Makalah Iiadp

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pengampu : Haryono, M.Pd

Disusun oleh kelompok 9:

Muhammad Naufal Ashshiddiq (1911210143)

Tri Budiyono (1911210030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO

BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Cinta
kasihnya, makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “Paradigma Pendidikan
Karakter”, semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini , terdapat


banyak kekurangan .Untuk itu dengan mohon kerendahan hati agar pembaca juga
dapat memberikan masukan kritik/saran yang dapat membangun untuk lebih baik
ke depannya.

Bengkulu , 29 Oktober 2022

Mahasiswa

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian dan tujuan Pendidikan Karakter.................................................3


B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..................................................................5
C. Paradigma Pendidikan Karater di Indonesia...............................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pembahasan mengenai karakter manusia tidak dapat dilepaskan
dari permasalahan tingkah laku manusia, dan pembahasan tingkah laku
manusia selalu berkaitan dengan etikadan moral. Manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, menganut sebuah tatanan atau
sistem yang menjadi landasan kehidupan masyarakat.Sebagai individu,
manusia memiliki karakter, sedangkan sebagai makhluk sosial dituntut
bertindak sesuai etika dan moral yang berlaku. Karakter atau akhlak mulia
harus dibangun, membangun akhlak mulia membutuhkan sarana yang
salah satunya adalah jalur pendidikan. Pendidikan bisa dilakukan dimana
saja, tidak hanya di sekolah atau madrasah, akan tetapi juga di rumah
(keluarga), maupun di masyarakat.
Untuk menyegarkan kembali konsep pendidikan yang akan mampu
membentuk karakter dan membangun akhlak mulia para peserta
didik.Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat,atau berwatak. Dengan demikian karakter juga dapat
diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri,
karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang.Pendidikan karakter
akan lebih terinternalisasi dengan baik apabila diselaraskan dengan ajaran
agama yang dianutnya, mengingat agama merupakan pedoman hidup
utama sekaligus ideologi dasar setiap manusia.
Agama berperan penting dalam meningkatkan derajat dan martabat
manusia dengan mengajarkan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan manusia berdasarkan wahyu Tuhan yang maha esa.
Kebenaran agama melalui wahyu bersifat mutlak dilakukan oleh para
penganutnya. Untuk itu, pendidikan karakter yang bersumber pada nilai-
nilai agama akan lebih mendorong manusia untuk melakukannya karena
nilai kemutlakan kebenaran yang diyakininya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Mengenal pengertian pengertian dan tujuan Pendidikan
karakkter.
2. Mengena apa sajal nilai-nilai Pendidikan karakter.
3. Mengetahui paradidma Pendidikan karakter di Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengenal pengertian pengertian dan tujuan Pendidikan
karakkter.
2. Dapat Mengenal apa saja nilai-nilai Pendidikan karakter.
3. Dapat mengetahui paradidma Pendidikan karakter di Indonesia.
D. Manfaat Penulisaan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan ilmu
pengetahuan kepada pembaca tentang pengertian paradigma pendidikan ,
tujuan, nilai-nilai Pendidikan karakter serta paradima Pendidikan karakter
yang ada di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter


Menurut bahasa, karakter berasal dari Bahasa Inggris, character
yang berarti watak, sifat dan karakter.1 Dalam bahasa Indonesia, watak
diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran
dan perbuatannya, dan berarti pula tabi’at dan budi pekerti.
Selanjutnya kata pendidikan secara umum adalah upaya
mempengaruhi orang lain agar berubah pola pikir, ucapan, perbuatan, sifat
dan wataknya, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, pendidikan karakter adalah upaya
mempengaruhi segenap pikiran dan sifat batin peserta didik dalam rangka
membentuk watak, budi pekerti, dan kepribadiannya.2 Selanjutnya yang
dimaksud dengan sifat adalah rupa dan keadaan yang tampak pada suatu
benda.3 Jadi, antara kata pendidikan dan karakter memiliki hubungan
substansial yang amat dekat.
Dalam bahasa Arab, kata karakter sering disebut dengan istilah
akhlak yang oleh para ulama diartikan bermacam – macam. Ibn
Miskawaih misalnya mengatakan: hal linnafs da’iyah laha ila af’aliha min
ghair fikrin wa laa ruwiyatin.4 Artinya, sifat atau keadaan yang tertanam
dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya melahirkan berbagai
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
lagi. Dengan demikian, sebuah perbuatan akhlak paling kurang memiliki
lima (5) ciri, yaitu :

1
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1979), cet.
VII, hlm, 107.
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.
XII, hlm. 1149.
3
Ibid. hlm. 941.
4
Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-A’raq, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah,
1934) cet. XII, hlm. 1934.

6
1. Perbuatan yang sudah tertanam kuat dan mendarah daging dalam
jiwa seseorang,
2. Karena sudah mendarah daging, perbuatan tersebut sudah dapat
dilakukan dengan mudah,
3. Perbuatan tersebut dilakukan atas pilihan, kesadaran, kemauan, dan
tujuan orang melakukannya. Atas dasar ini pula, maka orang
tersebut harus berani bertanggung jawab atas pilihannya,
4. Perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang sesungguhnya,
bukan pura – pura, atau rekayasa,
5. Perbuatan yang dilakukan semata – mata ikhlas karena Allah Swt,
atau karena mengharap keridhaan Allah Swt.
Dalam perkembangan selanjutnya, karakter menjadi semacam
sruktur antropologi manusia. Di sanalah manusia menghayati
kebebasannya dalam mengatasi keterbatasan dirinya. Sebagai sebuah
struktur antropologi, karakter bukan hanya sekedar hasil dari sebuah
tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses.5 Dengan
demikian, pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberi pengertian
atau definisi – definisi tentang baik dan buruk, melainkan sebagai upaya
mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai
dengan nilai – nilai yang dianggap luhur dan terpuji.
Dengan adanya pendidikan karakter ini, diharapkan
dapat  melahirkan manusia yang memiliki kebebasan  untuk menentukan
pilihannya, tanpa paksaan, disertai rasa penuh tanggung jawab, yaitu
manusia- manusia yang merdeka, dinamis, kreatif, inovatif, dan
bertanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri, manusia, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri
siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai
kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah

5
Doni Koesoema. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
Grasindo, 2007), cet. I, hlm. 4.

7
mendasarkna diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls
natural sosial yang diterimanya, yang padagilirannya semakin
mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri
secara terus-menerus.Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan
dialektis yang semakin mendekatkan dengan kenyataa yang idea, melalui
proses refleksi dan interaksi secara terus menerus antara idealisme, pilihan
sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

Menurut Diknas, pendidikan karakter terbagi menjadi 18 nilai-


nilai, yaitu:6

1.  Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.  Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6.  Kreatif

6
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa, 2010.

8
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain
15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan

9
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan
18. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa

C. Paradigma Pendidikan Karakter di Indonesia

Di masa lalu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang


ramah, menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, budi pekerti luhur,
gotong royong dan kekeluargaan. Namun, masyarakat Indonesia saat ini
sudah jauh berbeda keadaannya. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.

Pertama, masyarakat Indonesia saat ini sudah berubah dari


kehidupan masyarakat budaya agraris kepada masyarakat budaya
industrialis dan informasi, atau masyarakat budaya kota. Pada masyarakat
budaya kota ini ditandai oleh hal-hal berikut:

1. Orientasi kehidupan ke masa depan;


2. Lebih bersifat rasional, pragmatis dan hedonistik;
3. Sangat menghargai waktu;
4. Bekerja dengan penuh perhitungan dan perencanaan yang cermat;
5. Komunikasi banyak bertumpu pada penggunaan peralatan
teknologi komunikasi;
6. Kurang memiliki waktu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah;

10
7. Mengikuti budaya pop atau sesuatu yang sedang tenar;
8. Profesional dalam bekerja
9. Cenderung individualistic
10. Cenderung mengikuti budaya barat yang hedonistik, materialistik
dan pragmatis.

Keadaan masyarakat yang demikian itu telah mempengaruhi cara


pandang atau paradigma dalam memperlakukannya. Metode dan
pendekatan dalam membentuk karakter masyarakat urban seperti itu jauh
berbeda dengan metode dan pendekatan dalam membentuk karakter
masyarakat agraris sebagaimana tersebut di atas.7

Kedua, masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin kritis, ingin


diperlakukan secara adil, demokratis, egaliter, manusiawi. Keadaan ini
selain dipengaruhi oleh perkembangan global, yakni perjuangan
menegakan HAM, juga oleh perubahan budaya politik yang terjadi di era
reformasi pada kurun waktu 10 tahun terakhir, yakni perubahan dari sistem
pemerintahan yang sentralistik menjadi sistem pemerintahan yang
desentralistik, dan dari keadaan masyarakat yang tertutup dan terkekang
menjadi masyarakat yang terbuka dan bebas. Keadaan ini telah merubah
paradigma dalam memberikan pelayanan pada masyarakat, termasuk
memberikan pelayanan pada pendidikan.

Ketiga, masyarakat Indonesia saat ini sudah banyak yang


terpengaruh oleh budaya global (budaya barat) yang cenderung hedonistik,
materialistik, pragmatis dan sekularistik. Dalam masyarakat yang
demikian itu, nilai-nilai moral, akhlak mulia, spritual dan transendental
semakin terabaikan dan terpinggirkan. Berbagai keputusan dan tindakan
yang diputuskan masyarakat saat ini banyak didasarkan pada pertimbangan

7
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), cet. II, hlm. 203-217.

11
nilai-nilai hedonistik, materialistik, pragmatis dan sekularistik.8 Hal ini
dapat dilihat dari cara mereka menentukan pilihan lembaga pendidikan
bagi putera-puterinya, yaitu lembaga pendidikan yang menjanjikan masa
depan ekonomi yang lebih baik.

Dengan mengemukakan tiga hal diatas, dapat diketahui bahwa


masyarakat telah berubah. Yakni dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat industrialis, informatis dan urban. Selain itu, masyarakat
Indonesia juga sudah dipengaruhi tuntutan penegakan HAM, corak
pemerintahan yang desentralistik, perilaku yang bebas tanpa terkendali,
serta peralatan teknologi informasi.

8
Abuddin Nata, Pendidikan Islam di Era Global, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 1999), cet I, hlm,
89-97.

12
.

Anda mungkin juga menyukai