Laporan Vit C Akhir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Vitamin merupakan senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme tubuh. Salah satu vitamin
yang diperlukan oleh tubuh adalah vitamin C. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen interseluler. Asam askorbat (AA) atau vitamin C adalah salah satu vitamin penting
yang berperan dalam berbagai macam proses biologis menyangkut reaksi transport elektron,
hidroksilasi, dan katabolisme oksidatif dari asam amino aromatik. Asam askorbat penting
untuk pengembangan dan regenerasi otot, tulang, gigi, dan kulit(Badriyah dkk, 2015).

Asam askorbat dapat sebagai penetral radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup
dengan cara mendonorkan elektron pada radikal bebas tersebut. Asam askorbat biasanya
berada dalam 2 bentuk yang tidak stabil, yaitu bentuk tereduksi berupa L-Ascorbic Acid
(AA), dan bentuk teroksidasi Dehydroascorbic Acid (DAA). Proses tersebut dipercepat oleh
panas, sinar, alkali, enzim serta oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu, asam askorbat
memiliki gugus kromofor yang peka terhadap rangsangan cahaya. Asam askorbat atau
vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, makanan olahan dan sediaan
farmasi(Kurniawati and Riandini, 2019). Kekurangan vitamin C biasanya menyebabkan
penyakit scurvy atau skorbut. ditandai dengan adanya pembengkakan dan perdarahan pada
gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang (Sulhan, 2019).

Melihat pentingnya vitamin c bagi tubuh maka perlu dilakukan analisis penetapan
kadar vitamin c. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk menentukan kadar vitamin
C diantaranya adalah Spektrofotometri UV-Vis dan metode iodometri(Badriyah dkk , 2015).
Pada percobaan ini metode yang digunakan untuk menetapkan kadar vitamin c adalah metode
spektrofotometri uv-vis. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar
campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Vitamin
C dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
200-400 nm karena vitamin C memiliki struktur molekul kromofor yang dapat menyerap
sinar UV. Selain itu Metode spektrofometer UV-Vis dapat memberikan informasi baik
analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif(Badriyah dkk , 2015).
I.2 TUJUAN

Menentukan kadar vitamin C pada tablet secara spektrofotometri uv/vis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

Vitamin c merupakan suatu asam organik berbentuk kristal putih yang dapat larut
dalam air dan tidak berbau serta memilki rasa asam. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen interseluler (Suhartati, 2017) . Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu
vitamin yang terbuat dari turunan heksosa yang larut dalam air dan mudah
teroksidasi(Suhartati, 2017). Proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim serta
oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu, asam askorbat memiliki gugus kromofor yang
peka terhadap rangsangan cahaya

Asam askorbat dapat sebagai penetral radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup
dengan cara mendonorkan elektron pada radikal bebas tersebut (Suandi, 2021). Asam
askorbat biasanya berada dalam 2 bentuk yang tidak stabil, yaitu bentuk tereduksi berupa L-
Ascorbic Acid (AA), dan bentuk teroksidasi Dehydroascorbic Acid (DAA)(Suandi, 2021).
Asam askorbat atau vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, makanan olahan
dan sediaan farmasi. ekurangan vitamin C biasanya menyebabkan penyakit scurvy atau
skorbut. Skorbut ditandai dengan adanya pembengkakan dan perdarahan pada gusi,
gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang(Suandi, 2021). Kebutuhan
akan vitamin c pada setiap usia berbeda-beda. Dimana untuk orang dewasa adalah sekitaer 60
mg. Pada wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, bayi 35 mg(Suandi, 2021).

Sifat fisik dari asam askorbat adalah (Depkes RI, 1979)

Kadar: tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%

Bentuk : hablur atau serbuk putih atau agak kekunningan

Berat molekul : 176,12

Titik lebur : 190 derajat c

Densitas : 1,65 g/cm3

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa metode seperti titrasi iodimetri,
titrasi 2,6-diklorofenol indofenol dan secara spektrofotometri UV-Vis (Sulhan, 2019).
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum
yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah
digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak
digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi(Sulhan, 2019).

II.2 spektrofotometri

Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu metode instrumen yang paling sering
diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa (padat/cair) berdasarkan
absorbansi foton(Suhartati, 2017). Agar sampel dapat menyerap foton pada daerah UV-VIS
(panjang gelombang foton 200 nm – 700 nm). Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan
untuk penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap(Irawan, 2019). Pada
umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih Untuk sampel yang berupa
larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain: (Suhartati,
2017)

1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.

2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel)

3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

4. Kemurniannya harus tinggi.

Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui


suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (lr),
dan sebagian lagi dipancarkan (It) (Irawan, 2019). Aplikasi rumus tersebut dalam pengukuran
kuantitatif dilaksanakan dengan cara komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan
konsentrasi deret larutan alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, pada penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-
puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu,
sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari
spektrum dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang dianalisisnya(Irawan,
2019). Adapun yang melandasi pengukuran spektrofotometer ini dalam penggunaannya
adalah hukum Lambert-Beer yaitu bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui suatu
media yang transparan, maka intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal
dan kepekaan media larutan yang digunakan(Irawan, 2019).
Alat-alat gelas

Aluminium foil

Batang pengaduk

Bola hisap

Kertas perkamen

Kertas saring

Mikropipet

Neraca analitik

Pc

Pipet ukur

Pipet volum

Spatula

Vortex

Tablet vitamin c

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan larutan baku pembanding vit c

No Perlakuan Hasil pengamatan


1 Ditimbang seksama Didapatkan serbuk vitamin C sebagai baku standar.
sebanyak 100 mg Diencerkan hingga di dapat kan konsentrasi 1000
serbuk vitamin C (asam mikrogram/ml.
askorbat) standar 100 mg = 100.000 mikrogram
kemudian dilarutkan
dalam labu ukur 100 b/v= 100.000/100 = 1000 mikrogram/ml
mL dengan akuades dan
dihomogenkan
2
3

2. Pembuatan kurva baku / kurva kalibrasi vitamin c


No Perlakuan Hasil pengamatan
1. Dipipet larutan induk askorbat dari 1000 Didapatkan seri larutan baku
dengan beberapa seri konsentrasi yaitu dengan cara memipet sebanyak
20, 30,40, 50,60,70 ppm - Konsentarsi 20 ppm
Di kerts
2 Kemudian ditentukan persamaan regresi
linier y = a + bx dan nilai korelasi. Kurva 0.6
absorbansi kurva baku
baku perbandingan kadar (x) dan 0.5
f(x) = 0.007787 x − 0.02883
absorbansi (y) diperoleh dari persamaan 0.4 R² = 0.986378488285954
regresi linier y = bx ± a dengan b sebagai 0.3
slope dan a sebagai intersep 0.2 S
0.1 e
0 ri
..
2530354045505560657075
konsentrasi(ppm) .

3. Pembuatan larutan sampel


No Perlakuan Hasil perlakuan
1 Dua puluh tablet vitamin C ditimbang Di dapatkan bobot
untuk mengetahui bobot totalnya dan total dari vitamin c
bobot rata-ratanya yaitu 4989,1 mg dan
bobot rata rata yaitu
249,455 mg
2 Tablet digerus menggunakan mortir Di dapatkan larutan
dan diambil serbuk 100 mg vitamin C sampel dengan
kemudian dilarutkan dalam labu ukur konsentrasi 1000 ppm
100 mL dengan akuades. Larutan
sampel kemudian dikocok 100 mg = 100.000
menggunakan mesin vortex
mikrogram
b/v= 100.000/100 =
1000 mikrogram/ml
3 Selanjutnya larutan disaring dan Dilakukan
dilakukan pengenceran dalam labu pengenceran hingga di
ukur 100 mL dengan cara diambil dapat konsentrasi 20
sebanyak 2 mL kemudian ppm
ditambahkan akuades hingga tanda M1 x v1 = m2 x v2
batas sehingga konsentrasi menjadi 20 1000 x 2 ml = m2 x 100
μg/mL ml
2000/100 = m2
M2 = 20 ppm

5 pengukuran kadar sampel tablet vitamin c


No
1 Serapan larutan sampel dan larutan standar Pada uji yang larutan
diukur dengan menggunakan standar yang pertama
spektrofotometer uv-vis pada gelombang 265 didapatkan absorbansi
nm dan aquadest sebagai blanko. yang sangat tinggi yaitu
Penenatapan kadar zat aktif sampel dikukur Tabelll
3 kali Hal ini dikarenakan
kesalahan dari parktikan
yang tidak melakukan
penyaringan pada larutan
satndar. Sehingga di
lakukan pengulangan
pengukuran pada larutan
standar yang sudah di
saring dan di dapatkan
absorbansi
Table
pada sampel di dapatkan
absorbansi
repitasi
-
-
-
2 Kadar vitamin c dalam sampel dihitung Perhitungan dikertas
menggunakan persamaan regresi
Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi
sebagai antioksidan. Asam askorbat atau vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan,
sayuran, makanan olahan dan sediaan farmasi. Kadar vitamin C dalam sampel tertera dalam
label kemasan. Untuk mengetahui kebenaran kadar vitamin C dalam sampel perlu dilakukan
pengukuran dengan metode tertentu. Pada praktikum ini dalam menganalisis kadar vitamin c
dilakukan dengan metode spektrofotometri. Spektrofotometer UV adalah alat yang digunakan
untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Metode spektrofometer UV-Vis dapat memberikan informasi baik
analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Hal ini dikarenakan Penggunaan
spektrofotometri UV melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis,

.Sebelum dilakukan analisis, dilakukan pengujian keseragaman bobot pada sampel dengan
menimbang 20 tablet sekaligus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot rata-rata dari
sampel. Pada saat proses penimbangan, perlu diperhatikan bahwa tablet harus dilakukan
penimbangan sekaligus dan setelah itu dirata-ratakan . hal ini bertujuan untuk menghindari
kesahalan yang berulang kali selama penimbangan jika tablet ditimbang satu persatu baru
dirata-ratakan maka hasil yang didapatkan tidak akurat sehingga pengukuran pada setiap
tabletnya berbeda dan resiko kesalahan akan semakin besar. Uji Keseragaman bobot
dilakukan untuk melihat keseragaman dosis yang masuk ke dalam tubuh sehingga dosis
setiap xMenurut farmakope Edisi 3, dapat diketahui bahwa penentuan uji keseragaman bobot
dilakukan dengan menimbang 20 tablet sekaligus. Penimbangan bobot dilakukan secara
sekaligus dimana ditambah 20 tablet sekaligus setelah itu dihitung bobot rata-ratanya.
Berdasarkan penimbangan sekaligus pada 20 tablet di dapatkan bobot 20 tablet sebesar
4989,1 mg dan rata-rata bobot tablet yaitu 249,455 mg .

Pada penentapan kadar vitamin c dilakukan pembuatan larutan baku dengan asam askorbat/
vitamin c untuk menentukan kurva kalibrasi. Asam askorbat ditimbang sebanyak 100 mg
kemudian dilarutkan, dilakukan pengenceran hingga konsentrasinya menjadi 20 mikro/ml.
sampel asam askorbat dilarutkan dalam aquadest karena asam askorbat bersifat polar, larut
dalam air, sehingga filtrat yang dihasilkan diukur menggunakan spektrofotometri uv-vis.
penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi
larutan asam askorbat dari 20-70 ppm dengan rentang 200-400 nm. Digunakan deret
konsentrasi karena metode yang di pakai dalam menentukan kadar adalah metode yang
menggunakan persamaan kurva baku, untuk membuat kurva baku terlebih dahulu dibuat
beberapa deret konsentrasi untuk mendapatkan persamaan linear yang dapat digunakan untuk
menghitung persen kadar. didapatkan panjang gelombang maksimum 265. Penyerapan pada
panjang gelombang 265 nm mampu menyerap absorbansi maksimal pada asam askorbat.
Absorbansi sebanding dengan jumlah partikel. Hal ini disebabkan karena pada panjang
gelombang maksimum akan menghasilkan kepekaan yang maksimum untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. larutan blanko yang digunakan pada percobaan ini
adalah aquadest yang mana merupakan pelarut dari sampel dan larutan baku vitamin c.
larutan blanko bertujuan untuk membuta titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi sehingga
tidak ada serapan oleh pelarut. Setelah didapatkan hasil panjang gelombang maksimum,
tahap berikutnya dilakukan penentuan kurva kalibrasi dengan cara mengukur serapan larutan
standar asam askorbat dengan berbagai konsentrasi menggunakan panjang gelombang
maksimum. Pada pengukuran larutan baku di dapatkan absorbansi pada setiap konsentrasi
nya, namun pengukuran pertama di dapatkan absorbansi dari larutan baku yang sangat tinggi
yaitu

Table

Berdasarkan data di atas absorbansi yang di dapat melebihi dari rentang 0.2-0.8. hal ini di
karenakan kesalahan praktikan yang tidak melakukan penyaringan pada larutan baku.
Sehingga di lakukan pengukuran ulang pada larutan baku yang sudah disaring dan didapatkan
absorbansi

Table

Penyaringan pada sampel dan larutan baku saat akan melakukan analisis dengan
spektrofotometri sangat lah penting. Karena Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna tidak boleh ada partikel
koloid atau pun suspense. Jika ada partikel-partikel tidak larut menyebabkan penyerapan pada
partikel sehingga absorbansi meningkat.   Kurva kalibrasi ditentukan dengan mengukur
absorbansi dari larutan baku seri pada konsentrasi 20,30,40,50,60,70 ppm. Dikarenakan pada
konsentrasi ke 20 ppm absorbasansi yang dihasilkan terlalu kecil maka di gunakan data
absorbansi dengan konsentrasi 30-70 ppm. Dan di dapatkan kurva baku

0.6
kurva baku Series2

0.5
absorbansi

f(x) = 0.007787 x − 0.02883 Linear (Series2)


0.4 R² = 0.986378488285954

0.3
0.2
0.1
0
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
konsentrasi(ppm)
Dari pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin tinggi pula absorban yang di peroleh. Hasill pengukuran linearitas
menunjukkan adanya hubungan yang lineritas antara konstrasi versus absorbansi. Hasil baku
kuersetin yang diperoleh diplotkan antara kadar dan absorbannya, sehingga diperoleh
persamaan regresi linear yaitu y = 0.0078x – 0.0288 dengan nilai R 2 yang diperoleh sebesar
R² = 0.9864dan nilai r adalah hitung lagi . Dalam suatu metode analisis yang baik diharapkan
nilai koefisien korelasi mendekati 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kurva
kalibrasiyang didapatkan linier karena nilai (r)berada pada rentang 0,99 ≤r ≤1. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan linearitas metode langsung dan tidak langsung dapat
diterima untuk analisis kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin c 50 mg . Nilai
koefisien korelasi yangmendekati 1 menunjukkan hubungan antaraabsorbansi dan konsentrasi
memiliki korelasiyang linier dimana semua titik terletak padasatu garis lurus .

Sampel di lakukan pengulangan sebanyak 3 kali pengulangan hingga di dapatkan kadar rata-
rata dari asam askorbat. Kadar vitamin c sesungguhnya yang tercantum di kemasan adalah 50
mg. Dari hasil perhitungan di ketahui kadar asam askorbat hasil analisis didalam sampel
adalah 47,7207 mg dan Didapatkan % recovery adalah 259,566%. Berdasarkan hasil yang
didapat kadar rata vitamin c sesuai dengan ketetapan yang terdapat dalam farmakope yaitu
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Badriyah, L. and Manggara, A. B. (2015) ‘PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA
CABAI MERAH (Capsicum annum L.) MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS THE DETERMINATION OF CONTENTS OF
VITAMINE C IN RED CHILI (Capsicum annum L.) USING
SPECTROFOTOMETRY UV-VIS METHODE’, Wiyata, pp. 25–28. Available at:
http://ojs.iik.ac.id/orang.php/wiyata/article/view/31.

I W. Sudiarta, A. Suandi, dan A. A. I. A. M. L. (2021) ‘ANALISIS KADAR ASAM


ASKORBAT (VITAMIN C ) PADA MINUMAN SUPLEMEN DALAM
KEMASAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SECARA LANGSUNG
DAN TIDAK LANGSUNG’, Gastronomía ecuatoriana y turismo local., 15(2), pp.
5–24.

Irawan, A. (2019) ‘Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran


dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian’, Indonesian Journal of Laboratory, 1(2), p.
1. doi: 10.22146/ijl.v1i2.44750.

Kurniawati, E. and Mita Riandini, H. (2019) ‘Analisis Kadar Vitamin C Pada Daging Buah
Kelengkeng (Dimocarpus longan L) Segar dan Daging Buah Kelengkeng Kaleng
Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis’, J-HESTECH (Journal Of Health
Educational Science And Technology), 2(2), p. 119. doi: 10.25139/htc.v2i2.2068.

Muhammad Hadi Sulhan (2019) ‘Analisis Kadar Vitamin C Pada Daun Katuk (Sauropus
Androgynus) Segar, Direbus dan Dikukus Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis’,
Jurnal Medika Cendikia, 2(2), pp. 55–53.

Tati Suhartati (2017) Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-VIS dan Spektrometri Massa Untuk
penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.
Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi
sebagai antioksidan.

Anda mungkin juga menyukai