Laporan Vit C Akhir
Laporan Vit C Akhir
Laporan Vit C Akhir
PENDAHULUAN
Vitamin merupakan senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme tubuh. Salah satu vitamin
yang diperlukan oleh tubuh adalah vitamin C. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen interseluler. Asam askorbat (AA) atau vitamin C adalah salah satu vitamin penting
yang berperan dalam berbagai macam proses biologis menyangkut reaksi transport elektron,
hidroksilasi, dan katabolisme oksidatif dari asam amino aromatik. Asam askorbat penting
untuk pengembangan dan regenerasi otot, tulang, gigi, dan kulit(Badriyah dkk, 2015).
Asam askorbat dapat sebagai penetral radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup
dengan cara mendonorkan elektron pada radikal bebas tersebut. Asam askorbat biasanya
berada dalam 2 bentuk yang tidak stabil, yaitu bentuk tereduksi berupa L-Ascorbic Acid
(AA), dan bentuk teroksidasi Dehydroascorbic Acid (DAA). Proses tersebut dipercepat oleh
panas, sinar, alkali, enzim serta oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu, asam askorbat
memiliki gugus kromofor yang peka terhadap rangsangan cahaya. Asam askorbat atau
vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, makanan olahan dan sediaan
farmasi(Kurniawati and Riandini, 2019). Kekurangan vitamin C biasanya menyebabkan
penyakit scurvy atau skorbut. ditandai dengan adanya pembengkakan dan perdarahan pada
gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang (Sulhan, 2019).
Melihat pentingnya vitamin c bagi tubuh maka perlu dilakukan analisis penetapan
kadar vitamin c. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk menentukan kadar vitamin
C diantaranya adalah Spektrofotometri UV-Vis dan metode iodometri(Badriyah dkk , 2015).
Pada percobaan ini metode yang digunakan untuk menetapkan kadar vitamin c adalah metode
spektrofotometri uv-vis. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar
campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Vitamin
C dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
200-400 nm karena vitamin C memiliki struktur molekul kromofor yang dapat menyerap
sinar UV. Selain itu Metode spektrofometer UV-Vis dapat memberikan informasi baik
analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif(Badriyah dkk , 2015).
I.2 TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin c merupakan suatu asam organik berbentuk kristal putih yang dapat larut
dalam air dan tidak berbau serta memilki rasa asam. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen interseluler (Suhartati, 2017) . Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu
vitamin yang terbuat dari turunan heksosa yang larut dalam air dan mudah
teroksidasi(Suhartati, 2017). Proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim serta
oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu, asam askorbat memiliki gugus kromofor yang
peka terhadap rangsangan cahaya
Asam askorbat dapat sebagai penetral radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup
dengan cara mendonorkan elektron pada radikal bebas tersebut (Suandi, 2021). Asam
askorbat biasanya berada dalam 2 bentuk yang tidak stabil, yaitu bentuk tereduksi berupa L-
Ascorbic Acid (AA), dan bentuk teroksidasi Dehydroascorbic Acid (DAA)(Suandi, 2021).
Asam askorbat atau vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, makanan olahan
dan sediaan farmasi. ekurangan vitamin C biasanya menyebabkan penyakit scurvy atau
skorbut. Skorbut ditandai dengan adanya pembengkakan dan perdarahan pada gusi,
gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang(Suandi, 2021). Kebutuhan
akan vitamin c pada setiap usia berbeda-beda. Dimana untuk orang dewasa adalah sekitaer 60
mg. Pada wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, bayi 35 mg(Suandi, 2021).
Kadar: tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa metode seperti titrasi iodimetri,
titrasi 2,6-diklorofenol indofenol dan secara spektrofotometri UV-Vis (Sulhan, 2019).
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum
yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah
digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak
digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi(Sulhan, 2019).
II.2 spektrofotometri
Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu metode instrumen yang paling sering
diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa (padat/cair) berdasarkan
absorbansi foton(Suhartati, 2017). Agar sampel dapat menyerap foton pada daerah UV-VIS
(panjang gelombang foton 200 nm – 700 nm). Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan
untuk penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap(Irawan, 2019). Pada
umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih Untuk sampel yang berupa
larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain: (Suhartati,
2017)
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel)
Aluminium foil
Batang pengaduk
Bola hisap
Kertas perkamen
Kertas saring
Mikropipet
Neraca analitik
Pc
Pipet ukur
Pipet volum
Spatula
Vortex
Tablet vitamin c
BAB IV
.Sebelum dilakukan analisis, dilakukan pengujian keseragaman bobot pada sampel dengan
menimbang 20 tablet sekaligus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot rata-rata dari
sampel. Pada saat proses penimbangan, perlu diperhatikan bahwa tablet harus dilakukan
penimbangan sekaligus dan setelah itu dirata-ratakan . hal ini bertujuan untuk menghindari
kesahalan yang berulang kali selama penimbangan jika tablet ditimbang satu persatu baru
dirata-ratakan maka hasil yang didapatkan tidak akurat sehingga pengukuran pada setiap
tabletnya berbeda dan resiko kesalahan akan semakin besar. Uji Keseragaman bobot
dilakukan untuk melihat keseragaman dosis yang masuk ke dalam tubuh sehingga dosis
setiap xMenurut farmakope Edisi 3, dapat diketahui bahwa penentuan uji keseragaman bobot
dilakukan dengan menimbang 20 tablet sekaligus. Penimbangan bobot dilakukan secara
sekaligus dimana ditambah 20 tablet sekaligus setelah itu dihitung bobot rata-ratanya.
Berdasarkan penimbangan sekaligus pada 20 tablet di dapatkan bobot 20 tablet sebesar
4989,1 mg dan rata-rata bobot tablet yaitu 249,455 mg .
Pada penentapan kadar vitamin c dilakukan pembuatan larutan baku dengan asam askorbat/
vitamin c untuk menentukan kurva kalibrasi. Asam askorbat ditimbang sebanyak 100 mg
kemudian dilarutkan, dilakukan pengenceran hingga konsentrasinya menjadi 20 mikro/ml.
sampel asam askorbat dilarutkan dalam aquadest karena asam askorbat bersifat polar, larut
dalam air, sehingga filtrat yang dihasilkan diukur menggunakan spektrofotometri uv-vis.
penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur nilai absorbansi
larutan asam askorbat dari 20-70 ppm dengan rentang 200-400 nm. Digunakan deret
konsentrasi karena metode yang di pakai dalam menentukan kadar adalah metode yang
menggunakan persamaan kurva baku, untuk membuat kurva baku terlebih dahulu dibuat
beberapa deret konsentrasi untuk mendapatkan persamaan linear yang dapat digunakan untuk
menghitung persen kadar. didapatkan panjang gelombang maksimum 265. Penyerapan pada
panjang gelombang 265 nm mampu menyerap absorbansi maksimal pada asam askorbat.
Absorbansi sebanding dengan jumlah partikel. Hal ini disebabkan karena pada panjang
gelombang maksimum akan menghasilkan kepekaan yang maksimum untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. larutan blanko yang digunakan pada percobaan ini
adalah aquadest yang mana merupakan pelarut dari sampel dan larutan baku vitamin c.
larutan blanko bertujuan untuk membuta titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi sehingga
tidak ada serapan oleh pelarut. Setelah didapatkan hasil panjang gelombang maksimum,
tahap berikutnya dilakukan penentuan kurva kalibrasi dengan cara mengukur serapan larutan
standar asam askorbat dengan berbagai konsentrasi menggunakan panjang gelombang
maksimum. Pada pengukuran larutan baku di dapatkan absorbansi pada setiap konsentrasi
nya, namun pengukuran pertama di dapatkan absorbansi dari larutan baku yang sangat tinggi
yaitu
Table
Berdasarkan data di atas absorbansi yang di dapat melebihi dari rentang 0.2-0.8. hal ini di
karenakan kesalahan praktikan yang tidak melakukan penyaringan pada larutan baku.
Sehingga di lakukan pengukuran ulang pada larutan baku yang sudah disaring dan didapatkan
absorbansi
Table
Penyaringan pada sampel dan larutan baku saat akan melakukan analisis dengan
spektrofotometri sangat lah penting. Karena Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna tidak boleh ada partikel
koloid atau pun suspense. Jika ada partikel-partikel tidak larut menyebabkan penyerapan pada
partikel sehingga absorbansi meningkat. Kurva kalibrasi ditentukan dengan mengukur
absorbansi dari larutan baku seri pada konsentrasi 20,30,40,50,60,70 ppm. Dikarenakan pada
konsentrasi ke 20 ppm absorbasansi yang dihasilkan terlalu kecil maka di gunakan data
absorbansi dengan konsentrasi 30-70 ppm. Dan di dapatkan kurva baku
0.6
kurva baku Series2
0.5
absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
konsentrasi(ppm)
Dari pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin tinggi pula absorban yang di peroleh. Hasill pengukuran linearitas
menunjukkan adanya hubungan yang lineritas antara konstrasi versus absorbansi. Hasil baku
kuersetin yang diperoleh diplotkan antara kadar dan absorbannya, sehingga diperoleh
persamaan regresi linear yaitu y = 0.0078x – 0.0288 dengan nilai R 2 yang diperoleh sebesar
R² = 0.9864dan nilai r adalah hitung lagi . Dalam suatu metode analisis yang baik diharapkan
nilai koefisien korelasi mendekati 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kurva
kalibrasiyang didapatkan linier karena nilai (r)berada pada rentang 0,99 ≤r ≤1. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan linearitas metode langsung dan tidak langsung dapat
diterima untuk analisis kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin c 50 mg . Nilai
koefisien korelasi yangmendekati 1 menunjukkan hubungan antaraabsorbansi dan konsentrasi
memiliki korelasiyang linier dimana semua titik terletak padasatu garis lurus .
Sampel di lakukan pengulangan sebanyak 3 kali pengulangan hingga di dapatkan kadar rata-
rata dari asam askorbat. Kadar vitamin c sesungguhnya yang tercantum di kemasan adalah 50
mg. Dari hasil perhitungan di ketahui kadar asam askorbat hasil analisis didalam sampel
adalah 47,7207 mg dan Didapatkan % recovery adalah 259,566%. Berdasarkan hasil yang
didapat kadar rata vitamin c sesuai dengan ketetapan yang terdapat dalam farmakope yaitu
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Badriyah, L. and Manggara, A. B. (2015) ‘PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA
CABAI MERAH (Capsicum annum L.) MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS THE DETERMINATION OF CONTENTS OF
VITAMINE C IN RED CHILI (Capsicum annum L.) USING
SPECTROFOTOMETRY UV-VIS METHODE’, Wiyata, pp. 25–28. Available at:
http://ojs.iik.ac.id/orang.php/wiyata/article/view/31.
Kurniawati, E. and Mita Riandini, H. (2019) ‘Analisis Kadar Vitamin C Pada Daging Buah
Kelengkeng (Dimocarpus longan L) Segar dan Daging Buah Kelengkeng Kaleng
Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis’, J-HESTECH (Journal Of Health
Educational Science And Technology), 2(2), p. 119. doi: 10.25139/htc.v2i2.2068.
Muhammad Hadi Sulhan (2019) ‘Analisis Kadar Vitamin C Pada Daun Katuk (Sauropus
Androgynus) Segar, Direbus dan Dikukus Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis’,
Jurnal Medika Cendikia, 2(2), pp. 55–53.
Tati Suhartati (2017) Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-VIS dan Spektrometri Massa Untuk
penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.
Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi
sebagai antioksidan.