Hono - Ngudiyono
Hono - Ngudiyono
Hono - Ngudiyono
Oleh :
Dr. Drs. H. Sejati Hono, S.H, M.Hum
Ngudiyono
i
1. Judul Penelitian : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pungutan
Liar Juru Parkir Di Kota Semarang Ditinjau Dari
Aspek Hak AsasiManusia
3. Ketua Peneliti
a. Nama dan Gelar : Dr. Drs. Hono Sejati, SH, M.Hum
b. Jenis Kelamin : Laki- Laki
c. Pangkat/Gol : Penata/ III C
d. NIP/NIK : 0200
e. NIDN : 0609086002
f. Jabatan Fungsional : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : Hukum/ Ilmu Hukum
h. Pusat Penelitian : UNDARIS
i. Alamat rumah : Jl. Karonsih Baru II No.13 Ngaliyan Semarang
: 085727272369
j. Telephon/fax/e-mail :
7. Sumber biaya :
Universitas : Rp. 3.000.000,-
Mandiri : Rp. 5.000.000,-
Dr. Tri Susilowati, S.H.,M.Hum Dr. Drs. H. Sejati Hono, S.H, M.Hum
NIDN. 0018096001 NIDN. 0007065902
KATA PENGANTAR
Dalam penelitian penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini peneliti mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Lamijan, S.H., M.Si selaku Rektor Universitas Darul Ulum Islamic
Centre Sudirman GUPPI Ungaran yang telah memberikan masukan dan saran
dalam melaksanakan penelitian ini, yang telah meluangkan waktunya dengan
penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan, arahan, kritikan bahkan
saran untuk penyempurnaan penelitian ini.
2. Seluruh Pimpinan Unit di jajaran Universitas dan Fakultas Hukum yang telah
memfasilitasi pennelitian ini dari awal sampai selesai.
Disadari bersama bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu diharapkan kepada semua pihak kiranya dapat memberikan masukan
demi perbaikan penelitian ini. Demikian semoga dapat bermanfaat terutama untuk
pengembangan kualitas Dosen dalam melakukan penelitian.
Ungaran,
Ketua Peneliti
……………………………………..
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
E. Sistematika Penelitian Penelitian ............................................................. 6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 75
B. Saran ......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
roda empat maupun roda dua. Hal tersebut secara otomatis akan meningkat
pula terhadap penerimaan retribusi parkir jika dikelola dengan baik. Akan
jasa atau pemberian izin parkir yang khusus disediakan dan/atau diberikan
pada banyaknya pengguna kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda
1
2
dua. Hal tersebut secara otomatis akan meningkat pula terhadap penerimaan
Kasus lain yang terjadi mengenai jasa parkir adalah sering pengendara
keadaan semula, atau dengan kata lain apabila terjadi kerusakan dan bahkan
parkir.
barang atau sesuatu tukang parkir tidak mau bertanggung jawab. Tukang
parkir hanya menjaga kendaraan tetapi jika sampai terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kehilangan helm, jaket atau lainnya tukang parkir tidak
uang jasa parkir melebihi yang ditetapkan. Jasa parkir yang seharusnya adalah
Rp.5.000,00.2 Fakta dilapangan tidak seperti itu tukang parkir menarik untuk
1
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: PT.Suryandaru Utama.
2005. Hlm 89
2
Perda Kota Semarang No. 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Semarang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum
3
yang nantinya bisa digunakan untuk masyarakat yang memakai jasa tersebut.
teknis, salah satunya Unit Pelakasana Teknis (UPT) pada bagian pengelolaan
parkir. UPT parkir merupakan unsur pelaksana tugas teknis yang membidangi
UPT parkir tersebut melibatkan para pegawai sebagai sumber daya manusia
untuk menjalankan tugasnya sebagai para pelaksana. Selain itu, peran dari
parkir.
disebabkan karena banyaknya para karyawan mall dan pengunjung yang lebih
tarif parkir di dalam mall yang lebih mahal karena menggunakan tarif per jam
para juru parkir yang tidak menyetorkan retribusi parkir pada Dishubkominfo
Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum Di Kota Semarang. Dalam hal ini
sebagai penegak hukum khusus sedangkan hakim, jaksa, polisi dan advokat
B. Rumusan Masalah
terhadap pungutan liar juru parkir di Kota Semarang ditinjau dari aspek
hukum terhadap pungutan liar juru parkir di Kota Semarang ditinjau dari
C. Tujuan Penelitian
pungutan liar juru parkir di Kota Semarang ditinjau dari aspek Hak Asasi
Manusia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
keadilan.
E. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini diuraikan menjadi lima bab yaitu dimana
bab satu dengan bab yang lainnya akan dibahas dalam ruang lingkup dan
penelitian.
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia, hambatan yang dihadapi dalam
Semarang ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia, upaya mengatasi hambatan
Bab V Penutup, bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang
LANDASAN TEORI
A. Landasan Konseptual
1. Penegakan Hukum
2. Pungutan Liar
sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang
3. Juru Parkir
Juru parkir yang disebut juga sebagai Jukir adalah orang yang membantu
kepada pengguna parkir pada saat akan keluar dari ruang parkir.5
3
Dellyana,Shant.,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty 1988. hlm 32
4
Ramadhani. Penegakan Hukum Dalam Menanggulangi Pungutan Liar Terhadap Pelayanan
Publik
5
BPKP. 2002. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi pada Pengelolaan Pelayanan
Masyarakat. Jakarta: Tim Pengkajian SPKN RI. Diakses pada Mei 2020
8
9
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
B. Landasan Teori
hukum yang di buat oleh lembaga legislatif pada dasarnya bukannya tidak
6
Arif Budiman, 1996. Teori Negara-negara Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama hal 46
7
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2010 hal 51
10
hukum,
e. faktor kebudayaan, yani hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
buat oleh pemerintah tersebut tidak akan berarti apa-apa, apabila tdak
8
Satjipto Rahardjo. 1983. Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru hal 78
11
hukum dalam arti luas terdiri dari tiga komponen yaitu komponen substansi
merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem dengan
sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti luas, dalam arti hukum
yang harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri,
penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Setiap
hak dan kewajiban secara paralel dan bersilang. Karena itu, secara
manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul
ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang demokratis
terkait erat dengan persoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri.
undang saja.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
a. Undang-undang
berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang
b. Penegak Hukum
konservatisme.
mengenai pendiriannya.
3) Yang kurang-ditambah.
4) Yang macet-dilancarkan.
d. Faktor Masyarakat
hukum tersebut.
petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu
e. Faktor Kebudayaan
dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Pasanagn nilai yang
kebaruan/inovatisme.
yang berbeda mengenai keadilan. Terkadang yang kita anggap adil belum
tentu adil bagi orang lain, Begitu pula dengan kemanfaatan. Sementara
9
O. Notohamidjojo, 2011, Soal - Soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga: Griya Media, Hal 121
21
pidana itu terdiri dari norma - norma yang berisi keharusan - keharusan
dikatakan bahwa
tersebut.12
10
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni,
Hal 2
11
P.A.F. Lamintang, 1984, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru, Hal 1
12
M. Ali Zaidan, 2015, Menuju Pembaruan Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, Hal 3
13
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Jakarta: Bumi Aksara, Cet- 24, 2005
22
14
Sudarsono, Pokok-pokok hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.ke-2, 2001
23
(dua), yaitu:15
15
Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Press, Hal 7
24
sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam dari pada hukum
lain atau sering disebut fungsi hukum pidana memberi aturan untuk
melindungi.16
oleh Sudarto, bahwa fungsi hukum pidana itu dapat dibedakan sebagai
berikut:17
karena itu fungsi hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum
16
http://bastianunmer.blogspot.com/2016/03/fungsi-hukum-pidana.html diakses pada 10 Maret
2020
17
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I,Semarang: Yayasan Sudarto, Hal 9
25
pada cabang hukum lainnya. Dalam sanksi pidana itu terdapat suatu
pula, bahwa sebagai alat social control fungsi hukum pidana adalah
yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang undang dan
dari19:
KUHP)
hukum mengenai :
macam pidana
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I,Rajawali Pers, 2013, h.126
19
Teguh Prasetyo. Hukum Pidana.Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2010,hal 58
27
Hukum Pidana)
KUHP). Contoh:
militer.
1) Unsur subyektif
umur.
2) Unsur objektif
ancaman pidana.
hukum.
3. Tindak Pidana
arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
masyarakat.20
”hukuman”. 21
20
Kertonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana. Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa, hlm. 62
21
Moeljatno, 1987. Asas-asas Hukum Pidana. Bina Aksara, Jakarta. hlm. 37
31
perlu diperhatikan :
kejadian itu.
olehnya”. 23
22
Ibid. hlm. 39
23
Moeljatno, 1985. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 34
32
saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan
terdapat di dalamnya.
24
Ridwan A. Halim, 1982. Hukum Pidana dan Tanya Jawab. Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 31
25
P.A.F. Lamintang, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 34
33
26
Ibid, hlm.35
27
Ibid, hlm.185
34
melarang.
pidana. 29
28
Tri Andrisman, 2009. Hukum Pidana Asas-Asas Dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.
Unila. hlm.70
29
Wiryono Projodikoro, 1986. Azas- azas Hukum Pidana di Indonesia. PT. Eresco, Bandung, hlm.
55.
35
diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan
kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari
30
Andi Hamzah, 1986. Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia.hlm 64
36
adalah:31
1) Faktor keinginan
2) Faktor kesempatan
31
Ibnu Jauzy, 2004. Ketika Nafsu Berbicara.Jakarta: Cendikia Sentra Muslim. hlm 54.
32
Teguh Prasetyo, 2010. Hukum Pidana. Raja grafindo persada, Jakarta, hlm.58
37
Merumuskannya).
(338 KUHP)
Kesalahannya)
33
C.S.T.Kansil, 2009. Engelin R Palandang, Altje agustin musa, Tindak pidana dalam undang
undang nasional, Jakarta. hlm.4
34
Adami Chazawi, 2013. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Pers. hlm.126
35
Ibid.hlm.126
38
kesalahannya.36
36
Teguh Prasetyo, Op.cit.hlm.58
39
waktu terjadinya).
Kemerdekaan)38
Sumbernya).
37
Mohammad Ekaputra, 2015. Dasa-dasar hukum Pidana edisi 2,Usu Press,medan, hal.102
38
Adam Chazawi,Op.Cit.hlm.130
40
berhak.
39
Adam Chazawi,Ibid.hlm.131
40
Adam Chazawi, Ibid.hlm.131-132
41
kalangan keluarga)41
diancamkan)
41
Adam Chazawi,loc.cit.
42
42
Mohammad Ekaputra,Op.cit,hal.105
43
Adam Chazawi,Op.cit.hal.135-136
44
Adam Chazawi,ibid.hlm.136
43
13) Delik berdiri sendiri dan delik berlanjut (Berdasarkan ada atau
tidaknya kelanjutannya)
Perbuatan berlanjut).46
dan sebagainya47
4. Pungutan Liar
meminta pembayaran uang yang tidak sesuai atau tidak ada aturan
45
C.S.T.Kansil, Engelin R Palandang, Altje agustin musa,Loc.cit.
46
Mohammad Ekaputra,,Loc.cit.
47
Teguh Prasetyo, Op.cit.hlm.60
44
negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri
pungutan liar.
Dalam perkara tindak pidana pungutan liar tidak terdapat secara pasti
lama enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
pasar swalayan, pasar tradisonal, rumah makan, dan lain lain. Usaha
pembentukan model lahan parkir yang tepat pada lahan parkir yang
48
Rahardjo, Satjipto, 2008, Masalah Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis), Genta
Publishing, Semarang
49
dengan lancar.
sedemikian rupa agar parkir yang ada tertata dengan rapi dan tidak
menyebabkan kemacetan.
Pada akhir abad XIV hingga awal abad XIIV John Locke mencetus
kan ide tentang Hak asasi manusia yang mana hak asasi manusia ini
adalah hak yang di bawa semenjak lahir yang melekat pada setiap
manusia dan tidak dapat diganggu gugat ataupun dihilangkan. Hal ini
manusia di dunia barat. Dan muncul juga ide dari J.J Rousseau yang
hak-hak tersebut.49 Secara etimologis hak asasi manusia terdiri dari tiga
kata yakni: hak, asasi, dan manusia. Hak dan asasi berasal dari bahasa
Arab, yaitu haqq yang di ambil dari kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang
artinya adalah benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Makaa haqq adalah
melakukan sesuatu. Kata asasiy yang di ambil dari kata assa, yaussu,
Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan tentang pengertian hak
asasi manusia, yaitu “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
asasi manusia.
C. Orisinalitas Penelitian
Penegakan hukum pidana terhadap pungutan liar juru parkir belum sesuai
ternyata turut serta dalam terjadinya pungutan liar juru parkir, sehingga
Kota Yogyakarta untuk menertibkan para oknum juru parkir. Selain itu
dan tukang parkir di stasiun Lempuyangan selama ini tidak ada tinjauan
mereka, hal ini yang membuat menurut tukang parkir bahwa tindakan
mereka itu aman. Tukang parkir berpendapat bahwa tindakan mereka itu
dengan pihak kepolisian agar jika ada pelanggaran hukum yang terjadi
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
B. Pendekatan Penelitian
normatif adalah penelitian yang berfokus pada norma hukum positif yang
menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer berupa
pendapat hukum yang diperoleh dari buku, informasi dari internet, asas
C. Sumber Data52
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
51
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya
52
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta,1996
Hal 42
54
55
dari perundang-undangan.
1999
penelitian
Kota Semarang
53
Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif,
enterpretif, interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta
56
kesimpulannya.
peristiwa yang khusus dan konkrit kemudian itu ditarik generalisasi yang
bersifat umum.
57
1. Reduksi data
dan terperinci disortir dulu, yaitu yang memenuhi fokus penelitian. Dalam
yang penting, dicari tema dan polanya, sehingga disusun secara sistematis
2. Penyajian data
laporan berupa uraian yang lengkap dan terperinci. Ini dilakukan peneliti
agar data yang diperoleh dapat dikuasai dengan dipilah secara fisik dan
3. Menarik kesimpulan
ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini. Yaitu dengan
Pada awalnya kesimpulan yang dibuat bersifat tentatif, kabur, dan penuh
Penyajian data
Pengumpulan data
Gambar: 3.1
Teknik Analisis Data
54
Miles, M.B & Huberman A.M. 1984, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh. Tjetjep
Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
BAB IV
A. Hasil Penelitian
imbalan jasa mereka kepada pengendara kendaraan yang sesuka hati mereka.
Untuk itu setiap penarikan uang parkir dengan diberikan karcis, tetapi yang
terjadi seringnya tukang parkir menarik uang parkir melebihi yang ditentukan
pemerintah daerah tetapi hanya yang tertera dalam karcis saja, lainnya masuk
kantong pribadi.
Kasus lain yang terjadi mengenai jasa parkir adalah sering pengendara
keadaan semula, atau dengan kata lain apabila terjadi kerusakan dan bahkan
barang atau sesuatu tukang parkir tidak mau bertanggung jawab. Tukang
parkir hanya menjaga kendaraan tetapi jika sampai terjadi hal-hal yang tidak
59
60
diinginkan seperti kehilangan helm, jaket atau lainnya tukang parkir tidak mau
keterangan pengguna kendaraan dan tukang parkir di stasiun selama ini tidak
ada tinjauan atau kunjungan dari Dinas Perhubungan atau polisi untuk
tindakan mereka, hal ini yang membuat menurut tukang parkir bahwa
tindakan mereka itu aman. Tukang parkir berpendapat bahwa tindakan mereka
itu wajar karena meskipun mereka melakukan pungutan liar tetapi nominalnya
sedikit dibandingkan para pejabat yang korupsi uang rakyat hingga triliunan
rupiah.
pelanggaran hukum yang terjadi dapat di proses secara hukum pidana, jika
perlu pemidanaan kepada pelaku yang melakukan pungutan liar tersebut perlu
untuk diterapkan. Pungutan liar biaya parkir lebih dari peraturan daerah telah
memenuhi rumusan unsur pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
sebagaimana yang diatur dalam pasal tersebut rumusan korupsi pada pasal 12
Undang No.31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
lapangan seperti pencurian, tarif parkir yang tidak sesuai dengan yang tertera
di karcis, dan parkir liar maupun izin parkir yang sudah habis masa
oleh juru parkir resmi, namun dapat dilakukan juga oleh juru parkir yang tidak
1) Faktor Ekonomi
Jumlah nominal yang didapat sebagai juru parkir tidak seberapa, tetapi
dipenuhi. Hal ini menyebabkan ada beberapa juru parkir yang enggan
melakukan pendaftaran sebagai juru parkir resmi, agar jumlah uang yang
dilakukan, juru parkir resmi juga merasakan hal yang sama yaitu hasil
55
Wawancara dengan Drs. Endro Pudyo Martono, M.Si selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota
Semarang pada 23 Juli 2020
63
2) Faktor Kesempatan
pungutan liar, namun juga dari pengguna jasa parkir. Ketika oknum juru
parkir meminta tarif parkir, pengguna jasa parkir juga kurang mengkritisi
3) Faktor Individu
Pelaku Kurang atau bahkan tidak adanya integritas serta tanggung jawab
dari para oknum juru parkir. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya, tidak
pungutan liar.
Penegakan hukum terhadap pungutan liar yang dilakukan oleh juru parkir
Pendekatan ini dilakukan ketika oknum juru parkir yang sudah diberi
56
Wawancara yang dilakukan dengan Gama Ekawira AN, S.Kom selaku Kasi Penataan dan
Perijinan Dinas Perhubungan Kota Semarang pada 23 Juli 2020
64
Pendekatan ini sekaligus akan mencabut surat ijin juru parkir yang
gabungan akan dilakukan kurang dari 3 bulan sekali jika ada kejadian
menyidangkannya.
kepada korban.
57
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. Joko Santosa, M.Si selaku Kabid Perparkiran Dinas
Perhubungan Kota Semarang pada 23 Juli 2020
67
resmi. Pungutan liar yang dilakukan oleh juru parkir resmi maupun
dilakukan penindakan atas pungutan liar yang dilakukan. Hal ini tentu
b. Adanya oknum juru parkir yang mendapat bantuan dari salah satu
pungutan liar. Misalnya dengan lebih kritis ketika ada oknum juru
parkir yang meminta retribusi parkir yang melebihi standar, atau ketika
Perhubungan Semarang.
pungutan liar juru parkir adalah kurangnya jumlah pegawai dari Dinas
bantuan dari penegak hukum sendiri serta dari faktor masyarakat itu
di Semarang
Pungli adalah salah satu bentuk penyakit kronis dan endemis yang
dalam skala milyaran (atau bahkan trilyunan), tapi juga oleh „rakyat kecil‟ ,
parkir tak kalah dengan pungli oleh para pejabat pemerintah maupun pejabat
kecil, pungli oleh „rakyat kecil‟ ini sama menyengsarakannya dengan korupsi
oleh koruptor kakap. Uang seribu rupiah yang dikutip oleh tukang parkir jelas
sangat memberatkan „rakyat kecil‟ lain yang menggunakan jasa parkir. Lagi
pula kadang pungli parkir juga tidak rasional. Untuk belanja Rp. 500,- di
sebuah toko kecil, dipungut biaya parkir Rp. 1.000,-. Keluarga yang mencari
pungli parkir.
tukang parkir. Di satu sisi sebagai retribusi parkir (yang artinya tukang parkir
Tetapi, apa pun argumennya, dua hal itu sering menjadi sumber kecurangan.
mengutip ongkos lebih tinggi, menggunakan karcis bekas, atau bahkan tanpa
karcis sama sekali. Kecurangan dalam kategori kedua adalah „tukang parkir‟
mengamankan.
adalah faktor ekonomi. Maraknya pungutan liar tidak hanya terjadi dalam
ekonomi makro tetapi juga dalam ekonomi mikro. Pungutan liar yang sering
penyelenggaraan juru parkir. Pungutan liar oleh juru parkir di Kota Semarang
Di sisi lain dalam Fakta Sosial masih sering ditemukan juru parkir
yang melakukan pungutan liar di tempat parkir tepi jalan umum di Kota
Semarang, penegakan hukum pidana yang dilakukan juga tidak bisa dirasakan
secara jelas oleh masyarakat sebagai pengguna jasa parkir. Tentu hal ini
jasa parkir di Kota Semarang. Berdasarkan uraian perihal adanya pungutan liar
yang dilakukan oleh juru parkir di Kota Semarang padahal ketentuan apabila
oknum juru parkir yang sudah diberi teguran secara langsung namun
ini dapat dilakukan maksimal sampai 3 (tiga) kali. Penertiban Juru Parkir
Semarang.
71
kegiatan seperti:
oleh juru parkir dilakukan, jika ada laporan dari masyarakat atau ketika
B. Pembahasan
liar, dengan menarik retribusi tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
parkir yang dimiliki masih terbatas, maka disetujui bahwa adanya tim
Terhadap Pungutan Liar Juru Parkir di Kota Semarang Ditinjau Dari aspek
Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak
oleh pejabat atau aparat, walaupun pungli termasuk ilegal dan digolongkan
dari Dinas Perhubungan Kota Semarang, adanya oknum juru parkir yang
pungutan liar.
taripnya (termasuk bila taripnya harus „mahal‟ seperti yang saat ini
dipungut oleh para tukang parkir), bila memang sudah diatur dan
„fair‟. Tentu saja tidak berarti pemerintah daerah bisa menetapkan tarip
pengguna jasa parkir. Perdebatan bisa saja sangat sengit, tetapi ketika
menerima sesuai tarip parkir. Jadi tidak ada alasan lagi tarip parkir tidak
sesuai dengan „kebutuhan hidup layak‟ tukang parkir, atau tidak sesuai
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penegakan hukum terhadap pungutan liar yang dilakukan oleh juru parkir
ini dilakukan ketika oknum juru parkir yang sudah diberi teguran
75
76
Pungli parkir adalah salah satunya. Yang disoroti bukanlah pada besar-
77
kecilnya tarip resmi, tapi pada tidak dipatuhinya aturan yang sudah
ditetapkan.
terhadap juru parkir baik resmi ataupun tidak resmi. Pungutan liar yang
dilakukan oleh juru parkir resmi maupun tidak resmi merupakan reaksi
Oknum yang lari ketika hendak dilakukan penindakan atas pungutan liar
oknum yang bersangkutan malah melarikan diri, (3) adanya oknum juru
parkir yang mendapat bantuan dari salah satu aparat penegak hukum
pungutan liar juru parkir justru terhambat karena salah satu aparat
B. Saran
sehingga tidak memberikan efek jera kepada para pelaku tindak pidana
tersebut.
pelaporan atau pengaduan yang baik dan benar agar mempercepat proses
Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tindak
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana, Jakarta. 2006
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: PT.
Suryandaru Utama. 2005.