Pemberian Informed Concent Dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan Patient Savety Pada Pasien Perioperative Di Rsud Leuwiliang
Pemberian Informed Concent Dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan Patient Savety Pada Pasien Perioperative Di Rsud Leuwiliang
Pemberian Informed Concent Dan Implikasinya Terhadap Pelaksanaan Patient Savety Pada Pasien Perioperative Di Rsud Leuwiliang
TESIS
Disusun oleh :
Enggar lesharini
NPM. 2018970030
NPM : 2018970030
TIM PENGUJI :
Pembimbing :
Nama ( .........tanda
tangan...........)
Penguji Ahli :
Nama ( .........tanda
tangan...........)
Penguji Ahli :
Nama ( .........tanda
tangan...........)
Penguji Ahli :
Nama ( .........tanda
tangan...........)
MENGETAHUI :
Nama ( .........tanda
tangan...........)
Ditetapkan di Jakarta
Tanggal : ......................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program
Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister
Kesehatan Masyarakat di Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
(Materai)
(Enggar Lesharini)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
NPM : 2018970030
Peminatan : MARS
Karya :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Royalti Non- Eksklusif ini
Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Yang Menyatakan
(Materai)
(Enggar Lesharini)
5
Lesharini
Enggar
2. Pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang tidak menerima semua isi
penting informed consent tindakan pembedahan (pasien hanya menerima
sedikit informasi tentang risiko tindakan yaitu nyeri).
3. Waktu informed consent tindakan pembedahan diberikan pada pasien pre
operatif elektif di RSUD Leuwiliang adalah H-1 operasi dilakukan.
4. Tempat informed consent tindakan pembedahan diberikan pada pasien pre
operatif elektif di RSUD Leuwiliang adalah ruang mahasiswa dan
seringkali bersamaan dengan pasien lain.
5. Harapan utama pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang adalah
sembuh, adapun harapan lainnya adalah tentang adanya media pembantu
yaitu gambar-gambar dan tempat pemberian informed concent tindakan
pembedahan yang lebih tenang. Sedangkan perawat tentang pemberian
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di
RSUD Leuwiliang adanya SOP khusus yang menjelaskan tentang informed
concent tindakan pembedahan, kejelasan informed concent tindakan medis
dengan tindakan keperawatan serta blangko-blangko yang melengkapinya.
Selain itu perawat juga mengharapkan ruangan khusus tersendiri disertai
peraturan tertulis yang berisikan hak dan kewajiban pasien yang
ditempelkan di dinding, serta adanya media bantu komunikasi seperti
leaflet atau lembar balik.
Saran: Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan pasien bedah di RSUD
Leuwiliang yang berorientasi pada keselamatan pasien dengan selalu
memonitor, mengevaluasi dan menyusun rencana tindak lanjut program-
program yang mendukung keselamatan pasien terutama dalam hal ini adalah
tentang Informed contcent. Dengan kualitas pelayanan perawatan dan medik
yang mendukung dari berbagai aspek pelayanan diharapkan dapat pasien
maupun keluarga pasien tetap terjamin keselamatannya. Perlu diperhatikan
secara khusus indikator-indikator dari aspek pelayanan yang masih dibawah
rata-rata untuk lebih ditingkatkan kualitas pelayanannya sehingga lebih
memuaskan pasien maupun keluarga pasien dan kepuasan untuk aspek-aspek
yang telah lebih dari standar puas merupakan prestasi dan perlu dijaga agar
tetap tinggi.
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
JAKARTA
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
HOSPITAL ADMINISTRATION MANAGEMENT
ABSTRACT
3. The time when informed consent for surgery was given to elective
preoperative patients at Leuwiliang Hospital was H-1 when the operation was
performed.
4. The place where surgical informed consent is given to elective preoperative
patients at Leuwiliang Hospital is the student room and often together with
other patients.
5. The main hope of elective preoperative patients at Leuwiliang Hospital is to
recover, while the other hope is about the existence of auxiliary media,
namely pictures and places where the informed consent of surgery is quieter.
Meanwhile, nurses regarding giving informed consent for surgery to elective
preoperative patients at Leuwiliang Hospital have a special SOP that explains
the informed consent of surgery, clarity of informed consent of medical action
with nursing actions and the blanks that complete it. In addition, nurses also
expect a separate special room accompanied by written regulations that
contain the rights and obligations of patients posted on the wall, as well as
the existence of communication aids such as leaflets or flipcharts.
Conclusion: Improving the quality of care for surgical patients at Leuwiliang
Hospital which is oriented towards patient safety by always monitoring,
evaluating and preparing follow-up plans for programs that support patient
safety, especially in this case regarding informed consent. With the quality of
care and medical services that support various aspects of service, it is hoped
that patients and their families can still be assured of their safety. It is necessary
to pay special attention to the indicators of the service aspect that are still
below the average to further improve the quality of service so that it is more
satisfying to the patient and patient's family and satisfaction for aspects that are
more than satisfied standards are achievements and need to be kept high.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mecapai gelar
Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saya menyadari pada penyususnan
tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Schenker Y at al. ,Interventions to Improve Patient Comprehension in Informed Consent
for Medical and Surgical Procedures: A Systematic Review, PubMED CENTRAL
Published on 2010 Mar 31
2
2
2
Erminia ogozina at all. Does written informed consent adequately inform surgical
patients? A cross sectional study, bmcmedethics.biomedcentral.com, Published 07 January
2019
3
3
M Jawaid At all, Preoperative Informed Consent: Is It Truly Informed? Tehran University
of Medical Sciences Published online 2012 Sep 1.
4
Khasna Fikriya*), Ayun Sriatmi**), Sutopo Patria Jati**) , Analisis Persetujuan Tindakan
Kedokteran (informed consent) Dalam Rangka Persiapan Akreditasi Rumah Sakit di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang , Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
4
5
Leni Herfyanti, Kelengkapan Informed Consent Tindakan Bedah Menunjang Akreditasi
JCI Standar HPK 6 Pasien Orthopedi, Politeknik Piksi Ganesha Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2
6
Data Rekam Medik RSUD Leuwiliang-Bogor 2019
5
7
Mauritz, dkk. Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Maturitas Budaya Keselamatan
Pasien Di Rumah Sakit A.M Parikesit Tenggarong Tahun 2017. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Maritim. 2017; 1(1): 22-30
8
Linda T. Kohn, Janet M. Corrigan, and Molla S. Donaldson, Editors; To Err is Human :
Building a Safer Health Care System Committee on Quality of Health Care in America,
Institute of Medicine NATIONAL ACADEMY PRESS Washington, D.C.
6
9
Harnad Alqattan at all, An evaluation of patient safety culture in a secondary care setting
in Kuwait, Journal of Taibah University Medical Sciences on ScienceDirect", volume 13,
issues 3, juni 2018, pages 272-280’
10
B.T.L Raymond et all , Evaluation of the Patient Safety Leadership Walkabout
programme of a hospital in Singapore, Singapore Med J. 2014 Feb; 55(2): 78–83.
https://europepmc.org/article/med/24570316
7
11
Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS).2010. Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Kuartal 2. www.inapatsafety-persi.or.id/umpan_balik/laporan_ikp2.pdf
12
Wawan Gunawan1, Narmi2, Sahmad3. Analisis Pelaksanaan Standar Keselamatan
Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
Corespondensi Author Keperawatan Manajemen STIKes Karya Kesehatan. https://stikesks-
kendari.e-journal.id/JK Volume 03 | Nomor 01| Juni | 2019 ISSN: 2407-4801
8
13
Deasy Febriyanty, Desyawati Utami, Gambaran Budaya Keselamatan Pasien
Berdasarkan Metode AHRQ Pada Pegawai RS. Anna Medika Kota Bekasi tahun 2018,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat Jl. Arjuna Utara No. 9 Tol
Tomang, Kebon Jeruk Jakarta Barat, 11510. DOI:
http://dx.doi.org/10.31289/biolink.v5i2.1972
14
RSUD Leuwiliang. Data based Indikator Mutu SKP dan PMKP RSUD leuwiliang 2019
9
15
Vicia Sacharissa. (2019) ‘Akibat Ketiadaan Informed Consent Menurut Perspektif
Hukum Perdata’, Hukumonline.com
16
Adriana pakendek, informed concent dalam pelayanan kesehatan, fakultas
hukumuniversitas pamekasan Madura 2010
10
17
Alqur’an Dan Terjemahannya. (2008) Departemen Agama RI, Bandung; Diponegoro,
Surat Al Ahzab ayat 70-71. Departemen Agama
18
Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi. ( circa 670-an H (1250-an M)) Al-Arba'in An-
Nawawiyah. Imam An-Nawawi Tebal : 164 halaman (12,5 x 17,5cm) Soft Cover Penerbit :
Darul Haq
13
Keterangan
: Ahad
: Ujian proposal
: Revisi hasil ujian proposal
: Penelitian
: Ujian hasil
: Revisi ujian hasil
: Ujian akhir
: Revisi ujian akhir
14
2) Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tehnik purposive sampling. Purposive
sampling adalahsalah satu tehnik sampling dengan cara non
random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian. Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik
mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau
strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang
berfokus pada tujuan tertentu. Menurut Notoatmodjo (2010)
pengertiannya adalah: pengambilan sampel yang berdasarkan atas
suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri
yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Sugiyono (2010)
pengertiannya adalah: teknik untuk menentukan sampel penelitian
dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang
diperoleh nantinya bisa lebih representatif.
Dalam penelitian ini penaliti menggunakan tehnik Purposive
Sampling. Langkah dalam menerapkan teknik Purposive Sampling
adalah sebagai berikut:
15
pada informan. Hasil konfirmasi itu perlu diuji ulang lagi dengan
informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil konfirmasi itu
bertentangan dengan informasi-informasi yang telah terhimpun
sebelumnya dari informanatau dari sumber-sumber lain. Apabila ada
yang berbeda, peneliti terus menelusuri perbedaan-perbedaan itu
sampai peneliti menemukan sumber perbedaan dan materi
perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan
sumber-sumber lain.
19
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
20
20
19
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008 tentang persetujuan
tindakan Kedokteran
20
Undang – undang no. 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran
21
atas nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya
mampu menjawab secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan
pasien berkenaan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya–
untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut dibuat secara benar dan
layak.
b. Ada kesalahan
c. Ada hubungan kausal antara kesalahan dan kerugian
d. Perbuatan itu melawan hukum
Mengenai kriteria perbuatan apa yang dapat digolongkan
sebagai perbuatan melawan hukum, sejak perkara Lindenbaum Cohen
Arrest Hoge Raad 31 Januari 1919, yurisprudensi menetapkan empat
kriteria perbuatan melawan hukum, yaitu:
a. Perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku ;
b. Perbuatan itu melanggar hak orang lain;
c. Perbuatan itu melanggar kaidah tata susila;
d. Perbuatan itu bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta
sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan
sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.
Jika teori di atas diaplikasikan terhadap hubungan sebab akibat
yang terjadi pada tuntutan ketiadaan informed consent, maka pasien
harus dapat membuktikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa antara pasien dan dokter atau tenaga kesehatan telah ada
hubungan hukum;
b. Bahwa dokter atau tenaga kesehatan gagal memenuhi informed
consent;
c. Bahwa pasien mengalami kerugian akibat dokter atau tenaga
kesehatan gagal memenuhi informed consent.
Menjadi kesimpulan bahwa ketiadaan informed consent baru
menimbulkan masalah hukum apabila tindakan dokter tersebut
menimbulkan kerugian bagi pasien. Kerugian yang dimaksud
mempunyai lingkup yang cukup luas; baik kerugian materil seperti
rasa sakit atau bekas luka yang menganggu kehidupan sehari-hari
maupun kerugian psikis seperti pelanggaran atas keyakinan atau
agama tertentu-pun dapat dijadikan alas gugat.
Pemberian informasi pada periode perioperative penting
dilakukan, mengingat pada periode ini biasanya pasien dan keluarga
dalam kondisi cemas dikarenakan kurang memahami kondisi
penyakit, prosedur dan kemungkinan yang terjadi pada pasien setelah
dilakukan tindakan operatif selain itu juga informed consent berguna
32
2.3 Perioperative
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan
dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah
suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre
operatif, intra operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014)
Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan
untuk mengembangkan rencana asuhan secara individual dan
mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang
mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu
ilmu bedah. Dengan demikian, ilmu bedah yang semakin berkembang
akan memberikan implikasi pada perkembangan keperawatan
perioperatif (Muttaqin, 2009). Perawat kamar bedah (operating room
nurse) adalah perawat yang memberikan asuhan keperawatan
perioperatif kepada pasien yang akan mengalami pembedahan yang
memiliki standar, pengetahuan, keputusan, serta keterampilan
berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan khususnya kamar bedah
(AORN, 2013 dalam Hipkabi, 2014). Keperawatan perioperatif
dilakukan berdasarkan proses keperawatan sehingga perawat perlu
36
- SPO
- PPA pemberi Pelaksanaan:
Pasien 6 indikator
informed - Waktu
concent yaitu - Metode perioperative Patient
: DPJP dan - Isi savety
Perawat
Bagan 2.1
Sumber: Achadiat, 2006
51
BAB III
ALUR BERPIKIR, PERTANYAAN PENELITIAN DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Pelaksanaan: - Persetujuan
Informed - Waktu - Kesiapan klien
Patient
consent - Metode menghadapi savety
- Isi operasi
Bagan 3.1
Alur Berpikir
Sumber: Achadiat, 2006
51
52
BAB IV.
METODE PENELITIAN
55
56
3. Studi Kasus
Sesuai dengan namanya, metode penelitian studi kasus
meneliti suatu kasus atau fenomena tertentu yang ada dalam
masyarakat yang dilakukan secara mendalam untuk mempelajari
latar belakang, keadaan, dan interaksi yang terjadi. Studi kasus
dilakukan pada suatu kesatuan sistem yang bisa berupa suatu
program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang ada
pada keadaan atau kondisi tertentu.
Karena khusus meneliti suatu hal atau sistem tertentu,
penelitian studi kasus bukanlah dilakukan untuk menarik kesimpulan
terhadap fenomena dari suatu populasi atau kumpulan tertentu
melainkan khusus untuk kejadian atau fenomena yang diteliti saja.
Meski mencakup satu kesatuan sistem, penelitian studi kasus
tidak harus meneliti satu orang atau idnividu saja, namun bisa
dengan beberapa orang atau objek yang memiliki satu kesatuan
fokus fenomena yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang
mendalam, penelitian studi kasus menggunakan teknik wawancara,
observasi, sekaligus studi dokumenter yang kemudian akan
dianalisis menjadi suatu teori. Studi kasus akan memahami,
menelaah, dan kemudian menafsirkan makna yang didapat dari
fenomena yang diteliti tersebut.
4. Metode Historis
Penelitian selanjutnya adalah metode historis, yaitu
penelitian yang memiliki fokus penelitian berupa peristiwa-peristiwa
yang sudah berlalu dan melakukan rekonstruksi masa lalu denga
sumber data atau saksi sejarah yang masih ada hingga saat ini.
Sumber data tersebut bisa diperoleh dari berbagai catatan sejarah,
artifak, laporan verbal, maupun saksi hidup yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran persaksiannya.
Karena mengkaji peristiwa yang sudah berlalu, ciri khas dari
penelitian historis adalah waktu; dimana fenomena dilihat
perkembangan atau perubahannya berdasarkan pergeseran waktu.
Ciri lain dari metode historis adalah kajian penelitian lebih banyak
bergantung pada data observasi orang lain yang sudah terlebih
dahulu melakukan penelitian, bukan hanya data observasi milik
peneliti itu sendiri.
71
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
79
80
Gambar 5.1.1.c
Data Dasar RSUD Leuwiliang Tahun 2021
82
5.1.2 Hasil
a. Karakteristik narasumber
Bab ini menjelaskan tentang pengalaman pemberian
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang. Penelitian
ini menghasilkan suatu fenomena tentang harapan pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang tentang
pemberian informed concent tindakan pembedahan,sekaligus
harapan perawat tentang pemberian informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang Tulip
RSUD Leuwiliang.
Hasil penelitian diuraikan menjadi dua bagian. Bagian
pertama menjelaskan karakteristik narasumber yang terlibat
dalam penelitian secara singkat dan kedua menguraikan
tentang analisis triangulasi mengenai pengalaman pemberian
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang. Dalam hal
ini ditentukan 3 (tiga) pasien bedah dengan kriteria merupakan
tindakan operasi tertinggi di SMF (staf medis fungsional)
tersebut.
Narasumber dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan berikut adalah data diri narasumber yang
berkontribusi dalam penelitian ini :
Narasumber 1
Perempuan yang berumur 38 tahun ini menderita tumor karotis
sejak 3 bulan yang lalu. Narasumber adalah lulusan SD,
seorang ibu rumah tangga dengan anak 3. Narasumber
beragama Islam dan mengaku aktif di pengajian ini dirawat di
RSUD Leuwiliang untuk dilakukan operasi tumornya.
Narasumber 2
Pria berusia 37 tahun ini adalah perawat di Ruang Tulip RSUD
Leuwiliang yang memberikan informed concent tindakan
pembedahan pada narasumber 1. Pria yang sudah menjadi PNS
85
ini adalah pria yang cerdas dan senang berbagi ilmu dengan
mahasiswa perawat yang praktik di Ruang Tulip. Beragama
Islam dan bersuku sunda.
Narasumber 3
Pria berusia 42 tahun ini adalah dokter spesialis bedah di
RSUD Leuwiliang. Pria yang sudah menjadi dokter tetap di
RSUD Leuwiliang ini beragama nasrani dan bersuku batak.
Narasumber 4
Pria berusia 36 tahun ini menderita tumor di wajahnya,
tepatnya di ujung alis kiri. Pria yang mengaku sebagai
karyawan di sebuah perusahaan swasta dan sudah 2 tahun
menduda ini mengaku aktif di kegiatan karang taruna. Pria ini
beragama Islam, bersuku sunda dan lulusan SLTA.
Narasumber 5
Pria berusia 34 tahun ini adalah perawat di Ruang IIIA. Sudah
11 tahun menjadi PNS dan sedang sibuk melaksanakan
pendidikan keperawatan lanjutan. Pria yang memiliki satu anak
ini yang memberikan informed concent tindakan pembedahan
pada narasumber 2.
Narasumber 6
Pria berusia 50 tahun ini adalah dokter spesialis bedah di
RSUD Leuwiliang. Pria yang sudah menjadi PNS di RSUD
Leuwiliang ini beragama Islam dan bersuku Jawa.
Narasumber 7
Wanita berusia 28 tahun ini baru saja menikah dan belum
dikaruniai anak. Mengaku sedang belajar menjadi istri yang
baik, dia juga aktif mengikuti pengajian di masjid dekat
rumahnya. Wanita ini akan dioperasi usus buntunya.
Narasumber 8
Wanita berusia 34 tahun ini adalah seorang perawat yang
sudah 6 tahun menjadi PNS. Wanita yang sedang sibuk kuliah
di sebuah PT ini memiliki seorang anak yang berusia 5 tahun.
86
Narasumber 9
Pria berusia 36 tahun ini adalah dokter spesialis bedah di
RSUD Leuwiliang. Pria yang sudah menjadi dokter tetap di
RSUD Leuwiliang ini beragama Islam dan bersuku Jawa.
b. Analisis Trianggulasi
Pada bagian ini akan diuraikan keseluruhan proses
triangulasi yang telah didapatkan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari narasumber. Penyajian berdasarkan 5 sub
variabel penting dalam penelitian ini yaitu : a) Metode atau
cara yang digunakan untuk memberikan informed consent
tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang
Tulip RSUD Leuwiliang, b) Isi informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang Tulip
RSUD Leuwiliang, c) Waktu pemberian informed consent
tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang
Tulip RSUD Leuwiliang, d) Tempat pemberian informed
consent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif
di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang, e) Harapan pasien dan
perawat terhadap pemberian informed consent tindakan
pembedahan yang diberikan pada pasien pre operatif elektif di
Ruang Tulip RSUD Leuwiliang.
Proses triangulasi akan dijelaskan menjadi tiga proses
dengan masing-masing terdiri dari 5 sub variabel yang telah
didapatkan. Triangulasi yang pertama yaitu antara narasumber
1, narasumber 2 dan narasumber 3 serta hasil observasi,
Triangulasi yang kedua yaitu antara narasumber 4, narasumber
5 dan narasumber 6 serta hasil observasi, Triangulasi yang
ketiga yaitu antara narasumber 7, narasumber 8 dan
narasumber 9 serta hasil observasi. Untuk mempermudah
identifikasi narasumber, peneliti meletakkan pasien sebagai
87
Triangulasi 1
a) Metode atau cara yang digunakan untuk memberikan
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang:
Narasumber 1 “ Ya,, dijelaskan neng, kalau belum jelas
boleh nanya”
Narasumber 2 “ Penjelasannya dengan dua arah, tentu
saja saya tidak akan membiarkan pasien pasif
mendengarkan saja, akan saya katakan kalau ada yang
tidak jelas tolong tanyakan saja.”
Dan dari observasi yang dilakukan perawat menjelaskan
dengan cara dua arah.
Untuk tahapan pemberian informed consent tindakan
pembedahan semua tahapan dilakukan dengan baik,
perawat memperkenalkan diri dan namanya,
mengorientasikan ruangan dan tata tertib ruangan,
menjelaskan maksud informed consent tindakan
pembedahan dan mengevaluasi apakah pasien mengerti
penjelasan perawat dengan menganjurkan pasien
mengulangi kembali sedikit tentang penjelasan perawat.
Berikut hasil percakapannya :
Narasumber 1 “ Iya neng, si bapak kenalan dulu, terus
njelasin peraturan ruangan, nunjukin toilet, tempat
perawat dan kamar saya. Kata si bapak saya harus tanda
tangan supaya operasi bisa jalan, jadi saya harus tanda
tangan.”
“ Saya, kakak saya juga ditanya sudah jelas apa belum,
saya jawab sudah, eh ternyata sama si bapak suruh
dijelasin lagi (tersenyum), kayak ujian aja (tertawa).”
88
Triangulasi 2
a) Metode atau cara yang digunakan untuk memberikan
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang .
Triangulasi 3
a) Metode atau cara yang digunakan untuk memberikan
informed consent tindakan pembedahan pada pasien pre
operatif elektif di Ruang Tulip RSUD Leuwiliang Kali ini
metoda yang dipakai perawat untuk memberikan informed
concent juga metoda dua arah. Berikut adalah hasil
percakapan dengan narasumber :
5.2 KETERBATASAN
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan
data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam.
Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada
pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi
peneliti tentang makna yang tersirat dalam wawancara sehingga
kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi
bias maka dilakukan proses triangulasi, yaitu triangulasi sumber
dan metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross
check data dengan fakta dari informan yang berbeda dan dari
hasil penelitian lainnya. Sedangkan triangulasi metode dilakukan
dengan cara menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan
data, yaitu metode wawancara mendalam dan observasi.
5.3 PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tiga hal. Bagian pertama
menjelaskan interpretasi hasil temuan penelitian yang kemudian
akan dibandingkan dengan konsep dan teori. Bagian kedua
mengemukakan berbagai keterbatasan selama proses penelitian
107
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam
tentang pemberian informed consent tindakan pembedahan pada
pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang. Berdasarkan
subvariabel yang didapatkan dalam penelitian pasien pre operatif
elektif mempunyai harapan utama yaitu sembuh. Adapun
kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Metode atau cara yang digunakan untuk memberikan informed
consent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di
RSUD Leuwiliang dengan cara dua arah atau metoda sokratik
dengan empat tahapan pemberian komunikasi terapeutik yaitu
pra interaksi, orientasi, kerja dan terminasi. Informed concent
tindakan pembedahan diberikan tanpa menggunakan media
bantu.
2. Pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang tidak menerima
semua isi penting informed consent tindakan pembedahan
(pasien hanya menerima sedikit informasi tentang risiko tindakan
yaitu nyeri).
3. Waktu informed consent tindakan pembedahan diberikan pada
pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang adalah H-1
operasi dilakukan.
4. Tempat informed consent tindakan pembedahan diberikan pada
pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang adalah ruang
mahasiswa dan seringkali bersamaan dengan pasien lain.
5. Harapan utama pasien pre operatif elektif di RSUD Leuwiliang
adalah sembuh, adapun harapan lainnya adalah tentang adanya
media pembantu yaitu gambar-gambar dan tempat pemberian
informed concent tindakan pembedahan yang lebih tenang.
Sedangkan perawat tentang pemberian informed consent
114
115
6.2 Saran
Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan pasien bedah di RSUD
Leuwiliang yang berorientasi pada keselamatan pasien dengan selalu
memonitor, mengevaluasi dan menyusun rencana tindak lanjut
program-program yang mendukung keselamatan pasien terutama
dalam hal ini adalah tentang Informed contcent. Dengan kualitas
pelayanan perawatan dan medik yang mendukung dari berbagai
aspek pelayanan diharapkan dapat pasien maupun keluarga pasien
tetap terjamin keselamatannya. Perlu diperhatikan secara khusus
indikator-indikator dari aspek pelayanan yang masih dibawah rata-
rata untuk lebih ditingkatkan kualitas pelayanannya sehingga lebih
memuaskan pasien maupun keluarga pasien dan kepuasan untuk
aspek-aspek yang telah lebih dari standar puas merupakan prestasi
dan perlu dijaga agar tetap tinggi.
116
DAFTAR PUSTAKA
Linda T. Kohn, Janet M. Corrigan, and Molla S. Donaldson, Editors; ‘To Err
is Human : Building a Safer Health Care System Committee on
Quality of Health Care in America’, Institute of Medicine
NATIONAL ACADEMY PRESS Washington, D.C.
Ninik Mariyanti. (1988) ‘Malapraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana dan
Perdata’, Bina Aksara, Jakarta.
RSUD Leuwiliang. (2019) Data based Indikator Mutu SKP dan PMKP RSUD
Leuwiliang-Bogor 2019
Yusuf Muhammad. (2018) ‘Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin’ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017)
5:1.ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
Wawancara kepada pasien:
1. Bu, apakah ada petugas yang menjelaskan tentang informed concent
atau persetujuan tindakan? Apakah ibu mengerti apa maksudnya?
2. Kapan ada petugas yang menjelaskan tentang informed concent atau
persetujuan tindakan?
3. Petugas mana saja yang menjelaskan tentang informed concent atau
persetujuan tindakan?
4. Apa saja yang dijelaskan?
5. Cara menjelaskannya dengan apa?
6. Apa saja yang sempat ibu tanyakan kepada petugas pemberi informed
concent?
7. Apa yang ibu rasakan setelah diberikan informed concent?
8. Apakah identitas yang ibu pakai untuk pelayanan di Rumah Sakit?
9. Menurut ibu bagaimana komunikasi petugas Rumah Sakit?
10. Adakah petugas yang menjelaskan obat-obatan apa saja yang diberikan
kepada ibu dan bagaimana cara mengkonsumsinya
11. Bagaimanakah cara petugas melakukan penandaan luka operasi pada
ibu dan siapa petugas yang melakukannya?
12. Apakah ibu tahu cara mencuci tangan dengan enam langkah/ hand
hygiene? Ibu, bisa mempraktekkan? Adakah petugas yang melakukan
hand hygiene saat akan melakukan dan setelah melakukan tindakan
121
kepada ibu dan ke pasien lain, atau beralih dari pasien satu ke yang
lainnya!
13. Adakah petugas yang memberikan penjelasan ke ibu bagaimana
menghindari risiko jatuh?
Lampiran 1
Wawancara kepada dokter/ perawat
1) Apakah anda mengerti tentang informed concent atau persetujuan
tindakan? Coba tolong anda jelaskan apa maksudnya sesuai pengertian
anda
2) Kapan anda memberikan informed concent kepada pasien?
3) Oleh siapa saja informed concent diberikan kepada pasien?
4) Apa saja yang dijelaskan?
5) Cara menjelaskannya dengan apa?
6) Apa saja yang sempat anda tanyakan kepada pasien saat memberi
informed concent?
7) Apa yang anda rasakan setelah memberikan informed concent?
8) Bagaimana cara anda melakukan identifikasi pasien?
9) Jelaskan penilaian anda tentang komunikasi petugas Rumah Sakit
tentang pemberian informed concent !
10) Saat pemberian informed concent obat-obatan apa saja yang perlu
dijelaskan dan perlu diwaspadai pemberiannya kepada pasien? Kapan
saja dijelaskannya?
11) Bagaimanakah cara anda melakukan penandaan luka operasi pada anda
dan siapa petugas yang melakukannya?
12) Apakah anda tahu cara hand hygiene? Coba jelaskan! Bagaimana
prosedur kewaspadaan transmisi!
122
13) Penjelasan apa yang petugas berikan tentang pasien risiko jatuh? Aapa
yang petugas lakukan pada pasien terkait pengurangan risiko jatuh?
Lampiran 2
Lembar observasi