Program BK
Program BK
Program BK
A. Konsep Program
Prayitno (2004:52) menyatakan program Bimbingan dan Konseling merupakan isi
dari keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Program merupakan suatu
rencana keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam periode tertentu. Program BK
disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral dari keseluruhan
program sekolah. Kegiatan Program ini memuat unsur–unsur yang terdapat dalam berbagai
ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan diorientasikan pada pencapaian
tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Setting bimbingan dan konseling
berada di setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan
SMA), dan Perguruan Tinggi. Program BK disusun masing-masing guru pembimbing yang
merupakan bagian integral dari keseluruhan program sekolah. Ridwan (2004: 52)
mengungkapkan program bimbingan dan konseling berarti sederatan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan, sederatan kegiatan tersebut perlu direncanakan sehingga
sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah. Selanjutnya, dalam buku Panduan
Pengembangan Diri (2007) dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah
penjabaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang konselor atau guru BK yang di
buat berdasarkan need asesemen dari siswa dan dilakukan dalam periode waktu tertentu.
B. Ketentuan
1. Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 8 ayat 2 dijelaskan bahwa mekanisme
pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan langkah-langkah dalam
pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi
langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
pengembangan program.
2. Dalam POP BK SMK dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling memberikan
layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan semua aspek hidup peserta
didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan konseling di SMK diupayakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan
aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi
masing-masing peserta didik/konseli.
3. Dalam POP SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling di SMK
disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah.
C. Jenis-jenis Program
Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tenteng Implementasi Kurikulum lampiran IV
Bagian VIII menjelaskan tentang program layanan Bimbingan dan Konseling. Dari segi unit waktu
sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada lima jenis program layanan yang disusun dan
diselenggarakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, yaitu sebagai berikut:
1. Program Tahunan
Program tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
2. Program Semesteran
Program semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program Bulanan
Progran bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4. Program Mingguan
Program mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Prorgam Harian
Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada hari-
hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam
bentuk Satuan Layanan (SATLAN) atau Rencana Program Layanan (RPL) dan/ atau Satuan
Kegiatan Pendukung (SATKUNG) atau Rencana Kegiatan Pendukung (RKP) pelayanan bimbingan
dan konseling.
G. Materi Program
Berdasarkan POP BK SMK tahun 2016 dijelaskan memetakan materi layanan berdasarkan
program tahunan/semester bimbingan konseling yang telah disusun. Materi layanan
bimbingan dan konseling meliputi empat bidang layanan bimbingan dan konseling diberikan
secara proporsional meliputi:
1. Bidang pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai bakat dan minat.
2. Bidang sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis,
dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Bidang belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Bidang karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Kemudian, materi layanan diseleksi, dipetakan dan ditetapkan atas dasar :
1. Standar kompetensi kemandirian Peserta didik/konseli (SKKPD): assesmen tuntutan tugas
perkembangan, kebutuhan peserta didik/konseli pada setiap aspek perkembangan (pencapaian
kondisi yang terjadi), bidang layanan dan tingkatan kelas.
2. Masalah: assesment masalah, kelompok masalah, item masalah, bidang layanan dan
tingkatan kelas
3. Bidang layanan bimbingan dan konseling : kelompok bidang layanan, tujuan layanan pada
kelompok bidang layanan, ruang lingkup bidang layanan, tingkatan kelas
Setelah tema atau topik dikembangkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun RPL
Bimbingan dan konseling. Materi dituangkan dalam rencana pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Disajikan dengan mempergunakan beragam metode, teknik dan media
bimbingan, bersifat informasi dan orientasi yang membuat Peserta didik/konseli mengetahui
dan memahami bagaimana cara berperilaku, mengembangkan pemikiran positif, membuat
pilihan dan mengambil keputusan bukan materi tentang suatu perilaku.
H. Penyusunan Program
Menurut Depdiknas (2007:220-223), penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut.
Lebih lanjut menurut Bowers & Hatch (dalam Rahman, 2009: 3), menyatakan bahwa
program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam ruang
lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain, dan bersifat pengembangan dalam
tujuan (comprehensive in scope, preventive in design and developmental in nature). Yang
dapat dijelaskan seperti berikut:
· Pertama, bersifat komprehensif berarti program bimbingan dan konseling harus mampu
memfasilitasi capaian-capaian perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek
bimbingan (pribadi-sosial, akademik, dan karir). Layanan bimbingan dan konseling di
tujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun.
· Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dilakukan dalam
bentuk yang bersifat preventif. Upaya pencegahan dan antisipasi sedini mungkin (preventive
education) hendaknya menjadi semangat utama yang terkandung dalam pelayanan
dasar (guidance curriculum) yang diterapkan sekolah.
Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang
komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar (Rahman, 2008), yaitu: a)
pemetaan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan b) desain program yang sesuai
dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan. Adapun penjabaran dari tiap‐tiap langkah
besar sebagai berikut:
1. Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan
Penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan
asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang dijadikan
bahan masukan bagi penyusunan program/layanan. Kegiatan asesmen ini meliputi:
a. Asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi
harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan stakeholder pendidikan terlibat, sarana
dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta
kebijakan pimpinan sekolah.
b. Asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik peserta didik;
seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap dan
kebiasaan belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas perkembangan
psikologis.
Berikut langkah‐langkah yang dapat dilakukan oleh konselor dalam memetakan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan:
a. Menyusun instrumen dan unit analisis penilaian kebutuhan.
Eksplorasi peta kebutuhan, masalah, dan konteks membutuhkan
instrument asesmen yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam
instrumen ini, konselor merumuskan aspek dan indicator beserta
item pernyataan/pertanyaan yang akan diukur dan jenis metode
yang akan digunakan untuk mengungkap aspek dimaksud. Metode
yang dapat digunakan, seperti observasi, wawancara, dokumentasi,
dan sebagainya.
b. Implementasi penilaian kebutuhan. Pada tahap ini, konselor sesegera
mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan instrument
yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran
kebutuhan dan konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam
program lebih lanjut
c. Analisis hasil penilaian kebutuhan. Setelah data terkumpul, konselor
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi hasil penilaian yang
diungkap dengan tujuan kebutuhan, masalah, dan konteks program
dapat teridentifikasi dengan tepat
d. Pemetaan kebutuhan/permasalahan. Setelah hasil analisis dan
identifikasi masalah terungkap, petugas BK dan konselor membuat
peta kebutuhan/masalah yang dilengkapi dengan analisis faktor‐
faktor penyebab yang memunculkan kebutuhan/permasalahan
2. Desain Program BK dan Rencana Aksi (Action Plan)
Berikut ini adalah penjabaran rencana operasional (action plan) yang
diperlukan Action plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur
5W+1H (what, why, where, who, when, and how). Dengan demikian, konselor
dan petugas bimbingan perlu melakukan hal‐hal berikut ini:
a. Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu
dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas
perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
b. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu
tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program
perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan
waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen
yang harus dilakukan oleh konselor.
c. Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan
yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam
rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik;
Program Tahunan dan Program semester.
d. Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah
dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam
bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender
tahunan, bulanan, dan mingguan.
e. Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan
(b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak langsung yang
dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2
(dua) jam pelajaran per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak
langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti e‐mail, buku‐buku,
brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case
conference), dan alih tangan (referral).
Dalam POP BK SMK Tahun 2016 BAB III dijelaskan bahwa tentang perencanaan
pembuatan program BK terdapat dua tahapan, yaitu:
A. Pengertian Hipotesis
Secara etimologi, hipotesis adalah perpauduan dua kata yakni hypo dan thesis. Hypo artinya
kurang dari dan thesis artinya pendapat atau thesa. Oleh karena itu secara harfiah hipotesis dapat
diartikan sebagai sesuatu pernyataan yang belum merupakan suatu thesa; suatu kesimpulan
sementara; suatu pendapat yang belum final; karena harus dibuktikan kebenarannya (dalam A. Muri
Yusuf, 2012: 129).
Berikut dikemukakan beberapa pengertian hipotesisi penelitian menurut para hali:
1. A.Muri Yusuf (2012: 129) mengemukakn hipotesis adalah suatu dugaan sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah. Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan
sementara, yang merupakan suatu konstruk yang perlu dibuktikan.
2. Menurut Nachmias (dalam A.Muri Yusuf, 2012: 129) hipotesis merupakan jawaban tentative
terhadap masalah-masalah penelitian. Jawaban itu dinyatakan dalam bentuk hubunggan antar variable
bebas dan terikat.
3. Frankel dan Wallen menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan
sementara mengenai hubungan antara dua variable atau lebih variable (dalam A.Muri Yusuf, 2012:
130).
4. Burhan Bungin (2005: 86) mengartikan hipotesis sebagai suatu kesimpulan yang masih kurang atau
kesimpulan yang masih belum sempurna dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui
penelitian.
5. Lina Miftahul Jannah (2012: 76) juga mengemukakan hipotesis sebagai proposisi yang akan diuji
keberlakukannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel
yang dikenal dengan hipotesis kausal/sebab akibat yang memiliki ciri sebagai berikut.
a. Sekurang-kurangnya mengandung dua variabel
b. Menggambarkan hubungan sebab-akibat
c. Dapat memprediksikan hasil yang akan terjadi
d. Berkaitan logis dengan pertanyaan penelitian, dan
e. Dapat dibuktikan keberlakuan/tidakkeberlakukannya.
B. Hubungan Teori dengan Hipotesis
Dalam penelitian, teori memegang peranan yang sangat berarti dan menentukan dalam
setiap langkah penelitian. Teori merupakan pegangan pokok dalam menentukan setiap unsur
penelitian, mulai dari penentuan masalah sampai dengan penyusunan laporan penelitian.
Dalam menentukan masalah, peneliti terlebih dahulu berpaling berpaling pada teori yang ada,
membaca kembali temuan-temuan penelitian dan kelemahan-kelemahan yang ada,
memperhatikan realita dalam masyarakat dan kemudian merumuskan dalam bentuk masalah
baru yang akan dikaji secara ilmiah dalam penelitian. Sedangkan hipotesis merupakan dugaan
yang kuat atau jawaban yang bersifat tentative terhadap suatu masalah. Dugaan yang kuat
atau tentative tidak mungkin mendekati kebenaran kalau dasar perumusan tidak kuat. Adalah
mustahil terjadi penalaran yang kuat, kalau tidak didukung oleh teori yang benar sesuai
dengan aspek yang diteliti (A.Muri Yusuf, 2012: 134-135).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyusunan hipotesis didasarkan pada kerangka teori atau
dengan kata lain berdasarkan latar belakang teoritis maka memungkikan seorang peneliti
untuk membuat prediksi tentang hipotesis.
C. Jenis Hipotesis
Jacob Vredenbregt (dalam Burhan Bungin, 2005:89) membedakan hipotesis dalam tiga
jenis, yaitu:
1. Hipotesis universal
Hipotesis universal dapat dicontohkan sebagai berikut: semua orang yang berasal dari
daerah konflik di Indonesia mengalami hambatan-hambatan psikologis dalam berinteraksi
dengan orang lain sebagai pengalaman masa lalunya. Semua orang Aceh antimiliterisme,
semua jenis buaya adalah biantang buas. Berdasarkan stetmen ini, kemudian diuji atau
diramalkan, apakah benar semua orang yang berasal dari daerah konflik di Indonesia
memiliki hambatan psikologis dalam berinterakksi dengan orang lain. Semua orang Aceh
antimiliterisme, dan semua jenis buaya adalah binatang buas.
2. Hipotesis eksistensial
Hipotesis ekksistensial mempunyai bentuk dasar bahwa paling sedikit ada satu satuan
dalam universum X dan Y. Contohnya dengan menggunakan prognosis (ramalan) memang
ada, artinya paling sedikit satu orang dari kalangan pemirsa televisi dapat menebak dengan
benar kuis olahraga yang ditanyangkan televisi tersebut dengan benar, jika kita berangkat dari
hipotesis nol, maka ramalannya adalah tidak seorang pemirsa pun yang dapat menebak kuis
olahraga dengan benar. Kemudia kita mencari kasus yang mengingkari ramalan tersebut atau
hipotesis nol tersebut.
3. Hipotesis probabilitas
Sedangkan hipotesis probabilitas mempunyai bentuk dasar abstrak. Hipotesis ini
didasarkan atas pengujian sampel, yang memakai penegasan kriteria yang diatur menurut
konvensi (perjanjian). Hasil hipotesis ini senantiasa membawa resiko-resiko kemungkinan
tertentu.
A. Konsep Penilaian
Menilai bimbingan pada hakikatnya mengetahui secara pasti tentang bagaimana
organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling, bagaimana guru-guru dan
petugas bimbingan lainnya dapat berpartisipasi, bagaiamana pelaksanaan bimbingan dan
konseling dan bagaimana catatan-catatan kumulatif dapat dikumpulkan (Diniaty, A, 2012:
59).
Dengan kata lain bahwa penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan
Konseling ditujukan untuk menilai bagaimana kesesuaian program, bagaimana pelaksanaan
yang dilakukan oleh para petugas bimbingan, dan bagaimana pula hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan program tersebut.
Menurut Achmad (2006 : 68), penilaian kegiatan bimbingan konseling disekolah
adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu
kepada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Sedangkan berdasarkan Permendinas No. 20 tahun 2007, konsep tentang penilaian
dijabarkan sebagai ”proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik”. Dalam pengertian ini, penilaian merupakan suatu
kegiatan yang memiliki tahapan tertentu (berproses : mekanisme, prosedur, dan instrument
yang digunakan), dengan mengetengahkan pengumpulan dan pengolahan akan berbagai
informasi. Informasi yang dimaksud tentu berkaitan dengan objek yang dinilai, baik tentang
siswa dengan semua kompetensi yang dimilikinya (sebagai intervensi pembelajaran/
bimbingan), maupun tentang seperangkat unsur yang mendukung untuk ketercapaian itu
(program pembelajaran/ program bimbingan konseling).
Selain itu fungsi penilaian bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut (Satriani,
2014):
1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing untuk memperbaiki atau
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
2. Memberikan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua siswa
tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas
implementasi program bimbingan konseling di sekolah.
B. Macam-Macam Penilaian Hasil Layanan
Evaluasi layanan bimbingan dan konseling adalah segala usaha sistematis dalam
menetapkan tingkat pencapaian tujuan kegiatan BK dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program yang dilaksanakan. Melalui kegiatan
evaluasi ini, konselor dapat melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pelaksanaan
layanan sudah mencapai tujuan. Selanjutnya, konselor juga mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswa asuhnya agar dapat mengetahui sejauh
mana suatu kegiatan/ pelaksanaan program berhasil diterapkan. Mengingat pentingnya
kegiatan evaluasi ini maka konselor sekolah wajib melaksanakan kegiatan ini.
Evaluasi layanan BK dapat berfungsi, pertama, sebagai pemberi umpan balik (feed
back) konselor untuk memperbaiki atau mengembangkan kegiatan/ pelaksanaan program
bimbingan dan konseling. Kedua, pemberi informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru
mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah (Riswani,
n.d.).
Evaluasi hasil dilakukan pada akhir suatu program atau kegiatan. Evaluasi hasil jika
dilihat dari hasil pengajaran maka produknya lebih terkait dari seberapa jauh kemampuan
siswa dalam menyerap bahan yang telah disampaikan, baik dilihat dari segi kognitif maupun
psikomotor. Lalu dalam bimbingan konseling , apa hasil /produk dari kegiatan layanan BK.
Adapun macam-macam penilaian hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Penilaian Segera ( Laiseg )
Penilaian segera (laiseg) adalah penilaian yang dilakukan segera setelah pelaksanaan
layanan bimbingan konseling. Laiseg biasanya dilakukan oleh guru pembimbing untuk
melihat AKUR (Acuan, Kompetensi, Usaha dan Rasa) siswa asuh segera setelah mengikuti
pelaksanaan pembelajaran dalam layanan bimbingan konseling.
2. Penilaian Jangka Pendek ( Laijapen )
Penilaian jangka pendek (laijapen) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapen biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang direncanakan siswa asuh untuk dilakukan setelah mengikuti program
pelayanan bimbingan konseling betul-betul sudah dilakukan. Hal ini mungkin dilaksanakan
setelah tiga hari sampai seminggu pasca pelayanan diberikan kepadanya, tidak boleh terlalu
lama.
3. Penilaian Jangka Panjang ( Laijapang )
Penilaian jangka panjang (laijapang) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapang biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang telah dilakukan siswa asuh setelah mengikuti program pelayanan
bimbingan konseling sesuai dengan rencana dapat memberikan hasil yang positif
terhadapnya. Dapat juga dilihat bagaimana keberlanjutannya pada masa datang.
C. Tujuan Penilaian
Kegiatan penilaian pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh
gambaran yang bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan efisiensi sesuatu yaug telah
dilaksanakankan. Informasi berkenaan dengan keefektifan dan keefisiensian ini selanjutnya
akan melahirkan suatu keputusan tertentu. Secara khusus tujuan penilaian (pengambilan
keputusan dan penyediaan informasi) dan aspek-aspek yang akan dinilai itu sendiri (Anjar,
2012).
Tujuan yang dapat dicapai berkaitan dengan penilaian program. Menurut Cronbach
dalam Furqon (2005:2) penilaian akan bermanfaat untuk membantu meningkatkan program
tersebut. Sementara Patton mengemukan dua manfaat kegiatan penilaian program yaitu (1)
memberikan kepastian dan keyakinan tentang program yang terlaksana dan (2) mendapatkan
informasi yang lebih sempurna.
Anderson dan Ball (Furqon,2005:3) mengemukakan bahwa tujuan penilaian program
adalah:
1. Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang instalasi program.
2. Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan, ekspansi atau
sertifikasi program,
3. Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang modifikasi program,
4. Menyediakan bukti dukungan positif terhadap program,
5. Menyediakan bukti dukungan negatif terhadap suatu program. Memberikan kontribusi dalam
memahami dasar yangbersifat psikologis, sosial dan proses lainnya.
2. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan metode-metode, seperti
observasi, angket, wawancara, dan lainnya. Pemilihan metode pengumpulan data sangat
tergantung pada data dan informasi yang diharapkan. Secara umum, metode angket
merupakan metode yang paling sering digunakan, karena dapat menjangkau responden dalam
jumlah banyak.
H. Asas-Asas Penilaian BK
Masih merujuk pada lampiran Permendiknas nomor 20 point B tentang tentang
prinsip penilaian hasil belajar maka asas yang diperhatikan dalam menyusun mekanisme dan
prosedur penilaian bimbingan konseling hendaknya didasarkan pada asas-asas sebagai
berikut (Anjar, 2012):
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerinkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena kebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk membantu
perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknik, prosedur
dan hasilnya.
I. Implikasi Pengelolaan Penilaian
Esensi yang paling penting dari tujuan-tujuan penilaian bimbingan konseling
hendaknya mengarah pada visi dan misi bimbingan konseling itu sendiri. Visi yang dimaksud
adalah terwujudnya perkembangan diri dan kemamdirian secara optimal dengan hakikat
kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
dalam hubungannya dengan manusia dan alam semesta. Sedangkan misi bimbingan dan
konseling adalah untuk menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat
menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif dan dinamis serta
memiliki kecakapan hidup untuk masa depan (Anjar, 2012).
Implikasi dari berbagai konsep dan pelaksanaan penilaian bimbingan konseling ini
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Sebagai
kegiatan yang profesional, kegiatan-kegiatan dalam bimbingan dan konseling seyogyanya
mendapat penilaian. Penilaian yang baik semestinya (konsep penilaian, pengaplikasian
penilaian, prosedur, standart penilain, mekanisme, model/pendekatan, sampai tindak lanjut
penilaian) muncul dan ada dalam senarai kegiatan bimbingan dan konseling yang profesional.
2. Kegiatan penilaian akan mencerminkan profesionalitas guru pembimbing dan profesi yang
diampunya. Kegiatan itu akan bermuara pada kredibilitas profesi dan justifikasi tenaga
bimbingan.
3. Penilaian bimbingan konseling hendaknya bersumber pada pemanfaatan berbagai model
penilaian, termasuk kegiatan mengintegrasikan berbagai model itu. Tujuan penilaian semata-
mata untuk memberikan berbagai informasi tentang bimbingan konseling itu sendiri, dimulai
dari perencanaan program, pelaksanaan, dan hasil layanan.