Fullpdf
Fullpdf
Fullpdf
TESIS
Oleh :
N.I.M : : 20302100077
Konsentrasi : : Hukum Pidana
TESIS
Oleh :
N.I.M : : 20302100077
Konsentrasi : : Hukum Pidana
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Semarang City is the highest city for drug trafficking in Central Java. Law
enforcement efforts against narcotics crimes are constrained by the development
of civilization in the world community. Polri is a law enforcement apparatus that
acts as an investigator. This study aims to find out and analyze law enforcement
against narcotics crimes at the Semarang Polrestabes and to find out the
investigative process in the context of enforcing narcotics law at the Semarang
Polrestabes.
This research approach method is sociological juridical, descriptive
analytical research specifications. The type of data uses primary data and
secondary data so that the data collection method is through field research and
library research. The data analysis method is qualitative analysis. As a knife of
analysis are the theory of law enforcement, the theory of legal certainty and the
theory of justice according to Islam
Based on the results of the study, it can be concluded that law enforcement
against narcotics crimes at the Semarang Polrestabes is carried out through
preventive and repressive efforts. Preventive efforts emphasize prevention while
repressive efforts are carried out as a follow-up to the occurrence of narcotics
crimes, namely through a series of investigative actions. The investigation process
in the context of enforcing narcotics law at Polrestabes Semarang is based on the
Criminal Procedure Code, Law Number 35 of 2019, Police Perkap Number 6 of
2019, and Perpol Number 8 of 2021 concerning Handling of Crimes based on
Restorative Justice. The investigation carried out was a follow-up to the results of
the investigation by the operational officers of the Semarang Polrestabes
Polrestabes Narcotics Unit.
viii
KATA PENGANTAR
merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar derajat S2 Program Studi
Tesis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak berupa
saran maupun dorongan yang sangat bernilai bagi penulis. Untuk itu penulis ingin
2. Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Dr. Hj. Widayati, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
4. Dr. Arpangi, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas
5. Dr. Denny Suwondo, S.H. M.H., selaku Ketua Program Magister (S2) Ilmu
6. Dr. Andri Winjaya Laksana, S.H, M.H., selaku Sekretaris Program Magister
ix
7. Dr. Hj. Sri Kusriyah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah
ini.
8. Segenap Guru Besar dan Dosen Program Magister Ilmu Hukum Universitas
9. Seluruh staf dan karyawan Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan bantuan yang telah
diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak
kekurangan, untuk itu segala saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
xi
DAFTAR ISI
xii
B. Tinjauan tentang Tindak Pidana Narkotika ....................................42
1. Pengertian Narkotika ...............................................................42
2. Tindak Pidana Narkotika berdasarkan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ...............................45
C. Tinjauan tentang Penyidikan ..........................................................55
1. Pengertian Penyidik .................................................................55
2. Tugas dan Wewenang Penyidik ..............................................58
3. Penyidikan ...............................................................................60
D. Tindak Pidana Narkotika Menurut Hukum Islam ..........................67
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................74
A. Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Narkotika di
Polrestabes Semarang .....................................................................74
B. Proses Penyidikan dalam Rangka Penegakan Hukum Narkotika
di Polrestabes Semarang .................................................................87
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................114
A. Simpulan .......................................................................................114
A. Saran .............................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................116
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
atas kekuasaan (machtstaat).1 Hal ini sebagaimana termuat dalam Pasal 1 ayat
oleh badan-badan resmi negara dan memuat sanksi yang tegas atas peraturan
tersebut.3 Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan, apa yang boleh
dilakukan serta apa yang dilarang. Salah satu tindak pidana yang masih marak
kehidupan umat manusia, peredarannya harus diawasi secara ketat.4 Untuk itu
1
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet Ke-8, Jakarta
: Balai Pustaka, h. 346.
2
Angga Dwi Arifian and Sri Kusriyah, “The Investigation on Criminal Acts of Corruption
in the Jurisdiction of Rembang Police”, Law Development Journal Volume 3 Issue 3, September
2021, h.460, url : http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ldj/article/view/16086/5838
3
Ishaq, 2012, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, h. 3.
4
Direktorat Hukum Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN, 2016, Himpunan
1
pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
golongan masyarakat baik kaya, miskin, tua, muda, bahkan tidak jarang
narkotika.
yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan
suatu peraturan hukum dan juga disertai suatu sanksi pidana tertentu.5
mencapai sebanyak 833 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 1.307 orang.
Sedangkan pada 2021 sebanyak 766 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak
1.184 orang.6
2
Di Jawa Tengah, berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN)
peningkatan, yaitu pada tahun 2020, sebanyak 1875 kasus narkoba, sedangan
pada 2021 per semester (6 bulan) sudah sebanyak 1039 kasus. 7 Sedangkan di
wilayah hukum Polrestabe Semarang data jumlah kasus narkotika pada tahun
2020 sebanyak 172 kasus dengan 217 orang. Sedangkan pada tahun 2021
penegakkan hukum, apabila terjadi suatu peristiwa yang diduga atau patut
7
BNN Jateng Sebut Kasus Narkoba Mengalami Peningkatan selama Pandemi,
https://jogja.tribunnews.com, diakses 15 November 2022.
8
Rully Abdi dan Piatur Pangarimbun, 2019, Pelaku Tindak Pidana Peredaran Gelap
Narkotika Golongan I Bukan Tanaman, Yogyakarta : K-Media, h.6
9
Kusfitono, Umar Ma‟ruf dan Sri Kusriyah, “Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 130/PUU-XIII/2015 Terhadap Proses Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Dengan
Pemberatan Di Sat Reskrim Polres Kendal” Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol. 12. No. 4
Desember 2017, h.862, url : http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/2303
3
diteruskan dengan penyidikan sebagai suatu tindakan untuk mencari dan
B. Perumusan Masalah
Polrestabes Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
10
Ibid.
4
pidana narkotika di Polrestabes Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
E. Kerangka Konseptual
1. Penyidikan
ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun
11
M. Yahya Harahap, 2007, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta : Sinar Grafika,h. 109.
5
mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu
pelanggaran hukum.12
tindakan penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
2. Tindak Pidana
12
Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, h.118.
13
AR. Sujono dan Bony Daniel, 2001, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika, h.148.
14
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, 2016, Hukum Pidana, Malang: Setara Press, h.57
6
Tindak pidana menurut Indiyanto Seno Adji adalah perbuatan
melawan hukum dan dilakuan dengan kesalahan. Menurut Karni, delik itu
dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal budinya dan
3. Narkotika
yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor
rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga
dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong
yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau
kecanduan.17
Tahun 2009 tentang Narkotika (UU Narkotika) adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
15
Indriyanto Seno Adji, 2002, Korupsi dan Hukum Pidana, Jakarta: Kantor Pengacara dan
Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, h.155
16
Sudarto, 2018, Hukum Pidana 1 (Edisi Revisi), Semarang :Yayasan Sudarto, h.51
17
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan
dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis)”, Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011.
7
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran
4. Polrestabes Semarang
Kapolda.
8
F. Kerangka Teori
normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum dan
18
Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta
: Rajawali Press, h.3.
19
Sudikmo Mertokusumo, 2001, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung : Citra
Aditya Bakti, Bandung, h.1
9
bermakna dalam kehidupan masyarakat.
dan merupakan ralat bahwa hukum hanya boleh ditegakkan oleh golongan-
seperti polisi, hakim dan jaksa, yang dalam dunia hukum disebut
secara ideal sebagai the three musketers atau tiga pendekar hukum,
akan tetapi bermuara pada terciptanya hukum yang adil, tertib dan
manusia;
20
Ilhami Bisri, 2012, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip & Implementasi Hukum di
Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, h.128.
10
c. Para eksekutif yang bertebaran di berbagai lahan pengabdian sejak dari
pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang
saja melalui pidana, tetapi juga melakukan penegakan hukum yang bersifat
21
Barda Nawawi Arief, 2002, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 109.
11
pencegahan agar tidak terjadi kejahatan yang serupa.
dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini
hukum itu.22
22
Satjipto Rahardjo, 2005, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar
Baru, Bandung, h. 24
12
dan pelaksana peraturan perundang-undangan, dalam hal ini baik
mewujudkan sikap atau tingkah laku manusia sesuai dengan bingkai yang
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk men-
23
Shahrul Machmud, 2012, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, h. 132.
24
Siswanto Sunaryo, 2004, Penegakkan Hukum Psikotropika (Dalam Kajian Sosiologi
Hukum), Raja Grafindo Persada, Jakarta, h, 71
25
Soerjono Soekanto, 2016, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 5.
13
kepentingan pribadi, pasangan nilai kelestarian dengan nilai inovatisme,
dan seterusnya.
menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang
dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut
14
kedamaian.26
secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mem-punyai unsur
simpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian
pergaulan hidup.28
begitu populer. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengarti-
26
Ibid., h.6.
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Ibid.
15
sebagai berikut :30
atau diterapkan;
e. Faktor kebudayaan, yaitu hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
hakiki harus pasti dan adil. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang
orang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika melakukan tindakan
30
Ibid., h. 8.
31
CST Kansil, 2009, Kamus istilah Hukum, Gramedia Pustaka, Jakarta, h.385.
16
Kepastian salah satu ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama
untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan
makna karena tidak dapat digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap
orang.32
yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya
kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari
32
Ibid., h.270
33
Aryani Witasari, Materi Kuliah Teori-Teori Hukum, Magister Ilmu Hukum, Unissula
Semarang, 2020.
34
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta
2007, h. 160.
17
persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal dari norma hukum itu
sendiri.35
menyelesaikan sengketa;
diperoleh;
hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat terhadap
aturan tersebut.
35
Fernando M Manulang, 2007, Hukum Dalam Kepastian, Prakarsa, Bandung h. 95.
36
Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum, Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, PT.
Refika Aditama, Bandung, h. 85.
37
Jan Michael Otto, 2003, Kepastian hukum di Negara Berkembang, Terjemahan Tristam
Moeliono, Komisi Hukum Nasional Jakarta, h. 25.
18
Keberadaan asas kepastian hukum merupakan sebuah bentuk
memiliki arti bahwa pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apa
yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulai perkara
hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya
yang relatif. Skala keadian sangat beragam antara satu negara dengan
bersangkutan.38
38
Tamyies Dery, Keadilan dalam Islam, Mimbar, Volume XVIII Nomor 3, Juli-September
2002, h.338.
19
antara hak dan kewajiban. Salah satu asas dalam hukum yang
mencerminkan keadilan yaitu asas equality before the law yaitu asas yang
dengan memberikan apa yang menjadi hak seseorang dengan prosedur dan
hukuman.39
dijunjung. Allah sendiri mempunyai sifat Maha Adil (al-„Adlu) yang harus
adalah sebuah cita-cita luhur. Al-Qur‟an sebagai sumber ajaran Islam yang
menyatakan bahwa keadilan salah satu ajaran yang diemban oleh setiap
risalah Allah yang terakhir, juga memiliki ajaran keadilan. Jika Al-Qur‟an
39
Aryani Witasari, 2020, Materi Kuliah Teori-Teori Hukum, Magister Hukum Unissula,
Semarang.
40
Tamyiz Dery, Op.Cit., h.338.
20
dan Al Hadits disepakati sebagai dua sumber pokok dan utama dan ajaran
Muhammad saw, maka umat Islam memiliki pegangan yang kuat untuk
masyarakat.42
kedatangan penyampai.43
41
Ibid.
42
Didin Hafidhuddin, 2006, Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya Menyelamatkan Umat,
Gema Insani Press, Jakarta, h. 249
43
Aryani Witasari, Loc.Cit.
21
agama sebagaimana diwahyukan Allah kepada nabi-nabi-Nya dan rasul-
dilakukan. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Surah
44
Muhammad Dhiaduddin Rais, 2001, Teori Politik Islam, Gema Insani Press, Jakarta,
Op.Cit., h.268.
22
Perintah adil selanjutnya terdapat dalam surah An-Nisa Surah An-
manusia, tapi yang lebih penting adalah adil dalam berinteraksi dengan
Khaliq-nya dan dirinya sendiri, serta makhluk lain. Kegagalan berlaku adil
kepada salah satu sisi kehidupannya, hanya membuka jalan luas bagi
keadilan itu secara benar dan tepat. Di sini pun keimanan mendahului
45
M. Syamsi Ali, 2007, Dai Muda di New York City, Gema Insani Press, Jakarta, h. 272
23
SWT pasti adil. Apa pun sifatnya, keadilan dalam Islam dirumuskan
dengan berpegang teguh pada hukum ilahi atau kehendak Allah SWT yang
dirumuskan oleh para ulama untuk dijadikan hukum dalam hidup bersama
G. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
2. Spesifikasi Penelitian
46
Fauzi Almubarok, Keadilan Dalam Perspektif Islam, Istighna, Volume 1, Nomor 2, Juli
2018, h.122
47
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta :
Ghalia Indonesia, Jakarta, h.33.
24
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.48 Dikatakan deskriptif karena
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh terutama dari hasil penelitian
b. Data sekunder
48
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h.183.
25
1) Bahan hukum primer
Narkotika.
Keadilan Restoratif.
Tindak Pidana.
penelitian.
a. Studi lapangan
26
dengan pihak-pihak terkait khususnya pihak Satresnarkoba Polrestabes
Semarang.
b. Studi kepustakaan
bahasan penelitian.
metode analisis kualitatif yaitu analisis yang sifatnya naratif. Dalam proses
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
49
Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, h.174.
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Islam.
BAB IV PENUTUP
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jadi, hukum pidana berpokok pada 2 hal yaitu perbuatan yang memenuhi
poenale. Disamping ius poenale ada ius puniendi. Ius puniendi secara
perbuatan yang dilarang. Sedangkan dalam arti luas, ius puniendi diartikan
50
Sudarto, 2018, Hukum Pidana I Edisi Revisi, Yayasan Sudarto, Semarang, h. 9.
29
poniendi adalah hak mengenakan pidana yang harus didasarkan pada ius
poenale.51
terletak pada lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana diadakan
hukum penetintiaire.
51
Ibid., h.10.
52
Bambang Purnomo, 1992, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Yogykarta, h.
19.
30
c) Aturan-aturan yang menentukan kapan dan dimana berlakunya
melaksanakan pidana.
menurut hukum.
dapat dilaksanakan.
31
perlengkapannya melaksanakan haknya untuk mengenakan pidana.
hakim.54
dipidana.
53
Sudarto, Op.Cit., h.10.
54
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, h. 2.
32
putusan dan melaksanakan pidana yang hanya dibebankan kepada
larangan tersebut.
55
Ibid. h. 8.
56
Ibid. h. 21.
33
1. Hukum positif
hukum pidana).
yang umum dan yang khusus. Fungsi yang umum oleh karena hukum
tidak dinyatakan secara tegas di dalam aturan hukum atau hukum yang
masyarakat begitu saja, akan tetapi juga mengaturnya secara patut dan
sebagai sarana untuk menuju ke policy dalam bidang ekonomi, sosial dan
34
budaya.57
dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika
konkrit. Akan tetapi sudah ada, karena sudah tercantum dalam peraturan
hukum.
artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan apabila usaha lain kurang
memadai. Sanksi yang tajam dari hukum pidana ini membedakannya dari
57
Sudarto, Op.Cit. h.11.
58
Ibid., h. 12.
35
remedium yaitu obat terakhir, apabila sanksi atau upaya-upaya pada
Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi, jika masih ada jalan lain
atau definisi tentang tindak pidana, namun pada dasarnya pendapat dari
para sarjana atau ahli dibagi dalam dua golongan yaitu “aliran monistis”
sifat dari perbuatan atau dengan kata lain tidak memisahkan antara
atau membiarkan)
59
Sudarto, 2018, Hukum Pidana I Edisi Revisi, Yayasan Sudarto, Semarang, h. 51.
60
Ibid., h. 51
36
2) Diancam dengan pidana (stafbaar gesteld)
person).
a) Perbuatan orang
61
Ibid. h.52
37
b. Van Hammel memberikan definisi Strafbaar feit adalah “een wettelijk
2) melawan hukum
4) patut dipidana.
membiarkan)
a. W.P.J. Pompe
38
Strafbaar feit itu adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum,
(strafbaar feit).64
b. Moeljatno
a. Perbuatan (manusia)
Pasal 1 ayat (1) KUHP, yaitu “tiada suatu perbuatan dapat dipidana
64
Ibid., h. 54
65
Ibid. h. 55
39
dirasakan oleh masyarakat.
40
Rumusan tindak pidana tidak tidak disebutkan secara jelas dalam
KUHP, namun pada KUHP baru (UU Nomor 1 Tahun 2023) yang baru
akan berlaku tiga tahun yang ada datang memberikan definisi tindak
(3) Setiap Tindak Pidana selalu bersifat melawan hukum, kecuali ada
alasan pembenar.
dilindungi hukum, tidak disenangi oleh orang atau masyarakat baik yang
langsung atau tidak langsung terkena tindakan itu disebut tindak pidana.
41
tersebut diancam dengan pidana. Singkatnya perlu ditentukan tindakan-
tindakan apa saja yang dilarang dan diharuskan dan ditentukan ancaman
1. Pengertian Narkotika
yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor
rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga
dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong
yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau
kecanduan.67
Narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam atau sintetis maupun
66
Barda Nawawi Arief, 2010, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Jakarta, h. 81
67
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis)”, Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011.
42
adalah candu (opium), ganja dan cocaine.68
Narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam atau sintetis maupun
dikutip oleh AR. Sudjono dan Bony Daniel adalah A drug (as opium or
morphine) that in moderate doses dulls the senses, relieves pain, and
menyatakan bahwa yang dimaksud narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
68
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Mandar Maju,
Bandung, hal. 35.
69
Ibid.
70
AR. Sujono dan Bony Daniel, 2011, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.
43
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-
yang paling banyak diminati oleh para pecandu narkoba adalah jenis
shabu dan ekstasi. Hal ini diperkuat dalam Pasal 153 point b yang
44
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara
71
Gatot Supramono, 2007, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, h.200-215.
45
produksinya saja melainkan perbuatan yang sejenis dengan itu, berupa
111, 112, 113, untuk golongan II diatur dalam Pasal 118, dan Pasal
Pasal 111 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 112 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 113 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
Pasal 118 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00
46
(delapan miliar rupiah).
Pasal 123 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Tindak pidana jenis ini bukan hanya berbatas kepada jual beli
impor dan tukar menukar narkotika. Hal ini diatur dalam Pasal 113,
114 untuk kejahatan jual beli narkotika golongan I, Pasal 118 untuk
Pasal 113 :
Orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika
Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
Pasal 114 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 118 :
Bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
47
Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah).
Pasal 124 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
golongan II diatur dalam Paal 119 dan 120, sedangkan untuk golongan
Pasal 115 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan
I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
Pasal 119 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
48
Pasal 120 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan
II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 125 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan
III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 117 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Pasal 122 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
49
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika dibedakan menjadi
dua macam, yaitu perbuatan yang ditujukan untuk orang lain dan
perbuatan yang ditujukan untuk diri sendiri. Hal ini diatur dalam Pasal
narkotika
maka dapat merupakan tindak pidana bagi orang tua, wali dan pecandu
orang tua, wali dan pecandu itu sendiri tidak melaporkan pecandu
1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang
sengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan
50
paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah
dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana.
3) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani
rehabilitasi medis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di
rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis yang
ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana.
4) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi
standar kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.
51
bahwa setiap orang yang menghalang-halangi atau mempersulit
juta rupiah).
melakukan tindak pidana. Adapun bunyi dari Pasal 140 adalah sebagai
berikut :
52
Pasal 91 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 92 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) dikenai pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
53
b. pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam,
membeli, menyimpan, atau menguasai tanaman Narkotika
bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan;
c. pimpinan Industri Farmasi tertentu yang memproduksi
Narkotika Golongan I bukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan; atau
d. pimpinan pedagang besar farmasi yang mengedarkan
Narkotika Golongan I yang bukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan atau mengedarkan
Narkotika Golongan II dan III bukan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau bukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan.
umur
54
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
1. Pengertian Penyidik
dengan hal ini, Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
72
M. Yahya Harahap, 2007, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta : Sinar Grafika,h. 109.
55
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 sebagaimana telah
Pasal 3A ayat (1), calon pejabat PPNS harus mendapat pertimbangan dari
56
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik
tinggi.73
berikut :
73
Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 1992, Pedoman Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Yayasan Pengayoman, h. 28.
57
2. Tugas dan Wewenang Penyidik
huruf a.
perkara pidana, diatur dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP yang menyebutkan
58
rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
berwenang untuk :
penyidikan;
saksi;
pemeriksaan perkara;
59
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
3. Penyidikan
untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi
apakah betul terjadi suatu tindak pidana, siapa yang melakukan perbuatan
itu, bagaimana sifat perbuatan itu serta siapakah yang terlibat dengan
74
Bambang Tri Bawono, Tinjauan Yuridis Hak-Hak Tersangka dalam Pemeriksaan
Pendahuluan, Jurnal Hukum, Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011, h. 62.
75
Hibnu Nugroho, 2012, Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia,
Media Aksara Prima, Jakarta, h. 67
60
perbuatan itu.”76
76
Sahuri Lasmadi, Tumpang Tindih Kewenangan Penyidikan Pada Tindak Pidana Korupsi
Pada Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2 Nomor 3, 2010, h. 10
61
Pasal 1 butir 2 KUHAP menyebutkan bahwa penyidikan adalah
serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
tentang : 77
atau pejabat pegawai negeri tertentu yang diberi wewenang oleh undang-
77
AR. Sujono dan Bony Daniel, 2011, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, h.148.
62
undang. Sadangkan penyidik sesuai dengan cara yang diatur dalam
bukti itu membuat atau menjadi terang suatu tindak pidana yang terjadi
untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi
sumber yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tertangkap tangan dan
beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan
63
melakukan tindak pidana itu.
acaranya. Pengertian tentang apa yang dimaksud dengan berita acara tidak
64
Pasal 8 KUHAP penyidik menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut
hasil penyidikan atau sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal ini dari Penuntut Umum kepada penyidik, maka
penyidikan itu dianggap telah selesai (Pasal 110 ayat (4) KUHAP).
haknya. Pada pemeriksaan tindak pidana tidak hanya tersangka saja yang
disangkakan.80
80
Husein Harum M, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Rineka Cipta,
Jakarta, 1991, hlm. 8.
65
Sehubungan dengan pemeriksaan tersangka, undang-undang telah
KUHAP.
a. Penangkapan
66
b. Penahanan
atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta
Menurut Pasal 1 angka 26, saksi adalah orang yang dapat memberikan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri.
e. Analisis kasus
Tindak pidana dalam hukum Islam disebut dengan jinayah yakni suatu
tindakan yang dilarang oleh syara‟ karena dapat menimbulkan bahaya bagi
jiwa, harta, keturunan, dan akal (intelegensia). Pengertian dari istilah jinayah
67
terbatas pada perbuatan yang dilarang. Umumnya para fuqaha menggunakan
perbuatan yang diancam dengan hukuman ta‟zir, istilah lain yang sepadan
memabukkan dan segala bentuk narkoba dengan berbagai macam dan jenisnya
yang beragam. Karena barang-barang itu mengandung bahaya yang nyata bagi
Khamar dan segala macam jenisnya telah diharamkan secara jelas dan
berikut:
81
Yandi Maryandi, 2017, Gagasan Pemberlakuan Pidana Islam di Indonesia, Jurnal
Tahkim, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, h. 25
68
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A‟raf: 157)
Jadi sangat jelas bahwa segala macam yang buruk telah diharamkan
yang buruk tersebut? Tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan al-Qur‟an dan
ini adalah, tidak boleh menimbulkan kemudharatan dan bahaya terhadap diri
sendiri atau orang lain. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain tanpa alasan yang benar dan tanpa adanya
69
tindak kejahatan sebelumnya. Juga, tidak boleh membalas kemudharatan
dengan kemudharatan yang lain, karena itu, apabila ada seorang mencaci-
benda-benda ini, apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para
ulama. Tak ada satu pun ulama yang menyelisihkan keharaman mukahddirat
tersebut.
Mereka berdalil dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA,
orang yang mabuk karena khamar. Sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas
sebagai akibat dari pengaruh benda-benda memabukkan itu. Hal ini bukti
70
mengonsumsi narkoba. Namun, tubuh mereka akan menjadi lemah dan
khamar adalah ḥadd, yaitu didera (jilid) sebanyak 40 kali. Hal ini
didasarkan atas hadits Nabi Saw yang artinya : “Diriwayatkan dari Anas
bin Malik ra, sesungguhnya Nabi Saw kedatangan seorang laki-laki yang
pelepah kurma sebanyak empat puluh kali. Anas berkata: dan Abu Bakar
dalam hadits riwayat Bukhari yang artinya “Dari Uqbah bin Harist ra,
orang yang di dalam rumah supaya memukulnya, maka Uqbah saja juga
82
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, 2009, Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram, Jilid 3, Darussunnah Press, Jakarta Timur, h. 449
71
diantara orang-orang yang memukulnya lalu ia dipukul dengan terompah
itu. Sedangkan pukulan sebanyak 40 atau 80 kali adalah ijtihad dari para
kalinya ia harus dihukum mati. Tentunya yang lebih dari itu, yaitu bagi
lebih luas tidak hanya menimpa perorangan, lebih layak mendapat vonis
83
Muhammad Subhi bin Hasan Hallaq, 1427 H, Nailul Authar min Asrar Muntaqa al-
Akhbar, Dar Ibn Taimiyah, Riyadh, h. 165.
72
meriwayatkan dalam Sunannya dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah Saw
73
BAB III
Semarang
Tengah. Hal ini sebagaiimana data dari Badan Narkotika Nasional Provinsi
Semarang. Upaya penegakan hukum telah dilakukan, namun tetap saja tindak
pidana narkotika masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
Tabel
Data Jumlah Kasus Narkotika di Polrestabes Semarang
Tahun 2020 s/d 2021
No Tahun Jumlah kasus Jumlah tersangka
1 2020 172 217
2 2021 185 282
3 2022 183 239
Sumber : Polres Semarang, 2023
Polrestabes Semarang pada tahun 2020 sebanyak 172 kasus dengan jumlah
tersangka 217 orang, sedankan pada tahun 2021 jumlah kasus narkotika
84
BNN Ungkap Semarang Peringkat Pertama Peredaan narkba di Jateng,
https://news.detik.com, diakses 20 Febuari 2023.
74
meningkat menjadi 182 kasus dengan jumlah tersangka 282orang, dan pada
tahun 2022 jumlah kasus narkotika sebanyak 183 kasus dengan jumlah
meskipun kasus narkotika turun pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun
2021, namun pelaku yang terlibat dalam tindak pidana tersebut masih banyak.
remaja Kota Semarang yang mengikuti teman sebaya, hal tersebut merupakan
yang ikut-ikutan teman atau agar diterima di pergaulan. Selain itu adalah
menjadi kurir narkotika ataupun terlibat dalam jual beli narkotika untuk
memperoleh pendapatan.85
85
Hasil wawancara dengan AKP Damuri, selaku Kasubnit 2 Satresnarkoba Polrestabes
Semarang, 6 Februari 2023.
86
Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, Makalah, http://www.jimly.com, diakses 16
Februari 2023.
75
daya dan upaya untuk menjabarkan kaidah-kaidah hukum di dalam kehidupan
buruk, maka mustahil tujuan itu tercapai. Penegakan hukum sebagai suatu
proses dimulai pada saat peraturan hukum dibuat atau diciptakan oleh
hukum dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan atau ditegakkan
itu dibuat. Jika pembuat peraturan hukum membuat peraturan hukum yang
tersebut.88
nilai-nilai, ide, dan cita hukum yang bersifat abstrak menjadi tujuan hukum.
Sebagai bagian dari politik kriminal, maka tujuan umum dari hukum pidana
87
Munif Fuady, 2003, Aliran Hukum Kritis, Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Bandung
: Citra Aditya Bakti, h. 39.
88
Abdul Rachmat Budiono, Manajemen Penegakan Hukum, Jurnal Humaniora &
Pendidikan. Vol 2 No. 1, Pebruari, 2010.
76
kesejahteraan masyarakat.89 Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi
perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat
Semarang dilakukan melalui upaya preventif dan represif.91 Hal ini sejalan
kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana,
89
Angga Dwi Arifian, Sri Kusriyah, The Investigation on Criminal Acts of Corruption in the
Jurisdiction of Rembang Police, Law Development Journal, Volume 3 Issue 3, September 2021,
h.461.
90
Tim Hukum Online, Upaya Preventif dan Represif dalam Penegakan Hukum,
https://www.hukumonline.com, diakses 20 Februari 2023.
91
Wawancara dengan AKBP Edy Sulistiyanto selaku Kasatresnarkoba Polrestabes
Semarang, tanggal 2 Februari 2023
77
yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana
undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu
dan untuk masa-masa yang akan datang.92 Oleh karena itu, perlakuan dalam
tetapi juga melakukan penegakan hukum yang bersifat pencegahan agar tidak
untuk terjadinya tindak pidana narkotika.93 Hal ini sejalan dengan ketentuan
Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri yang
78
Polrestabes Semarang juga melakukan bimbinan dan penyuluhan kepada
melalukan operasi narkoba, yaitu Operasi Candi Antik 2021 dan Operasi
Bersinar 2022 yang digelar Polda Jateng. Operasi gabungan terdiri dari Satgas
kegiatan razia dengan sasaran tempat hiburan malam di Kota Semarang. razia
bahaya narkoba.95
Narkotika, dan Perkap Polri Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak
Pidana.
perkara yang didahulukan dari perkara lain. Hal ini sebagiamana tertuang
94
Wawancara dengan AKBP Edy Sulistiyanto selaku Kasatresnarkoba Polrestabes
Semarang, tanggal 2 Februari 2023
95
Wawancara dengan AKBP Edy Sulistiyanto selaku Kasatresnarkoba Polrestabes
Semarang, tanggal 2 Februari 2023
79
tentang Narkotika yang menyatakan, bahwa perkara penyalahgunaan dan
80
Selain persyaratan umu, juga harus memenuhi persyaratan khusus
Rehabilitasi,
peraturan perundang-undangan.
2. Tidak ditemukan barang bukti tindak pidana narkoba, namun hasil tes
Bandar
penyelidikan lanjutan.
justice. Hal ini karena kasus yang ditangani oleh Polrestabes Semarang
Bahaya narkotika sangat luar biasa bagi bagi masa depan generasi
penerus bangsa. Hal ini karena apabila pelaku sudah ketergantungan akan
96
Hasil wawancara dengan AKP Damuri, selaku Kasubnit 2 Sat Resnarkoba Polrestabes
Semarang, 6 Februari 2023
81
berdampak ke tindak pidana lain. Hal ini tentu dapat menganggu keamanan
masyarakat maka segala usaha, pada dan kegiatan penegakkan hukum akan
82
menyadari seandainya tetangganya terlibat dalam tindak pidana narkotika.97
97
Ibid
83
Pihak aparat penegak hukum sendiri pada kondisi tertentu juga
menjadi terhambat dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karenanya, Sat
Pidana Narkotiba yang diselenggarakan oleh Pusat atau Mabes Polri terhadap
Polrestabes Semarang.
98
Soerjono Soekanto, Op.Cit, h. 5.
84
terhadap tindak pidana narkotika baik secara penal maupun non penal
kesejahteraan hidup.
diatur dalam KUHAP, Perkap Polri Nomor 16 Tahun 2019 tetang Penyidikan
Tindak Pidana serta Perpol Nomor Perpol Nomor 8 Tahun 2021 tentang
hukum materiil yang memuat tindak pidana narkotika sudah diatur dalam UU
85
86
Faktor sarana dan prasarana dalam penegakan hukum tindak pidana
penegak hukum.
narkotika.
Polrestabes Semarang
87
penyelidikan terhadap tindak pidana narkotika. Penyelidikan dalam tidak
Nomor : LP/A/23/I/2022/SPKT.SATRESNARKOBA/POLRESTABES
Perkara :
Tindak pidana setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika yang terjadi pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2022 sekira
pukul 15.40 WIB di Jl. Yos Sudarso Kel.Tawangsari Kec. Semarang Barat
Kota Semarang, yang dilakukan oleh AAI. Awalnya tim opsnal mendapat
Kota Semarang sering digunakan untuk transaksi jual beli narkotika jenis
Kota Semarang terhadap AAI ditemukan 1 (satu) buah bungkus bekas rokok
Djarum 76 yang didalamnya terdapat 1 (satu) buah plastik klip kecil berisi
99
Hasil wawancara dengan AKP Damuri, selaku Kasubnit 2 Sat Resnarkoba Polrestabes
Semarang, 6 Februari 2023
88
narkotika jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu yang di
terdapat 1 (satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
0,15752 gram yang di simpan di dashboard sepeda motor sebelah kiri yang
setelah itu mendapatkan letak sabu yang terletak di Jl. Tawangmas, setelah itu
diambil sabu tersebut yang beratnya ± 1 (satu) gram, kemudian oleh terlapor
dibagi menjadi 2 (dua) paket yang berat 0,50990 gram untuk MBAK dan yang
Fakta-fakta :
penggeledahan.
89
penyitaaan barang bukti berupa :
terdapat 1 (satu) buah plastik klip kecil berisi narkotika jenis sabu yang
dibungkus tisu,
c. 1 (satu) buah handphone merk OPPO A16 warna silver dengan nomor
081216794386,
d. 1 (satu) buah sepeda motor merk Honda Beat warna merah dengan
7. Keterangan saksi :
untuk transaksi narkotika jenis sabu. Pada hari Kamis tanggal 6 Januari
2022 sekira pukul 14.00 WIB saksi dan team melakukan patroli di
90
kemudian kami mendekati laki-laki tersebut dan kami
narkotika jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu
(satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
tanggal 6 Januari 2022 sekira pukul 15.40 WIB pada saat melintas di
91
didalamnya terdapat 1 (satu) buah plastik klip kecil berisi narkotika
jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu yang di
plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat 0,15752 gram
d. Keterangan tersangka
dihubungi oleh MBAK yang saat itu memesan narkotika jenis sabu
secara tunai di Jl. Madukoro Raya Kel. Tawang Mas Kec. Semarang
kepada saya secara tunai, setelah itu MBAK meninggalkan lokasi dan
92
melakukan transfer ke rekening BCA 7960916438 an. SNP dengan
cara melakukan setor tunai di mesin ATM BCA yang terletak di Bank
WIB pada saat berada di Bank BCA Puri Anjasmoro Jl. Puri
pesan tersebut berbunyi “Jl. Tanah Mas ada warung kiri jalan dibawah
narkotika jenis sabu yang terletak di Jl. Tanah Mas Kel. Kuningan
tersangka telah sampai di Jl. Tanah Mas Kel. Kuningan Kec. Semarang
plastik klip kecil berisi narkotika jenis sabu yang dibungkus isolasi
15.20 WIB tersangka telah sampai di Jl. Madukoro Raya Kel. Tawang
93
sabu tersebut menjadi 2 (dua) paket. 1 (satu) buah plastik klip kecil
jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu dimasukkan
(satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
Kota Semarang. Sekitar pukul 15.40 WIB saya telah sampai di Yos
narkotika jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu
94
(satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
lanjut.
Pembahasan :
1. Analisa kasus
Tindak pidana setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
dalam Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 tahun
2009 tentang Narkotika yang terjadi pada hari Kamis tanggal 6 Januari
2022 sekira pukul 15.40 WIB di Jl. Yos Sudarso Kel.Tawangsari Kec.
Kamis tanggal 6 Januari 2022 sekira pukul 15.40 WIB di Jl.Yos Sudarso
didalamnya terdapat 1 (satu) bua plastik klip kecil berisi narkotika jenis
sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu yang di simpan di
95
dashboard sepeda motor sebelah kanan yang merupakan milik MBAK
terdapat 1 (satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
0,15752 gram yang di simpan di dashboard sepeda motor sebelah kiri yang
sabu yang terletak di Jl. Tawangmas, setelah itu diambil sabu tersebut
(dua) paket yang berat 0,50990 gram untuk MBAK dan yang berat
2. Analisa yuridis
tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka AAI terpenuhi unsur Pasal
114 ayat (1) subsider pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Pasal 114 ayat (1) UU RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika
menyatakan setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menjadi
perantara dalam jual beli narkotika Golongan I bukan tanaman jenis Sabu,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
96
1.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000,-
2. Yang tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam jual
Januari 2022 sekira pukul 14.00 WIB dihubungi oleh MBAK yang
97
sekira pukul 15.07 WIB tersangka melakukan pembayaran tersebut
SNP dengan cara melakukan setor tunai di mesin ATM BCA yang
jenis Sabu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
98
Rp.800.000.000.,-(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2022 sekira pukul 15.40 WIB di
narkotika jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang dibungkus tisu
berisi narkotika jenis sabu dengan berat 0,15752 gram yang di simpan
99
kemudian oleh terlapor dibagi menjadi 2 (dua) paket yang berat
0,50990 gram untuk MBAK dan yang berat 0,15752 gram merupakan
klip kecil berisi narkotika jenis sabu dengan berat 0,50990 gram yang
(satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
Kesimpulan :
100
pasal tersebut diatas, dan Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Lab berupa 2 (dua) bungkus plastik yang masing-masing berlak segel dan
berlabel barang bukti, setelah dibuka kemudian diberi nomor, barang bukti
terdapat 1 (satu) bua plastik klip kecil berisi narkotika jenis sabu dengan berat
dan barang bukti berupa 1 (satu) buah kardus parfum yang didalamnya
terdapat 1 (satu) buah plastik yang berisi narkotika jenis sabu dengan berat
tersangka AAI dapat disangka telah melakukan Tindak pidana setiap orang
yang tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli atau
Sabu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat
101
dijadikan sebagai tempat untuk transksi narkoba. Atas dasar laporan tersebut,
narkotika adalah menemukan atau mencari bukti yang dianggap atau diduga
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa
100
Hasil wawancara dengan AKP Damuri, selaku Penyidik Satresnarkoba Polrestabes
Semarang, 6 Februari 2023.
102
penyelidik : a) karena kewajibannya mempunyai wewenang :
pidana;
Pasal 5 ayat (1) huruf b KUHPAP menyatakan bahwa atas perintah penyidik
penyitaan;
103
tentang Penyidikan Tindak Pidana. Proses penyidikan terhadap tindak pidana
1. Laporan Polisi
tertulis yang dibuat oleh anggota polisi tentang adanya suatu peristiwa
2. Pemanggilan
keterangan para saksi, tersangka atau ahli terkait tindak pidana yang
3. Penangkapan
atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang
101
Ibid
104
penangkapan yang memuat identitas tersangka. Pada contoh kasus tidak
4. Penahanan
Pasal 24 ayat (1) KUHAP adalah 20 hari dan diperpanjang oleh penuntut
umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh hari. Dengan
tersngka yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP, yang
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan
pelaku tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3),
105
Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal
372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459,
Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang- undang Hukum Pidana, Pasal 25
undang Tindak Pidana Imigrasi, Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42,
Pasal 43, Pasal 47, dan Pasal 48 Undangundang Nomor 9 Tahun 1976
tentang Narkotika.
5. Penggeledahan
badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang. Selain itu
penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua
pengadilan negeri setempat. Namun dalam keadaan yang sangat perlu dan
106
untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan
penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera
7. Pemeriksaan
dan identitas tersangka atau saksi atau barang bukti ataupun unsur unsur
angka 26 KUHAP adalah saksi adalah salah satu alat bukti dalam
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
102
M. Yahya Harahap, Op.Cit., h. 136.
107
1. Masing-masing saksi diperiksa sendiri-sendiri terpisah antara saksi
Pasal 50 sampai dengan Pasal 68 KUHAP. Pada Pasal 50 ayat (1) KUHAP
dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang
108
disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai. Hal ini
dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan
narkotika yang disangkakan kepada tersangka. Pasal 189 butir (2) KUHAP
asalkan keterangan itu didukung oleh alat bukti yang sah sepanjang
103
M. Yahya Harahap, Op.Cit., h.135
109
Pada Polrestabes Semarang, pemeriskaan barang bukti
9. Kesimpulan
110
prakteknya ada kalanya jaksa penuntutu umum mengembalikan berkas
yang berlaku sehingga telah memenuhi asas kepastian hukum. Hal ini sejalan
Otto yang menyatakan bahwa kepastian hukum dapat dicapai apabila tersedia
tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat terhadap aturan tersebut.
Semarang memiliki dasar hukum yang jelas, dan telah dilaksanakan sesuai
Polri Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana, serta Peraturan
104
Wawancara Op.Cit.
111
penydik Satresnarkoba Polrestabes Semarang telah melaksanakan peraturan
atau menegakkan keadilan pada setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 58. Penyidikan
setelah adanya fakta-fakta alat bukti yaitu keterangan saksi, barang bukti, dan
sangkaan pasal yang keliru. Hal ini juga memberikan keadilan bagi
dalam QS. An-Nisa ayat 58 yang menyuruh manusia untuk berbuat adil
105
Aryani Witasari, Loc.Cit.
112
apabila menetapkan hukum di antara manusia.
113
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Semarang ditempuh melalui upaya penal (represif) dan upaya non penal
2019, Perkap Polri Nomor 6 Tahun 2019, dan Perpol Nomor 8 Tahun 2021
114
A. Saran
115
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.
AR. Sujono dan Bony Daniel, 2001, Komentar dan Pembahasan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar
Grafika.
Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar
Maju, Bandung.
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet
Ke-8, Jakarta : Balai Pustaka.
116
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta.
M. Syamsi Ali, 2007, Dai Muda di New York City, Jakata : Gema Insani Press.
Indriyanto Seno Adji, 2002, Korupsi dan Hukum Pidana, Jakarta: Kantor
Pengacara dan Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan.
Muhammad Dhiaduddin Rais, 2001, Teori Politik Islam, Gema Insani Press,
Jakarta.
Muhammad Subhi bin Hasan Hallaq, 1427 H, Nailul Authar min Asrar
Muntaqa al-Akhbar, Dar Ibn Taimiyah, Riyadh.
M. Syamsi Ali, 2007, Dai Muda di New York City, Gema Insani Press,
Jakarta.
117
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, 2016, Hukum Pidana, Malang: Setara
Press.
Rully Abdi dan Piatur Pangarimbun, 2019, Pelaku Tindak Pidana Peredaran
Gelap Narkotika Golongan I Bukan Tanaman, Yogyakarta : K-Media.
B. Peraturan Perundang-Undangan
118
Jalan.
C. Jurnal
Angga Dwi Arifian and Sri Kusriyah, “The Investigation on Criminal Acts of
Corruption in the Jurisdiction of Rembang Police”, Law Development
Journal Volume 3 Issue 3, September 2021, h.460, url :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ldj/article/view/16086/5838.
Tamyies Dery, Keadilan dalam Islam, Mimbar, Volume XVIII Nomor 3, Juli-
September 2002.
D. Lain-Lain
119
https://jogja.tribunnews.com, diakses 15 November 2022.
Tim Hukum Online, Upaya Preventif dan Represif dalam Penegakan Hukum,
https://www.hukumonline.com, diakses 20 Februari 2023.
120