Aspek Hukum Dalam Ekonomi: Muhammad Imam Ma'ruf, S.P., M.Sc. Mobile: +6281573073657
Aspek Hukum Dalam Ekonomi: Muhammad Imam Ma'ruf, S.P., M.Sc. Mobile: +6281573073657
Aspek Hukum Dalam Ekonomi: Muhammad Imam Ma'ruf, S.P., M.Sc. Mobile: +6281573073657
Ekonomi
Oleh:
Muhammad Imam Ma’ruf, S.P., M.Sc.
e-mail : [email protected]
Mobile : +6281573073657
Pengertian
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang
yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat
ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan
negara (Rochmat Soemitro, 1992: 12).
Dari pengertian diatas, dapat ditarik beberapa unsur yang ada dalam pajak, yaitu sebagai berikut.
1. Pajak harus berdasarkan undang-undang.
2. Pajak tidak mendapat imbalan langsung, syaratnya: a) pemungutan pajak harus adil; b)
pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang; c) pemungutan pajak tidak mengganggu
perekonomian; d) pemungutan pajak harus efisien; e) sistem pemungutan pajak harus sederhana.
3. Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu: a) fungsi budgeter dan b) fungsi mengatur.
Pengelompokan Pajak
a. Menurut Golongannya
1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang secara tidak langsung dapat dibebankan atau dialihkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
b. Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu jenis pajak yang didasarkan pada subjeknya atau wajib pajaknya. Contoh:
Pajak Penghasilan.
2. Pajak objektif, yaitu jenis pajak yang didasarkan pada objekny, tanpa memerhatikan subjeknya.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah.
Pengelompokan Pajak
a. Official Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada fiskus pajak (pemungut pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang (yang
harus dibayar) oleh wajib pajak.
b. Self Assessment System, yaitu sistem yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak
untuk menentukan atau menghitung sendiri besarnya pajak yang akan dibayar.
c. With Holding System, yaitu sistem yang memberikan wewenang penuh kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan wajib pajak) untuk menentukan atau menghitung besarnya pajak yang akan dibayar oleh
wajib pajak.
Tarif Pajak
a. Tarif Sepadan/Sebanding/Proporsional, tarif sebanding ini maksudnya tarif yang ditetapkan kepada
objek pajak bersifat tetap terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang sebanding terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
c. Tarif Progresif, persentase tarif yang digunakan dengan tarif progresif ini adalah suatu tarif akan
semakin besar bila jumlah yang dikenakan pajak semakin besar.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
- sampai dengan Rp25.000.000,00 5%
Tarif Pajak
Tarif Pajak
3. Tarif progresif degresif, yaitu jika kenaikan persentase pengenaan tarif pajak menurun dalam
jumlah tertentu untuk setiap kenaikan penghasilan kena pajak dalam jumlah tertentu. Contoh:
Tarif Pajak
4. Tarif degresif, dengan tarif degresif ini, persentase tarif pajak yang digunakan semakin kecil bila
jumlah lapisan penghasilan kena pajak semakin besar.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam UU 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Ada dua jenis wajib pajak, yaitu:
1. Orang perorangan atau pribadi (person); dan
`
2. Badan.
`
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
2. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud di atas yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.
3. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam
tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Fungsi NPWP adalah:
a. Sebagai sarana administrasi perpajakan;
`
b. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak; dan
c. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
`
penyampaian paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak, dengan batas penyampaian paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau bank badan usaha milik negara
Keuangan. `
atau bank badan usaha milik daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Dengan demikian, Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai: a) sarana untuk membayar pajak; dan b)
bukti dan laporan pembayaran pajak.
Pajak yang tercantum dalam Surat Setoran Pajak dapat dibayar oleh wajib pajak pada tempat-tempat
penyetoran pajak, yaitu: a) kantor pos; b) bank; atau c) badan usaha milik negara; d) bank badan
usaha milik daerah; atau e) tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak lebih Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Nihil.
`
Dari pengertian di atas, surat ketetapan pajak terdiri dari sebagai berikut:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
atau tidak seharusnya terutang.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan kegiatan pajak dan atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda. Surat Tagihan Pajak ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak.
`
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat tagihan Pajak apabila terdapat hal-hal sebagai
berikut (Pasal 14 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2000).
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian surat pemberitahuan, terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan atau salah hitung.
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat tagihan Pajak apabila terdapat hal-hal sebagai
berikut (Pasal 14 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2000).
`
e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak membuat faktur pajak.
f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat atau membuat
faktur pajak tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.
Ketentuan Pajak Penghasilan diatur dalam UU No. 17 Tahun 2000. Undang-undang ini tetap berpegang
pada prinsip perpajakan yang secara universal, yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan
`
produktivitas penerimaan negara dan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu,
arah dan tujuan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:
1. Lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;
2. Lebih memberikan kemudahan kepada wajib pajak;
3. Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi langsung di Indonesia
baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha
tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas.
Subjek Pajak
Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000, yang menjadi subjek pajak adalah:
a. Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
b. Badan;
c. Bentuk usaha tetap.
`
Subjek Pajak
`
1) orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2) badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
3) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Subjek Pajak
`
1) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia;
2) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek Pajak
Pihak-pihak yang tidak termasuk subjek pajak menurut Pasal 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan
adalah:
a. Badan perwakilan negara asing;
`
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi-organisasi intrnasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan
syarat: 1) Indonesia menjadi organisasi tersebut; 2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;
Subjek Pajak
Pihak-pihak yang tidak termasuk subjek pajak menurut Pasal 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan
adalah:
`
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Objek Pajak
Penghasilan, yang merupakan objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima oleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
Objek Pajak
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi
`
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
Objek Pajak
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
`
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan menentukan yang tidak termasuk
objek pajak adalah:
`
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dari para penerima zakat yang berhak; harta
hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan usaha sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan menentukan yang tidak termasuk
objek pajak adalah:
`
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan menentukan yang tidak termasuk
objek pajak adalah:
`
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud dalam huruf
(g) dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keungan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;
j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagia laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.
Dari objek pajak di atas ditentukan besarnya penghasilan yang tidak kena pajak antara lain:
`
a. Rp2.880.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi;
b. Rp1.440.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin;
c. Rp2.880.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami;
d. Rp1.440.000,00 tambahan untuk setiap anggota sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak tiga
orang untuk setiap keluarga.
Tarif pajak yang ditetapkan untuk penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut:
a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
- sampai dengan Rp25.000.000,00
` Tarif Pajak
5%
- di atas Rp200.000.000,00 35 %
Tarif pajak yang ditetapkan untuk penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut:
b. Untuk Wajib Pajak Badan dalam Negeri dalam Bentuk Usaha Tetap
- di atas Rp100.000.000,00 30 %
Pengertian
Jenis pajak yang kedua yang amat penting dalam dunia bisnis adalah Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
`
Barang, dalam UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah, adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk
jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan
jasa petunjuk dari pemesan.
Pengertian
Dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, dikenal ada dua jenis pajak, yaitu:
`
1. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha
kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan atau penerimaan jasa kena pajak dan/atau
pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa
kena pajak dari luar daerah pabean dan atau impor barang kena pajak.
2. Pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena
pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, atau ekspor
barang kena pajak.
Objek Pajak
Objek pajak atau barang sesuatu yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, adalah:
c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Objek Pajak
Hal-hal yang termasuk objek pajak terhadap Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah:
`
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya;
b. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.
Objek Pajak
Barang kena pajak yang tergolong mewah adalah barang-barang yang mengandung unsur-unsur:
`
a. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. Bahwa barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
e. Apabila dikonsumsi dapat merusakkan kesehatan dan moral masyarakat, serta menganggu
ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.
Tarif Pajak
Pasal 8 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2000 menentukan bahwa tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 75%.
`
Ruang Lingkup
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak: (Pasal 1 huruf 1 UU No. 20 Tahun 2000
`
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan).
Hak atas tanah dan/atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta
bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria, UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Ruang Lingkup
Hal-hal yang menjadi objek pajak dalam hal ini adalah perolehan atas tanah dan/atau bangunan, yang
meliputi:
`
1. Pemidahan hak karena: a) jual-beli; b) tukar-menukar; c) hibah; d) hibah wasiat; e) waris; f)
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya; g) pemisahan hak yang mengakibatkan
peralihan; h) penunjukan pembeli dalam lelang; i) pelaksanaan putusan hakim; j) penggabungan
usaha; k) peleburan usaha; l) pemekaran usaha; m) hadiah.
2. Pemberian hak baru karena: a) kelanjutan pelepasan hak; b) di luar pelepasan hak.
Hak atas tanah yang dimaksudkan adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
dan hak milik atas satuan rumah susun.
Ruang Lingkup
Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak
yang diperoleh:
`
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna
kepentingan umum;
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan keputusan menteri dengan
syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau
perwakilan organisasi tersebut;
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak
adanya perubahan nama;
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
Ruang Lingkup
Pajak Bumi dan Bangunan adalah suatu jenis pajak yang dikenakan atas bumi (tanah) dan bangunan
baik atas hak milik, hak guna bangunan, hak pakai dan hak-hak atas rumah susun.
`
Objek yang dikenakan dan yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sama dengan
objek pajak yang dikenakan dan yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Beberapa pengertian yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan adalah:
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah jalan lingkungan yang terletak dalam suatu
kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut, jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat
olahraga, galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat penampungan/kilang minyak, air dan
gas, pipa minyak, dan fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Ruang Lingkup
3. Nilai jual objek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, dan bila tidak terdapat transaksi jual beli ini, nilai jual objek pajak ditentukan melalui
`
perbandingan harag dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek
pajak pengganti.
Ruang Lingkup
Pajak Bumi dan Bangunan tergolong pajak objektif yang bersifat kebendaan, artinya suatu jenis pajak
yang pengenaan pajaknya tanpa memandang kemampuan wajib pajak.
`
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah nilai jual objek pajak tersebut, yang kemudian
dikurangi dengan nilai jual objek pajak tidak kena pajak. Besar nilai jual objek pajak tidak kena pajak
tergantung dari kelas bumi dan bangunan.
Pengurangan nilai jual objek pajak dengan nilai jual objek pajak tidak kena pajak akan menghasilkan
nilai jual objek pajak untuk penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan, kemudian ditetapkan 20% nilai
jual kena pajak dari nilai jual objek pajak untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan. Dan pajak
Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang akan ditetapkan dari nilai jual kena pajak.