S1 - 052191016 - ARTIKEL - Ika Hidayanti
S1 - 052191016 - ARTIKEL - Ika Hidayanti
S1 - 052191016 - ARTIKEL - Ika Hidayanti
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antioksidan DPPH dan aktivitas terhadap Artemia Salina Leach ekstrak
etanol 96% daun seledri (Apium graveolens L.). Bahan uji adalah daun seledri (Apium graveolens L.) dikenal sebagai
penambah aroma pada masakan dan manfaat lainnya yaitu sebagai penangkapan radikal bebas. Hasil penapisan fitokimia
pada serbuk daun seledri (Apium graveolens L.) menunjukkan adanya kandungan kimia seperti flavonoid, saponin dan
minyak atsiri. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi serbuk daun seledri didalam pelarut etanol 96% selama 3
x 24 jam. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan aktivitas
terhadap Artemia Salina Leach dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethalily Test). Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak etanol 96% daun seledri (Apium graveolens L.) mempunyai aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 179,10
bpj dan bersifat toksik terhadap larva udang Artemia Salina Leach dengan nilai LC50 sebesar 27,5 bpj.
Kata Kunci: daun seledri, antioksidan, DPPH , Artemia Salina Leach, BSLT.
ABSTRACT
A research on the test DPPH antioxidant activity and activity against Artemia Salina Leach 96% ethanol extract of celery
(Apium graveolens L.). The test material is celery (Apium graveolens L.) is known as an aroma enhancer in food and other
benefits are as free radical scavenging. Phytochemical screening results in powder celery (Apium graveolens L.)
shows that it contains chemicals such as flavonoids, saponins and essential oils. Manufacture of extracts made by
maceration celery leaf powder in 96% ethanol for 3 x 24 hours. Testing of antioxidant activity with DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) and activity against Artemia Salina Leach method BSLT (Brine Shrimp Lethalily
Test). The results showed 96% ethanol extract of celery (Apium graveolens L.) has antioxidant activity with IC50 of 179.10
ppm and is toxic to larval shrimp Artemia Salina Leach with LC50 values of 27.5 ppm.
96% daun seledri (Apium graveolens L.) dengan metode perendaman, Filtrat pertama, kedua dan ketiga
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan aktivitas dicampurkan lalu diuapkan dengan evaporator putar
terhadap Artemia Salina Leach. Dalam daun seledri vakum pada suhu 40 0C, sampai diperoleh destilat
(Apium graveolens L.) terdapat kandungan senyawa ekstrak etanol yang tidak keluar lagi. Ekstrak yang
kimia seperti saponin dan flavonoid. Jenis pelarut diperoleh berupa ekstrak kental sebanyak 65,21 gram.
pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah senyawa aktif
yang terkandung dalam ekstrak dimana senyawa Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak
yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar. Etanol Daun Seledri Apium graveolens L. Terhadap
DPPH
METODE Uji aktivitas penangkapan radikal bebas dari
ekstrak Apium graveolens L. dilakukan dengan
Tempat dan Waktu Penelitian. penangkapan radikal bebas menggunakan DPPH (1,1-
Laboratorium Fitokima Program Studi difenil-2-pikrilhidrazil) dan menggunakan vitamin C
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan sebagai kontrol positif.
Alam, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta,
Laboratorium Q-Lab Universitas Pancasila. Waktu 1. Pembuatan Larutan DPPH (0,4 mM)
penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Sejumlah 7,9 mg DPPH (BM 394,32)
dengan Mei 2015. ditimbang seksama dan dilarutkan dalam 50 mL metanol
pro analisis (sebagai pelarut) lalu dimasukkan ke dalam
Bahan labu tentukur. Pengerjaan dilakukan pada wadah gelap
Simplisia daun seledri (Apium graveolens L.), dan kondisi yang terhindar dari cahaya (Harmita, 2006).
Etanol 96% pro analisis, Aquadest, Amoniak (NH4 OH
25%), Chloroform (CHCl3 ), Asam klorida, 4%(HCl), 2. Pembuatan Larutan Blangko
Pereaksi Bouchardart, pereaksi Dragendrorff, Pereaksi Larutan blanko yang digunakan adalah 1 mL
Mayer, Aseton 10% pro analisis, Natrium Nitrit, DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan di
Alumunium (III) klorida, Natrium hidroksida , Besi (III) tambahkan 5 mL metanol pro analisis dikocok hingga
klorida, Larutan gelatin, Eter pro analisis, petroleum homogen dan diinkubasi pada suhu 37 0C selama 30
eter, Anhidrida asetat, Asam sulfat pekat (H2 SO4 ), menit. Pengerjaan dilakukan pada wadah gelap dan
Metanol pro analisis, Vitamin C, DPPH, Air laut, kondisi yang terhindar dari cahaya (Harmita, 2006).
Dimethyl sulfoxide 1%.
3. Persiapan Larutan Uji
Alat
Alumunium foil, blender, kertas saring, cawan a. Pembuatan larutan Induk (Konsentrasi 500 bpj)
penguap, penangas air, gelas piala, gelas ukur, pipet Sejumlah 5 mg eksrak ditimbang saksama dan
kaca, corong kaca, kaca arloji, tabung reaksi, rak tabung dilarutkan dalam 10 mL metanol pro analisis kemudian
reaksi, erlenmeyer, spatula, batang pengaduk kaca, dikocok hingga homogen (Harmita, 2006).
timbangan analitik, rotary evaporator, labu ukur, pipet
volume, balon pipet, vial, pipet mikro, spektrofotometer
uv-vis, inkubator, bejana penetasan, aerator, selang b. Pembuatan Larutan Seri
aerasi, lampu uv 45 watt, kaca pembesar, botol gelap Larutan estrak etanol dibuat dengan
bersumbat, kuvet kuarsa, hair dryer. konsentrasi 5, 10, 25, 50, dan 100 bpj. Larutan induk
dipipet sebanyak 50, 100, 250, 500, 1000 µL. Kemudian
Pengujian Kandungan Senyawa Kimia dimasukkan kedalam labu ukur 5 mL dan dicukupkan
Serbuk daun seledri (Apium graveolens L.) volumenya dengan metanol pro analisis hingga 5 mL
dilakukan pengujian kandungan senyawa kimia yang lalu dihomogenkan (Harmita, 2006).
meliputi pengujian alkaloida, flavonoida, saponin, tanin,
steroid dan minyak atsiri. c. Pengujian
Masing-masing larutan uji dipipet 1 mL
Pembuatan Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 1 mL
Pembuatan ekstrak daun seledri (Apium DPPH lalu ditambahkan 5,0 mL metanol dikocok
graveolens L.) dilakukan di Laboratorium Fitokimia hingga homogen lalu diinkubasi pada suhu 37 0C
Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta. selama 30 menit dan diukur serapannya dengan
Serbuk daun seledri (Apium graveolens L.) Metode menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
ekstrak simplisia yang digunakan pada penelitian ini gelombang 515 nm (Harmita, 2006).
adalah maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol
96%. Pembuatan ekstrak etanol 95% dilakukan 4. Pembuatan Larutan Vitamin C
penimbangan sejumlah 600 g serbuk kering daun seledri
Apium graveolens L. Direndam dengan pelarut etanol a. Pembuatan Larutan Induk (Konsentrasi 500
96% sebanyak 6 liter, sambil sesekali diaduk selama 24 Bpj)
jam, kemudian saring dengan kertas saring sehingga
diperoleh filtrat etanol serta residu, dalam tiga kali
Sejumlah 5 mg vitamin C ditimbang seksama aluminium foil, sedangkan cangkangnya akan tertinggal
dan dilarutkan dalam 10,0 ml metanol pro analisis sehingga tidak mengganggu pada pengambilan larva uji
kemudian dikocok hingga homogen (Harmita, 2006). BSLT. Nauplii aktif yang telah berumur 48 jam
dapat digunakan sebagai hewan uji sebagai penelitian
b. Pembuatan Larutan Seri (Hamita, 2004).
Larutan vitamin C dibuat dengan konsentrasi 2,
4, 6, 8, dan 10 bpj. dipipet masing-masing 20, 40, 60, 2. Pembuatan Larutan Uji
80, 100 µL. Masukkan kedalam labu tentukur 5 mL dan Pengujian dilakukan dengan 5 variasi
dicukupkan volumenya dengan metanol pro analisis konsentrasi yaitu 1000, 500, 100, 50, dan 10 bpj.
hingga 5 mL lalu dihomogenkan (Harmita, 2006).
a. Pembuatan Larutan Induk (2500 bpj)
c. Pengujian Sejumlah 25 mg zat uji ditimbang kemudian
Masing-masing larutan uji dipipet 1 mL dilarutkan dalam pelarut DMSO 1% (Sulfoxide Dimetil)
dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 1 mL dicukupkan volumenya dengan air laut hingga 10 ml dan
DPPH lalu tambahkan 5 mL metanol pro analisis dan dikocok hingga homogen. Larutan induk yang telah
ditutup dengan alumunium foil dikocok hingga dilakukan pengenceran sehingga didapat konsentrasi
homogen, diinkubasi pada suhu 37 0C selama 30 menit 1000, 500, 100, 50, dan 10 bpj (Hamita, 2004).
dan diukur serapannya dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515 b. Pembuatan Larutan Seri
nm (Harmita, 2006). Pembuatan larutan sampel konsentrasi 1000 bpj
Sebanyak 2000 µL larutan induk dipipet ke
5. Perhitungan Nilai IC50 dalam botol vial lalu ditambahkan air laut dan
Nilai IC50 dihitung berdasarkan prosentase dicukupkan volumenya hingga 5 mL dan dikocok
inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing hingga homogen (Hamita, 2004).
konsentrasi larutan dan didapatkan dari persamaan garis
regresi linier y= a + bx. Nilai y diganti dengan angka 50, Pembuatan larutan sampel konsentrasi 500 bpj
sehingga didapatkan nilai x yang menunjukkan nilai IC50 Sebanyak 1000 µL larutan induk dipipet ke
(Harmita, 2006). dalam botol vial lalu ditambahkan air laut dan
dicukupkan volumenya hingga 5 mL dan dikocok
Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium hingga homogen (Mayorga et al, 2010; Anisa, 2011).
graveolens L.) dengan Metode BSLT
Pembuatan larutan sampel konsentrasi 100 bpj
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam uji Sebanyak 200 µL larutan induk dipipet ke
toksisitas ini adalah: dalam botol vial lalu ditambahkan air laut dan
1. Penetasan Telur Artemia Salina Leach dicukupkan volumenya hingga 5 mL dan dikocok
Penetasan telur Artemia Salina Leach dilakukan hingga homogen (Mayorga et al, 2010; Anisa, 2011).
pada bejana penetasan khusus. Bejana penetasan dibagi
menjadi dua bagian terang dan gelap oleh suatu sekat Pembuatan larutan sampel konsentrasi 50 bpj
berlubang. Bagian gelap digunakan untuk meletakkan Sebanyak 100 µL larutan induk dipipet ke
telur yang akan ditetaskan. Sekat berlubang menjadi dalam botol vial lalu ditambahkan air laut dan
jalan bagi larva yang telah lahir untuk bergerak secara dicukupkan volumenya hingga 5 mL dan dikocok
alamiah kearah terang. Selama penetasan diberi hingga homogen (Mayorga et al, 2010; Anisa, 2011).
penerangan dengan cahaya lampu pijar atau neon 40-
60 watt agar suhu penetasan 25-30 0C tetap terjaga Pembuatan larutan sampel konsentrasi 10 bpj
(Harmita, 2004). Sebanyak 20 µL larutan induk dipipet ke dalam
Media penetasan telur menggunakan media air botol vial lalu ditambahkan air laut dan dicukupkan
laut di mana air laut tersebut diperoleh dari toko volumenya hingga 5 mL dan dikocok hingga
aquarium air laut Bogor aquarium. Kadar oksigen yang homogeny (Mayorga et al, 2010; Anisa, 2011).
dibutuhkan selama penetasan harus lebih dari 3 mg/L,
sehingga media air laut harus diberi udara dengan 3. Pelaksanaan Uji Aktivitas
bantuan aerator. Penetasan telur Artemia Salina Leach Pada masing-masing larutan dengan
dimulai dengan menempatkan telur Artemia Salina konsentrasi 1000, 500, 100, 50, dan 10 bpj, diambil
Leach pada bejana penetasan. Bejana tersebut kemudian 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam vial uji lalu diuapkan
diberi air laut secara perlahan sampai setengah dari hingga kering dan tidak mengandung pelarut organik.
volume total. Bagian bejana yang berisi telur Artemia Masing-masing konsentrasi dibuat dalam 3 vial. Dibuat
Salina Leach ditutup dengan alumunium foil kemudian juga 3 vial control yang hanya berisi sejumlah pelarut
ditempatkan di bawah sinar lampu dan aerator yang dimasukkan ke vial uji (0,5 mL) dan diuapkan
dihidupkan. Dalam waktu 24-36 jam biasanya telur telur dengan menggunakan hair dryer hingga kering. Setelah
sudah menetas menjadi larva disebut nauplii. Telur yang larutan uji kering, pada masing-masing vial
telah menetas akan menjadi larva yang kemudian akan ditambahkan sedikit air laut hingga sampel tercampur
berenang ke bagian kotak yang tidak tertutup oleh atau larut. Kemudian sepuluh ekor larva Artemia Salina
Sainstech Farma Vol 8 No. 2, Juli 2015 8
ISSN : 2086 - 7816
Leach. Dipindahkan kedalam masing-masing vial yang larutan berwarna putih dengan tidak adanya alkaloid.
telah berisi senyawa uji. Pemindahan larva udang Hasil reaksi antara filtrat dengan Dragendorff adalah
Artemia Salina Leach dilakukan dengan menggunakan berupa larutan berwarna merah bata dengan tidak adanya
pipet dan untuk membantu perhitungan larva udang endapan. pada pengujian alkaloid mendapatkan hasil
Artemia Salina Leach yang dimasukkan ke dalam negatif tidak terdapat kandungan alkaloid.
vial digunakan lampu sehingga larva Artemia Salina Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara
Leach lebih terlihat. Setelah larva Artemia Salina ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) yang telah
Leach dimasukkan, volume larutan dicukupkan sampai ditimbang, kemudian dilarutkan dalam aseton 10% yang
5 mL dengan media air laut (Hamita, 2004). dimasukkan dalam tabung reaksi, hasil yang diperoleh
berupa larutan hijau dan ditambahkan aquadest sebanyak
4. Pengamatan 2 ml lalu kocok, warna tetap berwarna hijau tua.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam Larutan tersebut ditambahkan dengan larutan NaNO2
menggunakan kaca pembesar dan tingkat toksisitas 5% lalu dikocok, warna akan tetap sama seperti ekstrak
ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang mati dan didiamkan selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan
(Hamita, 2004). AlCl3 10%, dikocok dan didiamkan selama 6 menit
warna akan berubah menjadi keruh setelah itu
5. Perhitungan nilai LC50 ditambahkan NaOH 1M 2 ml, jika positif mengandung
Nilai LC50 dihitung berdasarkan prosentase flavonoid warna akan berubah menjadi jingga. Pada
mortalitas larva dari masing-masing konsentrasi larutan pengujian flavonoid serbuk daun seledri (Apium
sampel (Hamita, 2004). graveolens L.) menunjukkan hasil positif dengan
terjadinya perubahan warna menjadi jingga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi saponin dilakukan dengan cara
melarutkan serbuk dengan air panas, setelah didinginkan,
Sampel Penelitian. dikocok selama 10 detik yang kemudian terbentuknya
Daun seledri (Apium graveolens L.) diperoleh buih setinggi 1,5 cm dan buih tidak hilang setelah
dari Balai Penelitian Tanaman Rempah Obat ditambahkan asam klorida 2 N sebanyak 1 tetes. Saponin
(BALITTRO), Bogor, Jawa Barat. Sebelum ekstrak merupakan kelompok glikosida koloidal yang
daun seledri dibuat, simplisia terlebih dahulu terdistribusi pada tumbuhan tingkat tinggi. Yang
dideterminasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Cibinong, menyebabkan adanya busa dalam saponin adalah adanya
Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi membuktikan glikosida saponin. Pada pengujian saponin menunjukkan
bahwa yang digunakan untuk bahan uji merupakan hasil positif adanya busa setinggi 1,5 cm.
jenis Apium graveolens L., suku Apiaceae. Identifikasi tanin atau fenol dilakukan dengan
gelatin test dan FeCl3 1% pada gelatin 10% (gelatin test)
Pengujian Kandungan Senyawa Kimia. pada filtrat akan membentuk kopolimer mantap yang
Pemeriksaan kandungan senyawa kimia tidak larut dalam air. Gelatin membuat terjadinya ikatan
daun seledri (Apium graveolens L.) dilakukan untuk hidrogen dengan tanin. Namun, kompleks gelatin-tanin
mengetahui zat-zat kimia di dalam (Apium graveolens sangat tergantung pada PH. Penambahan FeCl 3 pada
L.) yang akan digunakan sebagai bahan uji, meliputi filtrat pada pengujian serbuk daun seledri (Apium
pemeriksaan kandungan alkaloida, flavonoid, saponin, graveolens L.) menunjukkan hasil negatif dengan
tanin, steroid, minyak atsiri. Hasil penapisan fitokimia terbentuknya warna coklat kehitaman.
menunjukan bahwa daun seledri positif mengandung Identifikasi steroid atau triterpenoid, dilakukan
senyawa flavonoid, saponin, minyak atsiri. Prinsip dari dengan mereaksikan filtrat dengan Lieberman Bouchard
pengujian kandungan senyawa kimia daun seledri (asam asetat anhidrida-asam sulfat). Pada pengujian
(Apium graveolens L.) adalah perubahan warna, ini, harus dihindari adanya air karena air akan
pembentukan busa dan bau khas minyak atsiri. Pada mengubah asam asetat anhidrida menjadi asam asetat
identifikasi alkaloid, digunakan pereaksi pengendapan sebelum reaksi berjalan. Serbuk seledri menunjukkan
yang didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk hasil negatif dengan terbentuknya warna hijau tua.
bergabung dengan logam yang memiliki bobot atom Identifikasi minyak atsiri dilakukan dengan
tinggi seperti Hg, Bi, dan I. Pereaksi pengendapan yang menambahkan 1 mL pelarut petroleum eter dan
digunakan adalah Bouchardart, Mayer dan Dragendorff. pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah
Sebelum direaksikan dengan ketiga pereaksi tersebut, dibasahi dengan air) pada mulut tabung agar bau minyak
serbuk dilarutkan terlebih dahulu dengan ammonium atsiri tidak menguap, dipanaskan selama 20 menit dan
hidroksida dan diasamkan dengan asam klorida 4%. didinginkan, kemudian saring. Filtrat diuapkan pada
Suasana asam diperlukan untuk mengisolasi alkaloid cawan penguap, residu berbau aromatik menunjukkan
bebas yang bersifat basa sehingga akan membentuk hasil positif senyawa golongan minyak atsiri.
garam. Alkaloid dalam bentuk garamnya akan bereaksi
dengan logam berat yang terkandung dalam ketiga
pereaksi alkaloid tersebut. Hasil reaksi antara filtrat
dengan Bouchardart adalah larutan coklat dengan tidak
adanya endapan yang menunjukkan tidak ada alkaloid.
Hasil reaksi antara filtrat dengan Mayer adalah berupa
Sainstech Farma Vol 8 No. 2, Juli 2015 9
ISSN : 2086 - 7816
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia serbuk daun seledri (Apium graveolens L.)
No Golongan senyawa Kimia Hasil
1 Alkaloida -
2 Flavonoida +
3 Saponin +
4 Tanin -
5 Steroid -
6 Minyak Atsiri +
Keterangan : (+) = serbuk Daun seledri (Apium graveolens L.) mengandung golongan senyawa tersebut.
Esktraksi Daun Seledri (Apium graveolens L.) menyebabkan terjadinya perubahan warna yang dapat
Serbuk daun seledri (Apium graveolens L.) Selanjutnya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
diekstraksi dengan metode maserasi, Keuntungan cara gelombang 515 nm. Sehingga aktivitas antioksidan oleh
penyarian dengan maserasi ini adalah cara bahan uji dapat diukur. Tahap awal dalam pengujian ini
pengerjaannya dan peralatan yang digunakan mudah adalah optimasi panjang gelombang larutan DPPH 0,4
diusahakan dan sederhana.(11) Dengan menggunakan mM. Dari hasil optimasi tersebut didapatkan panjang
pelarut yaitu dengan etanol 96% selama 3×24 jam. gelombang maksimum sebesar 515 nm. Pada panjang
Tujuan digunakannya maserasi dengan pelarut etanol gelombang maksimum yang diperoleh adalah sebagai
96% adalah untuk menarik senyawa kimia yang bersifat parameter pengukuran baku pembanding dan ekstrak
polar. Pertama serbuk diekstraksi dengan etanol 96% tersebut. Semakin besar konsentrasi sampel maka
beberapa kali hingga filtrat sudah berkurang warna hijau semakin banyak elektron yang didonorkan untuk
tuanya. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan merendam radikal bebas yaitu DPPH, sehingga serapan
evaporator putar vakum pada suhu 40 0C. Sehingga yang diberikan semakin menurun tergantung dalam
diperoleh ekstrak kental dengan bobot 65,21 gram. jumlah elektron yang diambil. Aktivitas penangkapan
radikal bebas dinyatakan dengan Inhibition concentration
Uji Aktivitas Antioksidan Terhadap DPPH 50% (IC50) yaitu konsentrasi sampel yang dapat
Metode DPPH dipilih karena memiliki banyak merendam radikal bebas DPPH sebanyak 50 %. Nilai
keuntungan dibandingkan dengan metode dengan IC50 dihitung berdasarkan prosentase inhibisi terhadap
metode uji aktivitas antioksidan lain diantaranya mudah, radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi
murah, paling umum digunakan secara in vitro, larutan sampel. Aktivitas antioksidan menunjukkan
sederhana, cepat, memerlukan sampel dalam jumlah bahwa ekstrak etanol 96% daun seledri Apium
yang tidak terlalu banyak, tidak membutuhkan banyak graveolens L. memiliki nilai IC50 dengan tingkat
reagen dan cocok untuk berbagai macam pelarut mulai kekuatan antioksidan den gan intensitas sedang (101-
dari nonpolar sampai polar. Uji aktivitas antioksidan 250 µg/mL) yaitu 179,10 bpj. Sedangkan untuk
dengan metode DPPH menggunakan alat pembanding yaitu vitamin C memiliki nilai IC50 tingkat
spektrofotometer UV-Vis. Pada metode ini, DPPH kekuatan antioksidan dengan intensitas sangat kuat (< 50
berperan sebagai radikal bebas yang direndam oleh µg/mL) sebesar 9,73 bpj.
senyawa antioksidan dari ekstrak yang diuji. Reaksi ini
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun seledri Apium graveolens L.
terhadap DPPH dengan Spektrofotometri UV-Vis.
2 0,402 9,662
4 0,351 21,123 Y=5,168x-0,315
Larutan
2 6 0,316 28,988 9,73
Vitamin C
8 0,251 43,595 R2= 0,989
10 0,222 50,112
5 0,814 0,610
10 0,803 1,953 Y=0,280x-0,202
Larutan
3 25 0,75 8,424 179,10
Ekstrak
50 0,707 13,675 R2= 0,992
100 0,593 27,594
Tabel 3. Hasil Uji ToksisitasTerhadap Artemia Salina Leach Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.)
Larva
Kematian
Dosis Log Artemia
Larva Rata-rata % LC50
No. Larutan Salina Probit
Artemia Kematian Kematian (bpj)
Ekstrak (bpj) dosis Leach yang
Salina Leach
digunakan
1 10 1 10 10 10 13 4,33 43,3 4,82
Natural Antioxidants not Exploited Comercially. Di Usia tepy. Seledri (Apium graveolens L.) Serial
Dalam : B.J.F Hudson, editor. Food Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat. Jakarta.
Antioxidants. London: Elsevier Applied 2007. Hal.7-8.
Science.1990. Hal. 171-172. Watson D G. Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk
Padayatty S.J., Katz A., Wang Y., Eck P., Kwon O., Lee Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia
J.H., Chen S., Corpe C., Dutta A., Dutta S.K., Farmasi. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2009. Hal
Levine M. Vitamin C as an antioxidant: 106-107.
evaluation of its role in disease prevention. Widjaja S. Antioksidan: Pertahanan Tubuh terhadap
J. Am. Coll. Nutr. 2003.vol 22.hal 18–35. Efek Oksidan dan Radikal Bebas. Majalah
Peron Bela Anisa , Wiendarlina Ike Yulia, Prasetyorini. Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Toksisitas beberapa ekstrak rimpang cabang Trisakti. Vol 16. No 1. 1997. Hal 1659-1661.
temulawak (curcumaxanthorrhiza roxb.) Pada Wijiastuti Endang dan Ratna Djamil. Skrining Fitokimia,
larva udang (artemia salina leach.). Uji Toksisitas Metode BSLT Dan Uji
Fitofarmaka. Vol. 1 No.2. 2011.Hal 14-21. Antioksidan Metode DPPH Ekstrak Metanol
Poumorad,F, Hosseinimehr, Shahabimajd. Antioxidant dari 3 Jenis Tanaman Suku Apiaceae.(Skripsi).
Activity Phenol and Flavonoid Contents of Fakultas Farmasi Universitas
Some Selected Iranian Medicinal Plants. Pancasila.Jakarta.2010. Hal 38-40.
African Journal Of Biotechnology..vol 11. No Winarsi, Hary. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
5. 2006 . Hal 1142-1145. Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan.
Prakash A, Rigelhof F, Miller E. Antioxidant Activity in Yogyakarta.Kanisius.2007. hal.11-19, hal 77-
Medallion Laboratories Analytical Progress. 82.
Medallion Labs. Vol 19. 2001. Hal 2. Young I S, Woodside J V. Antioxidant in Health and
Putri Bina Listyari. Analisis Diosmin dan Protein Disease. J. Clin Pathol. Vol 54. No 3. 2001. Hal
Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) dari 176-186.
Daerah Cipanas dan ciwidey.(skripsi).Program
Studi Biokimia Institut Pertanian
Bogor.Bogor.2006. Hal 12-15.
Rahim A. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
1,1- Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan Uji
Terpenoid Terhadap Ekstrak
Acanthaster(skripsi).Jakarta. Universitas
Indonesia.2012.Hal 1-2.
Reynetson, K.A. Phytochemical Analysis of Bioactive
Constituents From Edible Myrtaceae Fruit.New
York. University of New York.2007.Hal 26-32.
Shodiq A. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi
Daun Cincau Hijau Rambat (Cyclea Barbata
Miers) dan Identifikasi Golongan Senyawa dari
Fraksi yang Paling Aktif. Jurnal Bahan Alam
Indonesia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Departemen Farmasi,
Universitas Indonesia. Vol 8. No 2. Mei 2012.
Hal 119.
Silalahi J. Peran Antioksidan Alami pada Pencegahan
Berbagai Penyakit. Media Farmasi. 2000. Hal
2.
Syarie, S. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Garcinia
porrecta, Wal var. Schizogyna Boerl dengan
Metode Brine Shrimp Letality Test (BSLT).
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Departemen Farmasi.
Universitas Indonesia. 2010. Hal 15.
Ulfah, Z. Uji Toksisitas Artemia Salina Leach,
Uji Sitotoksisitas sel A549 dan Uji Aktifitas
Penangkapan Radikal Bebas DPPH Kulit
Batang Antidesma neurocarpum, Miq.
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi,
Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2013.
Hal 16.
ABSTRACT
Celery (Apium graveolens Linn) is a plant that contains phytochemicals like alkaloids,
flavonoids, saponins, and tannins. This study aims to prove the effectiveness of the ethanol
extract of celery leaf in lowering uric acid levels in white male rats and determine the dose
of celery leaf extract which is effective in lowering uric acid levels in male rats. Celery leaf
extract prepared by maceration with 96% of ethanol. The design of the study is a randomized
block design. Data were analyzed by using statistical test Analysis of Variance (ANOVA) at
a significant level 95% and were using 30 male rats divided into 6 treatment groups, each
treatment consisted of five rats. Animals model hyperuricemia were induced by potassium
oxonate 250 mg/kg except the normal group. Group I (normal) researcher provides a
standard, group II (negative) suspension given Na CMC 0,5%, group III (positive) by the
suspension of allopurinol 5,4 mg/kg, groups IV, V, and VI were given ethanol extract of
celery leaf each with a dose of 50 mg / kg, 100 mg / kg, and 200 mg / kg. Based on the test
result that further BNJ dose of ethanol extract of celery leaf is effective with 50 mg /kg.
ABSTRAK
Seledri adalah tanaman yang memiliki kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin,
dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas ekstrak etanol daun seledri
dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan dan menentukan dosis ekstrak
daun seledri yang efektif dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan. Ekstrak
daun seledri dibuat secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Data yang diperoleh dianalisis dengan
mengunakan uji statistik Analisis Sidik Ragam pada taraf kepercayaan 95% yang
mengunakan 30 ekor tikus putih jantan dibagi 6 kelompok perlakuan, tiap perlakuan terdiri
dari 5 ekor. Model hewan dibuat hiperurisemia menggunakan penginduksi kalium oksonat
dengan dosis 250 mg/kg BB. Kelompok I (normal) diberikan pakan standar, kelompok II
(negatif) diberi suspensi Na CMC 0,5%, kelompok III (positif) diberi suspensi allopurinol
5,4 mg/kg BB, kelompok IV, V, dan VI diberi ekstrak etanol daun seledri masing-masing
dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB. Berdasarkan uji lanjut BNJ
diperoleh hasil bahwa dosis ekstrak etanol daun seledri yang efektif adalah 50 mg/kg BB.
Tabel 2. Rerata Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Jam Ke-4 dan Jam Ke-6
Kadar Asam Urat (mg/dL) ± SD
Kelompok Perlakuan
Jam Ke-4 Jam Ke-6
Kontrol normal 2,41±0,00b 2,46±0,00b
Kontrol negatif 3,41±0,57a 3,40±0,30a
b
Kontrol positif 1,83±2,23 1,13±2,92b
Dosis 50 mg/kgBB 2,15±2,24b 1,74±2,93b
b
Dosis 100 mg/kgBB 2,55±2,16 1,79±2,30b
Dosis 200 mg/kgBB 2,00±2,24b 2,30±2,19b
Keterangan : Abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Abjad yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Gambar 1. penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan sebelum perlakuan, setelah
induksi dan selama perlakuan.
dapat menciutkan selaput lendir. Saponin 3. Tim editor. 2006. Ilmu Penyakit
bekerja dengan cara mengurangi aktivitas Dalam. Jilid II Edisi IV. Departemen
enzim xantin oksidase dalam serum.9 Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Pengobatan penyakit gout dapat dilakukan Kedokteran Universitas Indonesia.
dengan cara menurunkan konsentrasi Jakarta. Hal 1213.
asam urat dalam darah ataupun dengan 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan
mengurangi rasa nyeri yang RI. 2008. Seledri Sebagai Bahan Obat
ditimbulkan.10 Alam. Editorial Natural Kos. Vol. 3.
Dosis ekstrak etanol daun seledri Hal 8-9.
yang paling efektif dalam menurunkan 5. Ervina, T. 2012. Pengaruh Pemberian
kadar asam urat yaitu dosis 50 mg/kg BB Fraksi Etil Asetat Daun Seledri
yang merupakan variasi dosis ekstrak (Apium graveolens Linn.) Terhadap
etanol daun seledri yang terkecil. Hal ini Kadar Asam Urat Serum Darah Tikus
disebabkan karena belum dilakukan uji Putih Jantan Galur Wistar
toksisitas pada dosis 100 dan 200 mg/kg, Hiperurisemia. Skripsi. Hal.110
sehingga penggunaan dosis terkecil dapat 6. Juwita. dkk, 2014. Pengaruh Fraksi
meminimalisir efek samping toksik dari Air Herba Seledri (Apium gravolens
ekstrak yang diberikan, artinya dosis 50 L.) Terhadap Kadar Asam Urat
mg/kg BB merupakan konsentrasi terbaik Mencit Jantan Hiperurisemia.
untuk menurunkan kadar asam urat. Prosiding Seminar Nasional dan
Workshop “Perkembangan Terkini
KESIMPULAN Sains Farmasi dan Klinik IV” Hal. 187
Berdasarkan hasil penelitian yang dan 190
telah dilakukan maka dapat disimpulkan 7. Pribadi, A.G. 2008. Penggunaan
bahwa: Mencit dan Tikus Sebagai Hewan
1. Ekstrak etanol daun seledri (Apium Model Penelitian Nikotin. Skripsi
graveolens Linn.) dengan variasi Program Studi Teknologi Produksi
dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB Ternak Fakultas Peternakan Institute
dan 200 mg/kg BB dapat memberikan Pertanian. Bogor. Hal 31
efek penurunan kadar asam urat pada 8. Sigma Aldrich. 2001. Certificate of
tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Analysis Potassium Oxonate. USA.
2 Ekstrak etanol daun seledri (Apium Hal 45Mun’im Abdul dan Hanani
graveolens Linn.) dengan dosis 50 Endang., 2011. Fitoterapi Dasar. Dian
mg/kg BB merupakan dosis efektif Rakyat. Jakarta Hal 285-286
dalam menurunkan kadar asam urat 9. Candrawati. 2010. Efek Pemberian
darah pada tikus putih jantan (Rattus Ekstrak Daun Seledri (Apium
norvegicus). graveolens Linn.) Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Tikus
DAFTAR PUSTAKA Putih Jantan (Rattus norvegicus).
1. Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Fakultas Farmasi Universitas Katolik
Asam Urat. PT. Suka Widya Mandala. Surabaya. Hal. 50
Buku.Yogyakarta. Hal. 9 10. Syarif, A., dkk. 2009. Farmakologi
2. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Hasil Riset Kesehatan Dasar Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Kedokteran. Universitas Indonesia.
Hal: 94-95 Jakarta. Hal 564
ORIGINAL ARTICLE
ABSTRACT
Introduction: Many herbal antimicrobials have been developed to treat various diseases. Celery
(Apium graveolens) has antibacterial potential because it contains flavonoids, saponins, and tannins The
purpose of the current research was to determine the extract celery potential as an agent of antibacterial
Staphylococcus sp. Methods: This research was conducted by two methods, namely the well diffusion test
and the dilution test. The parameters measured for the well diffusion test were the diameter of the inhibition zone,
and for the dilution test with Total Plate Count (TPC), for the determination of Minimum Inhibitory Concenntration
(MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). The inhibition zone diameter data were analyzed
statistically using SPSS 20.0, while the dilution test data were analyzed descriptively. Results: The results of
the well diffusion test showed that the concentration of celery extract affected inhibiting bacterial growth
at all concentrations. The highest value of the inhibition zone diameter of celery extract was found at a
concentration of 100%, for Staphylococcus aureus there (11.67 ± 0.57 mm), and Staphylococcus epidermidis
(11.67 ± 0.57mm). The MIC value of celery extract on the Staphylococcus aureus and Staphylococcus
epidermidis growth was at 25 %. Meanwhile, the MBC could not be found because at the highest
concentration of the extract there was still bacterial growth. Conclusion: In general, celery extract
(Apium graveolens) had an effect in impeding the Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis growth.
Apart from playing a role in relieving rheumatism, control was filled with 50 μl of sterile aquadest
celery seeds have proven their uses in the treatments and the positive control used chloramphenicol
of asthma, bronchitis, and inflammatory conditions 30 mg/disc concentration, and the palte was
(7). Research on the ability of celery extract as incubated at 37 ± 2°C for 24 hours. After the
antibacterial has been carried out. Celery leaf extract incubation, the measurement in mm around the
has antibacterial power against the growth of disc in the inhibition zones of growth around discs
Streptococcus mutans (12,5 %) (8). The results of other was performed. All of the experiments were conducted
studies show that celery essential oil has antibacterial in triplicate. Then, the calculation of the mean value
properties against Escherichia coli, Salmonella, Bacillus of each measurement was carried out.
cereus, Pseudomonas aeruginosa (9). Therefore, it is
necessary to study the use of celery extract as an Determining the Minimum Inhibitory Concentration
antibiotic made from herbs that can be used as an (MICs) and Minimum Bactericidal Concentration
alternative to antibiotics for gram-positive bacteria. (MBCs)
The determination of MIC values was carried out by
MATERIALS AND METHODS utilizing the method of broth dilution. Concisely,
the cultures of microbial were set by suspending one
Preparations of extracts colony of isolates on agar media into 5ml Nutrient
The extraction procedure was carried out with 750 Broth After 24 hours of incubation, the suspension
grams of dry celery extracted by maceration method was diluted to obtain the inoculum population
using 96% ethanol solvent. Celery powder soaked in according to the standard of 0.5 Mac Farland
96% ethanol for 3x24 hours, stored in a dark room. (1.0 x 108 CFU / ml). Then, it was diluted according
To attain a semi-solid mass, a rotary evaporator is to the concentration of the extract (250 ppm,
utilized to entirely remove the solvent in the 500 ppm, 750 ppm, and 1000 ppm celery extract)
extract. The rotator carried out the concentration using broth media and control (media and bacteria
at 400C. The fractions were stored in CMC-Na without celery extract). The addition of an equal
(Carboxymethyl Cellulose–Natrium) at 40C until being volume of bacterial inoculum was carried out in every
tested. tube with celery extract. It was then incubated at
37 ± 2 0C for 24 hours. MIC value refers to the
Bacterial Preparation lowest concentration of a substance that obstructs
The bacteria which consisted of two Gram-positive the growth of bacterial seen in the media. MBC is
strains, S. aureus (ATCC 29213) and S. epidermidis determined by looking at the growth of bacteria on
(ATCC 14990, were maintained at the Laboratory of agar media. Planting streaks on agar was carried out
Center for Health, Surabaya. To prepare the deferral to determine MIC and MBC values by the TPC
of the cell, they were cultured overnight (+18 h) at method. It was then incubated for 48 hours at 37°C.
37oC in the broth of nutrients. The deferral of the The MBC was determined from the plant extract
bacteria cell was homogenized. Then, the adjustment concentration with 100% inhibition value.
to 0.5 McFarland standards (1.0 x 108 CFU/mL) using
spectrophotometry was performed. Statistical Analysis
The collected data were described as mean
Antimicrobial Susceptibility Assays Inhibition zone diameter ± SEM. One-way ANOVA
The antibacterial assay of crude extracts was conducted was performed to analyze the documented results.
using Wells diffusion method. 15 ml of Muller Hinton SPSS version 20.0 was utilized in the data analysis.
Agar (MHA) (pH 7.2 ± 0.2, at 25°C) which has been
sterilized were applied into the sterile Petri dishes RESULTS
surface (diameter of 9 cm). This stage allowed them to
settle the preparation of the base plate. In the surface Antibacterial Activity with Well Diffusion Method
base plate, 10 ml of bacterial test suspension with Figure 1 depicts the inhibition zones which were
1.0 x 108 CFU/ml (0.5 McFarland standards) were indicated by the extract of celery at distinguished
poured with a cotton swab to the base plate surface. concentrations against Staphylococcus sp. The test
The well diffusion method uses a concentration of results showed that the higher the concentration
250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, and 1000 ppm celery of celery extracts, the greater the inhibitory power.
extract. Separately, the distinguished concentrations Based on the data in Table I, the inhibition zone in
were equipped by dissolving the extract with the Staphylococcus aureus (7,67± 0,57 mm) and
CMC-Na (Carboxymethyl Cellulose–Natrium). On the Staphylococcus epidermidis (7,33± 1,15 mm) had been
MHA surface, the wells were made of a sterile cork seen from a concentration of 25%. At a concentration
borer by punching aseptically (6 mm in diameter). of 100%, they had the highest average value compared
Approximately 50 μl of extract concentration were to the other concentrations, Staphylococcus aureus
loaded into the wells (equivalent with a diameter of (11,67± 0,57 mm) and Staphylococcus epidermidis
6 mm and thickness of ± 4 mm of wells). The negative (11,67± 0,57 mm). The zone of inhibition diameter has
Table II : Visualization of Dilution Test of variations in the concentration of celery extract (Apium graveolens)
Turbidity of media
Concentration extract (%)
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
12.5 Turbidity (+) with yellow layer Turbidity (+) with yellow layer
25 Turbidity (+) with yellow layer Turbidity (+) with yellow layer
50 Turbidity (++) with yellow layer Turbidity (++) with yellow layer
100 Turbidity (+++) without yellow layer Turbidity (+++) without yellow layer
control Turbidity (++) without yellow layer Turbidity (++) without yellow layer
Note : (+) : level of turbidity; Control : nutrient broth with bacteria test
This dilution method was also carried out by Suwito 1. Andersson DI, Hughes D. Persistence of antibiotic
et al in 2017 (16) which resulted in the Minimal resistance in bacterial populations. FEMS Microbiol
Inhibitory Concentration (MIC) at a concentration of Rev. 2011 Sep;35(5):901–11.
25%. The Minimal Bactericidal Concentration (MBC) 2. Lowy FD. Antimicrobial resistance : the example
could not be determined because it was suspected of Staphylococcus aureus. 2003;111(9):1265–73.
to be related to the low active compound in the 3. Rogers, K. L., Fey, P. D., and Rupp, M. E. Coagulase-
research sample. It was suspected that there was a negative staphylococcal infections. Infect. Dis.
degradation of active compounds in celery extract due Clin. North Am. 2009. 23, 73–98.
to exposure to sunlight, heat, and pH. In conclusion, 4. Pelczar MJ, Chan ECS. Dasar-Dasar Mikrobiologi
celery extract can prevent Streptococcus mutants’ 1. UI Press; 2006. 443 p.
bacteria’ growth, but it cannot kill these bacteria. 5. Hariana A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 3.
Penebar Swadaya; 2014. 176 p.
The celery extract’s antibacterial activity is related 6. Nadinah. Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri
to the content of phytochemicals found in celery (Apium graveolens L.) dan Fraksinya Terhadap
leaves. There is a relationship between phytochemical Enzim Xantin Oksidase Serta Penentuan Senyawa
constituents plants and antimicrobial activity (17). Aktifnya [Internet]. Institute Pertanian Bogor;
The content of celery extract includes flavonoids, 2008. Available from: http://repository.ipb.ac.id/
alkaloids, and saponins, which are related to handle/123456789/10213
antibacterial effect in various studies using plant 7. Fazal SS, Singla RK. Review on the Pharmacognostical
extracts (18). The activity of flavonoids as & Pharmacological Characterization of Apium
antibacterial can be found in several mechanisms Graveolens Linn. 2012;2(1):36–42.
such as cytoplasmic membrane function inhibition, 8. Genatrika E, Satriani F, Hapsari I. Antibacterial
nucleic acids synthesis inhibition, and energy Activityof Celery Leaves (Apium Graveolens L.)
metabolism (19). Saponins are connected to bacterial Formulated in Toothpaste Against Streptococcus
cell membranes’ penetrability (20). Celery extract Mutans. 2019;11(5):11–3.
(A. buttonens) has a significant effect as an antibacterial 9. Hassanen NHM, Eissa AMF, Hafez SAM. Original
and a source of antioxidants. It also has the potential Research Article Antioxidant and antimicrobial
to enhance wound healing promoters by increasing activity of celery ( Apium graveolens ) and
fibroblast proliferation and reepithelialization (21). coriander ( Coriandrum sativum ) herb and seed
essential oils. 2015;4(3):284–96.
Factors that affect the inhibition and eradication of 10. Indriani, N., 2005. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol
microorganisms by an antimicrobial agent include Herba Seledri (Apium graveolins Linn) Terhadap
the concentration of antimicrobial substances, the Beberapa Bakteri. Makassar. Fakultas Matematika
number of microorganisms, the type of test dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
microorganisms, the temperature and pH of the Pancasakti.
antimicrobial material. The mechanism of attack of an 11. Fardhani HL, Pramono S. Pengaruh Metode
antimicrobial agent is by knowing the structure and Ekstraksi secara Infundasi dan Maserasi Daun
composition of the microbes. Damage to one of its Asam Jawa (Tamarindus indica L.) terhadap Kadar
constituent components can initiate changes that lead Flavonoid Total [Internet]. Universitas Gajah
to cell death (4). Mada; 2014. Available from: http://etd.repository.
ugm.ac.id/penelitian/detail/73833 repository.unair.ac.id/68525/
12. Harborne, J.B., 2007. Metode Fitokimia Penuntun 17. Panda S, Bandyopadhyay P. Chemical information
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.Bandung: from GC-MS studies of methanolic leaf extract of
Penerbit ITB. Andrographis paniculata and datura metel and their
13. Wirantika AE. Uji Antibakteri Minyak Atsiri, Ekstrak antibacterial activity against isolated Pseudomonas
Etanol, Fraksi Petroleum Eter dan Fraksi Air dari aeruginosa (PB112) strain. Int J Pharma Bio Sci.
Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens L.) 2013 Jan 1;4:909–15.
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia 18. Iwu M., Duncan AR, Okunji C. New antimicrobials
coli [Internet]. Sanata Dharma University; 2000. of plant origin. In: Janick J, editor. Perspectives on
Available from: http://repository.usd.ac.id/id/ new crops and new uses. Alexandria, VA: ASHS
eprint/18495 Press; 1999. p. 457–62.
14. Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current 19. Cushnie TPT, Lamb AJ. Antimicrobial activity
trends in the management of typhoid fever. Med J of flavonoids. Int J Antimicrob Agents. 2005
Armed Forces India [Internet]. 2003;59(2):130–5. Nov;26(5):343–56.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0377- 20. Arabski M, Węgierek-Ciuk A, Czerwonka G,
1237(03)80060-6 Lankoff A, Kaca W. Effects of saponins against
15. Sukmawati. Total Microbial Plates on Beef and clinical E. coli strains and eukaryotic cell line. J
Beef Offal. Bioscience. 2018 Mar 30;2:22. Biomed Biotechnol. 2012;2012:286216.
16. Suwito MB, Wahyunitisari M., Umijati S. Efektifitas 21. Prakoso YA. Celery ( Apium graveolens ) as a
Ekstrak Seledri (Apium graveolens L. Var Secalinum potential antibacterial agent and its effect on
Alef) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus cytokeratin-17 and other healing promoters in
mutans sebagai Alternatif Obat Kumur [Internet]. skin wounds infected with methicillin-resistant
Universitas Airlangga; 2018. Available from: http:// Staphylococcus aureus. 2020;13:865–71.
Kata Kunci: Ekstrak Seledri (Apium graveolens L. var secalinum Alef) – Streptococcus mutans – metode dilusi
Abstract.Streptococcus mutans is the most important bacteria in the process of dental caries and also Gram positive bacteria
bakteri that has ability to produce bad odor. Various measures have been taken to maintain oral health, one of them is using
mouthwash. Chlorhexidine gluconate has became the gold standard since 1940 because it’s effectiveness and has a broad
antimicrobial spectrum. However, the long-term use of chlorhexidine gluconate is not recommended because of possible side
effects that can occur later on. Based on this, the author wanted to show an alternative solution by utilizing celery extract (Apium
graveolens L. var secalinum Alef) containing flavonoids, saponins, and tannins which are antibacterial compounds. This research
is designed as an experimental laboratory with dilution method to determine Minimum Inhibition Concentration (MIC) and
Minimum Bactericidal Concentration (MBC). This study using 6 tubes and 2 control tubes with concentrations of 100%, 50%,
25%, 12.5%, 6.25%, and 3.125%. The Minimal Inhibition Concentration (MIC) is 3.125%, while for Minimum Bactericidal
Concentration (MBC) there is no result. This result might be related to the use of crude extract and minimal amount of active
compound in this sample. Besides, the amount of active compound can be degraded by exposure of light, heat, and pH. Based on
the result, celery extract (Apium graveolens L. var secalinum Alef) able to inhibit the growth of Streptococcus mutans bacteria but
can not kill the bacteria. (JKS 2017; 3:159-163)
Keywords: Celery Extract (Apium graveolens L. var secalinum Alef) – Streptococcus mutans – dilution
method
159
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 159-163, Desember 2017
160
Suwito et al. – Efektivitas Ekstrak Seledri (Apium graveolens L. Var)
161
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 159-163, Desember 2017
mengganggu kemampuan bakteri untuk pada semua tabung perlakuan T1-T6 sehingga
7 Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
berinteraksi dengan membrane tersebut .
seledri (Apium graveolens L. var secalinum Alef)
Pada proses ekstraksi seledri (Apium graveolens tidak dapat ditentukan.
L. var secalinum Alef), peneliti menggunakan
etanol sebagai pelarut, karena etanol merupakan Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
pelarut yang banyak digunakan untuk merupakan ektraksi awal dari bahan tumbuhan
mengekstraksi bahan aktif dan aman untuk di yang disebut sebagai crude extract (ekstrak
8 kasar). Sistem yang digunakan dalam CLSI untuk
konsumsi manusia . Secara umum, hasil
ekstraksi meningkat dengan meningkatkan kadar menentukan Konsentrasi Hambat Minimal dan
air dalam pelarut. Hal ini mungkin disebabkan Konsentrasi Bunuh Minimal menggunakan bahan
10
oleh kombinasi organik pelarut dan air yang aktif yang ada pada bahan yang akan diteliti .
memudahkan ekstraksi semua senyawa yang larut Pada penelitian selanjutnya diharapkan isolasi
dalam air. Jelas bahwa ekstrak etanol dengan fraksi bahan aktif yang digunakan untuk
konsentrasi tinggi memberi kapasitas antioksidan penentuan Konsentrasi Hambat Minimal dan
tertinggi dalam semua tes in vitro yang Konsentrasi Bunuh Minimal. Penggunaan fraksi
9 dari bahan aktif lebih mengandung antioksidan
dipelajari .
yang potensial dalam menghambat bakteri
Pada penelitian ini digunakan bakteri sehingga lebih efektif dibanding menggunakan
Streptococcus mutans yang didapat dari 11
ekstrak kasar (crude extract) .
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Metode dilusi dengan Kesimpulan
medium cair steril digunakan untuk menguji Berdasarkan hasil pengamatan pada metode
aktivitas antibakteri ekstrak seledri (Apium dilusi, Ekstrak seledri (Apium graveolens L. var
graveolens L. var secalinum Alef) terhadap secalinum Alef) memiliki efek antibakterial
bakteri Streptococcus mutans. Replikasi terhadap bakteri Streptococcus mutans.
dilakukan sebanyak empat kali. Setiap replikasi Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak
terdiri dari 8 tabung yaitu 6 tabung perlakuan dan seledri (Apium graveolens L. var secalinum Alef)
2 tabung kontrol. Tabung kontrol negatif berisi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
ekstrak seledri, sedangkan tabung kontrol positif Streptococcus mutans adalah 3,125%.
berisi Chlorhexidine gluconate yang telah Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) ekstrak
ditanami koloni bakteri Streptococcus mutans. seledri (Apium graveolens L. var secalinum Alef)
Tabung perlakuan terdiri dari tabung T1-T6 berisi belum dapat ditentukan.
koloni bakteri Streptococcus mutans dan ekstrak
seledri dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, Daftar Pustaka
12,5%, 6,25%, dan 3,125%.
1. Brooks GF, Carrol KC. Butel JS, Morse SA.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada Jawetz, Melnick, &Adelberg’s Medical
penelitian ini adalah 3,125%, yaitu pada tabung th
Microbiology. 24 ed. San Franscisco:
perlakuan konsentrasi hambat terkecil yang McGraw Hill: 2007.
paling jernih pada tabung T6. 2. Gunardi, I., Wimardhani, I. Yuniardini, Oral
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dilakukan Probiotik :Pendekatan baru terapi halitosis.
dengan penanaman seluruh tabung pada media Indonesia Journal of Dentistry. vol. 16 no. 1.
Chocolate agar dengan metode streaking yang pp. 64-71. 2009.
selanjutnya juga diinkubasi selama 24 jam pada 3. Majidah D, Fatmawati D, Gunadi A. Daya
o Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium
suhu 37 C. Setelah itu diamati ada tidaknya
graveolens L.) terhadap Pertumbuhan
pertumbuhan koloni pada media tersebut. Hasil
penanaman untuk menentukan Konsentrasi Streptococcus mutans sebagai Alternatif Obat
Bunuh Minimum (KBM) terangkum dalam Tabel Kumur. Repository UNEJ. 2014. [Diakses
1. dimana didapatkan pertumbuhan koloni bakteri pada: 27 Juni 2016] Tersedia di:
162
Suwito et al. – Efektivitas Ekstrak Seledri (Apium graveolens L. Var)
163
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 60-67 Sapri
ABSTRAK
Tanaman seledri (Apium graveolens L.) memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi obat antiinflamasi karena kandungan senyawa glikosida flavonoid yaitu
apiin sehingga digunakan fraksi air karena lebih mudah tertarik pada fraksi air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi air ekstrak daun seledri
sebagai antiinflamasi pada mencit putih dengan menggunakan metode induksi
karagenan pada telapak kaki serta mengetahui nilai ED50. Pengukuran aktivitas
antiinflamasi digunakan 5 kelompok perlakuan hewan uji, kontrol (+) digunakan
kalium diklofenak 50 mg, kontrol (-) suspensi Na. CMC 0,5%, dosis I adalah
125mg/kgBB, dosis II adalah 250mg/kgBB dan dosis III adalah 500mg/kgBB.
Dengan pengukuran setiap 30 menit selama 5 jam dengan alat pletismometer.
Analisis data digunakan metode statistik One way ANOVAdengan tingkat
kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketiga dosis fraksi air ekstrak daun seledri memiliki aktivitas antiinflamasi.
Pada menit ke-300 tidak terjadi perbedaan bermakna antara kontrol positif dengan
dosis 500 mg/kgBB dengan persen inhibisi 86,04%. Dari perhitungan ED50
didapatkan hasil sebesar 100 mg/kgBB.
ABSTRACT
Celery plant (Apium graveolens L.) has the potential to be developed into an anti-
inflammatory drug compounds that contain flavonoid glycosides that apiin that
fraction of water used for apiin more easily attracted to the water fraction. This
study aims to determine the activity of the water fraction as anti-inflammatory
extract celery leaves on white mice using the method of induction of carrageenan
on the soles of the feet as well as knowing the value of ED50. Measurement of anti-
inflammatory activity used 5 groups of test animals, control (+) is used diclofenac
potassium 50 mg, control (-) 0.5% Na.CMC suspension, the first dose is 125mg /
kg, the second dose is 250mg / kg and the third dose is 500mg / kg. With
measurements every 30 minutes for 5 hours with pletismometer tool. The data
analysis used statistical methods One way ANOVAdengan confidence level of 95%
followed by LSD. The results showed that all three doses of the water fraction celery
leaf extract has anti-inflammatory activity. In minute-300 does not occur significant
difference between the positive control at a dose of 500 mg / kg with 86.04% percent
inhibition. From the calculation results obtained ED50 of 100 mg / kg.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keragaman alternatif terhadap penyembuhan
hayati flora dan fauna yang sangat berbagai penyakit. Selain itu, efek
melimpah, sehingga memiliki banyak samping yang ditimbulkan juga lebih
sekali tumbuhan yang berkhasiat kecil (Kassahara dan Hemmi, 1986).
sebagai obat. Dari 28.000 jenis Radang atau inflamasi adalah satu
tumbuhan yang ditemukan di dari respon utama sistem kekebalan
Indonesia, kurang lebih 7.000 jenis terhadap infeksi dan iritasi. Dapat
diantaranya adalah tumbuhan obat juga dikatakan inflamasi ialah respon
(Kassahara dan Hemmi,1986). biologis kompleks dari jaringan
Peningkatan penggunaan obat vaskuler atas adanya bahaya seperti
sintetik berlangsung dengan cepat, pathogen, kerusakan sel atau iritasi.
namun seiring bertambahnya waktu Obat-obat antiinflamasi non-steroid
terjadi pula peningkatan kesadaran (NSAID) merupakan suatu group
masyarakat terhadap dampak negatif obat yang secara kimiawi tidak sama,
dari penggunaan obat-obatan sintetik. yang berbeda aktivitas anti piretik,
Akibatnya masyarakat kembali analgesik dan antiinflamasinya. Obat-
memilih tumbuhan obat sebagai obat ini terutama bekerja dengan jalan
61
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 60-67 Sapri
PERSEN RADANG
180
160
140
kontrol (+)
120
100 kontrol (-)
80 dosis 125mg
60 dosis 250mg
40 dosis 500mg
20
0
0' 30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240' 270' 300'
WAKTU
Gambar 4. Grafik persen radang
Hasil data persen radang kontrol positif sebagai antiinflamasi.
dilakukan uji One way ANOVA dan Hasil yang sama juga
dilanjutkan dengan uji LSD karena ditunjukkan pada akhir pengamatan
terdapat perbedaan antara kelompok menit ke-300. Ekstrak dosis I, II dan
kontrol dan perlakuan. Hasil uji LSD III memiliki perbedaan terhadap
antara kelompok kontrol dan kontrol negatif (p < 0,05) tetapi pada
perlakuan pada menit ke 30 sampai ke dosis I memiliki perbedaan terhadap
300 menunjukkan bahwa ekstrak dosis II dan dosis III yang artinya
dosis II dan dosis III memiliki efek dosis I, II dan III sama-sama
antiinflamasi yang ditunjukkan memiliki efek antiinflamasi tetapi
dengan adanya perbedaan dengan dosis II dan dosis III daya
kontrol negatif, (p <0,05) dan tidak antiinflamasinya lebih besar karena
memiliki perbedaan dengan kontrol nilai pada dosis II dan dosis III tidak
positif, (p >0,05) yang artinya nilai memiliki perbedaan dengan kontrol
pada ekstrak dosis II dan dosis III positif (p >0,05).
memiliki efek hamper sama dengan
65
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 60-67 Sapri
Inhibisi
85
75
65
Kontrol positif
55 Dosis 125 mg/kgBB
45 Dosis 250 mg/kgBB
Dosis 500 mg/kgBB
35
25
15
0' 30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240' 270' 300'
WAKTU
Gambar 5. Grafik persen inhibisi radang
Ekstrak dosis III menunjukkan sehingga ekstrak tersebut dapat
kemampuan menginhibisi lebih besar memberikan efek antiinflamasi pada
dibandingkan dengan dosis I dan II. mencit. Dalam penelitian
Setelah dilakukan perhitungan persen menunjukkan volume edema
inhibisi radang, selanjutnya dilakukan maksimum pada menit ke-180, hal
perhitungan ED50 pada menit ke 300 tersebut sesuai dengan penelitian
pengamatan. Nilai ED50 dari fraksi terdahulu, yaitu edema berkembang
air ekstrak daun seledri adalah dan mencapai puncak edema selama
sebesar 100 mg/kgBB. 3 jam setelah induksi karagenan dan
Secara keseluruhan, hasil ini bertahan pada volume maksimal
menunjukkan bahwa fraksi air sekitar 5 jam setelah induksi.
ekstrak daun seledri memiliki
aktivitas antiinflamasi dengan KESIMPULAN
menghambat enzim yang mana Dari penelitian yang telah
merupakan mediator inflamasi. Pada dilakukan, dapat disimpulkan bahwa,
penelitian uji antiinflamasi ini diduga fraksi air ekstrak daun seledri
fraksi air ekstrak daun seledri memilik aktivitas antiinflamasi pada
memiliki kandungan senyawa apiin, mencit putih jantan. Dan dosis yang
66
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 60-67 Sapri