuan yang baru diperoleh menciptakan
9
empat perilaku yang dihasilkan dari cognitive dissonance dan menyebabkan kerugian
investasi, yaitu:
yang seharusnya mereka jual karena mereka ingin menghindari rasa sakit
buruk.
ini berbeda”.
5. Overconfidence Bias
berlebihan (Lubis et al, 2013). Kondisi ini merupakan hal normal yang sekaligus
10
investasi yang potensial cenderung untuk melakukan perdagangan yang berlebihan
tentu benar dan hanya didasarkan pada intuisi, judgements dan kemampuan kognitif
biases adalah berkaitan dengan sikap yang terlalu percaya diri yang berkaitan dengan
mereka. Penyebab overconfidence adalah rasa percaya diri yang berlebihan bahwa
kemampuan analisis yang akurat dan tepat, namun pada kenyataannya merupakan
yang tersedia karena terlalu percaya diri dan mengandalkan kemampuan analisisnya.
6. Herding Bias
Herding adalah bias perilaku yang paling umum di mana investor cenderung
mengikuti keputusan investasi yang dibuat oleh mayoritas. Alasan utama harding
adalah tekanan dan pengaruh dari teman sebaya dan orang-orang di sekitar mereka.
emosi. Investor lebih memilih melakukan herding saat mereka percaya bahwa herding
dapat menolong mereka untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat
11
secara rasional menjadi irasional dengan meniru perilaku investor lain dalam
kelompok tertentu salah dalam mengambil keputusan. Perilaku herding didorong oleh
sejumlah situasi yang muncul karena investor tidak menerima informasi atau
informasi yang akurat dan jelas. Hal ini menyebabkan investor bertindak berdasarkan
perilaku investor lain atau beberapa prasangka. Beberapa investor yang dipengaruhi
oleh herd bias jelas bermaksud mengabaikan informasi pribadi mereka dan meniru
perilaku investor lain, menyebabkan mereka berdagang ke arah yang sama dengan
investor lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku herding dapat menjelaskan perilaku
yang memposisikan investor lain sebagai influencer yang berdampak besar pada
Penelitian yang dilakukan oleh Roma dan Sinarwati (2021) dilakukan untuk
lainnya guna untuk mengurangi risiko dan mendapatkan return yang tinggi.
12
Toma (2015) dalam penelitiannya yang menganalisis keputusan dan perilaku
bulanan.
dan Lahore. Hasilnya menunjukkan bahwa overconfidence bias dan loss aversion
aversion, loss aversion, dan herding bias terhadap para investor dalam menentukan
13
dari hasil penelitiannya yaitu terdapat pengaruh overconfidence, herding effect,
C. Hipotesis
kognitif tidak sesuai, ketika ada konflik yang timbul dari informasi yang baru
menegaskan diri sendiri, Anda menghindari masalah mental yang terkait dengan
keputusan investasi
14
Overconfidence sering terjadi pada investor pemula yang ingin cepat dan ingin
fundamental perusahaan, tetapi pada tindakan investor lain atau market noise.
Menggiring dalam situasi keuangan terjadi ketika seorang investor di pasar keuangan
meniru perilaku investor lain atau kelompok investor yang lebih besar. Perilaku
investasinya pada informasi yang tersedia atau nilai fundamental perusahaan, tetapi
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan
a. Uji Normalitas
Sig sebesar 0,961 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat
normalitas.
16
b. Uji Multikolinearitas
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
COGNITIVE
DISSONANCE BIAS .994 1.006
(X1)
OVERCONFIDENCE
.459 2.178
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .460 2.176
Berdasarkan tabel hasil uji multikolinearitas diatas dapat dilihat bahwa variabel
cognitive dissonance bias (x1) memiliki nilai VIF 1,006 < 10 dan nilai tolerance
0,994 > 0,10, overconfidence bias (x2) dengan nilai VIF 2,178 < 10 dan nilai
tolerance 0,459 > 0,10 dan herding bias (x3) dengan nilai VIF 2,176 < 10 dan nilai
tolerance 0,460 > 0,10. Dari hasil uji multikolinearitas dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk variabel cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias
tidak terdapat korelasi antar variabel independen, sehingga tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Bet
a
1 (Constant) .595 1.122 .530 .597
COGNITIVE
DISSONANCE .001 .116 .001 .007 .995
BIAS (X1)
17
OVERCONFIDENCE
.051 .046 .141 1.098 .274
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .015 .073 .027 .211 .833
a. Dependent Variable: ABS_RES
signifikansi variabel cognitive dissonance bias (X1) 0,995 > 0,05, nilai signifikansi
variabel overconfidence bias (X2) 0,274 > 0,05, dan nilai signifikansi variabel
herding bias (X3) 0,833 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
2. Uji Hipotesis
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Bet
a
1 (Constant) 8.555 1.849 4.628 .000
COGNITIVE
.159 .191 .053 .832 .407
DISSONANCE BIAS
(X1)
OVERCONFIDENCE
.096 .076 .118 1.266 .208
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .778 .120 .603 6.465 .000
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)
Dimana :
18
Y = Keputusan investasi
a = Nilai Konstanta
X2 = Overconfidence bias
X3 = Herding bias
1) Nilai konstanta sebesar 8,555 menunjukkan bahwa jika variabel independen yaitu
cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias bernilai nol maka
dissonance bias satu- satuan, maka keputusan investasi meningkat sebesar 0,159
satuan dengan asumsi variabel lain dari model regresi bernilai tetap.
Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan overconfidence bias satu-satuan, maka
keputusan investasi meningkat sebesar 0,096 satuan dengan asumsi variabel lain
19
4) Koefisien variabel herding bias sebesar 0,778. Ini menunjukkan bahwa herding
bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hal ini berarti
meningkat sebesar 0,778 satuan dengan asumsi variabel lain dari model regresi
bernilai tetap.
Berdasarkan hasil tabel di atas, hipotesis pertama memiliki nilai t hitung 0,832 <
1,9785 dan nilai signifikansi 0,407 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
hasil tabel di atas, hipotesis kedua memiliki nilai t hitung 1,266 < 1,9785 dan nilai
signifikansi 0,208 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat
Hipotesis ketiga adalah herding bias berpengaruh positif. Berdasarkan hasil tabel
20
di atas, hipotesis ketiga memiliki nilai t hitung 6,465 > 1,9785 dan nilai
signifikansi 0,000 < 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa herding bias berpengaruh
diterima.
ANOVAb
regresi nilai f = 40,357 dan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini
21
1. Perbedaan dan Persamaan antara makalah ini dengan penelitian yang
dan Robiyanto
bebas Cognitive Dissonance Bias, Overconfidence Bias dan Herding Bias serta
keduanya terletak pada teknik analis data, dimana pada penelitian tersebut analisis
menggunakan binomial dan regresi linear berganda. Selain itu, terdapat pebedaan
pada objek, dimana objek penelitian tersebut yaitu Investor yang me-lakukan
Makalah ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rona
Bias dan Herding Bias serta variabel terikatnya adalah keputusan investasi. Selain itu,
metode analisis penelitian sama-sama menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji
berganda yaitu uji hipotesis. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah pada
jumlah variabel bebas, dimana pada makalah ini terdapat 3 variabe bebas dengan
22
tersebut hanya menggunakan 2 variabel bebas yaitu herding biasdan overconfidence
bias.
Overconfidence Bias dan Herding Bias serta variabel terikatnya adalah keputusan
bais. Lalu perbedaan juga terletak pada teknik analisis, dimana pada penelitian
tersebut hanya dilakukan uji regresi berganda serta uji hipotesis saja.
C. Pembahasan
Investasi
koefisien sebesar 0,159, hal ini menunjukkan bahwa cognitive dissonance bias
berpengaruh positif. Hipotesis pertama memiliki nilai t hitung sebesar 0,832 < 1,9785
dan nilai signifikansi 0,407 > 0,05 yang artinya cognitive dissonance bias tidak
23
dissonance bias mengalami peningkatan atau penurunan tidak akan mempengaruhi
keputusan investasi dimana hasil ini tidak sesuai dengan prospect theory.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Pradhana (2018) yang membuktikan bahwa
memiliki kekompakan yang baik, dimana mereka akan saling bertukar informasi.
Akibatnya, mereka tidak akan ragu jika mendapatkan informasi baru. Selain itu
diprediksi bahwa cognitive dissonance bias tidak selalu menjadi salah satu faktor
Hipotesis kedua memiliki nilai t hitung sebesar 1,266 < 1,9785 dan nilai signifikansi
0,208 < 0,05 yang artinya bahwa overconfidence bias tidak berpengaruh signifikan
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramita et
investor. Kepercayaan diri yang berlebihan dapat menyebabkan investor yang berani
24
portofolio yang didapatkan akan lebih rendah. Terlalu percaya diri dapat
yang cukup tentang saham, namun responden yang telah melakukan transaksi saham
dengan frekuensi tinggi menghasilkan ketelitian analisis dan manfaat yang belum
maksimal hanya sebagian yang mahir dalam transaksi saham. Oleh karena itu,
responden memang memiliki pengetahuan yang cukup tentang saham namun belum
memiliki kemampuan yang cukup mahir dalam praktik bertransaksi saham. Sehingga
hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan diri yang berlebihan tentang transaksi
saham. Dapat diartikan juga bahwa meskipun responden memiliki pengetahuan yang
cukup tentang saham, tetapi mereka belum terampil dalam bertransaksi saham
koefisien sebesar 0,778. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan herding
bias satu-satuan maka keputusan investasi akan meningkat sebesar 0,778. Hipotesis
ketiga memiliki nilai t hitung sebesar 6,465 > 1,9785 dan nilai signifikansi 0,000 <
0,05 yang artinya bahwa herding bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi.
25
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramdani (2018) yang menyatakan
pengambilan keputusan investasi. Dari keputusan investor lain tersebut, investor lebih
bereaksi cepat terhadap perubahan keputusan investor lain dalam berinvestsi. Selain
itu juga investor lebih senang membeli saham jika saham tersebut diminati sejak awal
yang menunjukkan bahwa variabel herding bias memiliki dampak yang kuat pada
keputusan investasi. Karna pasar saham pakistan yang tidak berkembang dengan baik
dan efisien, sehingga informasi tidak tersedia untuk semua investor. Hal ini yang
membuat investor dipengaruhi oleh herding bias untuk melindungi diri dari kerugian.
Seorang investor akan menunjukkan perilaku herding ketika ia lebih bergantung pada
informasi yang divalidasi oleh orang banyak, bukan pada penilaian sendiri karena
dengan persepsi bahwa pilihan atau keputusan investasi yang diambil mayoritas tidak
mungkin salah.
26
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan
27
B. Saran
variabel yang telah peneliti gunakan sehingga mampu menjelaskan pengaruh bias
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Lubis, A. N. (2013). Perilaku Keuangan Investor. Medan: USU Pres.
Pompian, M. M. 2006. Behavioral Finance and Wealth Management. How to Build
Optimal Portfolios That Account for Investor Biases. First Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons. Inc.
Puspawati, D., & Yohanda, A. R. (2022). Bias Perilaku Pada Keputusan Investasi
Generasi Muda. AKUNTABILITAS , Vol. 16, No. 1.
Putri, R. A., & Isbanah, Y. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Investasi pada Investor Saham di Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM),
8(1).
Rona, I. W., & Sinarwati, N. K. (2021). Pengaruh Herding Bias dan Overconfidence
Bias terhadap Pengambilan Keputusan Investas. StudiAkuntansidanKeuangan
Indonesia, Vol. 4, No. 2.
Sari, W. W., Fathoni, A. F., dan Haryetti. (2019). Pengaruh Informasi K inerja
Saham terhadap Pengambilan Keputusan Investasi dengan Herding
Behaviorsebagai Variabel Mediasi. Jurnal Ekonomi, 27(3), 282 –292.
Setiawan, Y. C., Atahau, A. D., & Robiyanto. (2018). Cognitive Dissonance Bias,
Overconfidence Bias dan Herding Bias dalam Pengambilan Keputusan
Investasi Saham. Accounting and Financial Review, 1(1), 17-25.
Seto, A. A. (2017). Behavioral Biases pada Individual Investor di Kota Palembang.
Jurnal Ekonomi Global Masa Kini, Vol. 8, No. 1.
Shefrin, H., 2007. Behavioral Corporate Finance: Decision that Create Value,
McGraw-Hill/Irwin.
Yuningsih. (2020). Perilaku Keuangan Dalam Berinvestasi. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.
30