Proposal-Penelitian Status Gizi Bayi
Proposal-Penelitian Status Gizi Bayi
Proposal-Penelitian Status Gizi Bayi
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
ALI
MUAKHOR
211.C.1031
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi
kurang dan lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh faktor
kesehatan dan adanya daerah miskin gizi. Adapun masalah gizi lebih disebabkan
perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup dan pola makan. Pola
makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah
lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar
dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang,
Faktor penyebab gizi buruk pada balita menurut UNICEF telah digunakan secara
internasional yang meliputi penyebab langsung seperti asupan energi dan protein,
faktor infeksi dan penyebab tidak langsung seperti pengetahuan ibu tentang gizi,
pendidikan gizi, pola asuh, sikap, pendapatan keluarga dan pelayanan kesehatan
(Hadi, 2004).
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena
kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan
mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis besar,
dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berbagai disfungsi
yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan)
karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang di
bawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh
(Proverawati, 2010).
Prevalensi gizi buruk pada tahun 2011 adalah 49% dan gizi kurang 13,0%,
( MDG`s) pada tahun 2015 yaitu 3,6 persen di Indonesia. Adapun status gizi baik
mencapai 76,2% dan gizi lebih 5,8%. Jumlah gizi buruk dengan indikator berat
badan dan tinggi badan berjumlah 3.187 (0,10%) menurun apabila dibandingkan
tahun 2010 sejumlah 3.514 (0,18%) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 (Dinas
Kabupaten Tegal, terdapat 92.660 balita dengan status gizi lebih sebanyak 841
balita (0,91%), status gizi baik 84.772 (91,49%), status gizi kurang 6.114 (6,60%)
dan status buruk sebanyak 912 balita (0,98%) pada tahun 2012. Hal ini
2013 per bulan Nopember 2013 terdapat 3840 balita yang terdiri dari status gizi
baik 3762 (97,96%), status gizi kurang 72 kasus (1,87%) dan status gizi buruk 6
Tabel 1.1
Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Kambangan
Per Bulan Nopember Tahun 2013
Status Gizi
Usia Jumlah
Buruk % Kurang % Baik %
0 - 6 bulan 2 33.33 24 33.33 359 9.54 385
> 6 bulan – 12 bulan 3 50.00 23 31.94 357 9.49 383
>12 bulan – 3 tahun 1 16.67 13 18.06 754 20.04 768
>3 tahun – 5 tahun 0 0.00 12 16.67 2292 60.93 2304
Jumlah 6 100 72 100 3762 100 3840
Prosentase (%) 0,16 1,88 97.97
Sumber : Puskesmas Kambangan 2013
Pada tabel diatas terlihat bahwa status gizi kurang dialami oleh hampir
setengah bayi usia 0 – 6 bulan (33,33%) dan (31,94 %) bayi usia > 6 – 12 bulan.
Kondisi ini akan berubah menjadi buruk apabila tidak segera ditangani karena
usia bayi merupakan usia yang berisiko dalam periode tumbuh kembang anak.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang memiliki bayi dengan status gizi
termasuk dengan status gizi kurang karena tampak dalam keadaan sehat dan
Upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi kurang dan buruk meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Tatalaksana gizi buruk secara
garis besar dibagi menjadi tiga kegiatan, meliputi penentuan status gizi,
intervensi, dan pelaporan. Intervensi gizi buruk dilakukan secara klinis maupun
dengan diet. (Depkes RI, 2011). Upaya kesehatan keluarga terhadap gizi buruk
diantaranya memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan makanan pendamping
Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan
dalam setiadi, 2008). Keluarga memiliki berbagai peran dan tugas penting dalam
memiliki suatu kemampuan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas
Menurut Bandura (1995 dalam Feist & Feist, 2008) family efficacy
Tegal
D. Urgensi Penelitian
meningkatkan status gizi balita dan memodifikasi peran keluarga dalam pola
asuh nutrisi.
3. Bagi Peneliti
karya ilmiah.
4. Bagi Masyarakat
TINJAUAN TEORI
Konsep Teori
1. Family Efficacy
a. Definisi
2010).
Menurut Bandura (1995 dalam Feist & Feist, 2008) family efficacy
lebih baik. Sementara itu, Guskey dan Passaro (1994) dalam Jensen
segala sesuatu yang ada. Dalam situasi yang sulit, keluarga dengan efikasi
yang rendah cenderung mudah menyerah. Sementara dengan keluarga
efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi
menjaga keluarga dengan kehidupan yang baik yang sesuai dengan fungsi
terkurangi.
Bahkan kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang
efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula
individu akan mengurangi usaha yang akan dilakukan (Feist & Feist,
2008).
c. Aspek-Apek family efficacy
akan berbeda didasarkan pada tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut yaitu
lingkungan.
2) Peran ibu
3) Peran anak
a. Definisi
bayi dan anak atau untuk tumbuh kembang anak. Seorang anak balita
mengalami gizi buruk dapat disebabkan oleh pola asuh yang salah atau
factor genetik. Sedangkan pola asuh yang salah terjadi pada keluarga tidak
mampu atau kurang memperhatikan keseimbangan gizi makanan anaknya
(Waryono, 2010)
Lie Goan Hong dalam Santoso, Soegeng dan Ranti, Anne lies
yang dimakan tiap hari keluarga dan merupakan ciri khas untuk suatu
psikologi,
anak atau untuk tumbuh kembang anak dengan macam dan jumlah bahan
2) Pendidikan
pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini
3) Pengetahuan
pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat
badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling
2) Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi
3) Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja
4) Anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan
untuk makanannya.
5) Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai
tubuhnya
dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh
5. Bayi
a. Pengertian
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
ibunya.
pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan
masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan
jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih
a) 1-4 bulan
Pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali dari berat badan lahir
c) 8-12 bulan
BAB IV
A. BIAYA
Kebutuhan anggaran penelitian ini didanai oleh institusi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mahardika Cirebon melalui lembaga Penelitian dan Pengabdian
masyarakat. Rincian anggaran penelitian dijabarkan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Ringkasan anggaran Biaya Penelitian
No Kegiatan Rincian Jumlah
1 Honor penelitian 30% 1 Rp. 1.500.000,-
2 Lembaga penelitian 5% 1 Rp. 250.000,-
3 Operasionak Kegiatan
• Perjanjian 1 x Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
• Transportasi 10 x Rp. 50.000,- Rp. 500.000,-
Rp. 5.000.000,-
B. JADWAL PENELITIAN
Agustus Septembe
Maret April Juni Juli
No Jenis Kegiatan r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bimbingan proposal
skripsi
2. Sidang proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan perijinan
penelitian
5. Pelaksanaan penelitian
6. Bimbingan hasil penelitian
dan
pembahasan 7.
Sidang skripsi
8. Revisi skripsi
9. Penyerahan hasil skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Bandura. 1997. Self Efficacy : The Exercise of Control . New York: Freemanand
Company.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007. Makanan Pendamping Air Susu Ibu. MP –
ASI.. Jakarta : DKK RI
Firmansyah. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi Dan Balita. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Lampiran 2
KUESIONER
Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Usia bayi :
Jenis Kelamin :