Modul Etika Dan Integritas Dalam Pelatihan Berdaar Masukan Narasumber-Wahyu-Dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 91

Modul

ETIKA DAN INTEGRITAS


DALAM PELATIHAN

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 1


PELATIHAN
Sambutan

Pembangunan dan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan


kebutuhan untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara telah mengamanatkan bahwa sangat diperlukan dan merupakan usaha strategis untuk
membangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur pereka persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945.
Lahirnya Undang-Undang No.5 tahun 2014 ini memberi dampak perubahan tidak saja dari
nomenklatur jabatan, namun yang lebih penting lagi adalah perubahan struktur organisasi yang
merubah cara pikir dan cara kerja pegawai. Organisasi dinilai bukan dari penyerapan anggarannya
saja, tapi lebih dari itu ia dinilai dari hasil dan dampak yang diberikan organisasi/lembaga
pemerintah kepada masyarakat. Untuk itu, organisasi membutuhkan modal insani yang cerdas,
inovatif, dan mampu menjawab tuntutan zaman yang serba ‘internet of things’. Oleh sebab itu,
Peraturan Pemerintah (PP) No, 11 tahun 2017 tentang manajemen aparatur sipil negara merespons
tentang kepentingan pemerintah untuk mengelola ASN dan menekankan pengembangan karir serta
pengembangan kompetensi dengan menekankan system merit. Dalam PP 11 tahun 2017 ini juga
ditekankan bahwa pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat instansi dan nasional. Dan
setiap pegawai negeri sipil (PNS) mendapatkan hak untuk mengembangkan kompetensi minimal 20
(dua puluh) jam pembelajaran per tahun. Tentunya, dengan peraturan ini memerlukan kemampuan
lembaga-lembaga pengembangan kompetensi baik di Pusat dan di Daerah memiliki kompetensi
dalam mengelola dan menyelenggarakan pengembangan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
lembaga, regional dan nasional.
Untuk membantu lembaga-lembaga pengembangan kompetensi tersebut dapat melakukan
tugas dan fungsinya, Lembaga Administrasi Negara telah merancang program pelatihan bagi para
penyelenggara pelatihan yang sering disebut Pelatihan Training Officer Cource (TOC). Tujuan
program pelatihan ini adalah untuk membangun kompetensi para penyelenggara agar dapat
menyelenggarakan program-program pelatihan dan memberikan pelayanan lembaga mereka secara
profesional. Program pelatihan TOC ini tentunya telah mengalami transformasi yang cukup signifikan
dari model pelatihan yang klasikal menjadi blended dan full e-learning. Perancangan program
dirancang dengan menerapkan pengelolaan yang berkelanjutan atau Pro Hijau. Artinya program
yang dikembangkan peduli akan kebutuhan peserta yang menerima manfaat utama dari program
yang dirancang, namun juga memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari upaya pelayanan yang
cepat, mudah diakses, efisien dan transparan. Dan tak kalah pentingnya, penyelenggaraan program
dengan pendekatan teknologi ini juga sebagai bentuk upaya menyelamatkan bumi dari penggunaan
kertas, sumber daya air, energi dan lainnya.
Desain-disain mata pelatihan dan substansinya dalam program TOC ini telah mengalami
perubahan dan pembaharuan sesuai dengan konteks tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh
para penyelenggara saat ini. Saat ini kita diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal
dengan memperhatikan secara baik kebutuhan para peserta, mempertimbangkan aspek lingkungan
dan teknologi. Saya dengan bangga menghadirkan program ini berserta modul-modul yang sesuai
kepada Anda dengan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan instansi. Semoga
program ini dapat melengkapi kemampuan Anda yang sudah ada dan memberikan inspirasi dalam
pengelolaannya.
Kepada perancang program ini dan seluruh tim penulis, tim teknis dan tim review dari disain
pembelajaran yang telah berpartisipasi membuat program ini terus mengalami perbaikan dan
pembaharuan, saya mengucapkan terima kasih. ASN cerdas adalah ASN yang terus mengasah
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 2
PELATIHAN
kemampuan belajarnya. Dan ASN cerdas juga ditumbuhkan oleh lembaga-lembaga pengembang
kompetensi yang terus melakukan pembelajaran dan berinovasi.

Jakarta, Januari 2022


Kepala Lembaga Administrasi Negara

Adi Suryanto

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 3


PELATIHAN
Kata Pengantar
Sejalan dengan upaya mewujudkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang unggul, pengembangan
kompetensi terutama melalui pelatihan merupakan usaha strategis untuk meningkatkan kompetensi
yang diharapkan. Penyelenggaraan Pelatihan Penyelenggara Pelatihan atau Training Officer Course
(TOC) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan inovasi dalam pelatihan dan tuntutan perubahan.
Kehadiran modul TOC ini memiliki nilai strategis karena menjadi acuan dalam proses
pembelajaran, sehingga lembaga pelatihan dengan penyelenggara pelatihan yang profesional dapat
diwujudkan. Modul ini diharapkan dapat membantu widyaiswara atau fasilitator pelatihan dalam
mendesain pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan; membantu pengelola dan
penyelenggara pelatihan dalam penyelenggaraan pelatihan; dan membantu peserta pelatihan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Untuk maksud inilah maka dilakukan penyempurnaan tehadap
keseluruhan modul Pelatihan TOC yang meliputi substansi dan format.
Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung lebih cepat khususnya
terhadap kebutuhan pengembangan kompetensi dalam rangka mendorong peningkatan kompetensi
ASN, peningkatan kinerja organisasi, dan akselerasi reformasi birokrasi, maka kualitas modul perlu
terus dipantau dan disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi. Sehubungan
dengan hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai bahan minimal pelatihan, dalam artian
bahwa setelah substansinya disesuaikan dengan perkembangan yang ada, maka dapat
dikembangkan selama relevan dengan hasil belajar yang akan dicapai dalam modul ini. Oleh karena
itu, peranan widyaiswara termasuk peserta pelatihan juga dibutuhkan. Konkritnya, widyaiswara
dapat melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap isi modul, sedangkan peserta pelatihan
dapat memperluas bacaan yang relevan dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dinamis, interaktif, dan aktual.
Kepada seluruh peserta diharapkan dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan secara
optimal dengan penuh kesungguhan. Selamat mengikuti pelatihan TOC.
Salam sukses.

Jakarta, 2022

Deputi Bidang Kebijakan


Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara

Muhammad Taufiq

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 4


PELATIHAN
Daftar Isi:
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 7
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 7
B. Deskripsi Singkat ........................................................................................................... 9
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................. 9
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ........................................................................... 9
1. Menjelaskan Konsep Etika dan Integritas dalam penyelenggaraan Pelatihan ................ 9
3. Mencontohkan penerapan etika dan Integritas dalam penyelenggaraan pelatihan ......... 9
E. Petunjuk Belajar ........................................................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................................. 11
2. Landasan dan Prinsip Etika.......................................................................................... 17
a. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bernegara. .............................................................. 20
b. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bermasyarakat ........................................................ 20
c. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Berorganisasi .......................................................... 21
d. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Sesama Pegawai Negeri Sipil ............................. 21
e. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Diri Sendiri .......................................................... 21
3. Fungsi dan Indikator Perilaku Etika .............................................................................. 22
B. Pengertian, dan Fungsi Integritas ................................................................................ 22
2. Fungsi Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan.................................................... 28
3. Indikator Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan ................................................. 30
C. Manfaat Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan .............................. 33
D. Latihan ..................................................................................................................... 34
E. Rangkuman ................................................................................................................. 34
F. Evaluasi ....................................................................................................................... 36
BAB III ................................................................................................................................ 39
1. Pembina/Pengarah ...................................................................................................... 39
2. Penanggungjawab. ...................................................................................................... 39
3. Ketua Pelaksana .......................................................................................................... 39
4. Pelaksana Urusan Pengajaran..................................................................................... 39
5. Pelaksana Urusan Keuangan....................................................................................... 40
6. Pelaksana Urusan Administrasi ................................................................................... 41
7. Pelaksana Urusan Evaluasi ......................................................................................... 41
8. Pelaksana Urusan Perlengkapan ................................................................................. 41
9. Pelaksana Urusan IT.................................................................................................... 41
10. Pelaksana Umum ..................................................................................................... 41
D. Latihan ..................................................................................................................... 53
E. Rangkuman ................................................................................................................. 53
F. Evaluasi ....................................................................................................................... 55
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 5
PELATIHAN
BAB IV ................................................................................................................................ 57
A. Penerapan Etika dalam Penyelenggaraan Pelatihan.................................................... 57
1. Penerapan Etika dalam persiapan pelaksanaan pelatihan ........................................... 58
2. Penerapan Etika dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelatihan. ............................. 63
a. Penerapan etika dalam melayani peserta pelatihan. .................................................... 63
b. Penerapan etika dalam melayani tamu. ....................................................................... 68
c. Penerapan Etika dalam Melayani Tenaga Pengajar .................................................... 70
c. Penerapan Etika Penyelenggara Pelatihan dalam Melayani sesama Penyelenggara
Pelatihan. ............................................................................................................................ 72
3. Penerapan Etika dalam Pelaporan Pelaksanaan Pelatihan .......................................... 75
B Penerapan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan................................................. 75
C. Latihan ..................................................................................................................... 83
E. Evaluasi ....................................................................................................................... 87
“Orang-Orang Dengan IntegritaS Pribadi Yang Tinggi Dan KemampUan Moral UntUk
Menjalankan Etika Dengan SempUrna, Akan Memiliki KESElARASAN LUar Dalam UnTUk Menjalani
KehidUpan BerkUalitaS Yang EtiS.” ~ Djajendra .......................................................................... 87
B. Tindak Lanjut ............................................................................................................... 88
Lampiran ............................................................................................................................. 90
Peraturan ............................................................................................................................ 90
Media elektronik .................................................................................................................. 91

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 6


PELATIHAN
BAB I
PENDAHULUAN
Peraturan seringkali bisa disiasati namun asas kepatutan dan etika
janganlah dikhianati ( Najwa Shihab)

A. Latar Belakang
Selamat Anda telah memutuskan untuk mengasah gergaji Anda
dengan membaca dan mempelajari modul etika dan integritas dalam
pelatihan. Ini berarti Anda telah memutuskan untuk meningkatkan personal
branding Anda. Peningkatan personal branding akan meningkatkan branding
organisasi Anda. Anda sebagai penyelenggara pelatihan merupakan salah
satu pemegang peran dominan dalam peningkatan kompetensi Aparatur Sipil
Negara (ASN). Peran yang Anda mainkan sangat mempengaruhi kinerja
organisasi dalam mencapai kinerja organisasi . Oleh karena itu penguasaan
kompetensi sangat diperlukan. Mengapa sebagai penyelenggara pelatihan
Anda harus memiliki kompetensi dalam hal etika dan integritas? Penguasaan
kompetensi ini tidak hanya dalam tataran pengetahuan , namun harus
diinternalisasi dan dihabituasikan dalam melaksanakan tugas dan peran
Anda sebagai penyelenggara pelatihan. Tujuan akhir adalah menigkatkan
kinerja organisasi dengan memberikan layanan prima bagi stakeholder, baik
internal maupun eksternal.
Sebagai penyelenggara pelatihan tentunya Anda telah banyak
melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi Anda.
Bagaimanakah penilaian Anda terhadap layanan penyelenggara pelatihan?
Memuaskan? Mengecewakan atau adakah penilaian yang lain? Pernahkan
Anda merasa senang dan bahagia karena penyelenggara melayani Anda
dengan antusias dan dilayani dengan optimal? Atau pernahkan Anda
mendapatkan penjelasan yang komprehensif terkait dengan
penyelenggaraan pelatihan? Bagaimana perasaan Anda? Senang, bahagia,
tersanjung? Mengapa penyelenggara pelatihan mampu memberikan layanan
optimal dengan mengedepankan etika dan integritas? Di sisi lain, pernahkah
Anda merasa kecewa karena Anda dilayani penyelenggara pelatihan dengan
tidak menyenangkan? Bagaimanakah penerapan etika dan integritas inilah
yang akan dibahas dalam modul ini, yang dimulai dengan konsp dasarnya
sebagai landasan teorinya.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 7
PELATIHAN
Mengapa penyelenggara pelatihan mampu memberikan pelayanan
yang memuaskan pelanggan? Karena mereka memiliki kompetensi dalam hal
melayani. Kompetensi tersebut selain kompetensi teknis dalam
penyelenggaraan pelatihan, kompetensi sosiokultural dan kompetesi
manajemen. Salah satu kompetensi sosio kultural tersebut diantaranya
adalah etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan. Etika dan
integritas merupakan salah

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 8


PELATIHAN
dua faktor penting dalam kegiatanan menjalin hubungan baik dengan para
stakeholeder dalam mewujudkan kinerja penyelenggaraan pelatihan yang efektif dan
efisien. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam pelatihan ini akan dibahas
tentang etika dan integritas penyelenggara pelatihan ini dalam modul etika dan
integritas bagi penyelenggara dalam pelatihan. Modul ini merupakan salah satu dari
11 modul dalam pelatihan bagi penyelenggara pelatihan yang akan membentuk
kompetensi sebagai penyelenggara pelatihan yang professional. Selamat mengisi
buku kehidupan Anda dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kasih sayang
merupakan modal utama untuk memudahkan Anda menginternalisasi informasi yang
Anda pelajari ke pikiran bawah sadar Anda.
B. Deskripsi Singkat
Modul Etika dan Integritas dalam Pelatihan membekali penyelenggara pelatihan
kemampuan untuk mensimulasikan etika dan integritas dalam penyelenggaraan
pelatihan melalui pembelajaran konsep dasar etika dan integritas, personal branding
dalam penyelenggaraan pelatihan serta penerapan etika dan integritas pada
penyelenggaraan pelatihan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar : Setelah membaca modul ini Anda diharapkan dapat
mensimulasikan etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan melalui
pembelajaran konsep dasar etika dan integritas dalam pelayanan penyelenggaraan
pelatihan , personal branding dalam penyelenggaraan pelatihan serta
penerapannya pada penyelenggaraan pelatihan.
2. Indikator hasil belajar :Setelah membaca modul Ini Anda diharapkan dapat
a. Menjelaskan Konsep Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan
b. Membangun Personal Branding Penyelenggara Pelatihan
c. Mencontohkan Penerapan Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Materi pokok dan sub materi pokok dalam mata pelatihan ini adalah:
1. Menjelaskan Konsep Etika dan Integritas dalam penyelenggaraan Pelatihan
a. Pengertian, fungsi dan Indikator Etika
b. Pengertian, fungsi dan Indikator Integritas
c. Manfaat Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan
2. Membangun Personal Branding Penyelenggara Pelatihan
a. Pengertian dan manfaat Personal Branding bagi Penyelenggara Pelatihan
b. Penanan Personal Branding dalam membangun citra diri penyelenggara
Pelatihan
c. Cara membangun personal branding Penyelenggara pelatihan
3. Mencontohkan penerapan etika dan Integritas dalam penyelenggaraan
pelatihan
a. Penerapan Etika dalam Penyelenggaraan Pelatihan.
b. Penerapan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 9


PELATIHAN
E. Petunjuk Belajar
Anda ingin mendapatkan kemudahan dalam mempelajari modul ini bukan?
Beberapa tips yang perlu Anda lakukan adalah sebagai berikut :
1. Pastikan Anda telah menguasai modul Administrasi Penyelenggaraan
Pelatihan, Karena modul ini banyak bersinggungan dengan etika dan
integritas Pelatihan. Contoh-contoh penerapan etika dan integritas sangat
terkait dengan Administrasi Penyelenggaraan Pelatihan dan Koordiasi dalam
Penyelenggaraan Pelatihan.
2. Pastikan Anda memahami kompetensi yang dibangun dalam mata pelatihan ini.
3. Pastikan Anda memahami seluruh keterkaitan dalam setiap mata Latihan
dalam membangun kompetensi bagi penyelenggara pelatihan.
4. Sebelum Anda membaca bab per bab dalam modul ini silahkan Anda pahami
deskripsi singkat dalam modul ini, serta hasil belajar dan indikator hasil
belajarnya.
5. Dalam modul ini terdapat tiga indikator yang harus Anda kuasai, kuasai
indikator pertama terlebih dahulu sebagai dasar dalam penguasaan
kompetensi dalam indikator berikutnya. Kerjakan Latihan-latihandan evaluasi
untuk memperdalam pengertian Anda dalam substansi yang dibahas. Apabila
Anda telah mampu mengerjakan evaluasi minimal 80 %, silahkan Anda
mmepelajari materi pokok berikutnya.
6. Setelah Anda menguasai seluruh indikator kompetensinya silahkan Anda
membuat video yang menggambarkan citra diri penyelenggara pelatihan yang
menerapkan etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan. Video
tersebut hendaknya diuplode di youtobe.
7. Guna lebih memahami secara komprehensif, baca sumber-sumber lain yang
relevan dengan mata latihan yang Anda pelajari, dan lakukan diskusi dengan
peserta lain unuk lebih memahami secara komprehensif.
8. Ingat pelajari bab per bab sebelumnya secara seksama dan pastikan Anda
menguasai indikator hasil belajarnya, sebelum Anda berpindah bab
berikutnya. Latihan terus menerus akan menjadi kebiasaan, kebiasaan
menjadikan perilaku dan perilaku akan menjadikan karakter Anda.

Jika ETIKA tidak dihormati dan ditegakan dengan profesionalisme yang


kaya akan integritas maka keadilan dan ketertiban dalam organisasi menjadi
berantakan (Djajendra)

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 10


PELATIHAN
BAB II
Konsepsi Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan

Indikator hasil belajar : Setelah selesai membaca bab 2 dalam modul ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan konsep etika dan integritas dalam
penyelenggaraan pelatihan
A. Pengertian,Fungsi dan Indikator Etika dalam Penyelenggaraan Pelatihan
1. Pengertian Etika Penyelenggaraan Pelatihan

Orang yang tidak beretika adalah yang tidak mengetahui


bahwa di atas ilmu adalah adab (Juproni.com)

Anda setuju dengan kata bijak di atas? Pasti Anda setuju, karena Anda
menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam bekerja. Etika merupakan salah satu kunci
dalam melaksanakan komunikasi dengan pihak lain. Anda juga memahami bila
salah satu kunci sukses keberhasilan dalam pelatihan adalah dengan menjalin
hubungan baik antar pengelola pelatihan, penyelenggara pelatihan dan tenaga
pelatihan serta peserta pelatihan. Hal itu dapat dicerminkan dengan bagaimana
setiap individu yang mendukung dalam mensukseskan penyelenggaraan
pelatihan berperilaku dalam organisasi tersebut. Etika merupakan salah satu
bentuk perilaku yang dapat diamati oleh orang lain. Lalu apakah etika itu ?
Apakah sama antara etika dan etiket? Etika dan etiket menyangkut perilaku
manusia yang mengatur perilaku normatif, artinya memberi norma bagi perilaku
manusia, dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Lalu apakah berbedaanya dan kapan penggunaanya? Guna menjawab
pertanyaan tersebut mari kita baca kisah berikut.

Andi sedang memasukan data hasil penilaian evaluasi perilaku


peserta pelatihan Latsar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), tiba-tiba
telpon berdering.
Dia melihat ponselnya dan siapa yang menelpon, ternyata salah
seorang peserta yang tadi ikut ujian meneleponnya, dengan wajah
kesal langsung dimatikan .
Apakah Andi seseorang yang menjunjung tinggi nilai etika dalam bekerja?
Ataukah Andi termasuk orang yang menjunjung etiket dalam bekerja. Mari kita
cermati perbedaan etika dan etiket.Etiket berasal dari Bahasa Perancis “etiquette”
yang artinya suatu undangan yang biasa digunakan raja bila mengadakan pesta
resepsi untuk mengundang tamu dari kalangan tertentu. Berdasarkan
etimologinya etiket memiliki arti adat sopan santun atau

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 11


PELATIHAN
tata krama yang harus diperhatikan dalam pergaulan supaya hubungan dalam
kondisi baik. Berdasarkan pengertian di atas etiket memiliki pengertian perilaku
yang dianggap pas, cocok, sopan, serta terhormat dari seseorang yang bersifat
pribadi. Contoh etiket gaya makan, gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya
berjalan, gaya duduk, ataupun gaya tidur dan lain sebagainya, Sedangkan Kasmir
(2019) menyebutkan bahwa etiket adalah tata cara berhubungan dengan manusia
lainnya. H.A Mustafa berpendapat bahwa etiket merupakan ilmu tentang
perbuatan atau tindakan baik dan buruknya manusia yang dilihat dari sudut
pandang akal dan fikiran. Lalu apakah berbedaannya dengan etika?
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yang merupakan bentuk tunggal
ethoss” dan bentuk jamaknya dari “ta etha”. Kata ethos memiliki beberapa arti
yaitu diantaranya kebiasaan atau adat, tempat tinggal, watak, sikap dan cara
berpikir. Sedangkan makna kata ta etha dari bentuk jamak etika tersebut
bermakna sebagai adat istiadat dalam kebiasaan yang dilakukan seseorang
dalam keseharian. Menurut Ahmad Amin ( 2009), etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan hal yang berkenaan dengan baik dan buruk serta apa yang
semestinya dilakukan oleh manusia. Selain itu menyatakan sebuah tujuan yang
harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk
melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh manusia. Hamzah Yakub ( 2007)
mendefinisikan etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku yang baik dan
buruk serta memperlihatkan perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran manusia. Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno ( 2009), etika
adalah ilmu yang memberikan petunjuk, arahan, acuan dan pijakan kepada tingkah
laku manusia. Sedangkan Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika
sebagai “the dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation”. Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etika
sebagai “an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and
philosophy of life of a group of people”. K. Bertens menjelaskan etika adalah nilai-
nilai dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur perilaku. Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai
tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk,


benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang
baik atau benar bersifat universal dan absulut/mutlak dengan sanksi
yang jelas.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 12
PELATIHAN
Berdasarkan banyak definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa :

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 13


PELATIHAN
Lalu apakah perbedaan antara etika dan etiket? Menurut K Bertens, walaupun
etika dan etiket memiliki unsur kesamaan yakni sama-sama menyangkut perilaku
manusia dan mengatur perilaku normatif, artinya memberi norma bagi perilaku
manusia apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Namun etika da
etiket memiliki perbedaan yang mendasar yakni:
Perbedaan etika dan etiket
NO Etiket Etik
a
1 Etiket adalah cara untuk melakukan Etika adalah niat, perbuatan itu
perbuatan benar sesuai dengan yang boleh dilakukan atau tidak,
diharapkan. sesesuai dengan
pertimbangan niat baik atau
buruknya
2 Etiket hanya berlaku jika ada orang Etika berlaku tidak bergantung ada
yang hadir, apabila tidak ada orang atau tidaknya orang lain yang hadir
etiket tidak ( berlaku universal)
berlaku ( berlaku relatif)
3 Etiket bersifat relatif. Mungkin bisa Etika jauh lebih absolut atau
dianggap tidak sopan salah satu bersifat mutlak misalnya “aturan
kebudayaan, tapi dianggap sopan di jangan mencuri” yang mana
kebudayaan lain. Misalnya makan menjadi etika yang tidak bisa
menggunakan tangan atau ditawar-tawar.
bersendawa
waktu makan
4 Etiket adalah formalitas Etika adalah nurani
(lahiriah), tampak dari sikap (batiniah), bagaimana
luarnya penuh dengan harus bersikap etis dan
sopan santun dan kebaikan baik
5 Contoh : Makan menggunakan Contoh: mencuri,
sendok, Meludah, kentut merupakan merampok,terlambat datang ke
hal melanggar etika, namun bila tidak kantor. Penerapan etika di mana
ada orang lain tidak melanggar etika. saja, ada atau tidak ada orang
etika harus dijalankan.
Sumber : K Bertens, dalam https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-etika/ diolah oleh
penulis

Kembali kepada kasus Andi di atas, apakah Andi melanggar etika atau
melanggar etiket? Berdasarkan perbedaan antara etika dan etiket di atas dapat
simpulkan bahwa Andi melanggar etika dalam bekerja, karena tidak mengangkat
telpon dari peserta pelatihan yang sebelumnya ikut kegiatan evaluasi. Etika
berlaku universal, tidak bergantung ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Dalam
kasus di atas, ada atau tidak adanya peserta pelatihan telpon harus diangkat,
karena masih dalam kedinasan dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
sebagai penyelenggara pelatihan. Di samping itu etika adalah niat, perbuatan itu
boleh dilakukan atau tidak, sesuai dengan pertimbangan niat baik atau buruknya.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 14
PELATIHAN
Etika sebenarnya dapat juga difahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 15


PELATIHAN
hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan
apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut (Catalano, 1991).
Menurut Gene Blocker, etika merupakan cabang filsafat moral yang mencoba
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku secara umum tentang benar dan salah serta baik dan buruk.
Pengertian etika dalam pengertian ini lebih banyak terkait dengan ajaran-ajaran
moral yakni standard tentang benar dan salah yang dipelajari melalui proses hidup
bermasyarakat.

ETIKA = MORAL ?
Lalu apakah Pelatihan itu ? Dalam modul terdahulu telah dibahas tentang
pelatihan yag pada intinya adalah pelatihan merupakan serangkaian aktivitas
individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis
sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional di bidangnya. Pelatihan
adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan pegawai melaksanakan
Etika yang dimaksud dalam pekerjaan yang sekarang sesuai dengan
modul ini adalah etika yang standar. Dalam kaitannya dengan pelayanan
merupakan panduan kerja bagi
pentelenggara pelatihan dalam penyelenggaraan pelatihan, etika
menjalankan tugas dan fungsinya, penyelenggara pelatihan
berpedoman pada kode etik PNS
merupakan refleksi standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan pada perilakunya dalam
melaksanakan pekerjaan dalam rangka penyelenggaraan pelatihan. Pelaksana
Pelatihan adalah orang yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas-
tugas penyelenggaraan Pelatihan. Dalam kaitannya dengan pelayanan
penyelenggaraan pelatihan, etika merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan pada perilaku penyelenggara dalam melaksanakan pekerjaan
dalam rangka penyelenggaraan pelatihan. Etika Penyelenggara Pelatihan adalah
suatu sikap dan tindakan yang baik dan wajib dilakukan oleh penyelenggara
Pelatihan sewaktu melayani para peserta Pelatihan, tenaga pengajar, pengelola
pelatihan dan para tamu Pelatihan saat menjalankan tugas dan kwajiban dalam
penyelenggaraan Pelatihan.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 16
PELATIHAN
2. Landasan dan Prinsip Etika
Landasan berasal dari bahasa Inggris foundation, yang dalam bahasa Indonesia
menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali sesuatu.
Menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai
alat, ataupun fondasi,

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 17


PELATIHAN
dasar, pedoman dan sumber. Jadi landasan merupakan dasar untuk berpijak. Lalu
apakah yang menjadi landasan berpijak untuk etika? Landasan etika menurut
“The Great Ideas: Asyntopicon of Great Books of Western World yang terbit tahun
l952 terdapat 120 landasan agung, dalam modul ini hanya dikutipkan 6 ide
landasan agung tersebut sebagai berikut:
1) Keindahan (beauty). Prinsip-prinsip Etika mendasari segala sesuatu yang
mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Anda setuju bahwa
hidup dan kehidupan manusia sesungguhnya merupakan keindahan, sehingga
dalam melaksanakan etika perlu berlandaskan etika.
2) Persamaan (equality)
Hakikat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia yang
satu dengan yang lain. Setiap manusia yang terlahir di bumi ini serta merta
memiliki hak dan kewajiban serta kedudukan masing-masing, akan tetapi
sebagai manusia ia adalah sama atau sederajat. Konsekuensi dari ajaran
persamaan ras juga menuntut persamaan diantara beraneka ragam etnis.
Watak, karakter, atau pandangan hidup masing - masing etnis di dunia ini
memang berlainan namun kedudukannya sebagai suatu kelompok masyarakat
adalah sama.
3) Kebaikan (Goodness)
Kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan pujian.
Perkataan baik (good) mengandung sifat seperti persetujuan, pujian,
keunggulan, kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian ide agung
kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Apabila orang
menginginkan kebaikan dari suatu ilmu pengetahuan, misalnya, akan
mengandalkan obyektivitas ilmiah, kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas dan
sebagainya. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial, maka yang diperlukan
adalah sikap sadar hukum, saling menghormati, perilaku yang baik ( good
habits). Jadi lingkup dari ide kebaikan sangat universal. Namun kebaikan
agama yang berkenaan dengan masalah kemanusiaan, hormat menghormati
dengan sesama, berbuat baik kepada orang lain, kasih sayang merupakan nilai
kebaikan yang sudah pasti diterima oleh semua pihak.
4) Keadilan (justice)
Keadilan (justice) berasal dari zaman Romawi kuno: ”Justitia est contants et
perpetua voluntas jus suun euque tribuendi” (keadilan ialah kemauan yang
tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya).
Menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), keadilan adalah ukuran yang harus
diberikan guna mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama. Ada tiga prinsip keadilan, yaitu (1) kebebasan yang
sama yang sebesar-besarnya, (2) perbedaan,
(3) persamaan yang adil atas kesempatan.
5) Kebebasan (liberty)
Kebebasan dapat dirumuskan sebagai keluasaan untuk bertindak atau tidak
bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan
muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri serta
memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri kecuali jika pilihan
tindakan tersebut melanggar kebebasan yang sama dari orang lain.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 18


PELATIHAN
Kebebasan manusia mengandung pengertian

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 19


PELATIHAN
yang terkait dengan ( kemampuan untuk menentukan diri sendiri, kesanggupan
untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan syarat-syarat yang
memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihan-pilihannya serta
konsekuensi dari pilihannya itu. Ingat tidak ada kebebasan tanpa tanggung
jawab dan begitu pula sebaliknya tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan.
Semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar pula
tanggung jawab yang mesti dipikulnya.
6) Kebenaran (truth)
Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah,
sehingga kita mengenal kriteria kebenaran dalam berbagai cabang ilmu,
misalnya, matematika, ilmu fisika, biologi, sejarah, dan filsafat. Namun ada pula
kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan, bukan dengan
fakta seperti ditelaah oleh teologi dan ilmu agama.
Selain landasan di atas yang berlaku secara umum, landasan pelaksanaan
etika bagi penyelenggara pelatihan juga berdasarkan pada kode etik Pegawai
Negeri Sipil (PNS) seperti yang tertuang UU Nomor 5 tahun 2014. Dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, kode etik adalah
serangkaian norma-norma yang memuat hak dan kewajiban yang bersumber pada
nilai-nilai etik yang dijadikan sebagai pedoman berfikir, bersikap, dan bertindak
dalam aktivitas sehari-hari yang menuntut tanggung jawab suatu profesi. Tujuan
kode etik yaitu mendorong pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, meningkatkan
disiplin pegawai, menjamin kelancaran dalam pelaksanaan tugas, meningkatkan
etos kerja, kualitas kerja dan perilaku PNS yang professional, serta meningkatkan
citra dan kinerja PNS di lingkungan Kementerian/Lembaga di Daerah. Prinsip Dasar
Kode Etik yaitu: ketaqwaan, kesetiaan, ketaatan, semangat nasionalisme,
mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan,
penghormatan, tidak diskriminatif, profesionalisme, netralitas, bermoral dan
semangat jiwa korps. Adapun kode etik tersebut meliputi etika PNS dalam
bernegara, etika PNS dalam bermasyarakat, etika PNS dalam berorganisasi, etika
PNS terhadap sesama PNS dan etika PNS terhadap diri sendiri. Adapun
penjabarannya dijelaskan sebagai berikut :
a. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bernegara.
Etika Bernegara.mengandung arti bahwa seorang PNS harus:
 Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan UUD 1945;
 Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara;
 Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dan NKRI;
 Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa;
 Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan
setiap kebijakan dan program pemerintah;
 Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara
efisien dan efektif;
 Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
b. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Bermasyarakat
Dalam bermasyarakat, setiap PNS harus:
 Mewujudkan pola hidup sederhana;

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 20


PELATIHAN
 Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan
tanpa unsur pemaksaan;
 Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil, serta tidak
diskriminatif;
 Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
 Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.
c. Etika Pegawai Negeri Sipil dalam Berorganisasi
Etika berorganisasi maksudnya adalah bahwa seorang PNS harus:
 Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
 Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
 Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
 Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
 Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait;
 Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
 Patuh dan taat terhadap stAndar operasional dan tata kerja;
 Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif;
 Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
d. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Sesama Pegawai Negeri Sipil
Maksudnya adalah,bahwa seorang PNS harus:
 Saling menghormati sesama warga Negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan;
 Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS;
 Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun
horizontal dalam unit kerja, instansi maupun antar instansi;
 Menghargai perbedaan pendapat; Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS;
 Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama PNS;
 Berhimpun dalam satu wadah KORPRI yang menjamin terwujudnya
solidaritas dan soliditas semua PNS dalam memperjuangkan hak-haknya.
e. Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap Diri Sendiri
Etika terhadap Diri Sendiri meliputi pengertian sebagai berikut:
 Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
 Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
 Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
 Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
ketrampilan, dan sikap;
 Memiliki daya juang yang tinggi;
 Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
 Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga, berpenampilan sederhana,
rapih, dan sopan.

Ingat Kode Etik PNS di atas sebagai landasan Anda


dalam melaksakanakan etika dalam bekerja selaku penyelenggara
Pelatihan.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 21


PELATIHAN
3. Fungsi dan Indikator Perilaku Etika
Etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran individual
para pelaku dalam aktivitas (Sukrisno Agoes, I Cenik ardana,2009: 75). Prinsip
etis merupakan tuntutan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain
adalah kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain
(helping others), dan menghormati hak-hak orang lain (the rights of others).
Sementara itu, berbohong, mencuri, menipu, membahayakan/merugikan orang
lain adalah contoh penyimpangan dari prinsip perilaku etis (Sukrisno Agoes, I
Cenik ardana, 14 2009: 128). Ada dua faktor utama yang mungkin menyebabkan
orang berperilaku tidak etis, yaitu standar etika orang tersebut berbeda dengan
masyarakat pada umumnya dan orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis
untuk keuntungan diri sendiri (Redwan Jaafar, H.T, 2005: 8).
Indikator-indikator perilaku etis antara lain adalah sebagai berikut:
a) Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik yaitu mengikuti kode etik
profesi, jujur dalam menggunakan dan mengelola sumber daya di dalam
lingkup atau otoritasnya, dan memastikan bahwa apa yang dilakukan itu tidak
melanggar kode etik.
b) Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinan yaitu
melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinan, berbicara
tentang ketidaketisan meskipun hal itu akan menyakiti kolega atau teman dekat
dan jujur dalam berhubungan dengan orang lain.
c) Bertindak berdasarkan nilai dan norma meskipun sulit untuk melakukan itu yaitu
secara terbuka mengakui telah melakukan kesalahan, berterus terang dalam
segala hal.
d) Bertindak berdasarkan nilai dan norma walaupun ada resiko atau biaya yang
cukup besar yaitu mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis,
meskipun ada resiko yang signifikan untuk diri sendiri dan pekerjaan, bersedia
untuk mundur atau menarik produk/jasa karena praktek bisnis/kinerja yang tidak
etis, 15 menentang orang- orang yang mempunyai kekuasaan demi
menegakkan nilai (values) dan norma (Eileen Rachman, 2006).
Berkaitan dengan indikator pertama, maka Indikator etika untuk penyelenggara
pelatihan mengacu pada kode etik PNS sebagai acuan PNS dalam berperilaku,
baik dalam bekerja, bermasyarakat, maupun dalam bernegara.

B. Pengertian, dan Fungsi Integritas


1. Pengertian Integritas
Selamat Anda telah memahami etika, etiket, perbedaan dan persamaan antara
etika dan etiket serta landasan dari variabel etika. Lalu apakah integritas itu?
Samakah integritas dengan etika? Dalam bahasan berikut ini akan dibahas yang
berkaitan denga pengertian integritas, fungsi dan indikator integritas. Guna
membahas apakah integritas, berikut ini akan disajikan sebuah kisah dialog
antara Teny dan Rany. Tugas Anda adalah membaca kisah tersebut dan
menganalisa apakah tokoh-tohoh tersebut menerapkan etika atau integritas?

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 22


PELATIHAN
Pelajaran apakah yang dapat anda perileh dari kisah berikut?

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 23


PELATIHAN
Pagi itu sangat mendung, semendung wajah Teny yang sedang ngobrol
dengan Rany. “Terus terang saya tersinggung dengan ucapan teman-
teman yang mengatakan saya sok moralis, karena saya suka menolak
penugasan pimpinan yang bertentangan dengan hati nurani, demikian
Teny mengakiri obrolannya. Lho kenapa? Kata Rany. Saya Cuma ingin
apa yang saya pikirkan, saya ucapkan sesuia dengan perilaku saya?
Apakah hal ini salah Ran, kata Teny dengan penuh semangat. Lha tidak
salah dong, itu khan yang disebut dengan berintegritas. Integritas?
Samakah integritas dengan moralis? Beda dong timpal Rany.

Apakah Anda setuju dengan pendapat Rany? Perilaku Teny merupakan bentuk
dari integritas? Lalu apakah integritas itu? Jika ditanya, apa sih integritas itu? atau
“bagaimana membedakan antara orang yang berintegritas atau tidak?”.
Terhadap pertanyaan tersebut, kita sering menjawab secara mudah, jika
seseorang melakukan sesuatu yang berbeda dengan kata hatinya, maka ia
tidak berintegritas. Hal itulah yang seringkali kita yakini bukan? Lalu apakah
sebenarnya integritas? Kata integritas berasal dari kata sifat Latin integer (utuh,
lengkap). Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin “keutuhan” yang berasal
dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Sedangkan menurut
Wikipedia Integrity is a concept of consistency of actions, values, methods,
measures, principles, expectations, and outcomes. Integritas adalah sebuah
konsep dari tindakan konsekuensi, nilai, metode, prinsip, ekspektasi dan
pengeluaran. Dalam kebudayaan, integritas digambarkan sebagai kejujuran dan
kepercayaan atau tindakan yang akurat. Integritas dapat dikatakan sebagai
lawan dari hipokrits. Kata integritas berasal dari bahasa latin yaitu integer
(keseluruhan, selesai). Dalam konteks ini, integritas merupakan perasaan yang
paling luar dari keseluruhan seperti karakter jujur dan konsisten. Seseorang
mungkin dapat menilai orang lain yang memiliki integritas. Untuk
membuktikannya mereka berperilaku sesuai dengan nilai, keyakinan dan
prinsip yang
mereka pegang. Sedangkan menurut
orang yang “memiliki Lilik Agung, integritas sering diartikan
integritas” bertindak sesuai
sebagai satunya pikiran, perkataan dan
dengan nilai dan priNSIP
keyakinan yang tidak perbuatan. Jika merujuk pada kata
bertentangan dengan nilai-nilai asalnya, yaitu integer dan integration,
maka integritas mempunyai
makna berbicara dengan utuh dan sepenuh-penuhnya (Lilik Agung, 2007).
Andreas Harefa dalam bukunya Manusia Pembelajar, dijelaskan salah satu
definisi integritas adalah adalah “maining social, athical, and organizational
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 24
PELATIHAN
norm, firmly adhring to code of conduct Anda atichal principle”. Dengan
pengertian tersebut integritas diterjemahkan menjadi tiga tindakan kunci (key
action) yang dapat diamati (observable). Pertama,

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 25


PELATIHAN
menunjukkan kejujuran (demonstrate honesty), yaitu bekerja dengan orang lain
secara jujur dan benar, menyajikan informasi secara lengkap dan akurat. Ke
dua, memenuhi komitmen (keeping commitment), yaitu melakukan apa yang
telah dijanjikan, tidak membocorkan rahasia. Ke tiga berperilaku secara
konsisten (be have consistently), yaitu menunjukkan tidak adanya kesenjangan
antara kata dan perbuatan.

Integritas = Jujur + Komitment dan


Konsisten
Dalam kamus Collins Cobuild Dictionary (1990, 739), integritas didefinisikan
sebagai “the quality of being honest and firm in your moral principles. Sementara
itu Crimbal and Brooks (2010) mendefinisikan integritas sebagai berikut:
“Integrity is an internal system of principles which guide our behaviour”. Menurut
Alfred John (1995), integritas adalah bagian penting dari kepribadian seseorang.
Seseorang yang sifatnya baik (memiliki etika dan moral yang baik), tanpa
memiliki integritas kemungkinan hanya bermanfaat bagi dirinya saja,
belum dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain. Menurut Azyumardi
Azra (2012), Integritas didefinisikan sebagai: “Kepengikutan dan ketundukan
kepada prinsip-prinsip moral dan etis (adherence to moral and ethical principle);
keutuhan karakter moral (soundness of moral character); kejujuran (honesty);
tidak rusak secara moral (morally unimpared) atau keadaan moral sempurna
tanpa cacat (morally perfect condition). Lebih lanjut PBB mendefinisikan
integritas sebagai sikap jujur, adil, tidak memihak (dalam urusan publik,
pemerintahan, dan birokrasi). Integritas mengacu kepada kejujuran, kebenaran,
dan keadilan. Dalam konteks pemerintahan dan birokrasi Integritas dimaksudkan
sebagai penggunaan kekuasaan resmi, otoritas dan wewenang oleh para
pejabat publik untuk tujuan-tujuan yang syah (justified) menurut hukum. Dengan
demikian, Integritas adalah keteguhan diri seorang aparatur birokrasi dan
pejabat publik untuk tidak meminta atau menerima apapun dari orang lain
yang diduga terkait dengan jabatan publik yang dipegangnya (Azyumardi
Azra, 2012). Ringkasnya, Integritas individu adalah keselarasan antara apa yang
diucapkan dan apa yang dilakukan oleh seseorang. Tentunya bukan sekedar
tindakan, namun tindakannya sesuai dengan tuntutan moral dan prinsip-
prinsip etika serta sesuai dengan aturan hukum dan tidak mendzalimi
kepentingan umum. Integritas merujuk pada sifat layak dipercaya dalam diri
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 26
PELATIHAN
seorang manusia, didalamnya terdapat kualitas-kualitas individu seperti
karakter jujur,

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 27


PELATIHAN
amanah, tanggung jawab, kedewasaan, sopan, kemauan bersikap baik dan
sebagainya (Alfred John, 1995). Sedangkan integritas berdasarkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 38
Orang yang Tahun 2017 tentang Standar
berintegritas pasti Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil
memiliki etika dan
Negara, adalah Konsisten berperilaku
moral
selaras dengan nilai, norma dan/atau
yang baik
etika organisasi, dan jujur dalam
hubungan dengan
manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan,
menciptakan budaya etika tinggi, bertanggungjawab atas tindakan atau
keputusan beserta risiko yang menyertainya.
Berdasarkan pengertian integritas yang telah diuraikan di atas, perlukah
integritas bagi penyelenggara pelatihan? Penyelenggara/pelaksana pelatihan
adalah orang yang diberikan tugas dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pelatihan secara professional untuk mencapai kinerja
organisasi. Oleh karena itu etika dan integritas sangat diperlukan dalam
menjalankan perannya sebagai penyelenggara pelatihan. Karena Integritas
adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah,
prinsip, harapan, dan hasil. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari
kemunafikan, yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan,
dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang
tampaknya bertentangan harus menerima perbedaan atau mengubah keyakinan
mereka.
2. Fungsi Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan.
Fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan kegunaan suatu
hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Lalu apakah fungsi dari
integritas? Fungsi integritas dapat sebagai (1) cognitive functions of integrity,
Yang mencakup kecerdasan moral dan self insight. Self insight mencakup self
knowledge dan self reflection. Berdasarkan pengertian ini integritas memiliki
fungsi memelihara moral dan akhlak seseorang yang mendorong seseorang
untuk mempunyai pengetahuan yang luas. (2) fungsi affective functions of
integrity meliputi conscience dan self regard. Dalam konteks ini integritas
fungsinya memelihara nurani seseorang supaya tetap hanif sebagai seorang
hamba agar jelas perbedaan diantara dirinya dengan hewan. Secara biologis
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 28
PELATIHAN
manusian dan hewan, sama-sama memiliki “hati”, tetapi hewan tidak mempunyai
qalb, sesuatu yang ada di diri setiap manusia. Dalam penyenyelenggaraan
pelatihan fungsi integritas sangat diperlukan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 29


PELATIHAN
baik sebagai penjaga moral dan akhlak seseorang maupun sebagai penjaga
Nurani. Oleh karena itu penyelenggara pelatihan perlu menghabituasi integritas
dalam pelaksanaan pekerjaannya sebagai penyelenggara pelatihan. Dalam hal
ini mulai dari perencanaan penyelenggara pelatihan, pelaksanaan pelatihan,
evaluasi pelatihan sampai dengan pengembalian peserta pelatihan ke unit

ETIKA PENTING dalam bekerja


namun
Tanpa INTEGRITAS akan sia-sia
organisasinya. (Wahyu S)

3. Indikator Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan


Indikator adalah suatu ukuran baik langsung maupun tidak langsung dari
kejadian ataupun kondisi tertentu. Lalu bagaimanakah indikator seseorang
disebut memiliki integitas yang tinggi? Indikator integritas menurut Spencer and
Spencer adalah (1) menahan diri untuk tidak melakukan hal buruk, (2) secara
aktif memilih tindakan tertentu untuk menjaga integritas diri, (3) memiliki konsep
diri berkaitan dengan integritas diri, (4) tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain,
(5) tanggung jawab penuh atas pilihan hidupnya menempatkan integritas di atas
cita-cita, (6) sumber energi integritas diri tidak ada habisnya, (7) mampu
memecahkan masalah-masalah emosional, (8) tidak menyesali lingkungan, (9)
mampu membedakan antara integritas dengan kesempurnaan, (10)
memiliki batas toleransi kelenturan,
Indikator (11) tingkat integritas bersifat
Integritas Menurut terus
PermenPAN dan RB berkembang. Sedangkan menurut
No 38 th 2017 sebagai
wikipedia, variabel integritas meliputi:
acuan ASN
jujur, dapat dipercaya dan
menjunjung
komitmen. Sedangkan menurut Suarat (2007) variabel integritas meliputi: (I)krar,
(N)iat, (T)abiat, (E)mosional, (G)una, (R)asional, (I)hsan, (T)awakkal, (A)manah,
(S)abar. Jadi bila kata tersebut disusun ke dalam suatu untaian kalimat yang
bermakna, maka pemahaman INTEGRITAS adalah manusia secara sadar
membuat (I)krar dengan membangun (N)iat sebagai keinginannya secara ihklas
untuk meningkatkan kedewasaan (E)mosional agar memberi (G)una ke dalam
pikiran (R)asional dengan berbuat (I)hsan bakal memproleh kebaikan duniawi
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 30
PELATIHAN
yang berlAndaskan dengan (T)aqwa, (A)manah dan (S)abar. untuk bersikap dan
berperilaku. Sedangkan indicator integritas menurut Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 38

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 31


PELATIHAN
Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara, adalah
sebagai berikut :
Adapun indikator-indikatornya adalah :
a. Bertingkah laku sesuai dengan perkataan; berkata sesuai dengan fakta
b. Melaksanakan peraturan, kode etik organisasi dalam lingkungan kerja
sehari- hari, pada tataran individu/pribadi;
c. Tidak menjanjikan/memberikan sesuatu yang bertentangan dengan aturan
organisasi.
d. Mengingatkan rekan kerja untuk bertindak sesuai dengan nilai, norma,
dan etika organisasi dalam segala situasi dan kondisi; Mengajak orang lain
untuk bertindak sesuai etika dan kode etik.
e. Menerapkan norma-norma secara konsisten dalam setiap situasi, pada
unit kerja terkecil/kelompok kerjanya.
f. Memberikan informasi yang dapat dipercaya sesuai dengan etika organisasi
g. Memastikan anggota yang dipimpin
h. bertindak sesuai dengan nilai, norma, dan etika organisasi dalam segala
situasi dan kondisi.
i. Mampu untuk memberi apresiasi dan teguran bagi anggota yang dipimpin
agar bertindak selaras dengan nilai, norma, dan etika organisasi dalam
segala situasi dan kondisi.
j. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan sikap integritas di
dalam unit kerja yang dipimpin.
k. Memastikan anggota yang dipimpin bertindak sesuai dengan nilai, norma,
dan etika organisasi dalam segala situasi dan kondisi.
l. Mampu untuk memberi apresiasi dan teguran bagi anggota yang dipimpin
agar bertindak selaras dengan nilai, norma, dan etika organisasi dalam
segala situasi dan kondisi.
m. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan sikap integritas di
dalam unit kerja yang dipimpin.
n. Menciptakan situasi kerja yang mendorong seluruh pemangku kepentingan
mematuhi nilai, norma, dan etika organisasi dalam segala situasi dan kondisi.
o. Mendukung dan menerapkan prinsip moral dan standar etika yang tinggi,
serta berani menanggung konsekuensinya.
p. Berani melakukan koreksi atau mengambil tindakan atas penyimpangan kode
etik/nilai-nilai yang dilakukan oleh orang lain, pada tataran lingkup kerja
setingkat instansi meskipun ada resiko.
Indikator Integritas manakah yang telah Anda terapkan dalam melaksanakan
penyelenggaraan pelatihan?

Ingat
IlMU diGUnakan SEBELUm berbicara dan berBUAt.
ilMU akan berarti bila telah diamalkan
melALUi habiTUASi .

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 32


PELATIHAN
C. Manfaat Etika dan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan
Mengapa etika dan integritas diperlukan dalam Organisasi? Integritas sebagai
penjaga moral dan penjaga hati Nurani. Etika merupakan panduan untuk
bertindak. Etika tanpa integritas hanya untuk dirinya sendiri, belum bermanfaat
bagi banyak orang. Menurut Sondang Siagian, etika diperlukan dalam organisasi
karena:
1. Etika berkaitan dengan perilaku manusia. Hal ini menyangkut aplikasi
seperangkat nilai luhur dalam bertindak bagi kehidupan seseorang dan
organisasi dan menyangkut berbagai prinsip yang menjadi lAndasan bagi
perwujudan nilai -nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang terjadi antar
manusia dan lingkungan hidup.
2. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib, manusia memerlukan
kesepakatan, pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut pola
perilaku. Etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga
kehidupan dalam organisasi semakin bermakna. Setiap bentuk kerja sama
didasarkan pada kesepakatan yang dicapai bersama.
3. Karena dinamika manusia dengan segala konsekuensinya baik bersifat norma,
moral maupun Etika perlu dianalisis dan dikaji ulang. Hal ini dimaksudkan agar
tetap relevan dalam memperkaya makna kehidupan seseorang, kelompok,
organisasi dan masyarakat luas yang pada gilirannya memperlancar interaksi
antar manusia.
4. Etika berkaitan langsung dengan sistem nilai manusia, Etika mendorong tumbuh
nya naluri moralitas, nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberi inspirasi kepada
manusia untuk secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai
tersebut bagi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia.
Mengacu pada landasan teori di atas, maka dalam mata pelatihan ini, beberapa
manfaat nilai etika dan integritas bagi organisasi antara lain sebagai berikut:
1. Mewujudkan kebersamaan, bekerja dalam semangat kebersamaan dan
persahabatan lebih baik dari bekerja sendiri-sendiri, karena tumbuh kepedulian,
respek, saling menghormati satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan dan
masalah yang dihadapi dalam organisasi.
2. Dengan etika akan lebih berempati dalam artian lebih memahami dan dapat
menyelami dan merasakan masalah yang dihadapi orang lain.
3. Lebih dewasa dalam mengatasi permasalahan organisasi secara
bersama-
sama.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 33
PELATIHAN
4. Iklim kerja lebih kondusif, karena asing-masing individu menerapkan etika dan
integritas dalam meaksanakan tugas dan fungsinya.
5. Lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja. Karena asing-masing individu mampu
menciptakan gagasan dan Tindakan yang memberikan nilai tambah bagi
orgaisasi tanpa paksaan.
6. Masing-masing anggota dalam organisasi lebih menunukan keluwesan dalam
bersikap dan berperilaku.
7. Lebih mampu menunjukan kearifan, sikap dan perilaku yang berorientasi pada
prinsip pelaksanaan tanggung jawab dengan penuh semangat dan tepat pada
waktunya.
8. Dapat membedakan yang mana yang tidak boleh dirubah dan yang mana yang
boleh dirubah.
9. Dapat menyelesaikan masalah-masalah moralitas ataupun suatu sosial lainnya
yang membingungkan suatu masyarakat dengan suatu pemikiran yang
sistematis dan kritis.
10. Dapat menggunakan suatu nalar sebagai dasar pijak bukan dengan suatu
perasaan yang bikin merugikan banyak orang. Yaitu Berpikir dan bekerja
secara sistematis dan teratur ( step by step).
11. Meningkatkan citra diri Anda .
D. Latihan
1. Apakah perbedaan antara etika dan etiket ? Anda akan lebih dapat membedakan
dengan jelas perbedaa antara etika dan etiket apabila dengan memberikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, lingkungan
kerja maupun di lingkungan masyarakat.
2. Apakah perbedaan antara etika dan integritas? Berikan contoh dalam
penerapannya.
E. Rangkuman
Terdapat perbedaan antara etika dan etiket. Etiket menyangkut cara
perbuatan suatu dilakukan, berlaku dalam pergaulan sehari-hari.Apabila tidak ada
orang lain tidak ada etiket. Contoh memberi dan menerima dengan tangan kanan,
mengucapkan salam saat bertemu dengan orang lain. Sedangkan etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar.
Tidak terbatas cara namun norma tentang pelaku itu sendiri. Misal terkait dengan
kasus di atas, tentang penggunaan tangan kanan / kiri bila digunakan untuk
mencuri tetap salah. Etika tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 34
PELATIHAN
Sedangkan pengertian etika penyelenggara pelatihan dalam modul ini merupakan
refleksi stAndar/norma yang

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 35


PELATIHAN
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan pada perilukanya dalam melaksanakan pekerjaan dalam rangka
penyelenggaraan pelatihan. Etika yang dimaksud dalam pengertian ini adalah etika
yang merupakan panduan kerja bagi pelaksana pelatihan dalam menjalankan tuga
dan fungsinya. Etika Penyelenggara Pelatihan adalah suatu sikap dan tindakan
yang baik dan wajib dilakukan oleh penyelenggara Pelatihan sewaktu melayani
para peserta Pelatihan, fasilitator dan para tamu Pelatihan saat melaksanakan
program Pelatihan.
integritas adalah bagian penting dari kepribadian seseorang. Seseorang yang
sifatnya baik (memiliki etika dan moral yang baik), tanpa memiliki integritas
kemungkinan hanya bermanfaat bagi dirinya saja, belum dapat mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Seseorang disebut dengan berintegritas atau tidak
tergantung dari variable-variabel integritas yang telah di jelaskan di atas. Fungsi
integritas dapat sebagai cognitive functions of integrity dan fungsi affective functions
of integrity.
Dalam penerapan etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan
selain mengacu pada lAndasan umum tentang etika juga berlAndasan pada kode
etik PNS, Baik kode etik sebagai diri sendiri, sebagai anggota asyarakat, maupun
sebagai warga masyarakat.
Manfaat etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan antara lain
adalah :
1. Meningkatkan personal branding penyelenggara pelatihan sehingga akan
meningkatkan
personal branding organisasi sehingga kinerja penyelenggaraan pelathan lebih
optimal
2. Iklim kerja akan kondusif, karena masing-masing pihak menjunjung nilai-nilai
integritas dan etika sehingga hubungan kerja lebih haronis.
3. Kerjasama akan lebih efektif, iIklim kerja lebih kondusif, karena asing-masing
individu menerapkan etika dan integritas dalam meaksanakan tugas dan
fungsinya.
4. Lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja. Karena asing-masing individu mampu
menciptakan gagasan dan Tindakan yang memberikan nilai tambah bagi
orgaisasi tanpa paksaan.
5. Masing-masing anggota dalam organisasi lebih menunukan keluwesan dalam
bersikap dan berperilaku.
F. Evaluasi

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 36


PELATIHAN
Guna mengetahui tingkat pemahaman dalam bab 2 modul ini maka kerjakanlah
soal di bawah ini. Bacalah soal dengan seksama dan pilihlah satu jawaban yang
benar.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 37


PELATIHAN
1. Indra seorang penyelenggara pelatihan Latsar CPNS, yang sedang menyapkan
ATK di ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran klas klasikal hari ini. Tiba-tiba
Widyaiswara masuk sambil mengucapkan selamat pagi Mas Indra. Indra diam,
tidak menjawab dan tetap berkonsentrasi pada pekerjaannya. Perilaku indra
tersebut melanggar :
A. Etiket
B. Etika
C. Norma
D. Moral
2. Berikut ini yang merupakan pengertian etika adalah :
A. Etika menyangkut cara perbuatan suatu dilakukan, berlaku dalam pergaulan
sehari- hari.
B. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar.
C. Etika merupakan perwujudan dari kode etik profesi.
D. Etika merupakan petunjuk seseorang bertindak dan berperilaku
3. Banyak pengertian tentang integritas, berikut ini yang merupakan salah satu
pengertian integritas adalah :
A. Integritas adalah sebuah konsep dari tindakan konsekuensi, nilai, metode,
prinsip, ekspektasi dan pengeluaran.
B. Integritas adalah apa yang dikatakan dilakukan
C. Integritas adalah aplikasi dari komitmen
D. Integritas adalah bagian dari etika.
4. Seseorang dsisebut berintegritas apabila memenuhi variabel integritas. Berikut
ini yang merupakan unsur integritas antara lain :
A. Menahan diri untuk tidak melakukan hal buruk, secara aktif memilih tindakan
tertentu untuk menjaga integritas diri, memiliki konsep diri berkaitan dengan
integritas diri,
B. Konsisten, hipokrit, seiya sekata dan seperbuatan
C. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk dalam bekerja secara
berkelompok
D. Apa yang dipikirkan dan dilakukan sesuai.

Membangun Personal Branding


untuk Meraih Kesuksesan
melalui habituasi etika dan
MODUL ETIKA DANintegritas
INTEGRITAS
diri. 38
PELATIHAN
BAB III

PERSONAL BRANDING PENYELENGGARA PELATIHAN

Indikator hasil belajar : Setelah selesai membaca bab 3 dalam modul ini Anda
diharapkan mampu membangun Personal Branding Penyelenggara
Pelatihan

A. Pengertian dan manfaat Personal Branding bagi Penyelenggara Pelatihan


Sebelum berbicara tentang pengertian dan manfaat personal branding bagi
penyelenggara pelatihan, berikut akan dibahas tentang siapa penyelenggara
pelatihan serta tugas dan peranannya. Penyelenggara/pelaksana pelatihan adalah
orang yang diberikan tugas dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pelatihan secara profesional untuk mencapai kinerja organisasi.
Penyelenggara Pelatihan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat
Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM), Kepala Badan Pelatihan, atau
Kepala Balai Pelatihan ( hal ini tergantung dari nomenklatur di Lembaga Pelatihan
dalam peningkatan kometensi Sumber Daya Manusia. Dalam surat tersebut diatur
tugas, kwajiban dan wewenang serta struktur organisasi yang memiliki hubungan
komando. Pada masing-masing Lembaga Pelatihan terdapat perbedaan dalam
nomenklaturnya. Salah satu contoh struktur penyelenggara pelatihan ( dirangkum
dari beberapa sumber serta pengalaman penulis) tersebut meliputi :
1. Pembina/Pengarah
Bertugas menentukan arah/sasaran yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan Pelatihan.
2. Penanggungjawab.
Bertanggung jawab atas keseluruhan
pelaksanaan Penyelengaraan Pelatihan
3. Ketua Pelaksana
Bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan pelatihan, mengawasi,
membina, dan memberikan bimbingan serta asuhan pada peserta maupun
Tim
4. Pelaksana Urusan Pengajaran
Bertanggung jawab atas pelaksanaan program Pelatihan yang meliputi
Penyusunan Jadwal Pelatihan, Bimbingan, Kunjungan, Pengaturan
Diskusi/Seminar, Jadwal Ujian dan memantau kesiapan
Widyaiswara/Widyaiswara luar biasa, coach dan mengambil langkah-langkah
positif bila terjadi kekosongan;
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 39
PELATIHAN
5. Pelaksana Urusan Keuangan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 40


PELATIHAN
Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi keuangan pelaksanaan
Pelatihan, menyelesaikan pertanggungjawaban keuangan Pelatihan sesuai
ketentuan yang berlaku.
6. Pelaksana Urusan Administrasi
Pelaksana urusan andmiistrasi bertanggung jawab terhadap kebutuhan
perangkat- perangkat pelaksanaan Pelatihan, menghimpun persyaratan
administrasi (dosir) peserta, dan menghimpun serta menyusun dokumen-
dokumen pelaksanaan Pelatihan
7. Pelaksana Urusan Evaluasi
bertugas menyiapkan bahan-bahan instrument evaluasi pelaksanaan
Pelatihan (baik evaluasi secara daring maupun luring, meliputi penilaian
peserta terhadap Pengajar/Widyaiswara, Penilaian Peserta terhadap Panitia
Pelaksana dan penilaian antar peserta selama berlangsungnya Pelatihan,
penilaian terhadap peserta selama proses dan akhir Pelatihan. Memastikan
peserta mengisi evaluasi tentang penyelenggaraan dan pengajar melalui SIM
Pelatihan, membuat rekap hasil evaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi
sesuai dengan wewenangnya.
8. Pelaksana Urusan Perlengkapan
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasional kegiatan umum yang
meliputi kelengkapan kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan,
penyelenggaraan acara pembukaan/penutupan, penyiapan tempat kuliah/
akomodasi, kesejahteraan peserta serta terlaksananya kelancaran kesiapan
prasarana dan sarana Pelatihan, mengatur dan menyiapkan sarana/alat bantu
proses belajar mengajar serta menyiapkan kebutuhan olah raga, kesehatan
dan dukungan operasional sekretariat.
9. Pelaksana Urusan IT
Bertanggung jawab terhadap kelancaran akses jaringan dan data internet
selama kegiatan Pelatihan berjalan.
10. Pelaksana Umum
Pelaksana umum terdiri dari tim piket, tim Kesehatan , tenaga kebersihan,
tugas masing-masing.
Peran dan tugas penyelenggara pelatihan sangat menentukan dalam
mensukseskan kesuksesan penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena itu penting
bagi penyelenggara pelatihan memiliki citra diri yang positif. Citra diri positif
penyelenggara pelatihan perlu dioptimalkan melalui personal branding. Apakah

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 41


PELATIHAN
personal branding, fungsi personal

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 42


PELATIHAN
branding serta tips membengun personal branding dalam citra diri
penyelenggara pelatihan akan di bahas dalam materi pokok berikut ini.
Pernahkan Anda mendengar kata personal branding? Tidak asing bagi Anda
bukan? Jika seseorang menanyakan tentang air mineral, apakah yang ada dalam
benak Anda? Aqua itu yang ada di dalam otak Anda bukan? Kata Aqua
merupakan sebuah merek atau brand yang sudah dikenal baik dalam maupun
luar negeri. Lalu apakah brand itu? Sebagian orang mengartikannya sebagai
merek. Sebagian lainnya mengatakan bahwa adalah desain dari sebuah entitas
bisnis, berupa logo, warna, tagline.. Pada awalnya kata brand atau merek adalah
nama dari produk atau jasa yang berasal dari sumber yang spesifik. Dengan
menggunakan pengertian ini, kata brand sendiri sama artinya dengan istilah
“trademark” atau merek dagang. Sedangkan David Ogylvy (2020) berpendapat
bahwa brand kumpulan atribut yang berwujud dalam sebuah produk. Allend
Herlambang ( 2017) mengatakan bahwa brand atau merek adalah lebih dari
sekedar desain, namun brand adalah kumpulan atribut fisik, emosi, pemahaman
logis, karakteristik, performa, aset, dan janji dari sebuah produk dan jasa.
Marilah kita jawab pertanyaan berikut dan kita kaitkan dengan definisi di atas.
Pernahkah Anda membayangkan merk mobil inova? Apakah yang Anda pikirkan?
Mobil yang diidentikan dengan pejabat, karena merupakan kendaraan dinas para
JPT Pratama atau pejabat Administrator. Lalu sekarang apakah yang Anda
rasakan dengan mobil inova? Bandingkan dengan produk mobil yang ke dua
berikut. Coba sekarang pikirkan sebuah produk mobil avansa. Mobil avansa
banyak dimiliki oleh kalangan menengah dan banyak digunakan untuk gojek.
Bagaimana perasaan Anda mengendarai mobil avansa? Nah… pengalaman
tersebut akan menciptakan persepsi dikepala Anda tentang sebuah produk.
Setiap produk dan jasa memiliki ciri khas dan karakteristik uniknya, yang akan
membuat persepsi berbeda terhadap produk dan jasa yang lain. Berdasarkan
ilustrasi tentang brand di atas apakah kata brand hanya dikenal didunia bisnis
saja? Tentu saja tidak bukan? Sebagai penyelenggara pelatihan apakah Anda
ingin juga dikenal oleh orang lain? Oleh karena itu penyelenggara pelatihan juga
memerlukan kegiatan membranding diri sendiri agar dikenal olehorang lain
stakeholdernya.
Lalu apakah branding itu? Samakah antara brand dengan branding? Menurut
Kotler & Keller (2015) dalam Prajasa (https://projasaweb.com/branding) brand
adalah logo ataupun symbol yang dibubuhkan dalam sebuah produk. Sedangkan
pengertian branding secara sederhana dapat memberikan kekuatan pada produk
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 43
PELATIHAN
maupun layanan, yang dapat

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 44


PELATIHAN
membedakan satu produk dengan produk yang lainnya. Berdasarkan etimologinya
branding berasal dari kata brand yang artinya kegiatan yang dilakukan untuk
memperbesar brand tertentu. Sedangkan menurut Marty Neumeier (2014) adalah
segala sesuatu atau program yang dirancang untuk meningkatkan nilai atau
hindari komoditasi dengan membangun merek yang berbeda, hal ini juga
tergantung pada mengapa sebuah produk sangat layak dianggap sebagai sebuah
karya yang sangat menakjubkan. Dengan memiliki keistimewaan, maka publik
akan lebih mempercayainya. Terdapat beberapa jenis branding diantaranya adalah
product branding, cultural branding, geographic branding, corporate branding
,personal branding dan lain sebagainya. Dalam modul ini yang akan dibahas
adalah personal brading. Lalu apakah personal branding itu?
Menurut Haroen (2014), personal branding adalah proses membentuk
persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki seseorang, seperti
kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan bagaimana semua itu menciptakan
persepsi positif dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran.
Personal branding adalah sebuah seni dalam menarik dan memelihara lebih
banyak klien dengan cara membentuk persepsi publik secara aktif. (Montoya,
2002). Sedangkan Mobray perbendapat bahwa Personal branding adalah
kemampuan menggunakan atribut-atribut secara bebas yang menunjukkan
kemampuan Anda dalam mengatur harapan-harapan yang ingin orang lain terima
dalam pertemuannya dengan Anda. (Mobray, 2009). Ronald Susanto berpendapat
Personal branding adalah suatu proses membentuk persepsi masyarakat
terhadap aspek- aspek yang dimiliki oleh seseorang, diantaranya adalah
kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai, dan bagaimana stimulus-stimulus ini
menimbulkan pesepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai alat pemasaran. (Ronald Susato, 2010). Dari beberapa
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa personal branding
merupakan persepsi orang lain terhadap diri Anda yang berkaitan dengan
kepribadian, kemampuan, prestasi yang dibangun dalam diri Anda.

Personal branding = CITRA DIRI seseorang.


Personal branding adalah kegiatan ceritera pada orang lain siapa
diri kita.

Citra diri penyelenggara pelatihan yang seperti apakah yang dapat memperikan
layanan prima kepada stake holder dalam pelatihan?

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 45


PELATIHAN
B. Peranan Personal Branding dalam membangun citra diri
Sebelum membahas tentang peranan personal branding , maka dalam sub bab ini
akan dibahas tentanga citra diri. Apakah citra diri itu ? Menurut Burns (1993) citra
diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk yang berfisik. Citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik
fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh,
cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik. Pendapat ini senada
dengan pendapat Susanto (2001), bahwa citra diri merupakan konsep yang
kompleks meliputi kepribadian, karakter, tubuh dan penampilan individu. Jersild
mendefinisikan Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri,
bagaimana bayangan atau gambaran tentang diri seseorang individu itu sendiri
mengenai dirinya (Jersild, 1961). Berkaitan dengan hal ini Jersild mendeskripskan
bahwa citra diri memiliki komponen-komponen diantaranya.
1. Perseptual Component yakni image yang dimiliki oleh seseorang mengenai
penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain.
tercakup didalamnya adalah attracttiviness, appropriatiness, yang berhubungan
dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh
seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut
disukai oleh orang lain, komponen ini disebut physical self image.
2. Conseptual Component, komponen ini merupakan konsepsi seseorang mengenai
karakteristik dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan, dan keterbatasan dirinya.
Komponen ini disebut psychological self image.
3. Attitudional Component
Komponen ini merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya,
status, dan pandangan terhadap orang lain, komponen ini disebut sebagai social
self image.
Berbicara tentang citra diri, terdapat citra diri positif dan citra diri negatif. Menurut James
K.Van fleet (1997) merupakan tokoh terkemuka dalam bidang psikologi teknik
motivasi. Mengidentifikasikan citra diri yang positif dan negatif, yaitu :
a. Citra Diri Positif. Beberapa karakteristik citra diri positif antara lain : 1) memiliki rasa
percaya diri yang kuat, 2) berorientasi pada ambisi yang kuat dan mampu
menentukan sasaran hidup,
3) terorganisir dengan baik dan efisien (tidak terombangambing lagi tanpa tujuan
dari hari ke hari) serta bersikap mampu, 5) memiliki kepribadian yang
menyenangkan dan mampu mengendalikan diri.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 46


PELATIHAN
b. Citra Diri Negatif, beberapa karakteristik citra diri negative antara lain : 1) merasa
rendah diri,2) kurang memiliki dorongan dan semangat hidup, 3) lebih suka
menunda waktu, 4) memiliki lAndasan yang pesimistik dan emosi negative, 5)
pemalu dan menyendiri, 6) hanya memiliki kepuasan sendiri dan lain-lain.
Mengacu pada jenis citra diri di atas, sebagai Penyelenggara Pelatihan tentunya Anda
akan memilih sebagai citra diri yang positif. Bagaimanakah citra diri positif
penyelenggara pelatihan ? Karakteristik citra diri positif penyelenggara pelatihan yang
harus anda miliki antara lain :
1) Memiliki gambaran yang jelas tentang masa depannya sebagai penyelenggara
pelatihan
2) Professional dalam bekerja
3) Memiliki rasa percaya diri yang kuat dan optimis
4) Berorientasi pada ambisi yang kuat dan mampu menentukan sasaran hidup,
5) Terorganisir dengan baik dan efisien.
6) Memiliki kepribadian yang menyenangkan dan mampu mengendalikan diri.
7) Yakin dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi, baik terkait dengan
masalah pekerjaan maupun masalah pribadi
8) Mampu segera bangkit dari kegagalan.
9) Selalu berusaha peningkatan potensi diri sendiri.
10) Melihat diri Anda sebagai orang yang menarik dan diinginkan.
11) Melihat orang yang bahagia dan sehat ketika Anda melihat ke cermin.
12) Percaya bahwa Anda setidaknya agak dekat dengan versi ideal Anda sendiri.
13) Berpikir bahwa orang lain menganggap Anda sebagai orang yang selalu di atas.

Bagaimana Anda mewujudkan citra diri Anda yang positif tersebut? Personal branding
adalah salah satu jawabannya. Anda mengenal sosok Bob sadino? Tentu saja sangat
mengenal bukan? Mengapa Anda mengenal beliau? Karena beliau memiliki citra diri
positif dan personal branding yang kuat. Bagaimana dengan sosok Arie Ginanjar?
Anda mengenalnya? Yach tentu Anda
Membangu mengenal dengan baik. Mengapa Anda mengenalnya?
n citra diri
penyelenggara Jawabannya sama beliau memiliki citra diri positif dan
Pelatihan barnd kuat yang diwujudkan dalam personal brandingnya.
melalu
Jadi apakah manfaat personal branding itu? Apakah
i personal
branding penyelenggara pelatihan perlu memiliki personal branding?
Manfaat personal branding antara lain ( dirangkum dari beberapa sumber) sebagai berikut
:

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 47


PELATIHAN
1. Meningkatkan Kepercayaan Orang Lain pada Anda

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 48


PELATIHAN
Personal branding membuat orang lain lebih mengenal Anda. Walaupun mereka
belum pernah bertemu dengan Anda secara langsung. Hasilnya, kepercayaan orang
lain pada akan meningkat karena Anda bukanlah orang asing lagi, karena Anda
dapat dikenali dimanapun termasuk di media massa.
2. Memperkuat kredibilitas Anda
Kridibilitas adalah sebuah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan
kepercayaan pada orang lain. Dengan personal branding membuat orang lain bisa
dengan mudah melihat berbagai pencapaian Anda, sehingga kredibilitas Anda akan
menguat karena memang sudah ada buktinya. Anda telah mampu menunjukan bard
Anda. Dengan brand Anda akan mudah dikenal orang lain. Misalnya Agnez berhasil
meraih penghargaan dua tahun berturut-turut atas penampilannya di ajang Asia Song
Festival di Seoul, Korea Selatan. Disamping itu agnes monika juga menjadi duta
narkoba. Penampilan agnes monika selalu muncul dalam sosial media. Nah
bagaimana dengan Anda?
3. Membangun rasa percaya diri
Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang
yang memiliki rasa percaya diri pasti memiliki kelebihan yang dapat diAndalkan
Jika Anda bisa memaksimalkan personal branding, Anda bisa lebih semangat dan
maksimal dalam mengerjakan sesuatu. Sebab, Anda merasa percaya diri dengan
keahlian yang dimiliki.
4. Memperluas koneksi Anda karena Anda sudah mendapat pengakuan dari pihak lain.
Di era digital ini, personal branding bisa dengan mudah meningkatkan eksposur Anda.
Dengan Anda aktif melakukan networking/ jejaring kerja maka jejaring kerja sangat
luas sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan Anda.
5. Dapatkan pengakuan dari pihak lain sehingga memudahkan Anda dalam meraih
kesuksesan, baik dalam bidang pekerjaan nda maupun dalam bidang lainnya.
Berbagai cara dapat Anda lakukan dalam hal ini antara lain menguplode kegiatan
Anda di media sosial yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan,mulai dari
kegiatan persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan lain sebagainya. Di samping itu
kegiatan-kegiatan lain yang dapat menambah personal bradng Anda misalnya saat
Anda menikuti pelatihan, diskusi, debat dan kegiatan lain dalam meningkatkan
kompetensi. Di samping itu kegiatan sosial lainnya.
Berdasarkan uraian manfaat di atas, jelas personal branding akan meningkatkan citra
diri Anda, baik sebagai pribadi, maupun sebagai penyelenggara Pelatihan yang pada

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 49


PELATIHAN
akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi Anda. Personal branding merupakan
salah satu cara untuk

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 50


PELATIHAN
mempromosikan citra diri Anda sebagai pribadi maupun sebagai penyelenggara
pelatihan. Fungsi personal branding sebagai usaha untuk menunjukan kemampuan
keunikan, spesialisasi dan citra diri yang Anda miliki. Hal ini disebabkan personal
branding sebagai pengenal Anda kepada orang lain, sebagai bentuk promosi atas
daya tarik, dan membangun citra diri, pertanggunjawaban dan bentuk janji terhadap
pelanggan ( M. Fadhol Tomimy:2017). Oleh karena itu perlu membangun personal
branding secara terencana dan terprogram. Bagaimana caranya? Berikut ini disajikan
beberapa tips sebagai berikut :
C. Cara membangun personal branding Penyelenggara pelatihan
Membangun citra diri seperti membangun brand diri sehingga bukan hanya
masalah membuat desain, nama, logo, tagline, maupun elemen visual lainnya. Namun
membangun brand membutuhkan konsistensi dalam mengintegrasikan elemen yang
membentuk citra diri secara efektif. Tujuan utama dalam membangun brand adalah
agar brand dalam bentuk citra diri Anda mampu menancap dengan kuat dalam pikiran
bawah sadar pelanggan Anda, sehingga mereka akan loyal dan mempromosikan Anda
dan Organisasi Anda. Personal branding akan membantu Anda dalam
mempromosikan citra diri Anda. Personal branding bukan hasil bim salabim, namun
harus dilakukan secara terencana, terorganisir, konsisten dan dilakukan dengan etika
dan integritas.
Bagaimanakah cara membangun brand Anda dalam hal ini personal branding Anda
sebagai penyelenggara pelatihan agar mampu memberikan layanan prima pada
pelanggan dan akan membangun brand Lembaga Pelatihan Anda? Berikut ini ada
beberapa tips yang perlu Anda lakukan ( diresume dari beberapa sumber literature
dan juga pengalaman penulis).
1. Kenalilah diri Anda sendiri, yang meliputi siapakah diri Anda ( dalam artian citra diri
Anda), kompetensi apakah yang Anda miliki, baik kompetensi teknis dalam bidang
pelatihan, kompetensi managerial maupun kompetensi sosio kultural. Kompetensi
apakah yang akan Anda tonjolkan dalam membangun citra diri Anda melalui
personal branding Anda.
2. Tentukan Tujuan Anda, Untuk apa Anda membangun citra diri melalui personal
branding Anda. Apakah tujuan kamu agar dikenal oleh orang lain? Untuk ini Anda
dapat mencari tokoh idola yang telah mampu membranding dirinya melalui personal
branding.
3. Tampilkan citra diri Anda secara benar, artinya Anda harus berintegritas dalam arti
apa yang Anda pikirkan, lakukan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Tampilkan
citra dirimu sesuai dengan portofolio Anda. Tidak ada kebohongan publik.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 51
PELATIHAN
4. Promosikan diri Anda melalui media sosial yang professional. Pilih media sosial
yang akan Anda gunakan dalam membranding citra diri Anda yang positif dalam
penyelenggaraan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 52


PELATIHAN
pelatihan. Banyak media sosial yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan
personal branding Anda, misalnya dengan membuar web side, LMS, akun Youtobe,
akun Facebook, IG, Line dan lain sebagainya. Andapun bisa bergabung dengan
group-group WA, Line , telegram, signal dan lain sebagainya untuk mempromisikan
diri Anda.
5. Mempromosikan diri Anda juga dengan cara melaksanakan kegiatan pelayanan
penyelenggaraan dengan menjunjung nilai etika dan integritas. Pelayanan tersebut
baik dengan peserta pelatihan, pengelola pelatihan, pengajar, sesama
penyelenggara, stake holder dan tamu yang datang ke tempat pelatihan. Ingat
perilaku Anda akan membangun citra diri Anda.
6. Bangun net working dan saling berkolaborasi dalam meningkatkan citra diri daan
dalam melaksanakan tugas sebagai penyelenggara pelatihan yang professional.
Jejaring dapat Anda lakukan melalui sosial media. Lembaga-lembaga pelatihan baik
diintansi pemerintah maupun swasta telah membangun branding organisasi melalui
sosial media. Anda tinggal bergabung dengan link yang disediakan dan rutin
melakukan jejaring kerja sesuai dengan tujuan pribadi dan Lembaga dalam rangka
mendukung penyelenggaraan pelatihan yang efektif dan efisien.
7. Lakukan benchmarking baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan
penyelenggaraan pelatihan. Hal ini akan meningkatkan kredibilitas Anda dan
Lembaga Anda dalam penyelenggaraan pelatihan.
8. Lakukan evaluasi terus menerus guna memperoleh feedback dalam membangun
personal branding.
D. Latihan
Berdasarkan uraian tentang Langkah-langkah membangun personal branding, coba
buatlah sebuah rancangan dalam membangun personal branding sebagai seorang
Penyelenggara Pelatihan agar Anda mampu meingkatkan branding Lembaga Pelatihan
Anda.
E. Rangkuman
Personal branding merupakan persepsi orang lain terhadap diri Anda yang berkaitan
dengan kepribadian, kemampuan, prestasi yang dibangun dalam diri Anda. Persoal
branding merupakan citra dri Anda. Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat
dirinya sendiri, bagaimana bayangan atau gambaran tentang diri seseorang individu
itu sendiri mengenai dirinya. Citra diri memiliki komponen-komponen (1) Perseptual
Component , (2) Conseptual Component, (3) dan attitudional Component. Citra diri
dapat dibangun melalui personal branding. Personal branding perlu dibangun karena

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 53


PELATIHAN
personal branding merupakan image /citra

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 54


PELATIHAN
diri yang ingin kita ciptakan untuk membangun persepsi orang lain atau masyarakat
terhadap diri kita, sehingga mampu mendukung kesuksesan kita.
Cara membangun personal branding antara lain :
1. Kenalilah diri Anda sendiri, yang meliputi siapakah diri Anda ( dalam artian citra diri
Anda), kompetensi apakah yang Anda miliki.
2. Tentukan Tujuan Anda, Untuk apa Anda membangun citra diri melalui personal
branding
Anda.
3. Tampilkan citra diri Anda secara benar, artinya Anda harus berintegritas dalam arti
apa yang Anda pikirkan, lakukan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran.
4. Promosikan diri Anda melalui media sosial yang professional.
5. Mempromosikan diri Anda juga dengan cara melaksanakan kegiatan pelayanan
penyelenggaraan dengan menjunjung nilai etika dan integritas.
6. Bangun net working dan saling berkolaborasi dalam meningkatkan citra diri dan
dalam melaksanakan tugas sebagai penyelenggara pelatihan yang professional.
7. Lakukan benchmarking baik langsung maupun tidak langsung terkait
dengan penyelenggaraan pelatihan.
8. Lakukan evaluasi terus menerus guna memperoleh feedback dalam membangun
personal branding.
F. Evaluasi
Guna memahami tingkat pencapaian kompetensi Anda silahkan kerjakan evaluasi berikut
ini :
1. Berikut ini merupakan pengertian Personal Branding Penyelenggara Pelatihan adalah :
A. Personal branding adalah sebuah seni dalam menarik dan memelihara lebih
banyak klien dengan cara membentuk persepsi publik secara aktif.
B. Personal Branding adalah citra diri
C. Personal branding penyelenggara pelatihan adalah citra diri yang ditampilkan
oleh penyelenggara pelatihan dalam melayani peserta pelatihan, widyaiswara,
pengelola pelatihan, tamu undangan dan stake holder yang terkait dengan
penyelenggaraan pelatihan.
D. Personal branding adalah mengiklankan diri Anda sendiri
2. Salah satu cara untuk mempromosikan citra diri Anda adalah melalui :
A. Bekerja dengan menerapkan etika
B. Bekerja menerapkan integritas
C. Membangun Personal branding

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 55


PELATIHAN
D. Bekerja sesuai dengan tugas penyelenggara pelatihan.
3. Penyelenggara pelatihan perlu memiliki citra diri. Berikut ini yang merupakan
pengertian citra diri penyelenggara pelatihan adalah :
A. Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri, bagaimana
bayangan atau gambaran tentang diri seseorang individu itu sendiri mengenai
dirinya
B. Citra diri positif yang diperankan oleh penyelenggara pelatihan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pelatihan.
C. Cermin penyelenggara pelatihan yang membedakannya dengan penyelenggara
yang lain.
D. Cara pandang diri Anda sebagai penyelenggara pelatihan terhadap diri Anda
sendiri.
4. Berikut ini yang merupakan contoh citra diri yang positif bagi penyelenggara
pelatihan adalah :
A. Menerapkan nilai- nilai etika dalam pelayanan kepada pelanggan.
B. Menegur peserta yang kurang disiplin di depan umum
C. Menerapkan nilai-nilai etika dalam pelayanan
D. Menerapkan nilai-nilai etika dan integritas dalam pelayanan penyelenggaraan
pelatihan.

Integritas merupakan penjaga


moral dan hati Nurani
Etika merupakan panduan bertindak

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 56


PELATIHAN
BAB IV

PENERAPAN ETIKA DAN INTEGRITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Indikator hasil belajar : Setelah membaca bab 4 modul ini Anda diharapkan
mampu mencontohkan penerapan etika dan Integritas dalam
penyelenggaraan pelatihan

Seseorang yang sifatnya baik dalam artian memiliki etika dan moral yang baik tanpa
memiliki integritas, hanya bermanfaat bagi dirinya. Artinya belum dapat mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu pentingnya penerapan etika dan integritas dalam
segala kegiatan, termasuk dalam penyelenggaraan pelatihan. Penerapan etika dan
integritas dalam penyelenggaraan pelatihan oleh penyelenggara pelatihan mengacu pada
kode etik PNS, baik kode etik PNS dalam bernegara, etika PNS dalam bermasyarakat,
etika PNS dalam berorganisasi, etika PNS terhadap sesama PNS dan etika PNS
terhadap diri sendiri. Dalam hal ini Anda diharapkan mampu mengaktualisasikannya
dalam bentuk contoh-contoh penerapan etika dan integritas dalam penyelenggaraan
pelatihan. Agar memudahkan dalam pembahasan dalam modul ini, maka implementasi
etika dan integritas menjadi bagian yang takterpisahkan dalam pembahasan. Karena
Integritas merupakan penjaga moral dan hati Nurani sedangkan etika merupakan
panduan bertindak dan berperilaku. Agar memudahkan Anda dalam memahaminya akan
disajikan beberapa kasus yang terjadi dalam penyelenggaraan pelatihan yang terkait
dengan penerapan etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan. Penerapan
etika dan integritas tersebut baik dalam tahapan persiapan penyelenggaraan pelatihan,
pelaksanaan pelatihan dan pelaporan seperti yang dijelaskan dalam modul Administrasi
Pelatihan. Dalam pembahasannya akan ditampilkan kasus- kasus yang terkait dengan
etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan. Tugas Anda adalah menganalisis
terkait dengan implementasi dalam penerapan etika dalam penyelenggaraan pelatihan
yang terkait dengan kasus, apakah terkait dengan tahap persiapan, pelaksanaan maupun
dalam pelaporan. Selanjudnya Anda dapat memperoleh lesson learn dari kasus yang
disajikan. Ahirnya dapat diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan.
A. Penerapan Etika dalam Penyelenggaraan Pelatihan
Anda masih ingat dengan materi yang dibahas dalam Administrasi Pelatihan bukan?
Mengapa penguasaan di modul Administrasi Pelatihan sangat diperlukan dalam
menginternaliasi etika dan integritas dalam penyelenggaraan Pelatihan. Banyak contoh-
contoh penerapan etika dan integritas terkait dengan melaksanakan Administrasi Pelatihan.
Pembahasan akan dititik beratkan pada kasus

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 57


PELATIHAN
dalam tahap persiapan pelaksanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan pelaporan dalam
penyelenggaraan pelatihan.
1. Penerapan Etika dalam persiapan pelaksanaan pelatihan
Penyelenggaraan kegiatan pelatihan merupakan kerja tim yang sangat diperlukan
kerjasama yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraannya. Baik Kerjasama antara
pengelola pelatihan, tenaga pengajar, penyelenggara pelatihan, peserta pelatihan serta
unsur lain yang mendukung penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena itu perlu
direncanakan secara sistimatis dan terstruktur. Sebelum pelaksanaan Pelatihan tentunya
Anda bersama tim akan membuat persiapan penyelenggaraan secara optimal. Ingat
proses tidak akan mengkhianati hasil. Itulah mengapa, jangan pernah melalaikan
persiapan dan bingkailah dengan baik. Dalam kegiatan persiapan melibatkan seluruh
penyelenggara pelatihan. Kegiatan ini akan efektif apabila masing-masing pihak
menerapkan etika dalam penyelenggaraan pelatihan. Ingat etika yang dimaksud dalam
modul ini adalah etika yang merupakan panduan kerja bagi penyelenggara pelatihan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Landasan pelaksanaan etika mengacu pada
Kode Etik PNS sebagai landasan Anda dalam melaksakanakan etika dalam bekerja
selaku penyelenggara Pelatihan. Etika jenis ini termasuk jenis etika normatif merupakan
jenis etika yang berusaha menetapkan berbagai tingkah laku dan pola perilaku baik yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang mempunyai
nilai moral untuk dianggap dalam suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini kelompok
masyarakat pelatihan. Di samping merupakan jenis etika normatif juga merupakan jenis
etika professional. Etika profesional merupakan jenis etika yang dikenakan pada pegawai
, atau sebagai anggota profesi tertentu. Misalnya,PNS, jurnalis, dokter, pengacara, dan
lain-lain. Jenis Etika yang satu ini dapat bersifat dipaksakan ketika seseorang adalah
bagian dari lingkungan profesional atau ketika seseorang sedang dilatih atau dididik untuk
bekerja untuk profesi tertentu. Apabila etika profesional tidak dipatuhi, maka dapat
merusak reputasi profesional orang yang tidak patuh tersebut. Demikian juga
penerapannya dalam kegiatan penyelenggaraan pelatihan.
Guna lebih mempermudah Anda dalam menginternalisasi nilai-nilai etika dalam
penyelenggaraan pelatihan berikut disajikan kasus yang terkait dengan etika dalam
penyelenggaraan pelatihan. Tugas Anda adalah menganalisis kasus berikut (1) apakah
tokoh-tokoh dalam kasus tersebut menerapkan nilai-nilai etika dalam pekerjaannya? (2)
siapakah yang menjunjung nilai-nilai etika dalam bekerja? Mengapa? Jelaskan jawaban
Saudara (3) nilai etika apakah yang mereka terapkan? (4) pelajaran apakah yang Anda
peroleh dari kasus tersebut? Mari kita cermati kasus berikut :

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 58


PELATIHAN
Evadewi sebagai pelaksana urusan administrasi sedang menyiapkan agenda rapat untuk
persiapan penyelenggaraan pelatihan. Dia mempelajari ceklist apa saja yang harus
dipersiapkan dalam rapat persiapan penyelenggaraan pelatihan Latsar blanded learning. Dia
juga mempelajari Salinan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor:
93/k.1/pdp.07/2021 tentang pedoman penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil, sebagai pedoman dalam mempersiapkan agenda rapat dan hal-hal apakah
yang akan dipersiapkan dalam tahap persiapan. Tiba-tiba Hariswadi pelaksana urusan
tenaga pengajar mendatanginya sambil menanyakan :” kok sibuk banget. Ngapain sibuk,
khan belum ada perintah ketua pelaksana untuk menyiapkan terkait dengan rapat persiapan.
Kita khan hanya pelaksana, kenapa mesti repot, harusnya ketua pelaksana yang punya
inisiatif”. Denywijaya bagian IT ikut nimbrung,” iya tuh ngapain sibuk-sibuk gitu, tunggu dong
arahan dari ketua pelaksana. Ahhhh tidak usah carmuk ah. Udah punya muka kok masih
cari muka” . Ha ha ha ha sambil ngeloyot pergi.

Evadewi tersenyum mendengarkan celotehan ke dua temannya. “Wahhhhh tumben temen-


temenku ini sewot, biasanya kalian yang rajin mengingatkan ke saya untuk mempersiapkan
persiapan rapat”. Mengapa sekarang kok aneh ? Ayolah sobat, kita sudah mendapat Surat
Perintah dari Pimpinan sebagai Tim Penyelenggara Pelatihan khan ? Ada apa dengan
kalihan?” Denywijaya tersenyum sinis, he he malas aku, ketua pelaksannya dia. Dia khan
lebih mudah dari kita. Hanya karena Pendidikan dia lebih tinggi terus dikasikan jabatan ketua
pelaksana”.Jawabnya ketus.” He he jangan gitu kawan”. Kata Evadewi. “Yuk kita lebih
professional. Ini kerja tim, yuk kita persiapkan matang-matang”.

Anda sepakat bahwa Evadewi telah menerapkan etika dalam bekerja? Beberapa Etika
yang diterapkan Evadewi persiapan penyelenggaraan pelatihan dan dilanggar oleh ke
dua temannya terlihat dalam tabel berikut :
Analisis penerapan Etika dalam kasus Persiapan Pelaksanaan Pelatihan.
No Etika yg diterapkan evadewi Etika yang Etika
dilanggar yang
hariswadi dilangga
r
denywijaya
1 Melaksanakan tugas dan wewenang Belum Belum
sesuai ketentuan yang berlaku. Sebagai melaksanakan melaksanakan
pelaksana urusan administrasi Evadewi tugas tugas
telah mempelajari berbagai aturan yang da da
terkait dengan penyelenggaraan n n
pelatihan Latsar Blanded learning dan wewenang wewenang
menyiapkan hal-hal yang yang
yang diperlukan dalam rapat berlaku, berlaku,
persiapannya. masin masin
g g
nunggu perintah nunggu
atasan. perinta
h atasan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 59


PELATIHAN
2 Bertindak dengan penuh kesungguhan Setelah menerima Tidak
dan ketulusan, setelah menerima Surat Surat Perintah melakuka
Perintah mencoba untuk mempelajari tidak n tidakan
uraian tugasnya dan mempersiapkan melaksanakan sesuai
hal-hal yang terkait dengan tugas yang tugas dengan
menjadi tugas dan da sura
tanggungjawabnya. n t perintah.
peranannya.
3 Saling menghormati antara teman Kurang Melecehkan
sejawat baik secara vertikal maupun menghormati pekerjaan
horizontal dalam unit kerja, instansi teman teman dan
maupun antar instansi. sejawat meremehka
Walaupun mendapat teguran yang keras , n
dari melecehkan ketua pelaksana

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 60


PELATIHAN
ke dua temannya, namun tetap senyum pekerjaan
dan menggunakan komunikasi positif, teman dan
sehingga meremehka
menghasilakan suasana yang harmonis. n
ketua pelaksana.
4 Menghargai perbedaan pendapat, Kurang Kurang
walaupun ke dua temannya tidak menghargai mengharagai
mendukung pekerjaan yang telah perbedaan perbedaan
dilakukan. Dia tetap memotivasi pendapat pendapat
temannya untuk menyelesikan denga denga
pekerjaannya n anggota tim n
anggota tim
lainnya
5 Menjaga dan menjalin kerjasama yang Memancing Terpancing
kooperatif sesama teman kerja dan konflik dengan konflik dengan
menghindari konflik kepentingan pribadi anggota tim yang teman tim yang
dan lain lain.
kelompok
6 Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas Acuh tak acuh Acuh tak acuh
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan,
dan sikap. Evadewi berusaha
mempelajari peraturan-peraturan yang
terkait dengan tugas pokok dan fungsi
dalam
penyelenggaraan pelatihan blanded
learning
7 Memiliki daya juang tinggi, membangun Santai Menunggu
etos kerja untuk meningkatkan kinerja menungg perintah ketua
organisasi u perintah kelompok
dengan bekerja secara optimal
8 Memiliki kopetensi dalam pelaksanaa Pasif tidak Belum
tugas, dengan berusaha melaksanakan menunjukan menunjukan
tugas secara kompetensinya kompetensinya.
optimal
9 Patuh dan taat terhadap standard Tidak melakukan Tidak
operasional dan tatakerja. Evadewi pekerjaan sesuai melaksanakan
mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tusinya tugas
dengan sesu
standar operasional procedure. ai
dengan tusinya.
10 Berorientasi pada upaya peningkatan Pasif,
kualitas kerja. Evadewi selalu berusaha belu
meningkatkan kwaitas kerjanya secara m melaksanakan
optimal pekerjaan
sesu
ai dengan tusinya
11 Mengembangkan pemikiran secara kreatif Mencari-cari Berpikiran
dan inovatif, dengan mempelajari aturan kesalahan negative dengan
yang ada dan membuat persiapan- oran encar
persiapan dalam g lain i kambing hitam
pelaksanaan tugasnya.

Beberapa penerapan etika dalam tahap persiapan penyelenggaraan pelatihan antara lain
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 61
PELATIHAN
dalam hal :
a. Seleksi administratif calon peserta
b. Pemberitahuan penyelenggaraan ke LAN dan dalam melakukan
koordinasi dalam persetujuan Lembaga Administrasi Negara.
c. Pemanggilan peserta, baik secara daring maupun luring
d. Rapat Koordinasi Penyelenggaraan
e. Penyampaian surat dan konfirmasi pengajar/penceramah

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 62


PELATIHAN
f. Persiapan pembukaan (re-checking) dan penutupan. Dan lain sebaginya.
Anda sebagai penyelenggara pelatihan dapat menggidentifikasi contoh-
contoh lain dalam penerapan etika dalam persiapan penyelenggraan
pelatihan.
2. Penerapan Etika dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelatihan.
Penerapan etika dalam pelaksanaan penyelenggaraan dapat anda lakukan dalam hal
melayani peserta pelatihan, melayani pengelola pelatihan, melayani tenaga pengajar
dan melayani tamu pelatihan ( baik tamu peserta, tamu tenaga pengajar maupun
tamu yang lainnya). Berikut ini akan dibahas satu persatu sebagai berikut:
a. Penerapan etika dalam melayani peserta pelatihan.
Berikut ini sebuah dialog antara penyelenggara pelatihan dengan peserta
pelatihan via telpon. Tugas Anda menganalisis dialog berikut dan menganalisis
apakah penyelenggara pelatihan menerapkan etika dalam dialog berikut.
Handin : Selamat pagi bu Ratri, mohon maaf mengganggu. Saya Handini,
calon
peserta latsar CPNS Angkatan X, apakah saya bisa
mendapatkan informasi berkaitan dengan penyelenggaraan
Latsar CPNS?
Ratri : Selamat pagi, senang menerima telpon Anda. Apa yang bisa
saya
bantu?
Handin : Saya baru saja menonton live streaming yang di selenggarakan
oleh
Pusbangkom Lembaga Administrasi Negara.Apakah ibu
bisa menjelaskan lebih lanjut kepada saya?
Ratri Anda sudah ikut kegiatan live streaming tentang sosialisasi
penyelenggaraan Latsar blanded learning. Mengapa mesti
menanyakan ke saya? Pastinya Anda sudah paham dari
penjelasan yang ada. Aneh, Orang seperti Anda bisa diterima
sebagai sebagai CPNS. Mau jadi apa negara ini, katanya
ketus.

Apakah Ratri menjunjung nilai etika dalam melayani calon peserta pelatihan? Anda setuju
bahwa Ratri kurang menerapkan nilai etika dalam melayani Handini sebagai calon
peserta pelatihan. Nilai etika apakah yang telah dilanggar oleh Ratri? Apakah dampaknya
bila calon peserta tidak dilayani dengan menjunjung nilai etika? Apakah dampaknya bagi
Anda sendiri sebagai penyelenggara pelatihan? Dan apakah dampaknya bagi organisasi
Anda? Di awal pembicaraan Ratri sangat sopan dan menjunjung nilai-nilai etika dalam
penyelenggaraan pelatihan. Namun di sisi lain Ratri juga melanggar nilai etika yakni
dalam hal memberikan pelayanan tidak secara cepat, tepat, terbuka, dan adil, namun
berlaku kurang sopan dan melukai harga diri peserta Pelatihan, disamping itu juga tidak
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 63
PELATIHAN
profesional dalam bekerja.
Ingat bahwa peserta pelatihan merupakan pelanggan dalam penyelenggaraan
pelatihan, oleh karena itu perlu mendapatkan layanan yang berbasis komitmen mutu,
yakni pelayanan sesuai

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 64


PELATIHAN
dengan strandart layanan atau bahkan melebihi standar yag telah ditentukan. Oleh
karena itu setiap petugas pelaksana pelatihan adalah sosok pribadi mutlak menjunjung
tinggi nilai etika yang kerja tinggi dalam memerikan pelayanan berorientasi kepada
kepuasan pelayanan yang dilandasi integritas yang tinggi. Oleh karena itu setiap petugas
pelaksana pelatihan harus memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun,
tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan, memberikan pelayanan secara cepat, tepat,
terbuka, dan adil, serta tidak diskriminatif, tanggap terhadap keadaan lingkungan
masyarakat, bersikap santun, arif bijaksana dalam memberikan pelayanan kepada para
peserta pelatihan sejak persiapan penyelenggaraan pelatihan, pelaksanaan pelatihan
sampai dengan pemulangan peserta ke tempat kerja mereka masing-masing. Ingat
beberapa ciri etika yang perlu diperhatikan dalam penerapan etika dalam
penyelenggaraan pelatihan. Beberapa ciri tersebut adalah : (1) etika tetap berlaku
meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan (2) etika sifatnya absolut atau mutlak
(3) etika terdapat cara pAndang dari sisi batin seseorang yang memilih perilaku baik
maupun buruk, (4) etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku seseorang baik
maupun buruk.
Berkaitan dengan hal tersebut etika tersebut perlu diterapkan para petugas
pelaksana pelatihan dalam melayani para peserta pelatihan, baik pelatihan yang
dilakukan dalam pembeljaran daring dan luring. Penerapan tersebut antara lain pada saat
melakukan kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
1) Pembelajaran Luring :
Beberapa penerapan etika yang dapat Anda lakukan dalam membelajaran yang
berbasis luring diantaranya adalah :
 Datang lebih cepat untuk menyiapkan daftar absen ( bila masih manual atau
mengecek mesin absen atau memastikan link absen ) link materi pelatihan,
 menyiapkan ruang belajar beserta prasarana dan sarana kelas sesuai dengan
kebutuhan widyaiswara dan peserta dalam proses pembelajaran.
 Mengatur tempat duduk peserta sesuai dengan arahan widyaiswara
 Melayani dengan senang hati para peserta sesuai tugas dan kewajiban
penyelenggara selama pelatihan.
 Melaporkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan kepada
asisten pengajarna , asisten administrasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
 Membantu peserta pelatihan dalam kegiatan proses pembelajaran.
 Memberikan informasi selengkap-lengkapnya yang berkaitan dengan kagiatan
proses pembelajaran dan hal lain yang dirasa sangat menunjang proses

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 65


PELATIHAN
pembelajaran.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 66


PELATIHAN
 Pelayanan penukaran tiket kedatangan dengan uang kontan dan pelayanan
pembelian tiket kepulangan peserta.
 Pelayanan penyerahan tiket ongkos kepulangan peserta dan surat tAnda tamat
mengikuti pelatihan dan lain-lain.
 Ingat yang terkait dengan hak dan kwajiban peserta harus transparant;
 Tekankan juga pada peraturan yang tidak membolehkan peserta untuk melakukan
gratifikasi, baik kepada penyelenggara pelatihan, panitya penyelenggara, coach,
mentor dan Widyaiswara.
Tentunya masih banyak lain kegiatan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan dalam
penerapan etika dalam pelaksanaan pelatihan.
2) Pembelajaran daring (dalam Jaringan) atau sering digunakan istilah syncrounus :
Dalam pembelajaran daringpun etika perlu diterapkan. Beberapa contoh penerapan
etika dan integritas dalam pelayanan terhadap peserta saat pembelajaran daring antara
lain :
a) Penjelasan media daring apakah yang akan dipergunakan selama daring, misalnya
dalam hal menggunaan LMS (Learning Management System), G Suite for Education
( Google Classrooms), Cisco Webex Meetings, Zoom Meeting, GOOGlle Meet.
Termasuk dalam penggunaan saat pembelajaran daring (syncronuse dan
unsyncrounus, menguplode penugasan dan mengunduh bahan ajar serta
pelaksanaan evaluasinya. Perlu kontak person petugas apabila ada permasalahan
yang dihadapi. Penjelasan ini sangat penting agar peserta benar-benar memahami
secara professional. Penjelasan ini dapat di lakukan oleh tim IT maupun oleh
penanggungjawab program akademis.
b) Pemberikan link zoom, atau link yang lain yang terkait dengan kegiatan pelatihan
Link tidak diberikan dalam waktu yang terlalu lama dan terlalu pendek dengan
jangka waktu pelaksanaannya. Dalam satu pelatihan sebaiknya ID dan password
tidak berganti-ganti agar memudahkan dalam pelaksanannya.
c) Penyelenggara yang berperan sebagai host hendaknya mengumumkan mulai jam
berapa link dibuka, dan informasi lain terkait dengan nama, nomor ID, Unit organisasi.
Pentingnya contak person host atau petugas lain yang terkait dengan jaringan.
d) Hanya peserta pelatihan dan penyelenggara , widyaiswara yang benar-benar
diizinkan masuk ke ruang Zoom dalam pembelajaran daring.
e) Pemberian fasilitas co-host bagi peserta pelatihan atau widyaiswara yang akan
melakukan
share screenshout.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 67


PELATIHAN
f) Pemberian informasi tentang fasilitas jaringan yang sedang digunakan sebelum
pembelajaran dimulai, misalnya terkait dengan mute/unmute, video, chat, risehand,
fasilitas breakoutroom dan sebagainya. Demikian juga link terkait dengan absen,
materi pelatihan, kapan boleh bertanya dan lain sebagainya.
g) Buat rekaman video pembelajaran daring, dan apabila ingin diuplode di youtobe
sebaiknya informasinya disampaikan kepada peserta, host, widyaiswara agar dapat
mempersapkan diri secara optimal.
h) Ingat jelaskan hak dan wajiban peserta secara transparant, seperti penggunaan
pulsa dan penggantian pulsa apabila disediakan, penggunaan video, kapan boleh
aktif dan tidak aktif.
Anda dapat mengidentifikasi contoh-contoh lain penerapan etika dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Pelatihan. Penerapan etika tersebut, baik dalam berinteraksi dengan
pengelola pelatihan, sesame penyelenggara pelatihan, tamu peserta pelatihan maupun
dengan penjamin mutu.
b. Penerapan etika dalam melayani tamu.
Tamu adalah orang yang berkunjung atau mengunjungi seseorang, lembaga atau
instusi tertentu, baik baik dengan maksud tertentu atau hanya sekerdar bersilaturrahim,
baik yang dikenal atau tidak dikenal, baik Muslim atau bukan, baik yang di undang
maupun yang tidak di undang. Saling berkunjung sesama kerabat, teman maupun
sejawat merupakan kebiasaan yang tak bisa
dihindari. Keinginan berkunjung dan dikunjungi selalu ada
di dalam kehidupan ini. Sehingga tamu tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan
pelatihanpun tidak menutup kemungkinan peserta ataupun
penyelenggara ataupun Widyaiswara juga kedatangan
tamu. Oleh karena itu etika menerima tamu juga sangat
diperlukan. Beberapa hal penerapan
etika dan interitas dalam penerimaan tamu yang perlu Anda lakukan dalam
penyelenggaraan pelatihan antara lain :
 Ingat jangan menbeda-bedakan tamu. Karena tamu adalah raja, dan ini melanggar
etika, baik etika dalam bekerja maupun etika dalam pergaulan;
 Mempersilahkan tamu di tempat yang telah disediakan, mempersilahkan dengan
sopan agar mengisi buku tamu, agar memahami siapa yang aka dijumpai dan
keperluan kunjungan, Igat sediakan pena untuk mengisinya;
 Apabila ingin bertemu dengan peserta pelatihan maupun dengan Widyaiswara atau

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 68


PELATIHAN
naras umber yang sedang mengajar, berikan penjelasan dengan sopan jam
penerimaan tamu.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 69


PELATIHAN
Tanyakan pula apakah tamu telah melakukan perjanjian dengan yang akan dijumpai,
untuk memudahkan penyampaian kepada yang akan dijumpainya. Demikian juga bila
ingin bertemu dengan pengelola pelatihan. Lakukan pengecekan apakah berkenan
untuk menerimanya.
 Menyerahkan lembar pengisian tamu kepada peserta atau widyaiswara yang akan
ditemuin oleh tamu saat jam pelatihan sitrahat. Ingat di dalam kelas, atau sampaikan
di WA Group peserta agar peserta bisa langung menemui tamu.
 Apabila penerima tamu tidak berkenan menerima tamu, sampaikan alasannya
dengan jelas dan transparan alasannya.
 Ingat kembalikan kartu identitas tamu, apabila tamu pulang, dan sebelumnya
identitas tamu sebaiknya difoto copy sebagai bahan dokumentasi.
c. Penerapan Etika dalam Melayani Tenaga Pengajar
Penerapan etika juga perlu diterapkan oleh penyelenggara dalam melayani tenaga
pengajar. Tenaga pengajar merupakan salah satu kunci utama dalam
penyelenggaraan pelatihan. Tenaga kepelatihan ini meliputi penceramah, pengajar,
dan pendamping. Pengajar merupakan Pegawai ASN atau non Pegawai ASN yang
memberikan informasi dan pengetahuan serta memfasilitasi Peserta dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengajar meliputi pengampu materi, penguji dan
coach serta mentor. Berikut ini disajikan sebuah dialog dari salah seorang
penyelenggara pelatihan terhadap salah seorang tenaga pengajar. Tugas Anda adalah
menganalisa apakah penyelenggara pelatihan menerapkan nilai etika dalam
menjalankan tugas dan peranannya?
Penyelengga Selamat pagi Bu Wahyu, mohon maaf menggagu kesibukan
ra pelatihan Ibu. Saya Santa, dari Intansi X. Kami bermaksud mau
mengudang Ibu untuk memfasilitasi pembelajaran Agenda 2
di Workshop Latsar CPNS Balanded Learning pada tanggal
24 Maret 2021 Jam 8.00 ad
16,00 di Pusdiklat Pegawai Kemendikbud. Apakah ibu
berkenan?
Wahyu Selamat pagi juga, InsyaAlloh, terima kasih. Sehat dan sukses
selalu.
Penyelenggara Terima kasih ibu, akan segera saya laporkan kepada
pelatihan pimpinan.
Wahyu Terima kasih. Mohon dukungan surat penugasannya ya.
Penyelenggara Baik akan segera kami persiapkan setelah melaporkan
pelatihan kepada
pimpinan. Terima kasih bu, salam sehat selalu.
Wahyu AAmmiin terima kasih. Sukses Selalu.

Bagaimana pendapat Anda ? Apakah penyelenggara pelatihan menerapkan etika dalam


berkomunikasi dengan tenaga pengajar ? Penyelenggara pelatihan melayani dengan
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 70
PELATIHAN
professional sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Ini berarti penyelenggara
menjalankan etika kerja dengan baik. Melayani dengan tulus, penuh sopan dan paham
banget tentang tugas dan fungsinya.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 71


PELATIHAN
Kalimat yang dirangkai dalam tulisan di WA Jujur dan terbuka serta memberikan
informasi yang benar, bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Kalimat
yang dirangkai sangat menghormati baik kepada lawan bicaranya maupun dengan
atasan pengajar.
Beberapa contoh penerapan etika sebagai penyelenggara pelatihan dalam melayani
tenaga pengajar antara lain :
1) Permintaan kesanggupan sebagai tenaga pengajar, baik sebagai penceramah,
pengajar, fasilitator, coach, mentor maupun evaluator. Apabila sudah ada kesediaan
segera tindak lanjuti dengan surat undangannya. Perlu ditanyakan undangan
ditujukan kepada siapa, karena setiap unit pelatihan memiliki etika kerja yang
berbeda.
2) Undang dalam rapat koordinasi pelaksanaan pelatihan yang akan dilaksanakan.
Tekankan pada perlunya mengirim Curriculum vitae, bahan tayang serta scenario
pembelajaran baik untuk pembelajaran daring maupun luring;
3) Berikan ID dan Pasword dalam pelaksanaan daring ( bila pelatihan dilaksanakan secara
daring.
Meminta kepada tenaga pengajar hal-hal apakah yang diperlukan selama
pembelajaran;
4) Cek kesanggupan mengajar sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran, untuk
memberikan kepastian jadwal pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Apabila ada pergeseran jadwal beri informasi sesegera mugkin.
5) Pengiriman undangan pembukaan dan penutupan kepada setiap tenaga pengajar;
6) Memberikan informasi kepada tenaga pengajar tentang kondisi peserta, baik latar
belakang Pendidikan pengalaman, unit organisasi, jadwal secara keseluruhan dalam
satu mata pelatihan, waktu istirahat dan waktu selesai pembelajaran.
7) Mendamping tenaga pengajar saat di ruang kelas, maupun saat makan dan
menunjukan tempat istirahat.
8) Menyiapkan rekap evaluasi peserta dan Surat Keterangan telah melaksanakan
kegiatan pelatihan sesuai dengan stAndard yang telah ditentukan dalam pengajuan
DUPAK.
c. Penerapan Etika Penyelenggara Pelatihan dalam Melayani sesama
Penyelenggara Pelatihan.

Keberhasilan kegiatan penyelenggaraan pelatihan merupakan kerja tim yang


sangat efektif. Tanpa Kerjasama tidak akan menghasilkan kinerja secara optimal.
Kerja sama tim juga terjadi diantara penyelenggara pelatihan.
Penyelenggara/pelaksana pelatihan adalah orang yang diberikan tugas dan
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 72
PELATIHAN
wewenang untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pelatihan secara
profesional untuk mencapai kinerja organisasi. Penyelenggara Pelatihan ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 73


PELATIHAN
(PSDM), Kepala Badan Pelatihan, atau Kepala Balai Pelatihan ( hal ini tergantung
dari nomenklatur di Lembaga Pelatihan dalam peningkatan kometensi Sumber Daya
Manusia. Dalam surat tersebut diatur tugas, kwajiban dan wewenang serta struktur
organisasi yang memiliki hubungan komando. Pada masing-masing Lembaga
Pelatihan terdapat perbedaan dalam nomenklaturnya.
Berdasarkan tugas pokok dan peran penyelenggara pelatihan seperti yang
telah di uraikan dalam bab terdahulu, maka etika kerja sesama penyelenggara
pelatihan harus berpedoman pada tugas pokok dan fungsinya. Setiap penyelenggara
pelatihan harus menyadari bahwa masing-masing pihak bertanggungjawab sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya sehingga tidak memberatkan penyelenggara lain.
Hal ini dapat megurangi konflik- konflik yang akan terjadi dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pelatihan apabila masing- masing penyelenggara pelatihan telah
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai pedoman yang ada. Namun apabila
terdapat permasalahan-permasalahan perlu segera dicarikan jalan keluarnya,
sehingga tidak akan mengganggu kenyamanan peserta pelatihan yang dilayani.
Koordinasi dan sinkronisasi kepada seluruh penyelenggara pelatihan sangat
diharapkan agar penyelenggaraan pelatihan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan. Keterbukaan diantara penyelenggara pelatihan sangat diperlukan
agar tidak ada dusta diantara penyelenggara pelatihan. Saling memberikan masukan
dalam rangka keefektifan penyelenggaraan pelatihan sangat diharapkan. Beberapa
saran dalam melaksanakan etika kerja dengan sesame penyelenggara pelatihan
diantaranya adalah :
1. Segera lakukan rapat setelah surat perintah sebagai penyelenggara pelatihan
diterima. Buat agenda rapat yang akan membahas tentang perencanaan
penyelenggaraan pelatihan yang menjadi tanggunhjawabnya, dengan
berpedoman pada rencana yang telah disusun oleh pengelola pelatihan;
2. Sepakati komitmen bersama untuk kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan
pelatihan, terkait dengan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
3. Sepakati alat pengendalian kegiatan yang akan dipergunakan dalam pelatihan,
misalnya ada pertemuan pagi hari sebelum pelatihan dimulai dimana seluruh
penyelenggara bertemu untuk memberikan semangat satu sama lain. Pada sore
harinya ada pertemuan yang memberikan informasi tentang capaian hari itu serta
permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta solusinya. Atau dapat juga
menggunakan media wa atau telegram sebagai pengganti kegiatan pertemuan.
Atau pertemuan virtual lainnya. Karena pada

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 74


PELATIHAN
dasarnya yang utama adalah ada komunikasi dan koordinasi diantara
penyelenggara pelatihan sehingga penyelenggaraan pelatihan akan berjalan
secara efektif dan efisien.
4. Ciptakan budaya “ (1) kau yang memulai, kau yang mengakhiri dengan penuh
tanggungjawab. Dalam artian apabila ada penyelenggara yang berbuat
kesalahan, maka yang bersangkutan yang harus meralatnya. (2) Senyum, sapa,
salam, santun, semeleh, (3) meletakan profesionalisme dalam pelayanan dan
bekerja dengan niat ibadah.
3. Penerapan Etika dalam Pelaporan Pelaksanaan Pelatihan
Penyelenggara pelatihan dalam melaksanakan tindak lanjut pelatihan juga dituntut
untuk menerapkan etika. Beberapa contoh penerapan etika antara lain dalam hal :
a. Etika dalam pengembalian peserta pelatihan
b. Etika dalam menyelesaikan andministrasi pelatihan
c. Etika dalam pelayanan peserta apabila ada peserta yang remedial
d. Etika dalam rapat akhir selesai penyelenggaraan pelatihan.
e. Etika dalam penyampaian laporan penyelenggaraan pelatihan.

Saya memiliki tanaman yang


sama Saya menanam bunga di
taman Jadilah Rendah hati
pada sesama
Maka kau akan mendapatkan banyak temen
Anonim

B Penerapan Integritas dalam Penyelenggaraan Pelatihan


Integritas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan konsitsensi dalam tindakan,
nilai, metode, dan prinsip. Di dalam dunia kerja, integritas merupakan suatu nilai
penting yang dicari
, mengapa? Karena orang yang berintegritas umumnya memiliki pribadi yang jujur,
komitmen, konsisten dan memiliki karakter yang kuat. Penerapan perilaku integritas
dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan berperilaku jujur,
bertanggung jawab dan dapat dipercaya, komitmen dan konsisten. Dengan berperilaku
jujur, memegang teguh prinsip- prinsip kebenaran, etika, dan moral, serta berbuat
sesuai dengan perkataan maka orang tersebut bisa disebut bertanggung jawab serta
memiliki integritas. Hal tersebut cukup untuk menjadi modal agar mendapat
kepercayaan dari orang lain. Integritas dilaksanakan diberbagai kegiatan termasuk
dalam penyelenggaraan pelatihan. Penerapannya dapat dilakukan mulai dari tahap
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 75
PELATIHAN
persiapan, pelaksanaan maupun dalam kegiatan laporan kegiatan. Berikut ini
akan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 76


PELATIHAN
dibahas contoh penerapannya. Tugas Anda adalah menganalisis apakah para tokoh
menerapkan integritas dalam melakukan pelayanan kepada pelanggan?
Alhamdulilah, akhirnya selesai juga tugasku hari ini. Demikian gumam Andini
sambi menarik kursinya ke belakang agar duduk lebih rileks. Andini mengambil
HPnya yang sudah hampir setengah hari dicuekin. Demikianlah karakteristik
Andini apabila sedang bekerja, akan selalu jauh dari HPnya, karena bagi dia HP
adalah salah satu pencuri waktunya. Dia coba buka HPnya, ternyata ada
notivikasi email yang harus segera dibuka. Dia coba buka email, ternyata ada
surat Perintah dari Kepala PPSDM yang menunjuk Andini sebagai salah satu
penyelenggara Pelatihan. Dia baca Surat Perintah tersebut, ternyata dia
mendapat tugas sebagai penanggunjawab dalam bidang keuangan. Senyum
lebar muncul dari bibir mungilnya. Woooo rencana Sang Pencipta itu indah sekali.
Kenapa saya yang tidak suka mengurusin keuangan, walaupun latar belakang
saya dari Jurusan Adminitrasi Keuangan di tunjuk sebagai Penanggungjawab
dalam bidang keuangan? Andini diam sejenak memikirkan apakah Langkah-
langkah yang harus dia lakukan. Menolak? Atau Menerima. Andini kamu harus
terima buktikan kamu mampu, dan menerapkan ilmu yang telah dititipkan pada
dirimu. Bukankan ilmu adalah amanah. Dia mencoba membaca uraian tugas
sebagai penanggunjawab dalam bidang keuangan satu persatu, sambil
membayangkan apakah ada yang perlu dia pelajari? Andini mencoba buka folder
dalam Laptopnya “Administrasi” yang berisi seluruh peraturan yang terkait
dengan standar biaya dalam pelatihan dan peraturan lain yang terkait dengan
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan serta Kurikulum Pelatihan. Andini mencoba
mepelajari secara seksama. Dan membuat persiapan-persiapan guna
menghadapi rapat persiapan penyelenggaraan pelatihan. Dia juga berkoordinasi
dengan PPPK untuk berdiskusi tentang hal ini.

Anda setuju bahwa Andini orang yang berintegritas? Mengacu pada konsep dasar
integritas yang telah dijelaskan di bab 2 modul ini, maka integritas diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan kejujuran, komitmen dan konsisten. Komitmen adalah
janji pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dalam
kasus di atas Andini menerapkan komitmen yang tinggi. Dia menerima penugasan
tersebut walaupun tidak sesuai dengan keinginan dirinya. Dia berusaha jujur pada diri
sendiri bahwa dia tidak suka pada penugasan tersebut, namun tetap konsiten akan
melakukan dengan baik. Andini tidak hanya berfikir, namun apa yang dia pikirkan, dia
ucapkan dan dia terapkan dalam pekerjaannya. Dengan kata lain Andini mampu
berperan seiya, sekata dan seperbuata. ntegritas bisa berarti kejujuran. Dalam arti
luas kata integritas memiliki makna patuh pada aturan, memegang teguh nilai-nilai,
prinsip-prinsip, yang baik. Orang yang ber-integritas akan memiliki karakter yang akan
mencerminkan nama baik seseorang, integritas akan menjadi pertaruhan seorang
pada posisi tertentu. Andini patuh pada aturan yang ada seperti yang tertuang dalam
Surat Perintah sebagai penyelenggara pelatihan, sehingga berusaha untuk selalu
belajar dan mempersiapkan secara optimal sebagai penyelenggara pelatihan yang
professional.
Dari contoh penerapan integritas di atas, termasuk contoh penerapan integritas dalam tahap

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 77


PELATIHAN
persiapan, pelaksanaan atau dalam pelaporan pelaksanaan pelatihan? Yuk kita cermari
conroh

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 78


PELATIHAN
berikutnya penerapan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan, khususnya dalam tahap
persiapan penyelenggaraan pelatihan sebagai berikut.
Salah satu kegiatan persiapan dalam pernyelenggaraan Pelatihan adalah
kegiatan rapat persiapan penyelenggaraan pelatihan. Kegiatan ini sangat penting
untuk memastikan apakah persiapan dalam pelaksanaan pelatihan sudah sesuai
dengan kaidah yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam penyusunan agenda
rapatpun perlu mendapatkan prioritas, apakah telah menerapkan integritas?
Membahasan agenda rapat harus transparan, termasuk keterkaitan dengan
penjadwalan pelatihan, koordinasi dengan intansi Pembina , penjaminan mutu
,dukungan sarana dan prasarana, dukungan anggaran , calon peserta pelatihan dan
lain sebagainya. Berikut ini disajikan agenda rapat persiapan penyelengaraan
pelatihan. Tugas Anda adalah menganalisa apakah agenda ini sudah memenuhi
integritas ?

Contoh susunan agenda rapat :


Rapat Persiapan Penyelenggaraan Latsar CPNS Pola Blanded Learning Tahun
2021
Hari/tanggal : Selasa, 17 Maret 2021
Waktu : Jam 9.00 sd 12,00
Agenda : Rapat Persiapan Penyelenggaraan Latsar CPNS Blanded Learning
Angkatan 1 sd 5 Pimpinan : Ka PPSDM X
Pembawa Acara : Dian Diandra, MA

NO Waktu Acar Penyaji Keterangan


a
1 09.00 Pembukaan dan Doa Pembawa Informasi link absensi
s acara dan via group WA Internal
d 9.10 petugas doa
2 09.10 Sambutan Kapus pointer-pointer
s Ketu PPSDM dala
d 9.15 a pengarah Latsar Ketenagakerjaa m notulen rapat
CPNS n
blanded Learning
3 09.15 Penjelasan Ketua Kebijakan penyelenggaraan
s Progra Pelaksana
d 09.30 m Latsar blanded
learning
4 09.30 Penjelasan Penanggungjawa Transparansi dana
s Dukunga b Keuangan yang disediakan dan
d 09.40 n Dana alokasi penggunaan
serta
pertanggungjawabannya
5 09.40 Pembahasan Penanggungjawa Persiapan, peserta,
s Persiapan b Program penjadwalan,
d 10.00 Pelaksanaan widyaiswara,
Latsa izin prinsip, sarpras
r

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 79


PELATIHAN
blanden Learning

6 10.00 Penjelasan TIM IT Penanggungjawa Penjelasan teknis LMS


s b IT dan segala yang terkait
d 10.30 dengan kegiatan di LMS
oleh Peserta, Widyaiswara
dan coach serta
Tim evaluator
7 10.30 Penjelasan Koordinato Penjelasan teknis
s pembelajaran r Bidang pembelajaran baik
d 11.00 Pengajaran syincronus
maupun unsyncronus
7 10.30 Pembahasan Penanggunjawa Penjelasan teknis
s Evalua b Evaluasi evaluasi, baik evaluasi
d 11.00 si Pelatihan hasil belajar,

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 80


PELATIHAN
evaluasi
penyelenggaraan,
evaluasi program
maupun
evaluasi Widyaiswara.
8 11.00 Tanya jawab Penanggungjaw Masukan penyempurnaan
s dan b program pelaksanaan latsar CPNS
d 11.45 beberapa masukan yang akan berjalan
7 11.45 Penutup dan Doa Pembawa Pembacaan kesimpulan
s acara dan rapat dan motivasi untuk
d 12.00 petugas doa bekerja
penut etika dan integritas

Jakarta, 17 Maret
2021 Berdasarkan jadwal rapat yang telah diuraikan di atas, dapat didimpulkan bahwa
penanggungjawab program pelatihan telah menerapkan integritas dalam penyelenggara
pelatihan. tersebut diantaranya melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan
yang berlaku. Penangungjawab program bekerja dengan menerapkan integritas yang
tinggi. Dia mampu memikirkan sesuai dengan cakupan tugas dan tangungjawabnya serta
melaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Penyelenggara pelatihan
mampu menerapkan integritas sebagai penjaga moral sehingga terhindar dari isu-isu
negative. Prinsip transparansi sebagai acuan dalam bekerja. Konsisten berperilaku
selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan
manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, menciptakan
budaya etika tinggi, bertanggungjawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang
menyertainya.
Beberapa contoh penerapan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan antara lain
:
a. Dalam mempersiapan Pelaksanaan Pelatihan , misalnya mulai dari Menyiapkan
kebijakan- kebijakan yang akan digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pelatihan;
Menyiapkan sistem informasi manajemen pelatihan (bila belum ada perlu dilakukan
pengadaan sistem Informasi manajemen pelatihan terlebih dahulu) , . Mengecek dan
mengumpulkan persyaratan peserta pelatihan untuk masingmasing jenis program
pelatihan (online dana atau offline) sampai dengan mendokumentasikan hasil
pelaksanaan pelatihan, baik secara on line maupun off line.
b. Tahap pelaksanaan Pelatihan, mulai dari Menerima peserta yang hadir dan
mempersilahkan menunggu diruang tunggu yang telah dipersiapkan; menyampaikan
dan mempersilahkan calon peserta mengisi formulir biodata pribadi (gunakan google
form bila sistem informasi manajemen pelatihan belum ada) sampai dengan
mendokumentasikan segala aktifitas yang menjadi tanggungjawabnya selama

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 81


PELATIHAN
penyelenggaraan pelatihan berlangsung, baik dalam bentuk foto, video, berita acara
dan bentuk dokumen lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 82


PELATIHAN
c. Tahap akhir pelatihan dalam artian penyelesaian pelatihan. Misalnya mulai
dari engkompilasi dan mengolah data hasil pengendalian peserta (kehadiran
dan aktivitas) selama proses pembelajaran, mengkompilasi dan mengolah
data hasil penilaian terhadap peserta yang dilakukan olah Widyaiswara,
mengkompilasi dan mengolah data hasil ujian dalam rangka pengendalian,
membuat rekapitulasi hasil pengolahan data pengendalian sebagai bahan
rapat hasil evaluasi akhir kelulusan peserta pelatihan, menyimpan data
peserta yang terkait dnegan kelulusan dan hal- hal lainnya sebagai data
alumni pelatihan.
Anda bisa bayangkan apabila penyelenggara pelatihan tidak menerapkan
integritas. Apakah pelatihan akan efektif dan efisien? Demikian juga variable lain
dalam mendukung pelaksanaan pelatihan apabila tidak berintegritas. Karenanya
integritas merupakan komponen utama nilai-nilai utama yang harus dimiliki
penyelenggara pelatihan. Oleh karena itu penyelengara pelatihan harus memiliki
makna bahwa dalam berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak harus
melakukannya dengan baik dan benar serta selalu memegang teguh kode etik
dan prinsip moral. Penyelenggara Pelatihan harus memiliki perilaku utama yaitu
bersikap jujur, tulus, dapat dipercaya dan menjaga martabat serta tidak
melakukan hal-hal tercela. Karena intergritas memerlukan sebuah komitmen dan
tekad dari dalam diri yang diimplementasikan dalam suatu sikap yang teguh dan
kokoh. Sikap mulia yang mampu menjadi benteng. Tentunya sikap ini ditunjang
dengan keyakinan bahwa akan selalu mematuhi indilator-indikator yang telah
digariskan dalam integritas.

Ingat berpikir dengan baik dan benar artinya segala tindakan yang
dilaksanakan adalah buah dari hasil berfikir, atau perencanaan yang
mempertimbangkan dampak baik dan buruknya. Tujukan dengan
berkata dan berperilaku yang baik dan benar juga. Tunjukan
dengan berperilaku yang baik dan benar pula. Merupakan cermin
tindakan terpuji yang memberikan ketenangan dan kejernihan jiwa
dan merupakan ciri bahwa kita adalah orang bertaqwa.

C. Latihan

Latihan bukan untuk menyempurnakan, tapi untuk menjadikannya


permanen." demikian kata Aristoteles Karena dengan Latihan membuat kita
lancar melakukan sesuatu, dengan pengulangan maka akan masuk ke
permanen sistem. Ingat bahasa bawah sadar repetisi. Guna melatih
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 83
PELATIHAN
pemahanan Anda tentang etika dalam pelayanan

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 84


PELATIHAN
penyelenggaraan pelatihan berikut ini ditampilkan dialog dari salah seorang
penyelenggara pelatihan, berupa percakapan antara calon penceramah
dengan penyelenggara pelatihan. Tugas Anda adalah menganalisis apaka
bahasa yang terdapat di dalam WA tersebut memenuhi kriteria penerapan
etika dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan, khususnya dalam
melayani penceramah? Pelajaran apakah yang dapat Anda peroleh dari
kegiatan menganalisis ini.
Narasumber Selamat pagi pak syarif, semoga Bapak dan
Keluarga
selalu dalam lindunganNya, Ammiin
Penyelenggara Pelatihan Selamat pagi, Alhamdulilah kami sehat. Apa yang
bisa
dibantu Pak
Narasumber Terkait dengan penjadwalan ceramah berfikir
kreatif dalam pelayanan apakah dapat digeser
waktunya pak. Kebetulan di tanggal yang sama,
saya ada rapat dengan
Kepala BPSDM dan Dirjen Hubungan Industrial.
Penyelenggara Pelatihan Sayang sekali ya Pak, kehadiran Bapak sangat
kami tunggu di hari tersebut sesuai dengan jadwal
yang sudah kami informasikan. Mohon maaf
sesuai dengan SOP yang ada kami tidak bisa
mengubah jadwal. Karena setelah ceramah Bapak
akan dilanjutkan dengan internalisasi materi
ceramah sesuai dengan RBPMP yang telah ada.
Sekali lagi mohon maaf. Apakah bapak berkenan
memberikan alternatif solusinya? Terima
kasih pak. Salam sehat dan Bahagia selalu.

D. Rangkuman
Selamat Anda telah menerapkan etika dan integritas dalam tugas pokok dan
fungsi Anda sebagai penyelenggara pelatihan. Integritas merujuk pada sifat layak
dipercaya dalam diri seorang manusia, didalamnya terdapat kualitas-kualitas individu
seperti karakter jujur, amanah, tanggung jawab, kedewasaan, sopan, kemauan
bersikap baik dan sebagainya . Pembahasan penerapan etika integritas dalam
penyelenggaraan pelatihan lebih ditekankan pada pembahasan kasus-kasus yang
disajikan agar Anda menganalisasi berkaitan dengan penerapan integritas dalam
penyelenggaraan Pelatihan. Penerapan etika dan integritas dititk beratkan pada
penerapan penyelenggara pelatihan dalam pelayanan tamu, melayani tenaga
pengajar, pelayanan sesama penyelenggara pelatihan dan dengan pengelola
pelatihan.

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 85


PELATIHAN
Integritas adalah Pilihan bukan Kewajiban dan
Etika adalah Kewajiban bukan Pilihan,
benarkah ??

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 86


PELATIHAN
E. Evaluasi
1. Berikut ini yang merupakan contoh penerapan etika dalam pelayanan terhadap
peserta pelatihan adalah :
A. Menjelaskan hak dan kwajiban peserta dengan jelas dan meminta
peserta untuk membacanya di LMS apabila belum jelas
B. Memberikan Surat Undangan Mengajar
C. Meminta kesediaan untuk menjadi MC dalam acara Pembukaan Pelatihan
D. Mengizinkan peserta untuk menerima tamu saat jam pembelajaran.
2. Menyiapkan Surat Undangan Mengajar, Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan
Pembelajaran, merupakan bagian penerapan etika dan integritas dalam hal
melayani :
A. Peserta Pelatihan
B. Sesama Penyelenggara Pelatihan
C. Tenaga Pengajar
D. Tamu Peserta Pelatihan
3. Memberikan informasi kepada peserta pelatihan tentang link Zoom, ID serta
password sehari sebelum pelaksanaan pembelajara daring merupakan contoh
penerapan etika dan integritas dalam pelayanan terhadap :
A. Peserta dan tenaga pengajar
B. Sesama Penyelenggara Pelatihan
C. Tamu peserta pelatihan
D. Pengelola Pelatihan
4. Berikut ini yang merupakan contoh penerapan etika dan integritas dalam
pelayanan terhadap mentor adalah;
A. Memberikan honor setelah selesai kegiatan seminar di ruang pengajar
B. Memberikan honor di tempat seminar
C. Menginformasikan bahwa honor akan ditransfer, namun tAnda tangan
dilakukan sekarang,
D. Meminta maaf belum bisa mencairkan honor

“Orang-Orang Dengan IntegritaS Pribadi Yang Tinggi Dan KemampUan Moral UntUk
Menjalankan Etika Dengan SempUrna, Akan Memiliki KESElARASAN LUar Dalam UnTUk
Menjalani KehidUpan BerkUalitaS Yang EtiS.” ~ Djajendra

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 87


PELATIHAN
BAB V

A. Simpulan
Peningkatan kompetensi ASN menjadikan hal wajib guna mewujudkan ASN
yang berkelas dunia. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan melalui pelatihan dan
non pelatihan. Keberhasilan pelaksanaan dalam pelatihan dipengaruhi oleh
beberapa variable. Salah satu diantaranya adalah penyelenggara pelatihan. Oleh
karena itu penyelenggara pelatihan perlu bekerja dengan professional serta
menjunjung nilai-nilai etika dan integritas. Integritas merupakan penjaga moral dan
hati Nurani dan etika merupakan panduan bertindak. Oleh karena itu penerapannya
merupakan hal utama dan wajib dilakukan, bukan hanya dalam tataran konsep yang
dimiliki oleh penyelenggara pelatihan.
Penerapan etika dan integritas dapat diterapkan dalam hal penerapan etika
dan integritas dalam penyelenggaraan pelatihan. Penerapan etika tersebut terkait
dengan etika kerja dalam pelaksanaan pelatihan dalam melayani terhadap peserta
pelatihan, widyaiswara, etika kerja pelaksana pelatihan dalam melayani tamu. etika
kerja pelaksana pelatihan dalam berhubungan dengan sesama penyelenggara
pelatihan. Penerapan harus dilakukan secara terus enerus dan berkedinambungan
sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan akan membentuk perilaku, periilaku
membentuk karakter, sehingga penyelenggara pelatihan akan memiliki karakter
melayani dengan selalu menerapkan nlai-nilai . Ingat Etika adalah sebuah sistem
eksternal melalui aturan, hukum, dan kode etik. Jadi, diri yang unggul dengan
integritas pribadi adalah diri yang secara internal pribadi telah memiliki sebuah
sistem kejujuran diri sendiri terhadap nilai-nilai yang diyakini. Oleh karena itu, saat
panduan etika bisnis dan kode etik perilaku kerja diterapkan, maka orang-orang
dengan integritas tinggi akan memiliki kepatuhan sempurna terhadap etika bisnis dan
kode etik.
B. Tindak Lanjut
Mencermati pentingnya peranan penyelenggara pelatihan dalam mensukseskan
program pelatihan, maka sangat diperlukan peningkatan kompetensi bagi
penyelenggara pelatihan. Peningkatan kompetensi dapat Anda lakukan baik secara
formal maupun non formal. Bebagai kegiatan benchmarking dapat Anda lakukan,
baik melalui daring maupun luring guna meningkatkan personal branding Anda. Yuk
cermati kata bijak berikut :
Ada tujuh hal yang akan menghancurkan kita: kekayaan tanpa kerja, kenikmatan
tanpa Nurani, pengetahuan tanpa karakter, agama tanpa pengorbanan, politik
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 88
PELATIHAN
tanpa prinsip, Ilmu tanpa kemanusiaan; bisnis tanpa etika.
– Mahatma Gandhi

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 89


PELATIHAN
Lampiran
Kunci jawaban ( kunci evaluasi)
Bab 2 Materi Pokok
1
1 B 2B 3A 4A
Bab 3 Materi Pokok
2
1 C 2C 3 B 4D
Bab 4 Meteri Pokok
3
1 A 2 B 3 A 4C

DAFTAR PUSTAKA
1. Chaplin. J,P, Penerjemah: Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta:
RajaGrasindo Persada, 2004.
2. Bertens, K. 1977. Etika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
3. Cervone, Daniel, Lawrence A.Pervin, Personality : Theory and Research,
Terjemahan Aliya Tusyani dkk., Jakarta : Salemba Humanika, 2011.
4. Andriwongso, http://www.andriewongso.com, diakses tanggal 7 september 2012
5. Cooper, Robert K, Ph.D dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Kecerdasan Emosional
dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.
6. Daft, Richard L, Era Baru Manajemen, Buku 2, Edisi 9, Penerjemah: Tita Maria
Kanita, Jakarta : Salemba Empat, 2010.
7. Dahlen, Dahlen, Creativity Unlimited, Thikning Inseide The Box for Business
Innovation , England :Jhon Whley &Son,Ltd, 2008
8. Poedjawijanta. 1986. Etika Filsafat Tingkah Laku. Bina aksara, Jakarta.

9. ——–.001. Makna Pemerintahan, Tinjauan dari segi Etika dan Kepemimpinan. PT.
Yasrif Watampone, Jakarta.
10. Siagian, Sondang.P. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta. Bumi Aksara.
11. Sinamo, Jansen. 2013. 8 Etos Kerja Profesional. Cetakan Keduabelas.
Jakarta. Darma Mahardika.
Peraturan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.
2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara.
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 11 Tahun 2015 tentang. Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 –
2019.
4. Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis.
5. Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Pengembangan Budaya Kerja.
6. PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS.
Peraturan
7. Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri.
MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 90
PELATIHAN
Media elektronik
1. https://allenherlambang.medium.com/apa-itu-brand-cc841836d2f3
2. https://projasaweb.com/branding/
3. https://www.dewaweb.com/blog/personal-branding/
4. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/integritas-adalah.html
5. http://www.adamsains.us/2013/12/mengenal-personal-branding.html
6. http://pengertian-dan-contoh.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-
personal- branding.html
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Agnez_Mo
9. http://www.forbes.com/sites/shamahyder/2014/08/18/7-things-you-can-do-to-
build- an-awesome-personal-brand/#538c499a1274
10. http://www.ririekhayan.com/2017/01/5-cara-membangun-personal-branding-
adalah- di-era-digital.html
11. https://dosenpsikologi.com/citra-diri-dalam-psikologi

MODUL ETIKA DAN INTEGRITAS 91


PELATIHAN

Anda mungkin juga menyukai