Survey TPS-dikompresi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL SURVEY DI TEMPAT PENGUMPULAN SAMPAH

SEMENTARA (TPS) KENDENG KECAMATAN GAJAHMUNGKUR,


KOTA SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sampah
Dosen pengampu : Eram Tunggul Pawenang, S. K. M., M. Kes.

Disusun oleh:
1. Safira Ristia Wahyu Ningrum (6411420012)
2. Shindi Widya Nugraheni (6411420014)
3. Suratmi (6411420028)
4. Hajijah Gandeguay (6411420053)
5. Hamasda Eksa Qotrunnada (6411420190)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. Nama Kegiatan
Survey Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS) dan Penghitungan Angka
Kepadatan Lalat (AKL) di TPS Kendeng
B. Uraian Singkat Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
Kegiatan survey pengelolaan sampah di TPS dilakukan pada:
a. Waktu : Selasa, 8 November 2022
b. Tempat : TPS Kendeng
Kegiatan dalam survei ini meliputi survei kondisi TPS, pengukuran Angka Kepadatan
Lalat, dan wawancara sederhana penduduk sekitar TPS mengenai masalah kesehatan
dan lingkungan yang berkaitan dengan keberadaan TPS Kendeng.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi:
a. Fly grill
b. Pencatat waktu/ Hand timer
c. Formulir pencatatan
C. Tujuan Kegiatan
1. Untuk mengetahui kondisi di TPS Kendeng
2. Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat yang ada di TPS Kendeng
3. Untuk mengetahui masalah berkaitan dengan keberadaan TPS ditinjau dari sisi
kesehatan lingkungan
D. Metode Kegiatan
Kegiatan survey ini dilakukan dengan metode observasi langsung dan wawancara.
Sedangkan untuk penghitungan kepadatan lalat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Tentukan tempat yang akan diukur AKL-nya.
b. Pasang fly grill pada lokasi yang strategis di sekitar tempat yang akan diukur dan
amati selama 30 dtk (menggunakan hand timer).
c. Selama 30 detik tersebut catat jumlah lalat yang hinggap pada fly grill.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar observasi
e. Lakukan langkah di atas sebanyak 10 perulangan dan ambil 5 nilai tertinggi untuk
dirata-rata.
f. Hasil rata-rata kemudian dibandingkan dengan standar perhitungan AKL.

E. Hasil
Formulir Pengawasan Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Lokasi Desain/ Tata Kondisi Pencem Kepada Hasil Pengawasan


Kontruks Letak Penggu aran tan
i terhada naan Lingku Vektor Jumlah Kesimpulan
p ngan nilai
Pemuki
man

TPS 3 3 10 1 10 27 Buruk
Kendeng (sedang) (sedang) (buruk) (Baik) (buruk)
Catatan : Baik : 0-6 ; Sedang : 7-22 ; Buruk : 29-50

Hasil Angka Kepadatan Lalat


Tabel Hasil Angka Kepadatan Lalat

No Tingkat Pengukuran Jumlah Lalat (ekor) Ranking

1 30 detik pertama 25

2 30 detik kedua 20

3 30 detik ketiga 27

4 30 detik keempat 35 I

5 30 detik kelima 29 IV

6 30 detik keenam 29 III

7 30 detik ketujuh 35 II

8 30 detik kedelapan 27
9 30 detik kesembilan 28

10 30 detik kesepuluh 29 V

Rata-rata Hasil Pengukuran Ranking I-V 31,4→31

Interpretasi Hasil
Tabel Lembar Interpretasi Hasil

Kategori Range (ekor) Hasil


Pengukuran (√)

Rendah 0-2

Sedang 3-5

Tinggi 6-20

Sangat Tinggi >20 √

Hasil Interpretasi:
Dari hasil pengukuran kepadatan lalat yang telah dilakukan menggunakan fly grill
dapat dianalisa bahwa indeks populasi lalat yang berada di TPS Kendeng yaitu sebesar 31
dengan jumlah lalat paling banyak yaitu 35 ekor pada pengukuran 30 detik keempat.
Hasil pengukuran tersebut dikategorikan sangat tinggi. Tingginya angka kepadatan lalat
di TPS Kendeng diakibatkan oleh TPS Kendeng memiliki jumlah bak kontainer sampah
sebanyak 2 buah, kondisi bak kontainer sampah terbuka (tidak ada tutup) dan pada saat
melakukan pengukuran AKL kedua bak kontainer sampah penuh dengan timbunan
sampah, masih banyak sampah yang berserakan di luar bak kontainer sampah terutama di
lantai TPS, tidak ada pemisahan antara sampah basah dan sampah kering, sehingga
sampah organik yang tertimpa oleh sampah anorganik seperti plastik membusuk sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu, bau
sangat berpengaruh pada indra penciuman, bau merupakan stimulus utama yang
menuntun serangga mencari makanannya, terutama bau yang menyengat. Jarak terbang
lalat kebanyakan berada dalam jarak 1,5 km disekitaran tempat perkembang biakannya.
Berdasarkan kebiasaan lalat yang tidak dapat hidup tanpa air, mendukung
terjadinya tingginya angka kepadatan lalat di TPS Kendeng karena lokasi yang lembab
terutama saat turun hujan menjadi becek dan menimbulkan bau tidak sedap. Lalat betina
biasanya bertelur dalam bentuk kelompok di dalam bahan organik yang sedang
membusuk dan lembab.
F. Pembahasan
1. Profil TPS
TPS Kendeng berada Jl. Kendeng Barat VI, Sampangan, Kecamatan Gajah
Mungkur, Kota Semarang. TPS Kendeng berada di luar komplek pemukiman
penduduk dan jauh dari sumber air. Bangunan yang berdekatan dengan TPS
Kendeng antara lain rumah kos, rumah penduduk, warung, dan Puskesmas
Pegandan. TPS Kendeng berada agak lebih tinggi daripada bangunan di
sekelilingnya, hal ini menyebabkan ketika hujan leachate yang berasal dari
sampah organik turun ke bawah bersama aliran air hujan dan membuat bau busuk
menyebar.
TPS Kendeng merupakan TPS yang berada di kecamatan Gajah Mungkur
untuk wilayah Bendan Ngisor. TPS adalah tempat penampungan sementara
sampah sebelum diangkut ke TPA atau Tempat Pembuangan Akhir. TPS adalah
suatu wadah yang keberadaannya untuk menampung sampah warga di
sekelilingnya atau sekitarnya, baik itu lokasi dan kapasitasnya menyesuaikan
dengan jumlah potensi sampah warganya. Di lokasi TPS inilah kita dapat melihat
perilaku masyarakat dalam membuang sampah dimana perilaku tersebut tentu
akan berdampak pada kondisi lingkungan TPS.
TPS Kendeng berada di dekat Puskesmas Pegandan dan berada di bawah
jalan tol serta terletak di pojokan. Keberadaan TPS Kendeng ini digunakan
sebagai tempat buang sampah masyarakat dari wilayah Menoreh, Lamongan, dan
Bendan Duwur serta wilayah sekitarnya. Kondisi TPS yang berada di dekat
Puskesmas tentunya dapat menjadi suatu progress dimana masyarakat dapat lebih
mengetahui dampak tinggal berada di dekat TPS dan juga dapat mencegah agar
tidak terjadi penyakit akibat sampah. Selain dekat dengan pemukiman, dengan
jarak 15-20 meter terdapat warung-warung berjualan nasi dan minuman.
TPS Kendeng memiliki 2 bak sampah, dimana bak sampah pertama sudah
mulai rusak bagian atasnya, namun bak sampah yang satunya lagi masih bagus. Di
sekitar bak sampah tersebut juga sangat kumuh dan becek sehingga menimbulkan
bau yang tidak sedap.
2. Komentar Masyarakat
Kami melakukan wawancara dengan salah satu penjual yang berjualan di
sekitar TPS Kendeng yang berjarak sekitar 25 m dari TPS Kendeng. Kami tidak
melakukan wawancara kepada penduduk sekitar TPS karena pada saat kami
melakukan survey banyak rumah penduduk yang tertutup karena sebagian besar
penduduk di komplek sekitar TPS masih bekerja. Narasumber kami bernama Bu
Via yang merupakan pedagang makanan dan minuman dan telah berjualan selama
6 bulan. Beliau mengatakan permasalahan yang dialami karena berjualan di
sekitar TPS adalah air dari sampah (leachet) yang mengalir ke sekitar tempat
berjualan ketika hujan yang menimbulkan bau tidak sedap. Beliau juga
mengeluhkan tidak adanya petugas yang menjaga dan mengelola TPS serta
pengangkutan sampah ke TPA yang tidak terjadwal dengan baik dan jarak
pengangkutan yang terlalu lama mengakibatkan timbunan sampah terlalu banyak
dan tercecer ke luar bak kontainer penampungan sampah.
Masalah kesehatan yang pernah dialami adalah muntaber yang terjadi pada
anak narasumber. TPS Kendeng merupakan wilayah yang terbuka, sering
digunakan oleh anak-anak bermain. Anak-anak yang bermain di sekitar TPS
seringkali tidak menggunakan alas kaki dan tidak melakukan cuci tangan sebelum
makan. Menurut Bu Via, muntaber yang terjadi pada anaknya karena tidak cuci
tangan setelah bermain pasir.
3. Konstruksi TPS
Konstruksi TPS Kendeng berupa bak kontainer tanpa tutup yang
berjumlah 2 buah, cukup mudah untuk dikosongkan dan tidak tertutup. Bak
kontainer yang digunakan sebagai wadah penampungan di TPS Kendeng
mempunyai tinggi 160 cm, untuk perempuan ukuran bak kontainer terlalu tinggi
sehingga mereka agak kesulitan memasukkan sampah ke dalam bak kontainer.
Jumlah bak kontainer belum bisa menampung semua sampah karena masih
banyak sampah yang berceceran di luar.
4. Lokasi TPS terhadap Pemukiman
Lokasi TPS Kendeng berjarak antara 25-50 meter dari rumah terdekat.
Masyarakat yang menggunakan TPS terdiri dari anak kos, penduduk sekitar, dan
pedagang di sekitar TPS. Untuk masyarakat yang jarak rumahnya agak jauh dari
TPS, sampah yang dihasilkan diangkut oleh petugas sampah dan diantar sendiri ke
TPS menggunakan kendaraan.
5. Kondisi Penggunaan TPS Kendeng
Kondisi penggunaan TPS Kendeng termasuk dalam kategori buruk dengan
nilai 27. Timbunan sampah di TPS Kendeng melebihi daya tampung TPS
sehingga masih ada sampah yang berserakan di luar bak kontainer. Selain itu, di
sekitar TPS tidak terdapat tanda/peringatan untuk meletakkan sampah di dalam
TPS sehingga masih terdapat sampah yang dibuang di luar bak kontainer ataupun
pada saat masyarakat membuang sampah, meskipun terdapat sampah yang jatuh
dari bak mereka tidak memasukkannya lagi ke bak kontainer.
Tidak adanya petugas yang menjaga dan mengelola TPS membuat
pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah melebihi 3 hari
sekali dan tidak terjadwal dengan baik serta jarak pengangkutan menjadi terlalu
lama.
6. Pencemaran Lingkungan
Jarak TPS Kendeng dengan sumber air lebih dari 50 meter, sehingga
sampahnya tidak berceceran pada saluran air, dan tidak timbul bau akibat
timbulan sampah dari rumah terdekat ketika musim kemarau. Timbunan sampah
di TPS Kendeng menimbulkan pencemaran udara yang mengandung gas-gas yang
timbul dari proses degradasi (biodegradasi) sampah. Selama proses biodegradasi
tersebut dilepaskan energi, uap air, gas CO2, CH4 (metana) dan berbagai senyawa
berbau yang lepas ke udara bebas dan terdeteksi oleh hidung manusia yang
dikenal sebagai bau sampah. TPS Kendeng tidak mempunyai sarana penyaluran
dan penampungan leachate sehingga menimbulkan bau sampah yang menyengat
ketika musim penghujan karena air yang dihasilkan oleh sampah terbawa oleh air
hujan turun ke bawah sehingga bau yang ditimbulkan menyebar.
7. Kepadatan Vektor
Angka kepadatan lalat pada TPS Kendeng sebesar 31 ekor per blok grill.
Sehingga tingkat kepadatan lalat di TPS Kendeng masuk kategori tinggi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya nilai baku mutu
vektor lalat < 2 sehingga angka kepadatan lalat di TPS Kendeng melebihi baku
mutu dan harus dilakukan pengendalian. Maka dari itu perlu pengamanan
terhadap tempat berkembang biak lalat. Upaya yang dapat dilakukan seperti bak
kontainer penampungan sampah di TPS Kendeng harus dalam keadaan tertutup
sehingga tidak mengundang vektor lalat dan sampah dipilah agar tidak menjadi
berserakan serta membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar bak kontainer
sampah setelah diangkut ke TPA karena lalat masih dapat berkembang biak pada
tempat tersebut
Hal yang menyebabkan tingginya angka kepadatan lalat di TPS Kendeng
antara lain bak kontainer penampung sampah di TPS Kendeng tidak tertutup,
banyaknya sampah organik dalam bak penampung sampah dan mengeluarkan
cairan berbau busuk, serta tidak adanya pengelolaan leachet menyebabkan lantai
TPS becek dan disukai lalat.
G. Kesimpulan
1) Kondisi TPS Kendeng termasuk dalam kategori buruk dengan jumlah nilai sebesar
27.
2) Angka kepadatan lalat di TPS Kendeng masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata
kepadatan lalat sebesar 31 per grill dan melebihi baku mutu.
3) Permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan TPS Kendeng bila ditinjau dari
kesehatan lingkungan adalah bau busuk bersumber dari leachate yang menyebar
ketika musim hujan karena terbawa oleh aliran air hujan.
H. Saran
1) Membangun TPS berbasis 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yaitu sistem pengelolaan dan
teknologi pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi material yang
tidak berbahaya bagi lingkungan hidup serta memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat
yang tinggal di sekitar TPS Kendeng.
2) Menyusun program pengelolaan secara terperinci yaitu proses pengolahan lindi dan
penanganan timbulan gas.
3) Merekrut petugas untuk mengelola TPS agar aktivitas masyarakat ketika membuang
sampah tertib dan melakukan pemilahan sampah.
4) Menambah bak kontainer sebagai tempat penampungan sampah sementara.
5) Melakukan perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti pemberian tutup pada
bak sampah TPS agar tidak mengundang lalat.
6) Membangun gerbang sebagai penutup lingkungan TPS agar tidak digunakan sebagai
tempat bermain anak-anak.
Daftar Pustaka

Imelda, R. (2021). Tinjauan Sanitasi dan Tingkat Kepadatan Lalat di Pasar Terpadu Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2021. Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/4551/1/KTI RITA
IMELDA.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya
Yasindra, R. (2021). Implementasi Program Pengelolaan Persampahan di Kelurahan Gedawang
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Yuwono, A. S. (2016). Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia ( Odour Quantification and
Odour Pollution in Indonesia ) Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia ( Odour
Quantification and Odour Pollution in Indonesia ) Arief Sabdo Yuwono. June.
Lampiran
Dokumentasi

Kondisi di sekitar TPS Kondisi di sekitar TPS

Bak kontainer penampung sampah Kondisi lantai TPS


Pemukiman di sekitar TPS Pengukuran AKL dengan fly grill dan HP
sebagai timer

Wawancara dengan narasumber Anak-anak yang bermain di area TPS

Fly grill untuk mengukur AKL Aktivitas penduduk membuang sampah


Foto bersama dengan narasumber Bu Via

Foto bersama dengan anggota kelompok

Anda mungkin juga menyukai