JP Blok Keperawatan Gerontik

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN JURNAL PRESENTASI BLOK KEPERAWATAN GERONTIK

“DIABETES MELLITUS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
REGULER A 2019

Putri Syari Pratiwi 04021181924001 Haura Nadira 04021281924032


Milta Huljaniyah 04021181924004 Desi Rahmah Pertiwi 04021281924035
Bella Saphira 04021181924009 Popy Dwi Kusuma 04021281924038
Ira Wahyuni 04021181924012 Rivansyah 04021281924042
Dewi Yunita 04021181924015 Fitra Aliya Rahma 04021281924045
Siti Ayu Fatimah 04021181924018 Gita Aprilia 04021281924048
Zulfah Chairunnisah 04021281924020 Shefa Mursalinda 04021281924052
Cherly Melinda 04021281924024 Munirah 04021281924055
Izzati Adha Pratitis 04021281924027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai
dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Penyebab kenaikan kadar gula
darah tersebut menjadi landasan pengelompokkan jenis Diabetes Melitus.
Diabetes melitus tipe 1, salah satu jenis diabetes yang disebabkan kenaikan gula darah
karena kerusakan sel beta pancreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali.
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam
darah. Penderita diabetes tipe ini membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya.
Sedangkan, diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh kenaikan gula darah karena
penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas.

2. Etiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin, abnormalitas
metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas mitokondria, dan
sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes dapat
memengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu,
yang disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah
mikrovaskular dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan
sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat) (Rosyada, 2013).

3. Tanda & Gejala


Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang terjadi pada
organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula darah atau sering disebut
dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin
dari pankreas. Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
makrovaskuler maupun mikrovaskuler.
Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:
1. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya
terutama pada malam hari (poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi
ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna
menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak
mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan
sering buang air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter,
tetapi pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah
ini. Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi).
Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga
penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis, segar dan air dalam
jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh
kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa
penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga
otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa
lapar.
3. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di
dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita
DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per
24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain
atau gejala tambahan yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena
komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh,
pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada
pria ujung penis terasa sakit (balanitis) (Simatupang, 2017).

4. Patofisiologi
a. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1
Manifestasi DM tipe 1 terjadi akibat kekurangan insulin untuk menghantarkan
glukosa menembus membran sel ke dalam sel. Molekul glukosa menumpuk dalam
peredaran darah, mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiporosmolaritas serum, yang menarik air dari ruang intraseluler ke dalam sirkulasi
umum. Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah ginjal dan
hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan
meningkatkan haluaran urine (poliuria). Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang
batas glukosa, biasanya sekitar 180 mg/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine
(glukosuria). Penurunan volume intraseluler dan peningkatan haluaran urine
menyebabkan dehidrasi, mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan, yang
menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak (polidipsia). Penurunan
energi karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin, sehingga
menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih banyak (polifagia). Orang dengan DM
tipe 1 membutuhkan sumber insulin oksigen (eksternal) untuk mempertahankan hidup
(LeMone, Priscillia, 2016 dalam Maria, 2021).
b. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 :
DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terkadi meski
tersedia insulin endogen. Kadar insulin yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda
dan meski ada, fungsinya dirusak oleh resistensi insulin di jaringan ferifer. Hati
memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam makanan tidak
dimetabolisme dengan baik, dan akhirnya pankreas mengeluarkan jumlah insulin yang
kurang dari yang dibutuhkan (LeMone, Priscillia, 2016 dalam Maria, 2021).
Proses patofisiologi dalam DM tipe 2 adalah resistansi terhadap aktivitas
insulin biologis, bauik di hati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai
resistansi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin
terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan prosuksi glukosa hepatik berlanjut,
bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan
ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan glukosa. Mekanisme
penyebab resistansi insulin perifer tidak jelas, namun ini tampak terjadi setelah insulin
berkaitan terhadap reseptor pada permukaan sel.
Insulin adalah hormon pembangun (anabolik). Tanpa insulin, tiga masalah
metabolik mayor terjadi: (1) penurunan pemanfaatan glukosa, (2) peningkatan
mobilisasi lemak, dan (3) peningkatan pemanfaatan protein (Black, M Joyce, 2014
dalam Meria, 2021). Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas.
5. WOCWOC

Reaksi Autoimun Obesitas, Usia Genetik

DM Tipe I DM Tipe II

Sel Beta Pankreas Sel Beta Pankreas


Hancur Rusak
Defisiensi Insulin

Anabolisme Proses Liposis Meningkat Penurunan


Pemakaian Glukosa

Kerusakan pada Gliserol Asam


Antibodi Lemak Bebas Hiperglikemia

Kekebalan Tubuh
Aterosklerosis Katogenesis Polipaghi Viskolita
Neuropati Sensori Darah
Perifer Ketonuria Polidipsi
Makro Mikro Aliran
Veskuler Veskuler Darah
Klien Merasa Sakit Ketoasidosis Poliurea Melambat
pada Luka
- Nyeri
Jantung Retina Ginjal
Abdomen MK :
Selebral Ischemic
- Mual, Ketidakefektifan
MK : Nyeri muntah Gula Darah Jaringan
Akut - Coma
Miocard Penyumbatan
Infark
MK :
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer

Nerkrosis
Luka

MK : Kerusakan
Ganggren
Integritas Kulit

Aktivitas Terganggu

MK : Intoleransi
Aktivitas

(Smeltzer dan Bare, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa cara pemeriksaan kadar glukosa darah untuk menegakkan diagnosa
DM berdasarkan konsensus pengelolaan dan pencegahan DM di Indonesia adalah (Ni
Ketut dan Brigitta, 2019 dalam Rahmadani, 2021):
1. Tes Gula Darah (A1C)
Tes darah ini menunjukkan tingkat gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan
terakhir. Tes ini mengukur persentase gula darah yang melekat pada hemoglobin dan
protein pembawa oksigen dalam sel darah merah. Semakin tinggi kadar gula darah,
semakin banyak hemoglobin yang dimiliki dengan gula darah yang menempel. Tingkat
A1C 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil antara 5,7-6,4% dianggap prediabetes, yang menunjukkan risiko tinggi terkena
diabetes. Tingkat normal dari A1C adalah dibawah 5,7%.
 HbA1c < 6.5 % Kontrol glikemik baik
 HbA1c 6.5 -8 % Kontrol glikemik sedang
 HbA1c > 8 % Kontrol glikemik buruk
2. Jika tes A1C tidak dapat dilakukan karena kondisi tertentu yang dapat membuat tes
A1C tidak akurat, seperti hamil atau kelainan, dokter akan menggunakan tes berikut
untuk mendiagnosis diabetes:
a. Tes Gula Darah Acak
Sampel darah akan di ambil pada waktu acak. Nilai gula darah dinyatakan dalam
milligram per desiliter (mg/dL) atau milimoles per liter (mmol/L). Kadar gula darah
acak 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi menunjukkan diabetes, terutama
bila digabungkan dengan salah satu tanda dan gejala diabetes, seperti sering buang
air kecil dan haus ekstrem.
b. Tes Gula Darah Puasa
Sampel darah akan diambil setelah pasien menjalani puasa dalam semalam. Tingkat
gula darah puasa normal adalah kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L). Tingkat gula
darah puasa dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) dianggap
prediabetes, sedangkan hasil pengukuran 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih tinggi
pada dua tes terpisah adalah indikasi diabetes.
3. Tes Toleransi Glukosa Oral
Untuk tes ini, pasien akan diminta berpuasa dalam semalam dan kadar gula darah
puasa diukur keesokan harinya. Pasien akan diminta minum cairan bergula dan kadar
gula darah diuji secara berkala selama dua jam kedepan. Kadar gula darah kurang dari
140 mg /dL (7,8 mmol/ L) dikatakan normal. Hasil antara 140 dan 199 mg/Dl (7,8
mmol/ L dan 11,0 mmol/ L) menunjukkan prediabetes. Sementara itu, pasien
dikatakan menderita diabetes bila memiliki hasil tes 200 mg / Dl (11,1 mmol/ L) atau
lebih tinggi setelah dua jam.
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan
pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan DM tipe II
dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide (Ismail, 2020).

7. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan injeksi (suntikan). Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Pemacu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid)
b. Peningkat sensitifitas terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion)
c. Penghambat absorpsi glukosa (penghambat glukosidase alfa)
d. Penghambat DPPIV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)

Obat anti-hiperglikemia suntik terdiri dari insulin, agonis GLP-1 serta kombinasi
keduanya. Jenis insulin berdasarkan lama kerjanya terdiri dari 5 jenis yaitu:

a. Insulin kerja sangat cepat (Aspart, Lispro, Glulisin)


b. Insulin kerja pendek (Actrafid, Humulin)
c. Insulin kerja menengah (Neutral Protamine, Hagedorn)
d. Insulin kerja panjang (insulin lantus (glargine), insulin detemir)
e. Insulin campuran tetap
2. Terapi Non-farmakologis
Terapi Non Farmakologi menurut PERKENI (2015), yaitu:
1) Edukasi
Edukasi bertujuan promosi kesehatan supaya hidup menjadi sehat. Hal ini
perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan bisa digunakan sebagai
pengelolaan DM secara holistik.
2) Terapi nutrisi medis (TNM)
Penyandang DM perlu diberikan pengetahuan tentang jadwal makan yang
teratur, jenis makanan yang baik beserta jumlah kalorinya, terutama pada
penyandang yang menggunakan obat penurun gula darah maupun insulin.
3) Latihan jasmani atau olahraga
Penyandang DM harus berolahraga secara teratur yaitu 3 sampai 5 hari dalam
seminggu selama 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu, dan dengan
jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Jenis olahraga yang
dianjurkan bersifat aerobic dengan intensitas sedang yaitu 50 sampai dengan
70% dengan denyut jantung maksimal seperti: jalan cepat, sepeda santai,
berenang, dan jogging. Dengan jantung maksimal dihitung dengan cara: 220-
usia penyandang.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa Data

Tanda dan Gejala Etiologi Masalah Keperawatan


DO : Sel Beta Pankreas Hancur Nyeri Akut
- Tampak meringis

- Bersikap protektif
Defisiensi Insulin
- Gelisah

- Frekuensi nadi
Anabolisme Proses
meningkat
- Sulit tidur ↓
DS: Kerusakan pada Antibodi
Tidak tersedia ↓
Kekebalan Tubuh


Neuropati Sensori Perifer


Klien Merasa Sakit pada
Luka


Nyeri Akut
DO: DM tipe II Ketidakstabilan Kadar
- Kadar glukosa dalam ↓ Gulokosa Darah
darah/urin tinggi Sel beta pankreas rusak
DS: ↓
- Mengeluh lelah Penurunan Pemakaian
Glukosa


Hiperglikemia


Polipaghi


Polidipsi


Poliurea


Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah
DO: DM tipe II Perfusi Jaringan Perifer
- Pengisian kapiler >3 ↓ Tidak Efektif
detik. Sel beta pankreas rusak
- Nadi perifer menurun ↓
atau tidak teraba. Hiperglikemia
- Akral teraba dingin. ↓
- Warna kulit pucat. Viskositas darah meningkat
- Turgor kulit menurun. ↓
Aliran darah melambat
DS: ↓
Tidak tersedia Ischemic jaringan

Perfusi jaringan perifer tidak
efektif
DO: Nekrosis jaringan Intoleransi Aktivitas
- Frekuensi jantung ↓
meningkat >20% dari Luka ganggren
kondisi sehat ↓
Aktivitas terganggu
DS: ↓
Mengeluh lelah Intoleransi aktivitas
DO: Nekrosis jaringan Gangguan Integritas Kulit
- Kerusakan jaringan ↓
dan/atau lapisan Luka ganggren

DS: Gangguan integritas kulit
Tidak tersedia

2. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (luka klien) d.d tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia d.d kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi, klien mengeluh lelah.
3) Perfusi perifer tidak efektif b.d pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun,
akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
4) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas d.d frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat, klien mengeluh lelah.
5) Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer d.d kerusakan lapisan kulit.

3. Intervensi dan Implementasi


1) Nyeri Akut

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nyeri Akut Manajemen Nyeri I. 08238 Manajemen Nyeri I. 08238
Observasi Observasi
1. Lokasi, karakteristik, 1. Menanyakan lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,
intensitas nyeri frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi skala
3. Identifikasi respon nyeri
nyeri
non verbal
3. Memperhatikan dan
4. Identifikasi faktor yang
mengidentifikasi respon
memperberat dan
nyeri non verbal
memperingan nyeri
4. Mengidentifikasi dan
5. Identifikasi pengetahuan menanyakan faktor yang
dan keyakinan tentang memperberat dan
nyeri memperingan nyeri

6. Identifikasi pengaruh 5. Mengidentifikasi


budaya terhadap respon pengetahuan dan
nyeri keyakinan tentang nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri 6. Mengidentifikasi


pada kualitas hidup pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang 7. Memonitor keberhasilan
sudah diberikan terapi komplementer
yang diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik 8. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik Terapeutik
nonfarmakologis untuk 1. Mengajarkan teknik
mengurangi rasa nyeri nonfarmakologis untuk
(mis. TENS, hypnosis, mengurangi rasa nyeri
akupresur, terapi musik, (misalnya terapi yang
biofeedback, terapi pijat, cocok untuk lansa yaitu
aroma terapi, teknik akupresur, terapi
imajinasi terbimbing, music/murotal, terapi
kompres hangat/dingin, pijat, aroma terapi,
terapi bermain) teknik imajinasi
terbimbing, kompres
2. Control lingkungan yang
hangat/dingin, Terapi
memperberat rasa nyeri
relaksasi Benson
(mis. Suhu ruangan,
termodifikasi
pencahayaan, kebisingan)
mengkombinasikan
3. Fasilitasi istirahat dan meditasi, relaksasi
tidur pernafasan dalam dan
4. Pertimbangkan jenis dan relaksasi progresif otot
sumber nyeri dalam serta diperkuat dengan
pemilihan strategi musik.)
meredakan nyeri
2. Mengatur lingkungan
Edukasi yang memperberat rasa
1. Jelaskan penyebab, nyeri (Suhu ruangan,
periode, dan pemicu nyeri pencahayaan,
kebisingan)
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri 3. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri 4. Mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
4. Anjurkan menggunakan
pemilihan strategi
analgetik secara tepat
meredakan nyeri
5. Ajarkan teknik
Edukasi
nonfarmakologis untuk
1. Menjelaskan penyebab,
mengurangi rasa nyeri
periode, dan pemicu
Kolaborasi nyeri
1. Kolaborasi pemberian
2. Menjelaskan strategi
analgetik, jika perlu
meredakan nyeri

3. Mengajarkan cara
Pemberian Analgetik I.08243
memonitor nyeri secara
Observasi
mandiri
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus, 4. Menjelaskan penggunaan
pereda, kualitas, lokasi, (resep) analgetik secara
intensitas, frekuensi, tepat
durasi)
5. Mengajarkan teknik
2. Identifikasi riwayat alergi nonfarmakologis untuk
obat mengurangi rasa nyeri
3. Identifikasi kesesuaian Kolaborasi
jenis analgesik (mis. 1. Berkolaborasi pemberian
Narkotika, non-narkotika, analgetik, jika perlu
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Pemberian Analgetik I.08243
4. Monitor tanda-tanda vital Observasi
sebelum dan sesudah 1. Mengidentifikasi
pemberian analgesik karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda,
5. Monitor efektifitas
kualitas, lokasi,
analgesik
intensitas, frekuensi,
Terapeutik durasi)
1. Diskusikan jenis analgesik
2. Mengidentifikasi riwayat
yang disukai untuk
alergi obat
mencapai analgesia
optimal, jika perlu 3. Mengidentifikasi
kesesuaian jenis
2. Pertimbangkan penggunaan
analgesik (mis.
infus kontinu, atau bolus
Narkotika, non-
opioid untuk
narkotika, atau NSAID)
mempertahankan kadar
dengan tingkat
dalam serum
keparahan nyeri
3. Tetapkan target efektifitas
4. Memonitor tanda-tanda
analgesic untuk
vital sebelum dan
mengoptimalkan respon
sesudah pemberian
pasien
analgesik
4. Dokumentasikan respon
5. Memonitor kondisi
terhadap efek analgesic dan
pasien terhadapt
efek yang tidak diinginkan
efektifitas analgesik
Edukasi
Terapeutik
1. Jelaskan efek terapi dan
1. Mendiskusikan jenis
efek samping obat
analgesik yang efektif
Kolaborasi untuk mencapai analgesia
1. Kolaborasi pemberian optimal, jika perlu
dosis dan jenis analgesik,
2. Mempertimbangkan
sesuai indikasi
penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan
kadar dalam serum

3. Menetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien

4. Mendokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek yang
tidak diinginkan

Edukasi
1. Menjelaskan efek terapi
dan efek samping obat

Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi

2) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Ketidakstabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia Manajemen Hiperglikemia
Glukosa Darah Observasi
1. Identifikasi kemungkinan 1 Mengidentifikasi
penyebab hiperglikemia penyebab dari
2. Identifikasi situasi yang hiperglikemia
menyebabkan kebutuhan 2 Mengidentifikasi riwayat
insulin meningkat (mis. menyakit lainnya yang
Penyakit kambuhan) dapat meningkatkan
3. Monitor kadar glukosa kebutuhan insulin
darah 3 Memonitor kadar glukosa
4. Monitor tanda dan gejala darah dengan rutin
hiperglikemia (mis. mengecek gula darah
Polyuria, polydipsia, setiap setelah makan
kelemahan malaise, 4 Memonitor tanda dan
pandangan kabur, sakit gejala hiperglikemia
kepala) seperti poliuria,
5. Monitor intake dan output polidipsia, malaise,
6. Monitor keton urin, kadar pandangan kabur dan
analisa gas darah, eletrolit, sakit kepala.
tekanan darah ostostatik 5 Memonitor jumlah dan
dan frekuensi nadi jenis makanan dan cairan
yang masuk dan keluar
Terapeutik: 6 Memonitor keton urin
1. Berikan asupan cairan kadar analisa gas darah,
2. Konsultasi dengan medis elektrolit, tekanan darah
jika tanda dan gejala ostostatik dan frekuensi
hiperglikemia tetap ada nadi
atau memburuk 7 Memberikan asupan
cairan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan
Edukasi: 8 Mengkonsultasikan
1. Anjurkan menghindari dengan medis tanda dan
olahraga saat glukosa darah gejala hiperglikemia yang
lebih dari 250mg/dL menetap
2. Anjurkan monitor kadar 9 Menganjurkan
glukosa darah secara menghindari olahraga
mandiri saat kadar glukosa darah
3. Anjurkan kepatuhan lebih dari 250 mg/dl
terhadap diet dan olahraga 10 Menganjurkan monitor
4. Ajarkan pengelolaan kadar glukosa darah
diabetes (mis. Penggunaan secara mandiri
insulin, obat oral, monitor 11 Menganjurkan kepatuhan
asupan cairan, penggantian terhadap diet dan
karbohidrat, dan bantuan olahraga
profesional kesehatan) 12 Mengajarkan pengelolaan
diabetes seperti
Kolaborasi: penggunaan insulin, obat
1. Kolaborasi pemberian oral, monitor asupan
insulin, jika perlu cairan, penggantian
2. Kolaborasi pemberian karbohidrat, dan bantuan
cairan IV, jika perlu profesional kesehatan
3. Kolaborasi pemberian 13 Berkolaborasi bersama
kalium, jika perlu dokter dan farmasi dalam
pemberian insulin
14 Berkolaborasi bersama
dokter pemberian cairan
IV
15 Berkolaborasi bersama
dokter dan farmasi
pemberian kalium

3) Perfusi Perifer Tidak Efektif

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Perfusi Perifer Tidak Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
Efektif Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer 1. Memeriksa sirkulasi
2. Identifikasi faktor resiko perifer dengan memeriksa
gangguan sirkulasi tugor serta edema pada
3. Monitor panas, kemerahan, kulit
nyeri atau bengkak pada 2. Mengidentifikasi faktro
ekstremitas resiko gangguan sirkulasi
yaitu diabetes
Terapeutik 3. Memonitor panas,
1. Hindari pengukuran kemerahan, nyeri atau
tekanan darah pada bengkak pada ekstermitas
ekstremitas dengan 4. Menghindari mengukur
keterbatasan perfusi tekanan darah di
2. Lakukan pencegahan ekstremitas dengan
infeksi keterbatasan pencegahan
3. Lakukan perawataan kaki 5. Melakukan tindakan
dan kuku pencegahan infeksi
4. Lakukan hidrasi dengan mematuhi
protokol pencegahan
Edukasi infeksi
1. Anjurkan melakukan 6. Melakukan perawatan
perawatan luka yang tepat pada kuku dan kaki
2. Ajarkan program diet untuk 7. Melakukan hidrasi
memperbaiki sirkulasi dengan memberikan air
3. Informasikan tanda gejala hingga isotonik
darurat yang harus 8. Menganjurkan melakukan
dilaporkan perawatan luka jika
terdapat luka gangrene
9. Ajarkan program diet
rendah gula dan
mengimbangi dengan
sayur untuk
memeperbaiki sirkulasi
mengin
10. Menginformasikan tanda
gejala yang dapat
membahayakan dan harus
dilaporkan
Manajemen Sensasi Perifer Manajemen Sensasi Perifer
Observasi
1. Identifikasi penyebab 2. Mengidentifikasi
perubahan sensasi penyebab dari
2. Monitor parestesia ketidaknyamanan pada
3. Monitor perubahan kulit perubahan sensasi perifer
3. Memonitor jika pasien
Terapeutik merasa kesemutan atau
1. Hindar pemakaian benda kebas
yang berlebihan suhunya 4. Memonitor perubahan
Edukasi pada kulit seperti warna,
1. Anjurkan memakai sepatu keelastisan dan
lembut dan bertumit rendah permukaan
Kolaborasi 5. Menghindari pemakaian
2. Kolaborasi pemberian benda yang terlalu dingin
kortikosteroid, jika perlu atau terlalu panas
6. Menganjurkan untuk
memnggunakan sepatu
dengan alas lembut untuk
meminalisir pergesekan
kaki
7. Berkolaborasi bersama
dokter dan farmasi dalam
pemberian kortikosteroid

4) Intoleransi Aktivitas

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI


KEPERAWATAN
Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi Manajemen Energi
Observasi
1. Identifikasi gangguan 1. mengidentifikasi gangguan
fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. memonitor kelelahan fisik
emosional dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur 3. memonitor pola dan jam
4. Monitor lokasi dan tidur
ketidaknyamanan selama 4. memonitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan 5. Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan) suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak 6. melakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi 7. memberikan aktivitas
yang menyenangkan distraksi yang
4. Fasilitas duduk di sisi menyenangkan
tempat tidur, jika tidak 8. memfasilitas duduk di sisi
dapat berpindah atau tempat tidur, jika tidak
berjalan dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 9. menganjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan 10. menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi 11. menganjurkan
perawat jika tanda dan menghubungi perawat jika
gejala kelelahan tidak tanda dan gejala kelelahan
berkurang tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping 12. mengajarkan strategi
untuk mengurangi koping untuk mengurangi
kelelahan kelelahan
Kolaborasi 13. Mengkolaborasikan dengan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi ahli gizi tentang cara
tentang cara meningkatkan meningkatkan asupan
asupan makanan makanan

Terapi Aktivitas Terapi Aktivitas


Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat 1. mengidentifikasi defisit
aktivitas tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan 2. mengidentifikasi
berpartisipasi dalam kemampuan berpartisipasi
aktivotas tertentu dalam aktivotas tertentu
3. Identifikasi sumber daya 3. mengidentifikasi sumber
untuk aktivitas yang daya untuk aktivitas yang
diinginkan diinginkan
4. Identifikasi strategi 4. mengidentifikasi strategi
meningkatkan partisipasi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas 5. mengidentifikasi makna
rutin (mis. bekerja) dan aktivitas rutin (mis.
waktu luang bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, 6. Memonitor respon
fisik, social, dan spiritual emosional, fisik, social,
terhadap aktivitas dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi focus pada 7. Memfasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit kemampuan, bukan deficit
yang dialami yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk 8. Menyepakati komitmen
meningkatkan frekuensi untuk meningkatkan
dan rentang aktivitas frekuensi dan rentang
3. Fasilitasi memilih aktivitas aktivitas
dan tetapkan tujuan 9. Memfasilitasi memilih
aktivitas yang konsisten aktivitas dan tetapkan
sesuai kemampuan fisik, tujuan aktivitas yang
psikologis, dan social konsisten sesuai
4. Koordinasikan pemilihan kemampuan fisik,
aktivitas sesuai usia psikologis, dan social
5. Fasilitasi makna aktivitas 10. Menkoordinasikan
yang dipilih pemilihan aktivitas sesuai
6. Fasilitasi transportasi untuk usia
menghadiri aktivitas, jika 11. Menfasilitasi makna
sesuai aktivitas yang dipilih
7. Fasilitasi pasien dan 12. Menfasilitasi transportasi
keluarga dalam untuk menghadiri aktivitas,
menyesuaikan lingkungan jika sesuai
untuk mengakomodasikan 13. Menfasilitasi pasien dan
aktivitas yang dipilih keluarga dalam
8. Fasilitasi aktivitas fisik menyesuaikan lingkungan
rutin (mis. ambulansi, untuk mengakomodasikan
mobilisasi, dan perawatan aktivitas yang dipilih
diri), sesuai kebutuhan 14. Menfasilitasi aktivitas fisik
9. Fasilitasi aktivitas rutin (mis. ambulansi,
pengganti saat mengalami mobilisasi, dan perawatan
keterbatasan waktu, diri), sesuai kebutuhan
energy, atau gerak 15. Menfasilitasi aktivitas
10. Fasilitasi akvitas motorik pengganti saat mengalami
kasar untuk pasien keterbatasan waktu,
hiperaktif energy, atau gerak
11. Tingkatkan aktivitas fisik 16. Menfasilitasi akvitas
untuk memelihara berat motorik kasar untuk pasien
badan, jika sesuai hiperaktif
12. Fasilitasi aktivitas motorik 17. Meningkatkan aktivitas
untuk merelaksasi otot fisik untuk memelihara
13. Fasilitasi aktivitas dengan berat badan, jika sesuai
komponen memori implicit 18. Menfasilitasi aktivitas
dan emosional (mis. motorik untuk merelaksasi
kegitan keagamaan khusu) otot
untuk pasien dimensia, jika 19. Menfasilitasi aktivitas
sesaui dengan komponen memori
14. Libatkan dalam implicit dan emosional
permaianan kelompok yang (mis. kegitan keagamaan
tidak kompetitif, khusu) untuk pasien
terstruktur, dan aktif dimensia, jika sesaui
15. Tingkatkan keterlibatan 20. Melibatkan dalam
dalam aktivotasrekreasi permaianan kelompok yang
dan diversifikasi untuk tidak kompetitif,
menurunkan kecemasan terstruktur, dan aktif
( mis. vocal group, bola 21. Meningkatkan keterlibatan
voli, tenis meja, jogging, dalam aktivotasrekreasi
berenang, tugas sederhana, dan diversifikasi untuk
permaianan sederhana, menurunkan kecemasan
tugas rutin, tugas rumah ( mis. vocal group, bola
tangga, perawatan diri, dan voli, tenis meja, jogging,
teka-teki dan kart) berenang, tugas sederhana,
16. Libatkan kelarga dalam permaianan sederhana,
aktivitas, jika perlu tugas rutin, tugas rumah
17. Fasilitasi mengembankan tangga, perawatan diri, dan
motivasi dan penguatan diri teka-teki dan kart)
18. Fasilitasi pasien dan 22. Melibatkan kelarga dalam
keluarga memantau aktivitas, jika perlu
kemajuannya sendiri untuk 23. Menfasilitasi
mencapai tujuan mengembankan motivasi
19. Jadwalkan aktivitas dalam dan penguatan diri
rutinitas sehari-hari 24. Menfasilitasi pasien dan
20. Berikan penguatan positfi keluarga memantau
atas partisipasi dalam kemajuannya sendiri untuk
aktivitas mencapai tujuan
Edukasi 25. Menjadwalkan aktivitas
1. Jelaskan metode aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
fisik sehari-hari, jika perlu 26. Memberikan penguatan
2. Ajarkan cara melakukan positfi atas partisipasi
aktivitas yang dipilih dalam aktivitas
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social, 27. Menjelaskan metode
spiritual, dan kognitif, aktivitas fisik sehari-hari,
dalam menjaga fungsi dan jika perlu
kesehatan 28. Mengajarkan cara
4. Anjurka terlibat dalam melakukan aktivitas yang
aktivitas kelompok atau dipilih
terapi, jika sesuai 29. Menganjurkan melakukan
5. Anjurkan keluarga untuk aktivitas fisik, social,
member penguatan positif spiritual, dan kognitif,
atas partisipasi dalam dalam menjaga fungsi dan
aktivitas kesehatan
30. Menganjurkan terlibat
Kolaborasi dalam aktivitas kelompok
1. Kolaborasi dengan terapi atau terapi, jika sesuai
okupasi dalam 31. Menganjurkan keluarga
merencanakan dan untuk member penguatan
memonitor program positif atas partisipasi
aktivitas, jika sesuai dalam aktivitas
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas 32. Menkolaborasikan dengan
komunitas, jika perlu terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
33. Merujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
5) Gangguan Integrasi Kulit

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Gangguan Integritas Perawatan Integritas Kulit Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan Observasi
4. Identifikasi penyebab 11. Mengidentifikasi
gangguan integritas kulit penyebab gangguan
integritas kulit
Terapeutik
5. Ubah posisi tiap 2 jam jika 12. Mengubah posisi tiap 2
tirah baring jam jika tirah baring
6. Lakukan pemijatan pada 13. Melakukan pemijatan
area penonjolan tulang pada area penonjolan
7. Gunakan produk berbahan tulang
petroleum atau minyak 14. Menggunakan produk
pada kulit kering berbahan petroleum atau
8. Gunakan produk berbahan minyak pada kulit kering
ringan/alami dan 15. Menggunakan produk
hipoalergenik pada kulit berbahan ringan/alami
sensitive dan hipoalergenik pada
9. Hindari produk berbahan kulit sensitif
dasar alcohol pada kulit 16. Menghindari produk
kering berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi
4. Anjurkan menggunakan 17. Menganjurkan
pelembab menggunakan pelembab
5. Anjurkan minum air yang 18. Menganjurkan minum air
cukup yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan 19. Menganjurkan
asupan nutrisi meningkatkan asupan
7. Anjurkan meningkatkan nutrisi
asupan buah dan sayur 20. Menganjurkan
8. Anjurkan menghindari meningkatkan asupan
terpapar suhu ekstrem buah dan sayur
9. Anjurkan menggunakan 21. Menganjurkan
tabir surya SPF minimal 30 menghindari terpapar
saat berada di luar rumah suhu ekstrem
10. Anjurkan mandi dan 22. Menganjurkan
menggunakan sabun menggunakan tabir surya
secukupnya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
23. Menganjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

Perawatan Luka Perawatan Luka


Observasi
4. Monitor karakteristik luka 8. Memonitor karakteristik
5. Monitor tanda-tanda luka
infeksi 9. Memonitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik 10. Melepaskan balutan dan
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
plester secara perlahan 11. Mencukur rambut
2. Cukur rambut di sekitar disekitar daerah luka
daerah luka, jika perlu 12. Membersihkan dengan
3. Bersihkan dengan cairan cairan NaCl atau
NaCl atau pembersih pembersih nontoksik
nontoksik, sesuai 13. Membersihkan jaringan
kebutuhan nekrotik
4. Bersihkan jaringan 14. Memberikan salep
nekrotik yangsesuai ke kulit/lesi
5. Berikan salep yang sesuai 15. Memasang balutan sesuai
ke kulit/lesi jenis luka
6. Pasang balutas sesuai jenis 16. Mempertahankan teknik
luka steril saat melakukan
7. Pertahankan teknik steril perawatan luka
saat melakukan perawatan 17. Mengganti balutan sesuai
luka jumlah eksudat dan
8. Ganti balutan sesuai jumlah drainase
eksudat dan drainase 18. Memberikan diet dengan
9. Berikan diet dengan kalori kalori 30-35
30-35 kkal/kgBB/hari dan kkal/kgBB/hari dan
protein protein
1,25-1,5g/kg/BB/hari 1,25-1,5g/kg/BB/hari
10. Berikan suplemen vitamin 19. Memberikan suplemen
dan mjneral, sesuai vitamin dan mineral
indikasi 20. Memberikan terapi TENS
11. Berikan terapi TENS, jika 21. Menjelaskan tanda dan
perlu gejala infeksi
22. Menganjurkan
Edukasi mengkonsumsi makanan
2. Jelaskan tanda dan gejala tinggi kalori dan protein
infeksi 23. Menganjurkan prosedur
3. Anjurkan mengkonsumsi perawatan luka secara
makanan tinggi kalori dan mandiri
protein
4. Anjurkan prosedur
perawatan luka secara 24. Mengkolaborasi prosedur
mandiri debridement
25. Mengkolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
3. Kolaborasi prosedur
debridement
4. Kolaborasi pemberian
antibiotic.

4. Evaluasi dan RTL


DIAGNOSIS EVALUASI (SOAP) RENCANA TINDAK LANJUT
KEPERAWATAN (RTL)
Nyeri Akut S: Klien mengatakan nyeri 1. Menjelaskan diet diabetes
O: Tampak meringis, tampak sesuai pedoman 3 J yaitu :
gelisah 1) jumlah kalori yang
A: Nyeri Akut belum teratasi diberikan harus habis,
P: Lanjutkan intervensi jangan dikurangi atau
ditambah,
2) jadwal diet harus
sesuai dengan
intervalnya,
3) jenis makanan yang
manis harus dihindari.
Penentuan jumlah
Ketidakstabilan S: Klien mengeluh lelah kalori diet pada pasien
Glukosa Darah O: kadar glukosa dalam darah/urin DM harus disesuaikan
tinggi oleh status gizi
A: Ketidakstabilan Kadar Glukosa penderita
Darah belum teratasi 2. Memberikan terapi nutrisi
P: Lanjutkan intervensi medis, komposisi makanan
Perfusi Jaringan S: Klien mengatakan lemah yang dianjurkan terdiri dari
Perifer Tidak O: Klien tampak pucat karbohidrat, lemak, protein,
Efektif A: Perfusi Jaringan Perifer Tidak natrium, dan serat
Efektif 3. Pemantauan gula darah juga
P: Lanjutkan Iintervensi perlu dilakukan secara rutin
Intoleransi S: Klien mengatakan lelah untuk mengevaluasi
Aktivitas O: Frekuensi jantung meningkat pemberian obat pada pasien
>20% dari kondisi sehat diabetes
A:Intoleransi Aktivitas belum 4. Memberikan latihan berupa
teratasi olahraga kecil, jalan-jalan
P: Lanjutkan intervensi sore, dan senam diabetic untuk
Gangguan S: Klien mengatakan adanya luka mencegah adanya ulkus
Integritas Kulit dibagian jempol kakinya 5. Melakukan
O: Jempol kaki klien tampak luka edukasi/penyuluhan mengenai
A: Gangguan Integritas Kulit belum informasi diabetes, cara
teratasi memantau gula darah secara
P: Lanjutkan intervensi mandiri serta cara melakukan
perawatan luka pada pasien
diabetes
6. Mengajarkan terapi relaksasi
berupa latihan napas dalam
untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri dan
meningkatkan rasa nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, F. G. (2020). Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diabetes


Mellitus (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Kemenkes RI. 2020. InfoDATin 2020 Diabetes Melitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).

Lestari, Zulkarnain, St Aisyah Suid. (2021). Diabetes Melitus : Review Etiologi,


Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan, dan Cara
Pencegahan. Jurnal Biologi (237-241).

Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Deepublish.

Ni Ketut, K., & Brigitta, A. D. S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru.

PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa
Di Indonesia 2019. Diakses dari https://pbperkeni.or.id/ pada 5 Oktober 2022.

Putri, R. C. A. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Dalam Mencegah


Diabetes Melitus Pada Jemaah Haji Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotagede I
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Poltekeks Kemenkes Yogyakarta).

Rahmadani, S. A. (2021). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Diabetes


Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Umban Sari (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Riau).

Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai