2144-Article Text-8034-1-10-20220929

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

DOI: 10.5281/zenodo.

7112627

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pemanfaatan Lingkungan


Sekolah pada Pembelajaran Biologi
Oleh :
I Made Subrataa) dan I Gusti Ayu Raib)
Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia
E-mail : [email protected]

Abstrak. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa tujuan


Pendidikan nasional adalah membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter,
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa
dan negara. Proses Pendidikan harus berujung pada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan
hidup.Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir
(literasi), dan olah raga (kinestetik). Pembelajaran biologi di sekolah sangat erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan hidup di lingkungan sekolah yang bersangkutan Oleh karena itu
maka pembelajaran biologi hendaknya disertai dengan meningkatkan pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar, secara tidak langsung akan tertanam dalam diri siswa bahwa betapa
pentingnya peranan lingkujngan tersebut dalam kehidupan manusia. Hal ini akan menambah
kepedulian siswa terhadap kelestarian lingkungan. Kepedulian itu akan tertanam sebagai
suatu nilai dalam diri siswa yang pada akhirnya akan terbentuk karakter peduli
lingkungan.Pembelajaran biologi dengan pemafaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar dapat dilakukan dengan beberapa jenis model pembelajaran inovatif yaitu model
pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning, Service Learning,
Discovery Learning, Eksperimental Jelajah Alam Sekitar, dan Inquiry. Semua jenis model
pembelajaran ini pelaksanaannya berpusat pada siswa (student centre).

Kata kunci : Pendidikan karakter, lingkungan sekolah dan pembelajaran biologi

PENDAHULUAN

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas), diuraikan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia
yang cerdas , tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga lahir generasi bangsa
yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang memiliki nilai-nilai luhur budaya bangsa
serta agama. Keinginan pemerintah pada akhir proses pendidikan di Indonesia, yakni ,
kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa
dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai
dengan kebutuhan. Ketiga kompetensi inilah (sikap/kepribadian, kecerdasan, dan
keterampilan ) merupakan arah dan tujuan pendidikan nasional ( Subrata dan Rai, 2019).
19
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

Ketiga kompetensi itu tertuang di dalam penguatan Pendidikan karakter (PPK) yang sedang
dijalankan pemerintah.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir
(literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ada lima nilai utama karakter prioritas PPK yaitu : (1)
religis, (2) intrgritas, (3) nasionalis, (4) gotong royong dan (5) mandiri (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018).Salah satu komponen dalam PPK
adalah olah pikir (literasi). Literasi lingkungan berperan penting dalam pembelajaran biologi.
Literasi lingkungan merupakan sikap sadar untuk menjaga lingkungan agar tetap terjaga
keseimbangannya. Sikap sadar tersebut diartikan juga sebagai sikap melek lingkungan,
dimana tidak hanya memiliki pengetahuan terhadap lingkungan tetapi juga memiliki sikap
tanggap dan mampu memberikan solusi atas isu-isu lingkungan. Siswa sebagai bagian dari
masyarakat yang disiapkan sebagai generasi penerus dan agen perubahan di dalam
masyarakat perlu dibekali kemampuan literasi lingkungan (Kusumaningrum,
2018).Pembelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan tentang lingkungan, baik
lingkungan alamiah maupun lingkungan buatan. Lingkungan merupakan laboratorium
terbuka dalam pembelajaran biologi. Aspek kajian biologi sangat kompleks yang meliputi
semua jenis mahluk hidup baik yang masih hidup maupunn yang sudah memfosil. Tingkat
organisasi kehidupan yang dikaji meliputi sel, jaringan, organ, sistem organ, individu,
komunitas, populasi, ekosistem bahkan sampai pada bioma (Subrata dan Wijayanti, 2018).
Berdasarkan objek kajian biologi tersebut, maka pembelajaran biologi tidak bisa terlepas dari
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama lingkungan sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penulisan artikel ini adalah :
1. Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sekolah dalam Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK)
2. Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biologi
METODE PENULISAN
Artikel ini merupakan pemikiran konseptual. Penulisan artikel ini berdasarkan kajian
pustaka, baik itu jurnal ilmiah maupun buku teks. Selain itu penulisan artikel ini juga
didasarkan atas pengalaman atau pemikiran pribadi.
PEMBAHASAN
1. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Salah satu latar belakang perlu adanya pendidikan karakter karena saat ini banyak
sekali masyarakat yang mengalami krisis moral yang berdampak pada pola kehidupan sehari-
hari. Pola kehidupan tersebut sangat perlu perhatian khusus untuk diperbaiki demi
berlangsungnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Negara harus
melakukan segala upaya untuk menyelamatkan generasi muda yang diharapkan memiliki
karakter sesuai nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang sejak dulu sudah bertumbuh dan
berkembang di masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter harus ditumbuhkembangkan
ditengah-tengah masyarakat sejak dini kepada anak-anak sejak PAUD, SD, SMP, SMA
bahkan di Perguruan Tinggi. Masyarakat, media dan Negara harus bekerja sama mewujudkan
kehidupan yang berkarakter. Sekolah selama ini sebagai salah satu komponen yang penting

20
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

untuk melaksanakan nilai-nilai positif pada pengembangan pendidikan karakter pada peserta
didik di sekolah. Sekolah sebagai tempat kedua untuk melakukan sosialisasi dan pendidikan
yang terstruktur selain di rumah. Jika dibandingkan dengan kegiatan dirumah yang relatif
bersifat insidental, maka sekolah memiliki peran yang lebih penting untuk mewujudkan
pemberdayaan kepada para peserta didik menjadi warga sekolah yang memiliki kepribadian
yang baik sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa (Tampubolon dkk., 2021). Walaupun
demikian, semua pihak, terutama keluarga,terlebih dahulu harus bertanggung jawab atas
pendidikan karakter. Karena anak-anak menerima pendidikan paling awal di rumah, maka
orang tua memainkan peran penting dalam mengembangkan karakter mereka. Selain itu,
orang tua harus memiliki kesadaran dasar tentang kualitas untuk membimbing karakter anak-
anak mereka ke arah yang menguntungkan (Bahri, 2022).Pembentukan peserta didik yang
berkarakter adalah tuntutan dari tujuan pembelajaran. Hal ini dipertegas lagi dalam tiga ranah
pembelajaran menurut Taksonomi Belajar Benjamin S. Bloom yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik). Ranah afektif dari yang paling dasar sampai jenjang afektif
yang paling tinggi, meliputi : penerimaan (receiving), partisipasi (responding), sikap
(valuing), organisasi (organizing), dan internalisasi atau karakterisasi (characterization)
(Purwanto, 2013). Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, secara tidak langsung
akan menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan, sehingga akan muncul motivasi
untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan agar bisa dimanfaatkan terus menerus, salah
satunya sebagai sumber belajar biologi. Sikap kepedulian terhadap lingkungan merupakan
salah satu bagian dari pendidikan karakter. Sikap peduli adalah kesediaan untuk beraksi
(disposition to react) secara positif atau negatif terhadap objek-objek tertentu. Sikap peduli
terhadap lingkungan akan muncul jika motivasi terhadap lingkungan cukup kuat. Sikap
kepeduliann ini akan memunculkan sikap ramah lingkungan. Sikap peduli lingkungan
didefinisikan sebagai sikap dan tindakan yag selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki keruskan
lingkungan yang sudah terjadi..Permasaahan lingkungan adalah masalah yang utama dan
mendesak untuk diselesaikan. Masalah besar lingkungan hidup di Indonesia yaitu : sampah,
banjir, pencemaran sungai, pemanasan global, pencemaran udara dan tanah, rusaknya
ekosistem laut, kesulitan air bersih, kerusakan hutan dan aberasi.Sikap ramah lingkungan
dapat dikatakan sebagai munculnya karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap yang
dimiliki oleh seseorang yang berupaya untuk memperbaiki dan mengelola lingkungan sekitar
secara benar sehingga lingkungan dapat dinikmati secara terus menerus tanpa merusak
keadaannya, serta menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat yang berkesinambungan.
Karakter peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib diimplementasikan bagi sekolah
di setiap jenjang pendidikan. Semua warga sekolah harus mempunyai sikap peduli terhadap
lingkungan dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran
warga sekolah tentang pentingnya peduli lingkungan serta mempunyai inisiatif untuk
mencegah kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan sejak
dini kepada siswa sehingga dapat mengelola secara bijaksana sumber daya alam yang ada di
sekitar, serta untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi
penerus yang akan datang. Ketika karakter peduli lingkungan sudah tumbuh menjadi mental
yang kuat, maka akan mendasari perilaku seseorang dalam kehidupan sehari hari. Pendidikan
karakter peduli lingkungan pada dasarnya membantu guru dalam penanaman karakter siswa
tentang kepedulian mereka terhadap lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan
dapat menjadi tolok ukur kepedulian serta kepekaan siswa kepada lingkungannya.
Kepedulian dan kepekaan siswa terhadap lingkungan akan suasana belajar mengajar yang
21
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

sehat dan nyaman. Lingkungan sekolah atau suasana belajar mengajar yang sehat dan
nyaman dapat meningkatkan prestasi dan kreativitas siswa (Purwanti, 2017).
Jika karakter kepedulian lingkungan telah tertanam pada diri peserta didik, maka akan
muncul aktivitas yang bersifat kondusif terhadap lingkungan, misalnya lingkungan sekolah
dalam skala kecil. `Peserta didik di bawah manajemen sekolah akan bisa menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar. Pembuatan kebun sekolah dapat
dioptimalkan sehingga banyak memberikan manfaat dalam segala kegiatan di
sekolah.Manfaat lingkungan sekolah (kebun sekolah) yang baik bisa bersifat ekonomis,
estetis, ekologis dan paedagogis. Secara ekonomis, kebun sekolah dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pemasukan dari hasil kegiatan siswa, misalnya kegiatan praktek pembibitan
dan hasil panen kebun sekolah. Secara estetika, kebun sekolah dapat dijadikan ajang
berkreasi dalam penataan seni pertamanan. Secara ekologis, kebun sekolah dapat menjaga
keseimbangan ekosistem, daur materi, dan daur hidrologis. Secara paedagogis, kebun
sekolah dapat dijadikan sumber belajar, terutama sumber belajar Biologi pada kompetensi
dasar (KD) tertentu. Kegiatan peserta didik dalam pengadaan, penataan, perawatan dan
pemanfaatan kebun sekolah secara bersama-sama dengan majemen sekolah, berarti telah
muncul nilai-nilai karakter yang diharapakan dalam PPK. Nilai atau karakter tersebut adalah
: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
2. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah dalam Pembelajaran Biologi
Lingkungan sekolah merupakan salah satu sumber belajar biologi. Pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, bisa berupa lingkungan yang didesain
sedemikian rupa (by design) sesuai dengan kebutuhan belajar berupa kebun atau taman
sekolah, atau bisa juga lingkungan yang tidak didesain untuk proses pembelajaran, tetapi
keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi, misalnya tanaman liar
sebagai ekosistem alami di belakang sekolah dan parit atau saluran air di sekitar sekolah.
Lingkungan yang tidak didesain, dikenal dengan lingkungan yang bersifat by utilization
(Sanjaya, 2008).Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biolgi bisa dilakukan
melalui penerapan beberapa model pembelajaran di antaranya :
a. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan
suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat
berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian
akan ditampilkan dan dipresentasikan. Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu
pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir,
pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka
untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru (Jagantara, dkk., 2014).
Pembelajaran biologi di kelas X SMA, pada materi pokok Berbagai Tingkat
Keanekaragaman Hayati di Indonesia, dapat diterapkan model pembelajaran PjBL
dengan cara menugaskan siswa secara berkelompok mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan yang ada di kebun sekolah, kemudian mengisi label nama jenis
22
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

tumbuhan, baik nama lokal maupun nama ilmiahnya. Berdasarkan label nama
jenis tumbuhan tersebut, maka selanjutnya dapat ditentukan tingkat
keanekaragaman tumbuhan tersebut menjadi keanekaragaman tingkat gen, tingkat
jenis dan tingkat ekosistem.

b. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Salah satu model pembelajaran yang dapat di kembangkan dan di adopsi untuk
menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dengan menerapankan
model problem based learning (PBL). Model pembelajaran problem based
learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri pembelajaran
di mulai dengan pemberian masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata,
pembelajaran berkelompok aktif, merumuskan masalah dan mengidentifikasi
kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang
terkait dengan masalah dan solusi dari masalah tersebut (Yulianti ,dan Gunawan,
2019). Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan
pembelajaran yang menitik beratkan pada kegiatan pemecahan masalah. Banyak
materi pokok pada pembelajaran biologi yang pembelajarannya bisa diterapkan
dengan model pembelajaran PBL, salah satunya adalah materi pokok terntang
Perubahan Lingkungan pada kelas X SMA. Pada materi ini siswa dapat
ditugaskan untuk mengamati pencemaran air yang ada pada saluran air di
lingkungan sekolah, mencari faktor-faktor penyebabnya dan mencari solusi untuk
penanggulangannya.

c. Model Pembelajaran Eksperimental Jelajah Alam Sekitar (EJAS)


Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar (EJAS) didefinisikan sebagai suatu
model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada proses belajar
peserta didik melalui investigasi dengan cara eksplorasi dan berinteraksi langsung
dengan obyek belajar yang berada di lingkungan sekitar peserta didik sebagai
sumber belajar utama dalam proses pembelajaran, baik yang dirancang secara
indoor maupun outdoor untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
sebagai hasil belajarnya . Model EJAS memiliki 5 fase utama yaitu eksplorasi,
interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi. Tujuan model pembelajaran EJAS
adalah untuk menggali, membangun, melatih, dan membiasakan kemampuan
personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan kognisi mahasiswa dalam
proses pembelajaran biologi yang berorientasi pada pencapaian kompetensi
pembelajaran sains antara lain penguasaan terhadap pengetahuan ilmiah, sikap
ilmiah, dan keterampilan ilmiah (Alimah, 2014). Pada pembelajaran biologi kelas
XI SMA, dapat dicontohkan pembelajaran materi pokok Struktur dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan, dilakukan dengan menugaskan siswa untuk mengamati
beberapa derivat jaringan epidermis daun tanaman sesuai dengan fungsinya, yang
ada di kebun sekolah atau lingkungan di sekitar sekolah.

d. Model Pembelajaran Discovery Learning


Pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu komponen penting dalam
pendekatan konstruktivisme yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia
23
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

pendidikan (Setyawati, 2019 dalam Abdjul , 2022). Model Discovery Learning


merupakan suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada tahap
generalisasi. Pada pembelajaran biologi kelas XII SMA dapat dicontohkan pada
materimpokok Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan, misalnya mengamati
peranan cahaya pada pertumbuhan.

e. Model Pembelajaran Service Learning


Service Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu
menjembatani teori akademik dengan permasalahan nyata di masyarakat. Melalui
model ini siswa diajak untuk berkontribusi secara langsung dengan permasalahan
yang konkret sehingga diharapkan siswa memiliki sikap rasa peduli dan cinta
lingkungan (Kasi dkk., 2018). Model Service Learning sebagai model
pembelajaran yang melatih siswa agar memiliki pengetahuan tentang situasi nyata
dalam masyarakat, serta membentuk karakter siswa terutama agar mereka
memiliki kesadaran atau peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Pada
pembelajaran biologi kelas XII SMA, dapat dicontohkan pada materi pokok
Metabolisma, yaitu peranan cahaya pada fotosintesis dengan cara membandingkan
kesuburan tanaman pada tempat yang mendapat cahaya matahari secara lansung
dengan tanaman yang tidak mendapat cahaya matahari secara langsung.

f. Model Pembelajaran Inquiry


Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu model yang berorientasi student
centered yang berdasarkan paradigma konstuktivisme memiliki keterkaitan atau
hubungan yang sangat erat dengan kemampuan mencari dan menemukan serta
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Jafar, 2018 ). Model pembelajaran
inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik pada proses berpikir kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Pada pembelajaran biologi SMA kelas X materi pokok Ekosistem,
siswa dapat diarahkan untuk menemukan dan menganalisis hal yang akan terjadi
apabila terjadi perubahan salah satu komponen ekosistem pada ekosistem kolam
air tawar yang ada di lingkungan sekolah.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh
terhadap kepribadian suatu bangsa. Dunia Pendidikan menjadi suatu sandaran bagi
suatu bangsa untuk tetap menjaga karakter bangsa melalui penerapan pendidikan
karakter pada semua jenjang pendidikan. Harapann pemerintah pada akhir proses
pendidikan di Indonesia, yakni, tercapainya kompetensi sesuai dengan jenjang dan
program pendidikan yang diselenggarakan, terciptanya kemampuan anak yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
24
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

Salah satu karakter yang perlu dikembangkan dan diperkuat adalah kepedulian
terhadap lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal, lingkungan masyaraakat
dan lingkungan sekolah, karena masalah lingkungan merupakan masalah yang selalu
muncul di permukaan. Kerusakan lingkungan berpengaruh besar terhadap sendi-sendi
kehidupan bangsa. Lingkungan yang indah dan asri bukan hanya memberikan nilai
estetika, namun juga memberi nilai ekonomis, ekologis dan paedagogis.
Secara paedagogis lingkungan sekolah dapat menunjang proses pembelajaran di
sekolah, terutama pembelajaran biologi. Pembelajaran saat ini yang menekankan
proses pembelajaran student centre (berpusat pada siswa), pemanfaatan lingkungan
sekolah sebagai sumber pembelajaran biologi sangat cocok diterapkan melalui
penggunaan berbagai model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran Project
Based Learning, Problem Based Learning, Service Learning, Discovery Learning,
Eksperimental Jelajah Alam Sekitar, dan Inquiry.
Saran
Disarankan kepada semua pengampu kebijakan di bidang pendidikan untuk
memberi perhatian yang cukup dalam penguatan karakter siswa dibidang lingkungan,
mulai dari lingkungan tempat tinggal, masyarakat dan lingkungan sekolah. Ekstra
kurikuler yang dapat menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaanya, dengan tetap
memperhatikan keamanan dan keselamatan pesertanya.
Disarankan kepada para guru terutama guru bidang studi biologi, agar
memanfaatkan keberadaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar biologi,
sehingga kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa dapat diwujudkan melalui
model pembelajaran yang relevan.

DAFTAR RUJUKAN

Abdjul D. 2022, Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Buntulia,
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310
DOI prefix 10.37905 Volume 08, (1), Januari 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Alimah S. 2014. Model Pembelajaran Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar.
Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa, Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 31 Nomor 1 tahun 2014.
Bahri S. 2022. Konsep Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga di Era
Pasca Pandemi, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Institut Pesantren KH
Abdul Chalim, Mojokerto Indonesia, , ISSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-
3097(online) Halaman 425-435 Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022.
Jafar J. 2018, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran
Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Alla Kabupaten Enrekang, Prosiding Seminar Nasional Biologi dan
Pembelajarannya Jusmiati Jafar*, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri. hal. 134-
140, https://ojs.unm.ac.id/semnasbio/article/viewFile/6974/3989
25
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

Jagantara I M. W. , Putu Budi Adnyana, dan Ni Luh Putu Manik Widiyanti,


2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA, e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 4
Tahun 2014).
Kasi K., Sumarmi , dan I Komang Astina, 2018. Pengaruh Model
Pembelajaran Service Learning terhadap Sikap Peduli Lingkungan, Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 3 Nomor: 4 Bulan April
Tahun 2018 Halaman: 437—440,
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/10733/5232
Kusumaningrum D. 2018, Literasi Lingkungan Dalam Kurikulum 2013 Dan
Pembelajaran IPA di SD Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar/FPIP
UNIRA, Jl. Mojosari No. 2 Kec. Kepanjen, Kab. Malang, , Indonesian Journal of
Natural Science Education (IJNSE) Volume 01, Nomor 02, 2018, pp: 57~64 p-ISSN:
2621-8747, e-ISSN : 2621-8755 e-mail: [email protected],
http://jom.untidar.ac.id/index.php/ijnse/article/view/255/pdf
Purwanti D. 2017, Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dan
Implementasinya, DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20
DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik, Universitas Sebelas Maret,
https://jurnal.uns.ac.id/jdc
Purwanto, 2013, Evaluasi Hasil belajar, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Pusat Penguatan Karakter.Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia, 2018. Infografis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/infografis-ppk/
Sanjaya H.W., 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran, Penerbit
Kencana Prenadamedia Group, Jakarta
Subrata I M. dan Ni Made Ayu Wulan Sri Wijayanti, 2018. Pemanfaatan
lapangan Rumput Sebagai Sumber Belajar Biologi pada Materi Plantae Peserta Didik
Kelas X MIA SMA Negeri 1 Abiansemal Tahun pelajaran 2015/2016, Jurnal
Emasains Volume VII Nomor 1 Maret 2018,
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/emasains/article/view/78/68
Subrata I M. dan I Gusti Ayu Rai, 2019. Penerapan Penilaian Autentik dalam
Pembentukan Karakter Siswa, Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains
P-ISSN 2302-2124 Volume VIII Nomor 2 September Tahun 2019 E-ISSN 2622 8688,
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/emasains/article/view/515/461
Tampubolon F. , Rosa Ramayani Purba , dan Rosmawaty. 2021. Pentingnya
Pendidikan Karakter Bagi Siswa di Masa Pandemi Covid-19, Prosiding Seminar
Nasional PBSI-IV Tahun 2021 Tema: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Berbasis Digital Guna Mendukung Implementasi Merdeka Belajar,
http://digilib.unimed.ac.id/view/divisions/fbs1/2021.default.html

26
DOI: 10.5281/zenodo.7112627

Yulianti E. dan Indra Gunawan, 2019. Model Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berpikir Kritis,
Indonesian Journal of Science and Mathematics Education 02 (3) (2019) 399-408
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/IJSME/index DOI :
10.24042/IJSME.V2I3.4366 E-ISSN: 2615-8639 November 2019,
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/IJSME/article/view/4366

27

Anda mungkin juga menyukai