Klmpok 5 KARAKTERISTIK PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM KONTEKS EKONOM
Klmpok 5 KARAKTERISTIK PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM KONTEKS EKONOM
Klmpok 5 KARAKTERISTIK PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM KONTEKS EKONOM
Disusun Oleh :
Kelompok 5
NamaAnggotaKelompok :
1. ElsyaMagfirah 0910581220004
2. Nur Ilmayanti 0910581220001
1
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-
cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Karakteristik
permintaan jasa pelayanan kesehatan dalam konteks ekonomi) sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.
Daftar isi
Sampul................................................................................................................................................... 1
Kata pengantar...................................................................................................................................... 2
BAB 1 pendahuluan............................................................................................................................... 4
2
Latar belakang....................................................................................................................................... 4
Rumusan masalah................................................................................................................................ 8
Tujuan.................................................................................................................................................... 8
Pengaruh Jenis Penyakit, fasilitas dan kualitas layanan terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan
pada poskesdes tanacella................................................................................................15
BAB 3 penutup......................................................................................................................................17
Kesimpulan...........................................................................................................................................17
Saran.....................................................................................................................................................18
Daftar pustaka..................................................................................................................................... 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang kesehatan yang paling terpengaruh oleh dampak globalisasi, yakni antara lain
bidang perumasakitan, tenaga kesehatan, industri farmasi, alat kesehatan. Pelayanan yang cepat
dan tepat, biaya pengobatan yang murah, serta sikap tenaga medis yang ramah dan komunikatif
adalah sebagian dari tuntutan pasien terhadap pelayanan rumah sakit, fenomena inmuncul
karena kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan telah bergeser akibat perubahan-
perubahan yang terjadi pada industrialisasi jasa pelayanan kesehatan, tidak semua rumah sakit
di dalam negeri memenuhi tuntutan tersebut (www.pdpersi.co.id).
Pelayanan rumah sakit telah berkembang menjadi industri yang berbasis pada prinsip-
prinsip ekonomi dengan salah satu ciri menonjol adalah sifat kompetitif (Otter, 1991).
Pemahaman bahwa rumah sakit sudah merupakan suatu industri ini menjadi dasar
pengembangan mutu pelayanan rumah sakit. Tanpa pemahaman ini sulit bagi rumah sakit
Indonesia terutama untuk bersaing dengan pelayanan luar
negeri (Trisnantoro, 2006-51).
Hal ini telah dibuktikan banyak orang Indonesia yang berobat ke rumah sakit di luar
negeri, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan negara lainnya. Tercatat, saat ini terdapat
kurang lebih 200 ribu pasien Indonesia berobat ke Singapura dan Malaysia, dengan total dana
yang dihabiskan mencapai US$600 juta per tahun atau sekitar Rp5,4 triliun (Tempo Desember,
2007).
Fakta juga telah menunjukkan bahwa telah banyak orang indonesia yang mencari pengobatan
ke luar negeri antara lain dijaringan rumah sakit national healthcare group yang merupakan
salah satu jaringan rumah sakit pemerintah Singapura, pasien Indonesia tercatat 11.000 orang
dari 374.000 pasien asing pada 2005 (Gatra Juni, 2008).
Fenomena ini dapat disebut sebagai globalisasi tahap pertama. Sementaraitu, globalisasi
tahap kedua adalah beroperasinya rumah sakit asing di Indonesia atau penanaman modal asing
dalam sektor pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Indonesia mengalami perubahan
strukturalyang sangat berarti. Ada perubahan yang mencolok pada dekade ini yaitusemakin
4
besarnya peran swasta dalam penyediaan pelayanan berteknologi tinggi yang menyebabkan
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yangakan ditanggung oleh masyarakat. Semakin
mahalnya pelayanan kesehatankepada masyarakat akan diikuti oleh tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat dilematis bagi
organisasi-organisasi pelayanan kesehatan yang disatu pihak dituntut untuk mengikuti
perkembangan teknologi kesehatan yang makin cepat dan mahal dan di lain pihak tuntutan
pelayanan yang memuaskan yang juga merupakan tugas pokok organisasi pelayanan.
Sekarang rumah sakit hadir dengan citra baru yaitu menjadi bagian dari industri jasa dalam
bidang kesehatan . Perubahan peran ini merupakan hal yang wajar saja jika sosok rumah sakit
dihadapkan pada situasi dimana di samping harus menghadapi masalah dengan pembangunan
rumah sakit untuk terus dapat berkembang. Pasien tidak cukup datang berobat hanya untuk
berobat saja, namun mereka juga butuh kenyamanan, keramahan, komunikasi dan tentunya
tidak berharap menjadi semakin sakit karena berobat ke dokter. Sudah barang tentu semua
tuntutan ini membutuhkan banyak kerja yang cukup besar.
- orientasi spesialistik
- manajemen organisasi
(Sulastomo, 2000:74)
Kualitas jasa merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat perhatian dari
organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Pengemasan kualitas jasa
yang akan diproduksi harus menjadi salah satu strategi pemasaran rumah sakit yang akan
menjual jasa pelayanankepada pengguna jasanya (pasien dan keluarganya). Pihak manajemen
5
rumah sakit harus selalu berusaha agar produk jasa yang ditawarkan tetap dapat bertahan atau
berkesinambungan sehingga dapat tetap merebutsegmen pasar yang baru karena cerita dari
mulut ke mulut oleh pelanggan yang puas.
Keunggulan suatu produk jasa pelayanan kesehatan akan sangat tergantung dari
keunikan kualitas jasa yang diperlihatkan dan apakah sesuai dengan harapan atau keinginan
pelanggan. Ada beberapa model yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitas jasa yang
terkait dengan kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang
menyediakan jasa,dan situasi pasar (Muninjaya,2004:238). Kepuasan pengguna jasa pelayanan
kesehatan dipengaruhi olehbeberapa faktor antara lain :
1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akanditerimanya. Dalam hal ini,
aspek komunikasi memegang perenan penting karena pelayanan kesehatan adalah high
personnel contact.
2. Empati (sikap) peduli yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh
emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).
3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazzard bagi
pasien dan keluarganya.
6
satisfaction index-CSI). CSI dapat digunakan oleh pihak manajemen Rumah Sakit untuk :
2. Alat untuk menyusun strategi pemesaran produk pelayanan. Unit-unit pelayanan (unit
produksi) yang paling sering menerima keluhan pasien harus mendapat perhatian dari
pihak manajemen untuk memperbaiki mutu pelayanannya.
4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit yaitu memperoleh
kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya. (Muninjaya,
2004:239)
Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan adalah dalam memberikann
pelayana pada massyarakat tanacella e dengan jumlah tenaga medis yang masih kurang Oleh
karena itu, poskesdes tanacella e dituntut untuk selalu dapat memberikan pelayanan sebaik
mungkin agar kepercayaan masyarakat meningkat dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan agar kepuasan konsumennya meningkat. Pihak poskesdes perlu secara cermat
menentukan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan
meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan.
7
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah karakteristik pelayanan jasa kesehatan dalam konteks ekonomi?
2. Apa pengaruh jenis penyakit, fasilitas, dan kualitas pelayanan terhadap permintaan
jasa pelayanan kesehatan pada poskesdes tanacella e?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan jurnal ini adalah untuk memengetahui bagaimanakah
karakteristik pelayanan jasa kesehatan dalam konteks ekonomi, dan apa saja pengaruh
jenis penyakit fasilitas dan kualitas pelayanan jasa kesehatan pada poskesdes tanacella e
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Ekonomi kesehatan
Pokok bahasan dalam ilmu ekonomi akan selalu mengarah pada demand, supply dan
distribusi komoditi, dimana komoditinya adalah pelayanan kesehatan bukan kesehatan itu
sendiri. Dari sudut pandang demand, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya,
sehingga mereka membutuhkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk
mencapai status kesehatan yang lebih tinggi. Sedangkan dari sudut pandang supply /
produksi utama dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan dan sekaligus menghasilkan
outpun lainnya. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjualbelikan, dalam pengertian bahwa
kesehatan itu tidak dapat secara langsung dibeli atau dijual di pasar kesehatan merupakan
salah satu ciri komoditi. Singkatnya kesehatan tidak dapat dipertukarkan. Kesehatan hanya
memiliki value in use dan bukannya value in exchange (Tjiptoherijanto, 1990 dalam
Andhika, 2010:52).
2. Pelayanan kesehatan
9
2. Appropriateness; Bersifat wajar, pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di suatu wilayah. Kebutuhan masyarakat diukur dari pola penyakit yang
berkembang di wilayah tersebut.
3. Continuity-Sustainability; Pelayanan kesehatan di suatu daerah harus berlangsung
untuk jangka waktu yang lama dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
4. Acceptability; Pelayanan kesehatan juga harus dapat diterima oleh masyarakat dan
memerhatikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
5. Affordable; Biaya atau tarif pelayanan kesehatan dapat dijangkau oleh masyarakat
umum. Tidak hanya orang tertentu saja yang dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
6. Efficient; Pelayanan kesehatan harus dikelola secara efisien.
7. Quality; Pelayanan yang diakses di masyarakat harus terjaga mutunya.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan komponen paling mahal dalam sistim pelayanan
kesehatan (the most expensive component of the health care system). Tingginya biaya infrastruktur,
pengembangan teknologi dan biaya operasional dan besarnya jumlah staf di rumahsakit, rumahsakit
akan menyerap jumlah terbesar anggaran pemerintah yang akan mempengaruhi sistim pelayanan
kesehatan. Pada tahun 1999 Philippine National Health Accounts, kombinasi pengeluaran RS
Pemerintah Daerah dan Pusat menyerap hampir 50 % pengeluaran pemerintah disektor pelayanan
kesehatan. Bahkan RS Daerah menyerap hampir 68 percent alokasi biaya kesehatan daerah. Hal ini
menyebabkan komponen sistim pelayanan kesehatanlainnya seperti public health, health
regulation, and other support services – mejadi seperti tertingal (Villaverde& Manog, 2004).
Melakukan reformasi untuk transformasi RS Pemerintah menjadi otonom secara finansial akan
memungkinkan pemerintah untuk mensosialisasikan dan mengutip biaya pemanfaatan pelayanan
kesehatan, mengupayakan sumber pemasukan, membuat suatu drug revolving funds, rasionalisasi
penetapan pelayanan yang dikenai biaya dan kebijakan tarif. Mekanisme ini akan mengurangi
ketergantungan RS Pemerintah pada subsidi dan anggaran langsung dari pemerintah. Jumlah uang
dan sumberdaya yang terbebaskan karena mekanisme ini akan dapat dipakai untuk disektor public
health programs, local health systems development, health regulation and quality assurance.
Namun tidak dapat dipungkiri adanya tekanan mengikuti tatanan safety net, seperti mengadakan
social health insurance, sebagai strategi melindungi kelompok miskin dan kurang mampu terutama
10
kelompok yang sangat tergantung pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Oleh karenanya
perlu memngikuti tatanan ini dengan menyelenggarakan suatu pembiayaan pelayanan kesehatan
yang lebih adil dan merata yang mensubsidi pelayanan rumahsakit atau melalui suatu social health
insurance.(Villaverde& Manog, 2004)
11
Inseparability yaitu karakteristik dimana produksi dan konsumsi jasa pelayanan kesehatan
terjadi secara simultan (bersama).Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian.
Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh
pasien.
Inventory merupakan karakteristik dimana jasa pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan
untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. merupakan karakteristik jasa
pelayanan kesehatan dimana komposisi dan kualitas jasa pelayanan kesehatan yang
diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun jasa pelayanan
kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi. Jadi jasa pelayanan kesehatan sulit
diukur secara kuantitatif. Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan
operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien.
Inventory merupakan karakteristik dimana jasa pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan
untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.
Adapun Menurut muninjaya (2012) karakteristik jasa pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut
1. Intangibility (Tidak berwujud) Intangible berarti bahwa produk jasa tidak dapat dilihat,
tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa, tidak dapat dicium, tidak dapat didengar, atau
tidak dapat dicoba sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidak pastian bagi pengguna
jasa, calon pengguna jasa harus benar – benar memperhatikan adanya bukti tentang
mutu jasa pelayanan sesuai dengan standar mutu yang umum berlaku. Oleh karena itu,
manajemen institusi penyedia jasa harus mengembangkan kiat – kiat manajemen agar
12
sifat – sifat intangible jasa berubah menjadi lebih tangible (bisa dirasakan) dan ada bukti
nyatanya.
2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan) Perbedaan antara produk barang dengan jasa
pelayanan, yaitu produk barang biasanya dihasilkan lebih dahulu sebelum dijual,
sedangkan jasa pelayanan akan dilakukan apabila adanya permintaan dari pengguna
jasa. Produk barang juga akan dipajang atau ditata di toko – toko penyalur sebelum
dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan jasa pelayanan akan diberikan atau
disediakan ketika pengguna jasa menerimanya. Contohnya, perawatan ibu bersalin akan
disiapkan kalau ada ibu hamil yang akan melakukan persalinan. Dalam hal tersebut,
adanya interaksi langsung antara penyedia jasa pelayanan persalinan dengan ibu hamil
sebagai pengguna jasa pelayanan. Keduanya akan saling mempengaruhi hasil (outcome)
layanan. Faktor komunikasi verbal dan non verbal antara penyedia jasa pelayanan
dengan pengguna jasa pelayanan sangat mempengaruhi hasilnya (outcome). Untuk
mengetahui mutu jasa pelayanan dikaji dari aspek pengguna adalah mengukur tingkat
kepuasan pengguna layanan tersebut.
13
4. Perishability (Tidak tahan lama) Salah satu sifat khas jasa adalah tidak tahan lama. Dan
juga tidak dapat disimpan. Misalnya, operasi caesar untuk menolong ibu bersalin akan
dilakukan berdasarkan indikasi medis. Pelayanan seperti ini tidak bisa dipesan dulu oleh
seorang ibu hamil.
14
indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan,
atau mengecap jasa pelayanan kesehatan.
15
bahkan terkadang tidak ada maka perlu lagi di bawa ke rumah sakit yang
menyediakan tabung oksigen, jadi masyarakat harus keluar dari desa untuk pergi ke
daerah yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap lagi. Hal ini juga sama, sesuai
dengan karakteristik jasa pelayanan kesehatan intangibility
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
B. Saran
Jasa pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan jasa pelayanan ekonomi
lainnya. Jasa pelayanan kesehatan atau jasa pelayanan medis sangat heterogen,
terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara,
memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifatnya yang
sangat heterogen, jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990:122
Joko, 2005:106-107
Muninjaya,2004:238
Palutturi: 2005:69
Villaverde, Mario. C & Manog, Thiel B. Manaog. 2004. The National Health Accounts (NHA) Projections:
1999-2004: An Exploratory Study for Estimating the National Health Expenditures for CY 2004
based on the Health Sector
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63171/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://adoc.tips/download/bab-ii-kajian-teori-setiap-kegiatan-atau-manfaat-yang-ditawa.html
http://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/11753/8435
17