BAB 3 - Gambaran Umum Wilayah
BAB 3 - Gambaran Umum Wilayah
BAB 3 - Gambaran Umum Wilayah
Ibukota Kabupaten Barito Kuala terletak di Marabahan yang merupakan bagian barat Provinsi
Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kabupaten Barito Kuala adalah 2.996,96 km² atau sebesar 7,99
persen dari luas provinsi Kalimantan Selatan. Curah hujan tertinggi tahun 2020 terjadi pada bulan
Februari yaitu sebesar 532,00 mm 3. Sementara itu curah hujan terendah terjadi di bulan Agustus
sebesar 115,10 mm3. Kabupaten Barito Kuala terdiri dari 17 kecamatan, salah satunya adalah
Kecamatan Mandastana. Kabupaten Barito Kuala terletak di antara 2° 29’ 50” – 3° 30’ 18” Lintang
selatan dan 114° 20’ 50” – 114° 50’ 18” Bujur Timur. Batas wilayah administratif Kabupaten Barito
Kuala adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas, luas wilayah Kabupaten Barito Kuala seluas 2.996,96 km 2 yang terbagi
menjadi 17 kecamatan, 195 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah
Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah sebesar 343,50 km 2 atau 11,46 % total luas wilayah
Kabupaten Barito Kuala, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Wanaraya dengan luas wilayah sebesar 37,50 km 2.
Bila ditinjau dari jaraknya, ibukota Kabupaten Barito Kuala dengan ibukota Provinsi Kalimantan
Selatan sejauh +/- 47 km, sedangkan jarak Ibukota Kabupaten Barito Kuala dengan ibukota kecamatan
(IKK) lain sangat variatif. Jarak ibukota Kabupaten Barito Kuala dengan ibukota kecamatan seperti
pada Tabel dan gambar di bawah ini:
Tabel 3.2. Jarak Ibukota Kabupaten dengan Kota Kecamatan di Kabupaten Barito Kuala
Jarak ke Ibu Kota (Km)
No Kecamatan Ibukota Kecamatan
Kabupaten/Kota
1 Tabunganen Tabunganen 107
2 Tamban Purwosari 95
3 Mekarsari Tamban Raya 89
4 Anjir Pasar Anjir Pasar 68
5 Anjir Muara Anjir Muara 62
6 Alalak Handil Bakti 40
Sungai Barito yang melintasi wilayah Kabupaten Barito Kuala memiliki kontur Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang datar dengan kemiringan kurang dari 3%, kondisi ini menyebabkan sebagian
kawasan DAS sering tergenang apabila Sungai Barito meluap terutama pada musim hujan akibat dari
hujan di bagian hulu sungai. Pemanfaatan Sungai Barito Kuala oleh masyarakat digunakan sebagai
sarana tempat tinggal (permukiman), sanitasi, pengairan, perekonomian, serta media transportasi
penghubung dan dermaga barang menuju dan keluar Kabupaten Barito Kuala.
Lahan utama penyusun wilayah Kabupaten Barito Kuala adalah hamparan rawa gambut (peat
soil) yang terakumulasi dengan endapan alluvial, yang selanjutnya membentuk delta besar dan dikenal
sebagai Pulau Petak.
Bila dirinci, di wilayah ini terdapat dua jenis tanah yang masing-masing adalah organosol yakni
seluas 101.900 Ha (34%) dan tanah alluvial seluas 191.390 Ha (66%). Tanah organosol berwarna
coklat hitam dan sering tanah ini disebut gambut yang merupakan tanah/bahan mudah terbakar. Tanah
ini terbentuk dari serat tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, sifat keasamannya
sangat tinggi sehingga kalau ingin mempergunakan tanah ini harus dengan sistem drainage.Tanah
alluvial berwarna coklat hijau, terdiri dari endapan alluvium yang bahan induknya terutama pasir dan
lumpur yang dibawa dan diendapkan oleh arus sungai dari pedalaman. Tanah alluvial terdapat di
sepanjang Sungai Barito dan tepi Sungai Kapuas.
Dengan demikian lahan yang menyusun wilayah adalah lahan-lahan marginal yang umumnya
merupakan tanah sulfat masam, dengan pH di bawah angka 4. Pada wilayah-wilayah yang masih
memperoleh limpahan pasang surut air laut, tingkat keasaman lahan dapat dinetaralisasikan sehingga
tingkat kesuburan meningkat dan memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi terhadap budi daya cocok
tanam padi serta tanaman pangan lainnya. Kondisi hidrogeologi, terdiri dari:
Keadaan hidrologi ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan pemanfaatan lahan masa kini (present
land use) baik di daerah ini maupun di bagian hulu. Dalam musim hujan pada waktu pasang air Sungai
Barito dapat membanjiri sebagian besar wilayah ini dan mengakibatkan permukaan tanah tergenang
terus menerus, bahkan beberapa kawasan tergenang sepanjang tahun. Kapasitas pengairan alam
melalui anak-anak sungai kecil sehingga terbentuk tanah rawa. Pasang surut turut pula mempengaruhi
tata air yang ada, yang selalu bergerak naik turun mengikuti fluktuasi pasang surut air pada Sungai
Barito dan Sungai Kapuas. Gerak pasang surut ini terjadi 2 kali dalam 24 jam dan setiap harinya
terlambat 50 menit sesuai dengan peredaran bulan. Fluktuasi permukaan air pada waktu pasang surut
dapat mencapai 2-3 meter. Gerak pasang surut inilah yang dimanfaatkan oleh para petani untuk
menggali handil-handil (parit) pada daerah yang akan dijadikan persawahan.
Telah diuraikan di atas, bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Kuala dikelilingi
sungai dan rawa. Kondisi ini menyebabkan tanah daerah ini mengandung lahan gambut. Tingkat
keasaman tanah di sana mencapai pH di bawah 4 (empat). Akibatnya, air tanah tidak bisa langsung
dikonsumsi masyarakat, karena mengandung senyawa besi dan sulfur atau biasa disebut larutan firit.
Kandungan senyawa tersebut kurang baik untuk kesehatan.
2. Kondisi klimatologi
Wilayah Kabupaten Barito Kuala termasuk daerah hujan TIPE B. menurut klasifikasi yang ditetapkan
"Schmit and Ferguson", yaitu daerah yang hanya memiliki 1 - 2 bulan kering dalam setahun, dengan
jumlah hari hujan 107 hari dan total curah hujan 2.665 mm per tahun. Wilayah ini memiliki temperatur
Kabupaten Barito Kuala diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai
Kapuas, muara sungai di bagian selatan (Kecamatan Tabunganen) hingga ke utara (Kecamatan
Kuripan). Hal ini sangat mempengaruhi tata air yang ada di wilayah kabupaten ini, disamping itu
terdapat pula 3 buah terusan (anjir) buatan yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai Kapuas
yaitu Anjir Talaran, Anjir Serapat dan Anjir Tamban.
Selain Sungai Barito, sungai yang ada di Kabupaten Barito Kuala antara lain: Sungai
Negara, Sungai Kapuas, Sungai Alalak, Sungai Puntik, Saluran Drainase Tamban, Saluran
Drainase Anjir Pasar, Saluran Drainase Tabukan dan Saluran Drainase Tabunganen. Sungai-
sungai ini selain berguna untuk tranportasi juga untuk pengairan sawah.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Barito Kuala, penggunaan lahan terdiri dari permukiman,
sawah, tegal, ladang, dan lainnya. Permukiman merupakan guna lahan terluas di Kabupaten Barito
Kuala dengan luas sebesar 158.707 Ha yang terbagi menjadi perumahan dan sarana prasarana.
Berikut luasan masing-masing guna lahan yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala.
Berdasarkan hasil analisis landuse atau penggunaan lahan eksisting tahun 2019 – 2020
menunjukan bahwa wilayah Kabupaten Barito Kuala terdapat 27.528,65 ha atau 11,32% yang terbagi 5
tutupan lahan masih alami, dimana terdapat 610,09 ha atau 0,25% hutan, hutan bakau 1.738 ha
(0,71%) dan yang terluas adalah semak belukar 21.750,21 ha (8,94%). Selanjutnya lahan terbangun
10.601,21 ha (4,36%) terbagi 7 penggunaan lahan, dengan lahan permukiman yang terluas yang
termanfaatkan 9.828,65 ha atau 4,04%, selanjutnya industri seluas 571,76 ha atau 0,24%. Untuk lahan
termanfaatkan terbagi 6 penggunaan lahan dengan luas 193.019,01 ha atau yang paling luas
Pada Kabupaten Barito Kuala, persebaran kawasan permukimannya terdapat di setiap kecamatan.
Dimana secara keseluruhan, luasan kawasan permukiman kabupaten Barito Kuala seluas 11.651,71
LAPORAN PENDAHULUAN 3 - 10
[PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN WISATA BAWAH
JEMBATAN BARITO KAB. BARITO KUALA] TA. 2022
Kawasan Lindung dan Konservasi
LAPORAN PENDAHULUAN 3 - 11
[PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN WISATA BAWAH
JEMBATAN BARITO KAB. BARITO KUALA] TA. 2022
3.2.4. KEBENCANAAN
Pada rentang waktu 17 tahun yaitu dari 2000-2017, secara keseluruhan Kabupaten Barito
Kuala telah mengalami 481 (empat ratus delapan puluh satu) kali kejadian dengan 4 (empat) jenis
bencana. Terlihat bahwa kejadian bencana yang paling sering terjadi yaitu Bencana Kebakaran Hutan
dan Lahan sebanyak 383 kali, diikuti oleh bencana Banjir sebanyak 70 kali, selanjutnya Bencana
Cuaca Ekstrim dan Kekeringan.
Keseluruhan potensi bencana di Kabupaten Barito Kuala berjumlah 5 (lima) bencana. Lima
potensi bencana di Kabupaten Barito Kuala tersebut dilaksanakan dalam pengkajian risiko bencana
Kabupaten Barito Kuala untuk tahun 2018 sampai tahun 2022. Berikut merupakan kejadian bencana di
tahun 2021:
Kec. Belawang
Kec. Jejangkit
Kec. Mandastana
Kec. Alalak
Kec. Wanaraya
Kec. Alalak
Kec. Jejangkit
Kec. Marabahan
Kec. Cerbon
Kec.Jejangkit
Kec. Kuripan
Kec. Jejangkit
LAPORAN PENDAHULUAN 3 - 12
[PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN WISATA BAWAH
JEMBATAN BARITO KAB. BARITO KUALA] TA. 2022
Kajian kerentanan diperoleh dari rekapitulasi kajian penduduk terpapar dan kerugian tingkat
kecamatan. Penentuan kelas penduduk terpapar dan kerugian menggunakan kelas maksimal
dari kajian tingkat kecamatan. Sedangkan kajian tingkat kecamatan diperoleh dari rekapitulasi
kajian tingkat desa/kelurahan
Kecamatan
LAPORAN PENDAHULUAN 3 - 13
[PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN WISATA BAWAH
JEMBATAN BARITO KAB. BARITO KUALA] TA. 2022
Peta 3.5 Peta rawan bencana
LAPORAN PENDAHULUAN 3 - 14