Komunikasi Terapeutik Pada Kondisi Khusus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KONDISI KHUSUS”

Dosen Pengampu : Ns. Rahmat Djalil, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelas 3B Keperawatan

Kelompok 6

Windy Dilla Apriliani : 2101039

Aditria Lapod : 2101045

Asri Anti Makalunsenge : 2101046

Sulis Sofyan : 2101050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik Pada Kondisi Khusus”
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih
jauh dari kata sempurna. Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dan pelajaran dari makalah ini.

Manado, 25 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik......................................................................................6
2.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik.............................................................................................6
2.3 Tujuan Komunikasi Keperawatan........................................................................................6
2.4 Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik.........................................................................................6
2.5 Tahapan-Tahapan Komunikasi Terapeutik.........................................................................7
2.6 Komunikasi Terapeutik Pada Kondisi Khusus.....................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik di bidang keperawatan memegang peranan penting
untuk menciptakan hubungan harmonis antara perawat, pasien, dan tenaga kesehatan
lainnya, guna mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien (Indra Wati, 2003). Keefektifan komunikasi terapeutik
antara perawat dan pasien akan mengoptimalkan tindakan keperawatan yang akan
mempercepat proses penyembuhan fisik dan psikologis pasien (Anas Tamsuri, 2002).
Pelaksanaan komunikasi terapeutik yang belum dilaksanakan dengan baik dan
benar dapat menjadi hambatan yang cukup berarti dalam penerapan asuhan
keperawatan yang bermutu sesuai standar praktek keperawatan yang profesional.
Dalam rangka meningkatkan kualitas keperawatan yang memenuhi standar
praktek keperawatan, maka upaya yang dilakukan adalah melaksanakan komunikasi
terapeutik secara baik dan benar, karena komunikasi terapeutik adalah sarana yang
sangat efektif untuk memudahkan perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik, sehingga tercapainya tujuan dari tindakan keperawatan secara optimal.
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang mencakup keterampilan intelektual, tehnical, dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta ( Johnson, 1989) dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasaan professional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling
penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian komunikasi keperawatan
2. Fungsi komunikasi keperawatan
3. Tujuan komunikasi keperawatan
4. Ciri-ciri komunikasi keperawatan
5. Tahapan-tahapan komunikasi keperawatan
6. Komunikasi keperawatan pada kondisi khusus

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetauhi pengertian komunikasi keperawatan
2. Untuk mengetauhi fungsi komunikasi keperawatan
3. Untuk mengetauhi tujuan komunikasi keperawatan
4. Untuk mengetauhi ciri-ciri komunikasi keperawatan
5. Untuk mengetauhi tahapan-tahapan komunikasi keperawatan
6. Untuk mengetauhi komunikasi keperawatan pada kondisi khusus

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara perawat dan pasien, persoalan mendasar dari komunikasi
ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang
memberikan bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang diberikan

2.2 Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong atau menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien dalam proses keperawatan, membantu pasien dalam rangka
mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap
preventif kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap
pertahanan diri pasien

2.3 Tujuan Komunikasi Keperawatan


a. Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya sehingga dapat
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
c. Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.

2.4 Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik


a. Empati Empati yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau
perasaan orang lain.
b. Rasa percaya (trust) Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap kebutuhan
orang lain dan berhasrat akan membuat sesuatu yang akan dipertanggung jawabkan.
c. Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini terjadi jika
komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima dan memberi respek
terhadap apa yang dikatakannya.
d. Perhatian Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang
diekspresikan secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain dengan cara
memandang, mengangguk, atau dengan perabaan jika dianggap tepat.

2.5 Tahapan-Tahapan Komunikasi Terapeutik


a. Tahap Persiapan atau pra interaksi adalah masa persiapan sebelum berhubungan
dengan pasien, tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya,

6
mengatasi kecemasannya dan meyakinkan dirinya bahwa dia betul-betul siap untuk
berinteraksi dengan pasien.
b. Tahap perkenalan atau orientasi. Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer, 1993).
c. Tahap kerja. Tahap ini perawat dan klien berkerja sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Perawat juga dituntut mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang
tinggi terhadap adanya perubahan dalam proses verbal maupun non verbal klien
(Suryani, 2005).
d. Tahap terminasi. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksakan,
melakukan evaluasi subjektif, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan, dan membuat kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya.

2.6 Komunikasi Terapeutik Pada Kondisi Khusus


Sangat sering terjadi kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau
menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangakan lainnya bersikap
menuntut, agresif, dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang
pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat merendahkan pemula atau
bahkan dokter yang seudah berpengalaman. Tenaga kesehatan mungkin merasa sebal,
marah, kewibawaannya terganggu, tidak sabar atau frustasi.
a. Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons pasien
terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap
pewawancara. Tiap pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama
seperti marah, iri, atau takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga
kesehatan yang menanganinya. Seseorang pasien dapat mengungkapkan
perasaannya kepada tenaga kesehatan, yang harus bertindak secara
professional dan obyektif, dan tidak merasa diserang atau menjadi defensif.

2.6.1 Pasien Dalam Keadaan Marah

Terkadang kita segera merasa benci kepada pasien yang marah-marah, tetapi
membenci pasien berlawanan dengan segala sesuatu yang telah diajarkan kepada kita.
Karena penyakitnya pasien mempunyai perasaan hilang kendali, kewibawaan
terganggu, dan takut. Kemarahannya adalah mekanisme untuk mengatasi perasaan
takutnya.

Konfrontasi dapat menjadi teknik yang berguna untuk berbicara atau


mewawancarai pasien seperti itu. Dengan mengatakan “anda kelihatan sangat marah”,
anda membuat pasien dapat melepaskan sebagian ketakutannya. Cara konfrontasi
lainnya adalah dengan mengatakan “ anda jelas merasa marah mengenai semua hal.
Beritahukanlah kepada saya hal yang salah menurut anda” anda harus
mempertahankan ketenangan hati anda dan jangan menjadi defensif. Jika pada awal
wawancara anda mengetahui bahwa pasien sedang marah, berusahalah untuk
menghilangkan perasaan tersebut. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan anda dengan
perlahan-lahan.

7
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan,
dan pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu, kunci utama meredam
kemarahan pasien adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan, dan
pengharapan mereka.

2.6.1.1 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah

Pasien yang marah ingin :

1. Didengarkan
2. Dimengerti
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberi penjelasan
6. Ada tindakan perbaikan dalam watu yang tepat

Berikut ini sikap dan cara meredam kemarahan pasien :

1. Dengarkan :

 Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti


permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan
dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi
selalu menutupi maksud pasien yang sesungguhnya.
 Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien
yang lelah, gelisah, sakit, khawatir, akan vonis dokter, dll.
 Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada
pasien (telepon, tamu lain, dll).
 Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita
benar-benar mendengarkan mereka.

2. Berusaha sependapat dengan pasien

 Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah


satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point
dalam pernyataan pasien yang bias kita setujui. Misalnya, “ya pak,
saya sependapat bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama
untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami
memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya
dan melapornya pada bapak sesegera mungkin”

3. Tetap tenang dan kuasai diri

 Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang


sedang cemas, gelisah, dan khawatir akan kondisi diri atau
keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi
seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.

8
 Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif, dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung
tinggi dan cepat.
 Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan
 Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukkannya, dan
 Sebut nama pasien dengan namanya.

2.6.2 Pasien Agresif

Pasien agresif adalah pasien dengan gangguan kepribadian. Individu ini


mudah menjadi jengkel dan sering marah bila berhadapan dengan stress yang
normal dalam kehidupan sehari-hari. Ia secara kuat mendominasi dan berusaha
mengendalikan keadaan. Seringkali, pasien yang agresif mempunyai
ketergantungan yang kuat dan tidak dapat diatasinya secara sadar. Ia menutupi
masalah utamanya dengan menjadi agresif dan bermusuhan untuk
menyembunyikan kecemasan dan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Pasien
agresif sulit untuk ditangani, kita harus berhati-hati untuk menjauhi topik-topik
yang menimbulkan kecemasannya. Sewaktu hubungan yang baik dapat dijalin,
tenaga kesehatan dapat berusaha menyelidiki bidang-bidang yang lebih dalam.
Pada umumnya, pasien agresif akan menolak segala macam psikoterapi.

2.6.2.1 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Agresif

1. Cara Pendamping

Ketika anda takut terhadap pasien yang agresif, carilah teman


untuk menemani anda ketika menghadapi pasien tersebut. Anda akan
lebih tenang dan ketenangan anda akan memberikan efek positif
untuk pasien

2. Tetap Tenang

 Berbicaralah secara pelan dan sopan ke pasien


 Jangan memperlihatkan kemarahan kita karena hal ini akan
memperburuk suasana.
 Jangan berdebat dengan mereka dan jangan menyetujui
perkataan mereka jika mereka mempunyai delusi atau ide-ide
aneh.
 Jangan mengintimidasi pasien.

3. Sikap Tubuh

 Duduklah dengan relaks.


 Ketika mengobrol jangan selalu melihat ke mata pasien karena
mereka akan merasa terancam.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu, dan ruang yang turut mempengaruhi
keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
juga kepuasan bagi perawat.
2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaannya
diperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan dengan
terapeutik.

3.2 Saran
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
126-Article Text-372-2-10-20211025.pdf
(7) KOMUNIKASI PADA SITUASI KHUSUS | Riza Shabrina - Academia.edu

11

Anda mungkin juga menyukai