Program BK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM BK

IMPLIKASI DAN PENGEMBANGANNYA


TAHUN PELAJARAN 2022-2023

YAYASAN PENDIDIKAN NURUL FALLAH CIKALONGKULON


SMK NURUL FALLAH
CIKALONGKULON
TERAKREDITASI : “B” (BAIK)
Jl. Aria Wiratanudatar No.1, RT.04/RW.03, Kp. Sodong, Desa Mekargalih,
Kec. Cikalongkulon, Kab. Cianjur – Prov. Jawa Barat
Telp. (0263) 2311002 – Email : [email protected]
PROGRAM BK DI SMK
IMPLIKASI DAN PENGEMBANGANNYA

A.    Konsep Program
Prayitno (2004:52) menyatakan program Bimbingan dan Konseling merupakan isi
dari keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Program merupakan suatu
rencana keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam periode tertentu. Program BK
disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral dari keseluruhan
program sekolah. Kegiatan Program ini memuat unsur–unsur yang terdapat dalam berbagai
ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan diorientasikan pada pencapaian
tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.  Setting bimbingan dan konseling
berada di setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan
SMA), dan Perguruan Tinggi. Program BK disusun masing-masing guru pembimbing yang
merupakan bagian integral dari keseluruhan program sekolah. Ridwan (2004: 52)
mengungkapkan program bimbingan dan konseling berarti sederatan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan, sederatan kegiatan tersebut perlu direncanakan sehingga
sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah.  Selanjutnya, dalam buku Panduan
Pengembangan Diri (2007) dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah
penjabaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang konselor atau guru BK yang di
buat berdasarkan need asesemen dari siswa dan dilakukan dalam periode waktu tertentu.
B.     Ketentuan
1.      Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 8 ayat 2 dijelaskan bahwa mekanisme
pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan langkah-langkah dalam
pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi
langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
pengembangan program.
2.      Dalam POP BK SMK dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling memberikan
layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan semua aspek hidup peserta
didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan konseling di SMK diupayakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan
aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi
masing-masing peserta didik/konseli.
3.      Dalam POP SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling di SMK
disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah.
C.    Jenis-jenis Program
Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tenteng Implementasi Kurikulum lampiran IV
Bagian VIII menjelaskan tentang program layanan Bimbingan dan Konseling. Dari segi unit waktu
sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada lima jenis program layanan yang disusun dan
diselenggarakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, yaitu sebagai berikut:
1.    Program Tahunan
Program tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan  konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
2.    Program Semesteran
Program semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

3.    Program Bulanan
Progran bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4.    Program Mingguan
Program mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5.    Prorgam Harian
Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada hari-
hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari  program mingguan dalam
bentuk Satuan Layanan (SATLAN) atau Rencana Program Layanan (RPL) dan/ atau Satuan
Kegiatan Pendukung (SATKUNG) atau Rencana Kegiatan Pendukung (RKP)  pelayanan bimbingan
dan konseling.

D.    Dasar Penyusunan Program


Menurut Ridwan (2004:13) program yang dibuat harus bermuara pada hasil-hasil yang
diinginkan, yakni hasil-hasil yang nyata, bermanfaat, hasil-hasil yang mantap dan otentik.
Guru bimbingan dan konseling dituntut untuk melakukan asesmen kebutuhan sebelum
menyusun program bimbingan dan konseling (Cobia & Handerson, 2007). Asesmen
kebutuhan yang akurat menjadi sangat penting, supaya program bimbingan dan konseling
benarbenar relevan dengan kondisi siswa (Gibson & Mitchell, 2008). Pengukuran kebutuhan
ini memegang peranan penting dalam penyusunan program, mengingat hasil asesmen yang
memadai akan menjadi dasar untuk menentukan intervensi edukatif secara tepat termasuk
dalam bidang bimbingan belajar yang tepat. Program bimbingan dan konseling di sekolah
akan berlangsung efektif, apabila didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif
perkembangan peserta didik (Yusuf & Nurihsan, 2003: 1).
Selanjutnya, Dalam POP SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan
konseling di SMK disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan
sekolah.
E.     Syarat-syarat Program
Adapun yang menjadi karakteristik program BK dapat dirumuskan seturut pendapat
Miller, et.al. (dalam Kurniawan, 2015) sebagai berikut:
1.      Penyusunan program hendaknya didasarkan pada analisis kebutuhan subyek sasaran
2.      Pemenuhan alat perlengkapan secara memadai
3.      Program BK mudah diimplementasikan, sehingga memuat strategi dan taktik
4.      Program BK mudah untuk dilakukan evaluasi dan monitoring
5.      Pelaksanaan program BK secara fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan dan waktu
6.      Penciptaan suasana kerja sama
7.      Program BK dibuat berdasarkan hasil yang akan dicapai
8.      Program BK menjamin keseimbangan dalam layanannya.
F.     Unsur-unsur Program BK
Struktur program bimbingan dan konseling merupakan komponen-komponen yang harus
ada namun bukan sebagai sebuah tahapan. Komponen empat program yang dimaksud, (Anni,
2014) meliputi:
1.      Kurikulum bimbingan, dimaksudkan sebagai layanan dasar yang diperuntukkan bagi semua
siswa, tanpa memandang perbedaan yang ada pada siswa. Layanan BK ini dilakukan secara
sistimatis baik individual, maupun kelompok;
2.      Layanan responsif, merupakan layanan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki
kebutuhan dan masalah untuk mendapatkan pertolongan dengan segera. Bidang masalah yang
dialami siswa lebih berkaitan dengan masalah sosial, karir, pribadi, dan pengembangan
pendidikan;
3.      Layanan Perencanaan Individual dimaknai sebagai proses bantuan yang ditunjukkan kepada
siswa, supaya dapat merumuskan, dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depannya;
4.      Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan
pengembangan.
Model bimbingan dan konseling Komprehensif terdapat tiga unsur dan empat komponen
(Cobia & Henderson, 2009: 61). Tiga Unsur tersebut meliputi:
1.      Isi dari program, isi meliputi kemampuan siswa.
2.      Kerangka yang organisatoris. Kerangka mempunyai tiga komponen struktural (definisi,
asumsi, dan dasar pemikiran) dan empat komponen program (guidance
curriculum, individual planning, responsive services, and system support).
3.      Sumber daya. Unsur Sumber daya menyertakan personil, anggaran dana, dan
mengimplementasikan program. Bimbingan dan konseling komprehensif mempunyai
komponen yang menyertakan aktivitas dan tanggung-jawab dari semua yang terlibat dalam
program bimbingan dan konseling komprehensif .

G.    Materi Program
Berdasarkan POP BK SMK tahun 2016 dijelaskan memetakan materi layanan berdasarkan
program tahunan/semester bimbingan konseling yang telah disusun. Materi layanan
bimbingan dan konseling meliputi empat bidang layanan bimbingan dan konseling diberikan
secara proporsional meliputi:
1.      Bidang pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai bakat dan minat.
2.      Bidang sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis,
dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3.      Bidang belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4.      Bidang karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Kemudian, materi layanan diseleksi, dipetakan dan ditetapkan atas dasar :
1.      Standar kompetensi kemandirian Peserta didik/konseli (SKKPD): assesmen tuntutan tugas
perkembangan, kebutuhan peserta didik/konseli pada setiap aspek perkembangan (pencapaian
kondisi yang terjadi), bidang layanan dan tingkatan kelas.
2.      Masalah: assesment masalah, kelompok masalah, item masalah, bidang layanan dan
tingkatan kelas
3.      Bidang layanan bimbingan dan konseling : kelompok bidang layanan, tujuan layanan pada
kelompok bidang layanan, ruang lingkup bidang layanan, tingkatan kelas
Setelah tema atau topik dikembangkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun RPL
Bimbingan dan konseling. Materi dituangkan dalam rencana pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Disajikan dengan mempergunakan beragam metode, teknik dan media
bimbingan, bersifat informasi dan orientasi yang membuat Peserta didik/konseli mengetahui
dan memahami bagaimana cara berperilaku, mengembangkan pemikiran positif, membuat
pilihan dan mengambil keputusan bukan materi tentang suatu perilaku.

H.    Penyusunan Program
Menurut Depdiknas (2007:220-223), penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut.
Lebih lanjut menurut Bowers & Hatch (dalam Rahman, 2009: 3), menyatakan bahwa
program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam ruang
lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain, dan bersifat pengembangan dalam
tujuan (comprehensive in scope, preventive in design and developmental in nature). Yang
dapat dijelaskan seperti berikut:
·         Pertama, bersifat komprehensif berarti program bimbingan dan konseling harus mampu
memfasilitasi capaian-capaian perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek
bimbingan (pribadi-sosial, akademik, dan karir). Layanan bimbingan dan konseling di
tujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun.
·         Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dilakukan dalam
bentuk yang bersifat preventif. Upaya pencegahan dan antisipasi sedini mungkin (preventive
education) hendaknya menjadi semangat utama yang terkandung dalam pelayanan
dasar (guidance curriculum)  yang diterapkan sekolah.
Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang
komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar (Rahman, 2008), yaitu: a)
pemetaan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan b) desain program yang sesuai
dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan. Adapun penjabaran dari tiap‐tiap langkah
besar sebagai berikut:
1.      Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan
Penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan
asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang dijadikan
bahan masukan bagi penyusunan program/layanan. Kegiatan asesmen ini meliputi:
a.       Asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi
harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan stakeholder pendidikan terlibat, sarana
dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta
kebijakan pimpinan sekolah.
b.       Asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik peserta didik;
seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap dan
kebiasaan belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas perkembangan
psikologis.
Berikut langkah‐langkah yang dapat dilakukan oleh konselor dalam memetakan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan:
a.       Menyusun instrumen dan unit analisis penilaian kebutuhan.
Eksplorasi peta kebutuhan, masalah, dan konteks membutuhkan
instrument asesmen yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam
instrumen ini, konselor merumuskan aspek dan indicator beserta
item pernyataan/pertanyaan yang akan diukur dan jenis metode
yang akan digunakan untuk mengungkap aspek dimaksud. Metode
yang dapat digunakan, seperti observasi, wawancara, dokumentasi,
dan sebagainya.
b.       Implementasi penilaian kebutuhan. Pada tahap ini, konselor sesegera
mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan instrument
yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran
kebutuhan dan konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam
program lebih lanjut
c.       Analisis hasil penilaian kebutuhan. Setelah data terkumpul, konselor
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi hasil penilaian yang
diungkap dengan tujuan kebutuhan, masalah, dan konteks program
dapat teridentifikasi dengan tepat
d.       Pemetaan kebutuhan/permasalahan. Setelah hasil analisis dan
identifikasi masalah terungkap, petugas BK dan konselor membuat
peta kebutuhan/masalah yang dilengkapi dengan analisis faktor‐
faktor penyebab yang memunculkan kebutuhan/permasalahan
2.      Desain Program BK dan Rencana Aksi (Action Plan)
Berikut ini adalah penjabaran rencana operasional (action plan) yang
diperlukan Action plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur
5W+1H (what, why, where, who, when, and how). Dengan demikian, konselor
dan petugas bimbingan perlu melakukan hal‐hal berikut ini:
a.       Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu
dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas
perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
b.       Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu
tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program
perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan
waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen
yang harus dilakukan oleh konselor.
c.       Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment  ke dalam tabel kebutuhan
yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam
rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik;
Program Tahunan dan Program semester.
d.       Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah
dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam
bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender
tahunan, bulanan, dan mingguan.
e.       Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan
(b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak langsung yang
dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2
(dua) jam pelajaran per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak
langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti e‐mail, buku‐buku,
brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case
conference), dan alih tangan (referral).
Dalam POP BK SMK Tahun 2016 BAB III dijelaskan bahwa tentang perencanaan
pembuatan program BK terdapat dua tahapan, yaitu:

1.      Tahap persiapan (planning) dalam perencanaan program


Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (a) melakukan asesmen kebutuhan, (b) aktivitas
mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (c) menetapkan dasar perencanaan.
Yang dapat dijelaskan seperti berikut:
a.       Melakukan assesmen kebutuhan
Asesmen kebutuhan ini menjadi dasar dalam merancang program program bimbingan yang
relevan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adapun Langkah-langkah asesmen:
1)      Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program
Langkah awal dalam asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang akan
diukur/dungkap untuk kepentingan penyusunan program layanan bimbingan dan konseling.
Data yang perlu diungkap antara lain adalah data tentang tugas-tugas perkembangan,
permasalahan, dan prestasi peserta didik/konseli.
2)      Memilih instrumen pengukuran data sesuai kebutuhan
Instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan dalam asesmen kebutuhan, di
antaranya adalah (1) instrumen dengan pendekatan masalah, seperti Alat Ungkap Masalah
Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUMPTSDL), Daftar Cek Masalah
(DCM), (2) instrumen dengan pendekatan SKKPD yaitu Inventori Tugas Perkembangan
(ITP), (3) instrumen dengan pendekatan tujuan bidang layanan (pribadi, sosial, belajar dan
karir) dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman wawancara dan angket sosiometri.
Instrumen-instrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kegiatan perencanaan
program bimbingan dan konseling.
3)    Mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data hasil asesmen
kebutuhan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dipilih.
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan menginterpretasi hasil analisis data dilakukan sesuai
dengan manual. Setiap instrumen pengumpul data yang telah standar memiliki manual. Bila
instrumen yang digunakan adalah instrumen yang belum standar maka pengolahan, analisis,
dan interpretasi hasil analisis data menggunakan manual yang disusun sendiri.
b.      Mendapat dukungan dari unsur lingkungan sekolah
rogram bimbingan dan konseling hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak yaitu
kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan komite sekolah. Upaya mendapatkan dukungan dari
pimpinan ini dilakukan dalam rangka menggali masukan dan pertimbangan dari berbagai
pihak tentang kebutuhan-kebutuhan yang dapat dijadikan titik tolak penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling. Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan
dengan beberapa cara misalnya konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi.
Kegiatan tersebut dilakukan sebelum menyusun program dan selama penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling. Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan
persuasi tergambar pada kebijakan yang mendukung program, fasilitas untuk pelaksanaan
program, kolaborasi dan sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling.
c.       Menatapkan dasar perencanaan layanan
Perencanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada landasan filosofis dan
teoritis bimbingan dan konseling. Landasan ini berisi keyakinan filosofis dan teoritis,
misalnya bahwa semua peserta didik/konseli itu unik dan harus dilayani dengan penuh
perhatian; setiap peserta didik/konseli dapat meraih keberhasilan, untuk mencapai
keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif; program bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari proses pendidikan; program bimbingan dan konseling dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli. Selain didasarkan pada
landasan filosofis dan teoritis, perencanaan layanan bimbingan dan konseling juga harus
didasarkan pada hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli. Landasan filosofis, landasan
teoritis dan hasil asesmen kebutuhan dipaparkan secara ringkas dalam rasional program
bimbingan dan konseling.
2.      Tahap perancangan
Tahap perancangan (designing) terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu penyusunan program
tahunan dan penyusunan program semesteran. Setiap kegiatan diuraikan pada bagian berikut;
a.       Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas: a) rasional, b) dasar
hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f) komponen program, g) bidang
layanan, h) rencana operasional, i) pengembangan tema/topik, j) rencana evaluasi, pelaporan
dan tindak lanjut, dan (k) sarana prasarana, dan (l) anggaran biaya.
b.      Merancang Program Semesteran Bimbingan dan Konseling
Setelah guru bimbingan dan konseling membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan
selama satu tahun, guru BK mendistribusikan komponen layanan dan strategi kegiatan dalam
program semesteran dan bulanan dalam bentuk yang lebih rinci. Terdapat berberapa
komponen dalam program semesteran dan bulanan, yaitu;
1.       Bulan dan komponen program
2.       Layanan dasar; berisi tentang strategi layanan dan topik/tema layanan dalam komponen
layanan dasar, seperti bimbingan klasikal dengan tema yang sudah dibuat dalam rencana
kegiatan.
3.       Layanan responsif; berisi tentang tentang strategi layanan dan topik/tema (bila ada) dalam
komponen layanan responsif, misalnya konseling kelompok dengan tema teman baik
4.       Perencanaan individual; berisi tentang strategi layanan dan topik/tema dalam komponen
layanan perencanaan individual misalnya bimbingan klasikal dengan tema memilih jurusan
dan perguruan tinggi yang tepat
5.        Dukungan sistem; berisi tentang strategi kegiatan dalam dukungan sistem seperti pembuatan
proposal PTK.
I.       Sosialisasi Program
Dalam POP BK SMK Tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling
hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan komite sekolah. Upaya mendapatkan dukungan dari pimpinan ini dilakukan
dalam rangka menggali masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak tentang kebutuhan-
kebutuhan yang dapat dijadikan titik tolak penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling. Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan tersebut dilakukan
sebelum menyusun program dan selama penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi tergambar pada kebijakan yang
mendukung program, fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan sinergitas kerja
dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

J.      Tahap-tahap Pelaksanaan Program


Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 pasal 7 dijelaskan bahwa:
1.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas: a. jumlah individu yang dilayani;
b. permasalahan; dan c. cara komunikasi layanan.
2.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui layanan individual,
layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
3.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau
advokasi.
4.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui tatap muka atau media.
Menurut Anni (2012) beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru BK dalam
pelaksanaan program yaitu:
1.      Membuat rencana pelaksanaan program
2.      Menetapkan strategi untuk pencapaian program
3.      Menetapkan taktik (langkah sistimatis)nya
Tujuannya adalah agar aktivitas itu dapat memberi arah untuk mencapai tujuan yang lebih
jelas, dengan demikian akan lebih mudah mengetahui capaian tujuan program, dan
memudahkan untuk mengidentifkasi hambatan-hambatan yang ada.
Dalam POP BK SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa strategi implementasi program BK,
yaitu:
1.      Pelayanan dasar
2.      Pelayanan responsif
3.      Perencanaan individual
4.      Dukungan sistem
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tahap-tahap yang perlu di
tempuh dalam pelaksanaan program adalah :
1.      Tahap perencanaan, program satuan layanan dan kegiatan pendukung direncanakan secara
tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi, metode, waktu, tempat dan rencana penilaian
2.      Tahap pelaksanaan, program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung)
dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.
3.      Tahap penilaian, hasil kegiatan diukur dengan nilai.
4.      Tahap analisis hasil, hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang perlu
mendapat perhatian lebih lanjut.
5.      Tahap tindak lanjut, hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasilanalisis yang dilakukan
sebelumnya, melalui layanan dan atau kegiatan pendukung yang relevan.
K.    Pengawasan Pelaksanaan Program
Pengawasan program BK dilaksanakan oleh kepala sekolah (Sukardi, 2008). Kepala
sekolah adalah supervisor yang berfungsi atau berperan memberikan layanan kepada seluruh
staf termasuk guru BK agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya (Mahanggi, 2014).
L.     Masalah dan Solusi
1.      Masalah
a.       Analisis kebutuhan peserta didik dalam pembuatan program masih kelihatan dangkal karena
menggunakan 2 instrumen saja (angket AKDP & Sosimetri)
b.      Pelaksanaan program secara klasikal (terjadwal) belum sesuai denngan ketentuan, yaitu 1
JP/minggu. Sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal.
c.       Strategi layanan dalam bentuk kelompok (BKp & KKp) masih belum terlaksana dari tahun
ke tahun.
d.      Guru BK masih belum melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah diadakan.
Sehingga tidak ada perubahan dari yang sebelumnya dari keterlaksanaan.
e.       Masih adanya guru BK yang belum membuat program bulanan hingga harian (RPL).
f.       Alat dan perlengkapan untuk mendukung kegiatan masih belum memadai.
g.      Program yang dibuat masih belum menjamin keseimbangan layanan. Hal ini terlihat karena
masih adanya program BK yang beum terlaksana, seperti BKp dan KKp.
h.      Dalam unsur program di SMKN 9 Padang, anggaran biaya masih belum dicantumkan.
Karena guru BK/Koordinator BK tidak mengusulkan anggaran biaya yang dibutuhkan untuk
program BK.
i.        Dalam rencana operasional, guru BK masih belum membuat dengan jelas metode yang akan
digunakan, alat & media yang akan digunakan.
j.        Guru BK masih belum membuat pengembangan topik/tema yang diturunkan berdasarkan
program tahunan dan semesteran. Karena program yang dibuat masih belum diturunkan
sampai program bulanan, mingguan dan harian.
k.      Berkaitan dengan pengawasan, kepala sekolah belum melalukan penilaian terhadap BK serta
belum melakukan tindak lanjut.
2.      Solusi
a.       Guru BK hendaknya menggunakan isntrumen yang mempunyai validitas yang bagus (AUM
Umum, AUM PTSDL, DCM, dsb) untuk menganalisis kebutuhan peserta didik sebagai dasar
pertimbangan dalam pembuatan program.
b.      Guru BK hendaknya meminta tambahan waktu kepada kepala sekolah untuk jadwal tatap
muka dari 1JP menjadi 2JP/minggu. Sesuai dengan ketentuan. Sehingga guru BK bisa
mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada peserta didik.
c.       Guru BK hendaknya sesekali memanfaatkan jam terjadwal untuk melaksanakan kegiatan
BKp dan KKp.
d.      Guru BK hendaknya melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilaksanakan
sehingga keterlaksanaan program BK bisa lebih bagus
e.       Kepala sekolah hendaknya melakukan pengawasan dan pembinaan kepada guru BK dalam
pembuatan program.
f.       Koordinator BK hendaknya memantau pembuatan program guru BK.
g.      Guru BK hendaknya  melengkapi programnya hingga pada program harian supaya
pelaksanaan program lebih terarah dan efektif.
h.      Mengkomunkasikan kepada wakil Sarana dan Prasarana bahwasannya dalam menunjang
kegiatan BK, masih ada alat dan perlengkapannya yangbelum memadai. Sehingga wakil
Sapras bisa menindaklanjuti.
i.        Dalam pembuatan program, guru BK hendaknya menyeimbangi kegiatan layanan agar
semua program yang dibuat bisa terlaksana dengan baik.
j.        Guru BK/Koordinator BK hendaknya mengusulkan anggaran dana yang dibutuhkan oleh
guru BK untuk periode tertentu. Sehingga bisa dicantumkan dalam program tahunan untuk
menunjang terlaksananya program BK di sekolah.
k.      Guru BK hendaknya memmbuat rencana operasional yang jelas seperti metode yang akan
digunakan untuk pemberian layanan, alat dan media apa saja yang akan digunakan. Sehingga
program yang dibuat bisa dengan jelas diimplementasikan.
l.        Dalam unsur program BK, guru BK hendaknya mengembangkan  program tahunan,
semesetran sampai kepada program bulanan, mingguan, dan harian dengan jelas. Sehingga
topik dan tema yang akan disampaikan kepada sasaran layananan sesuai dengan program
tahunan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
m.    Kepala sekolah hendaknya bekerjasama dnegan koordinator BK dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan program BK. Sehingga program dilaksanakan oleh guru
BK sesuai dengan yang telah dibuat.
HIPOTESIS PENELITIAN KUANTITATIF
PENILAIAN  BK DISEKOLAH
HIPOTESIS PENELITIAN KUANTITATIF

A.    Pengertian Hipotesis
Secara etimologi, hipotesis adalah perpauduan dua kata yakni hypo dan thesis. Hypo artinya
kurang dari dan thesis artinya pendapat atau thesa. Oleh karena itu secara harfiah hipotesis dapat
diartikan sebagai sesuatu pernyataan yang belum merupakan suatu thesa; suatu kesimpulan
sementara; suatu pendapat yang belum final; karena harus dibuktikan kebenarannya (dalam A. Muri
Yusuf, 2012: 129).
Berikut dikemukakan beberapa pengertian hipotesisi penelitian menurut para hali:
1.      A.Muri Yusuf (2012: 129) mengemukakn hipotesis adalah suatu dugaan sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah. Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan
sementara, yang merupakan suatu konstruk yang perlu dibuktikan.
2.      Menurut Nachmias (dalam A.Muri Yusuf, 2012: 129) hipotesis merupakan jawaban tentative
terhadap masalah-masalah penelitian. Jawaban itu dinyatakan dalam bentuk hubunggan antar variable
bebas dan terikat.
3.      Frankel dan Wallen menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan
sementara mengenai hubungan antara dua variable atau lebih variable (dalam A.Muri Yusuf, 2012:
130).
4.      Burhan Bungin (2005: 86) mengartikan hipotesis sebagai suatu kesimpulan yang masih kurang atau
kesimpulan yang masih belum sempurna dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui
penelitian.
5.      Lina Miftahul Jannah (2012: 76) juga mengemukakan hipotesis sebagai proposisi yang akan diuji
keberlakukannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel
yang dikenal dengan hipotesis kausal/sebab akibat yang memiliki ciri sebagai berikut.
a.       Sekurang-kurangnya mengandung dua variabel
b.      Menggambarkan hubungan sebab-akibat
c.       Dapat memprediksikan hasil yang akan terjadi
d.      Berkaitan logis dengan pertanyaan penelitian, dan
e.       Dapat dibuktikan keberlakuan/tidakkeberlakukannya.
B.     Hubungan Teori dengan Hipotesis
Dalam penelitian, teori memegang peranan yang sangat berarti dan menentukan dalam
setiap langkah penelitian. Teori merupakan pegangan pokok dalam menentukan setiap unsur
penelitian, mulai dari penentuan masalah sampai dengan penyusunan laporan penelitian.
Dalam menentukan masalah, peneliti terlebih dahulu berpaling berpaling pada teori yang ada,
membaca kembali temuan-temuan penelitian dan kelemahan-kelemahan yang ada,
memperhatikan realita dalam masyarakat dan kemudian merumuskan dalam bentuk masalah
baru yang akan dikaji secara ilmiah dalam penelitian. Sedangkan hipotesis merupakan dugaan
yang kuat atau jawaban yang bersifat tentative terhadap suatu masalah. Dugaan yang kuat
atau tentative tidak mungkin mendekati kebenaran kalau dasar perumusan tidak kuat. Adalah
mustahil terjadi penalaran yang kuat, kalau tidak didukung oleh teori yang benar sesuai
dengan aspek yang diteliti (A.Muri Yusuf, 2012: 134-135).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyusunan hipotesis didasarkan pada kerangka teori atau
dengan kata lain berdasarkan latar belakang teoritis maka memungkikan seorang peneliti
untuk membuat prediksi tentang hipotesis.

C.    Jenis Hipotesis
Jacob Vredenbregt (dalam Burhan Bungin, 2005:89) membedakan hipotesis dalam tiga
jenis, yaitu:
1.      Hipotesis universal
Hipotesis universal dapat dicontohkan sebagai berikut: semua orang yang berasal dari
daerah konflik di Indonesia mengalami hambatan-hambatan psikologis dalam berinteraksi
dengan orang lain sebagai pengalaman masa lalunya. Semua orang Aceh antimiliterisme,
semua jenis buaya adalah biantang buas. Berdasarkan stetmen ini, kemudian diuji atau
diramalkan, apakah benar semua orang yang berasal dari daerah konflik di Indonesia
memiliki hambatan psikologis dalam berinterakksi dengan orang lain. Semua orang Aceh
antimiliterisme, dan semua jenis buaya adalah binatang buas.
2.      Hipotesis eksistensial
Hipotesis ekksistensial mempunyai bentuk dasar bahwa paling sedikit ada satu satuan
dalam universum X dan Y. Contohnya dengan menggunakan prognosis (ramalan) memang
ada, artinya paling sedikit satu orang dari kalangan pemirsa televisi dapat menebak dengan
benar kuis olahraga yang ditanyangkan televisi tersebut dengan benar, jika kita berangkat dari
hipotesis nol, maka ramalannya adalah tidak seorang pemirsa pun yang dapat menebak kuis
olahraga dengan benar. Kemudia kita mencari kasus yang mengingkari ramalan tersebut atau
hipotesis nol tersebut.
3.      Hipotesis probabilitas
Sedangkan hipotesis probabilitas mempunyai bentuk dasar abstrak. Hipotesis ini
didasarkan atas pengujian sampel, yang memakai penegasan kriteria yang diatur menurut
konvensi (perjanjian). Hasil hipotesis ini senantiasa membawa resiko-resiko kemungkinan
tertentu.

Burhan Bungin (2005:89) juga mengemukakan jenis hipotesis yaitu:


1.    Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis nol sering juga disebut dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji
dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel  Y yang akan diteliti, atau
variabel independen X tidak mempengaruhi variabel independen Y.
Hipotesis nol ini dibuat dengan kemungkinan yang besar untuk ditolak, ini berarti
apabila terbukti apabila hipotesis itu ditolak, maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara
variabel X dan variabel Y.
2.      Hipotesis Alternatif (HA)
Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pada suatu penelitian,
hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikansi
hubungan antara variabel independen X dan variabel dependen Y.
Hipotesis alternatif dapat dipisahkan lagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a.       Hipotesis alternatif terarah
Hipotesis ini menyatakan arah interaksi yang searah atau kebalikan hubungan signifikansi
dari dua variabel. Contohnya: “semakin positif persepsi pengguna merek oli JJ, maka
semakin tinggi pula tingkat penggunaan oli merek JJ tersebut”.
b.      Hipotesis alternatif tidak terarah
Hipotesis ini tidak menyatakan arah interaksi yang serah atau arah dari hubungan signifikansi
antara dua atau lebih variabel. Contohnya: “ada hubungan semakin tinggi kadar keagamaan
seseorang semakin rendah keinginan orang tersebut terhadap hal-hal bersifat kebendaan”.

3.      Hipotesis Kerja (HK)


Hipotesis kerja adalah hipotesis spesifik yang dibangun berdasrkan msalah-masalah
khusus yang diuji. Hipotesis HK ini digunakan untuk mempertegas hipotesis H0 atau Ha
dalam statement yang lebih spesifik pada parameter indikator tertentu pada variabel yang
dihipotesiskan. Contohnya pada Ho berbunyi: “tidak ada hubungan antara mobilitas sosial
dengan pandangan politik masyarakat”, maka hipotesis Hk dapat dibangun dengan statement:
(a) “tidak ada hubungan antara perubahan status pekerjaan dan pandangan poloitik
seseorang”. (b) “tidak ada hubungan antara gerak kepindahan fisik dan pandangan politik
seseorang”. Hal yang sama juga terjadi apabila pada suatu peneltian, peneliti menggunakan
hipotesis Ha.
D.    Kriteria Penyusunan Hipotesis
Ada beberapa kesalahan yang sering ditemukan dalam pembuktian suatu hipotesis dalam
penelitian, yaitu (A.Muri Yusuf,2012: 137):
1.      kesalahan tipe pertama adalah terima hipotesis yang sebenarnya harus ditolak, sedangkan
2.      kesalahan tipe dua adalah menolak hipotesis yang seharusnya diterima
3.      kesalahan tipe tiga yaitu pembuktian secara benar tetapi masalah yang salah.
A.Muri Yusuf (2012: 137-139) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
perumusan dan penyusunan hipotesis secara benar:
1.      hipotesis hendaklah menyatakan hubungan dua variable atau lebih
      contoh: variable I kebodohan dan variable II kemiskinan
     dari kedua variable tersebut dapat dirumuskan hipotesis:
-    terdapat hubungan yang berarti antara kebodohan dengan kemiskinan
-    makin bodoh seseorag makin miskin hidupnya.
2.      variable-variabel dalam hipotesis harus jelas secara konseptual
Dari contoh sebelumnya, maka harus jelas:
-   kapan seseorang dikatakan miskin dan apa kriteria kemiskinan.
-   apakah yang dimaksud dengan kebodohan? apakah seseorang yang tidak tamat sd dapat dikatakan
bodoh ataukah seseorang yang tidak pandai tulis  baca?
- bagaimana hubungan kemiskinan dengan kebodohan?

3.      dapat diuji secara empiris


4.      hipotesis hendaklah spesifik
5.      hipotesis yang disusun hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang tersedia
6.      hipotesis hendaklah bersumber dari atau dihubungkan dengan teori
7.      hipotesis adalah bebas nilai-nilai
8.      hipotesis hendaklah diruskan dalam bentuk pernyataan, sederhana dan operasional.
Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yaitu:
1.      penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi,
sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua konsep. Proposisi ini merupakan postulat-
postula yang dari padanya disusun hipotesis.
2.      penyusunan hipotesis secara induktif bertolak belakang dari pengamatan empiris.
PENILAIAN BK DI SEKOLAH

A.    Konsep Penilaian
Menilai bimbingan pada hakikatnya mengetahui secara pasti tentang bagaimana
organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling, bagaimana guru-guru dan
petugas bimbingan lainnya dapat berpartisipasi, bagaiamana pelaksanaan bimbingan dan
konseling dan bagaimana catatan-catatan kumulatif dapat dikumpulkan (Diniaty, A, 2012:
59).
Dengan kata lain bahwa penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan
Konseling ditujukan untuk menilai bagaimana kesesuaian program, bagaimana pelaksanaan
yang dilakukan oleh para petugas bimbingan, dan bagaimana pula hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan program tersebut.
Menurut Achmad (2006 : 68), penilaian kegiatan bimbingan konseling disekolah
adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu
kepada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Sedangkan berdasarkan Permendinas No. 20 tahun 2007, konsep tentang penilaian
dijabarkan sebagai ”proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik”. Dalam pengertian ini, penilaian merupakan suatu
kegiatan yang memiliki tahapan tertentu (berproses : mekanisme, prosedur, dan instrument
yang digunakan), dengan mengetengahkan pengumpulan dan pengolahan akan berbagai
informasi. Informasi yang dimaksud tentu berkaitan dengan objek yang dinilai, baik tentang
siswa dengan semua kompetensi yang dimilikinya (sebagai intervensi pembelajaran/
bimbingan), maupun tentang seperangkat unsur yang mendukung untuk ketercapaian itu
(program pembelajaran/ program bimbingan konseling).

Selain itu fungsi penilaian bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut (Satriani,
2014):
1.      Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing untuk memperbaiki atau
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
2.      Memberikan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua siswa
tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas
implementasi program bimbingan konseling di sekolah.
B.     Macam-Macam Penilaian Hasil Layanan
Evaluasi layanan bimbingan dan konseling adalah segala usaha sistematis dalam
menetapkan tingkat pencapaian tujuan kegiatan BK dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program yang dilaksanakan. Melalui kegiatan
evaluasi ini, konselor dapat melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pelaksanaan
layanan sudah mencapai tujuan. Selanjutnya, konselor juga mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswa asuhnya agar dapat mengetahui sejauh
mana suatu kegiatan/ pelaksanaan program berhasil diterapkan. Mengingat pentingnya
kegiatan evaluasi ini maka konselor sekolah wajib melaksanakan kegiatan ini.
Evaluasi layanan BK dapat berfungsi, pertama, sebagai pemberi umpan balik (feed
back) konselor untuk memperbaiki atau mengembangkan kegiatan/ pelaksanaan program
bimbingan dan konseling. Kedua, pemberi informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru
mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah (Riswani,
n.d.).
Evaluasi hasil dilakukan pada akhir suatu program atau kegiatan. Evaluasi hasil jika
dilihat dari hasil pengajaran maka produknya lebih terkait dari seberapa jauh kemampuan
siswa dalam menyerap bahan yang telah disampaikan, baik dilihat dari segi kognitif maupun
psikomotor. Lalu dalam bimbingan konseling , apa hasil /produk dari kegiatan layanan BK.
Adapun macam-macam penilaian hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1.      Penilaian Segera ( Laiseg )
Penilaian segera (laiseg) adalah penilaian yang dilakukan segera setelah pelaksanaan
layanan bimbingan konseling. Laiseg biasanya dilakukan oleh guru pembimbing untuk
melihat AKUR (Acuan, Kompetensi, Usaha dan Rasa) siswa asuh segera setelah mengikuti
pelaksanaan pembelajaran dalam layanan bimbingan konseling.
2.      Penilaian Jangka Pendek ( Laijapen )
Penilaian jangka pendek (laijapen) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapen biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang direncanakan siswa asuh untuk dilakukan setelah mengikuti program
pelayanan bimbingan konseling betul-betul sudah dilakukan. Hal ini mungkin dilaksanakan
setelah tiga hari sampai seminggu pasca pelayanan diberikan kepadanya, tidak boleh terlalu
lama.
3.      Penilaian Jangka Panjang ( Laijapang )
Penilaian jangka panjang (laijapang) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapang biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang telah dilakukan siswa asuh setelah mengikuti program pelayanan
bimbingan konseling sesuai dengan rencana dapat memberikan hasil yang positif
terhadapnya. Dapat juga dilihat bagaimana keberlanjutannya pada masa datang.
C.    Tujuan Penilaian
Kegiatan penilaian pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh
gambaran yang bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan efisiensi sesuatu yaug telah
dilaksanakankan. Informasi berkenaan dengan keefektifan dan keefisiensian ini selanjutnya
akan melahirkan suatu keputusan tertentu. Secara khusus tujuan penilaian (pengambilan
keputusan dan penyediaan informasi) dan aspek-aspek yang akan dinilai itu sendiri (Anjar,
2012).
Tujuan yang dapat dicapai berkaitan dengan penilaian program. Menurut Cronbach
dalam Furqon (2005:2) penilaian akan bermanfaat untuk membantu meningkatkan program
tersebut. Sementara Patton mengemukan dua manfaat kegiatan penilaian program yaitu (1)
memberikan kepastian dan keyakinan tentang program yang terlaksana dan (2) mendapatkan
informasi yang lebih sempurna.
Anderson dan Ball (Furqon,2005:3) mengemukakan bahwa tujuan penilaian program
adalah:          
1.      Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang instalasi program.
2.      Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan, ekspansi atau
sertifikasi program,
3.      Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang modifikasi program,
4.      Menyediakan bukti dukungan positif terhadap program,
5.      Menyediakan bukti dukungan negatif terhadap suatu program. Memberikan kontribusi dalam
memahami dasar yangbersifat psikologis, sosial dan proses lainnya.

Chelimsky dalam Furqan (2005:3) menyatakan bahwa penilaian program bertujuan


untuk menegakkan akuntabilitas (Evaluation for accountability), mengembangkan program
yang ada (Evaluation for development), dan menambah dan memperkaya
pengetahuan (Evaluation for Knowledge).

D.    Penilaian Proses Kegiatan BK


Penilaian proses bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian rumusan kegiatan yang telah diprogramkan dalam satuan-satuan layanan
dapat diimplementasikan kepada sasaran layanan, sehingga tersedia informasi tentang
kualitas atau mutu layanan. Evaluasi proses dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
secara periodik dalam pelaksanaan program (Anjar, 2012).
Penilaian proses bertujuan untuk  mengidentifikasi apa yang terjadi, mengapa terjadi
dan apa sebabnya terjadi. Selain itu juga meramalkan segala sesuatu yang mungkin terjadi
selama program itu dilaksanakan, komponen apa yang tidak berfungsi, aspek yang kurang
aktif dan hambatan yang terjadi. Penilaian proses juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kegiatan BK secara menyeluruh. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu
program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan.
Prayitno (2002: 27) menjelaskan penilaian terhadap proses kegiatan BK dan
pengelolaannya yaitu terhadap:
1.      Kagiatan layanan BK
2.      Kegiatan Pendukung BK
3.      Mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam kegiatan
4.      Pengelolaan dan administrasi kegiatan
Dalam proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah banyak
faktor yang terlihat khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal itu dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.      Organisasi dan administrasi program bimbingan
2.      Personal/ petugas pelaksana
3.      Fasilitas dan perlengkapan
4.      Kegiatan bimbingan
5.      Partisipasi guru
6.      Anggaran biaya.
Pelaksanaan penilaian terhadap proses kegiatan BK berbeda dengan penialaian proses
pembelajaran. Penilaian proses kegiatan BK tidak melihat benar salahnya diri klien, oleh
sebab itu Prayitno (1997) menegaskan penilaian dalam kegiatan konseling lebih bersifat
penilaian proses yang dapat dilakukan dengan:
1.      Mengamati partisipasi dan aktifitas siswa/klien dalam kegiatan pelayanan BK
2.      Mengungkapkan pemahaman klien atas bahan-bahan yang disajikan atau pamahaman klien
atas masalah yang dihadapinya
3.      Mengungkapkan keguanaan layanan bagi klien dan perolehan klien sebagai hasil dari
partisipasi dalam kegiatan layanan
4.      Mengungkapkan minat klien tentang perlunya layanan lebih lanjut
5.      Mengamati perkembangan klien dari waktu kewaktu (terutama dilakukan dalam kegiatan
layanan layanan yang berkesinambungan
6.      Mengungkapkan kelancaran proses dan suasanan penyelenggaraan kegiatan layanan
E.     Penilaian Satuan Kegiatan Pendukung
Mengingat dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling akan memungkinkan
dilakukannya kegiatan layanan pendukung, maka penilaian layanan pendukung tentunya
mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda pula. Penilaian kegiatan pendukung akan
disesuaikan dengan jenis kegiatan itu sendiri. kegiatan pendukung yang dilakukan dengan
pendekatan tes akan membawa penilaian berupa kuantitatif, sedangkan kegiatan pendukung
yang dilakukan dengan pendekatan non tes akan bersifat kualitatif (Anjar, 2012).
Prayitno ( 1998 ) dalam Buku Riska Ahmad ( 2002 : 105 ) menyatakan bahwa secara
khusus penilaian BK menggunakan istilah “penilaian pengembangan”. Khusus untuk satuan
kegiatan pendukung (SatKung) BK (aplikasi instrumentasi, himpunan data, home visit,
konfrensi kasus dan alih tangan kasus), penilaian dilakukan dengan:
1.      Mengungkapkan perolehan guru BK sebagai hasil dari kegiatan pendukung yang nantinya
akan dimanfaatkan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.
2.      Mengungkapkan komitmen pihak-pihak yang terkait dengan penangan/pengentasan masalah
siswa.
3.      Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraaan kegiatan pendukung.
F.     Bentuk Hasil Penilaian BK
Penilaian hasil layanan ditujukan pada perolehan siswa yang menjalani pelayanan
bimbingan dan konseling. Perolehan ini diorientasikan pada tingkat pengentasan masalah
klien dan perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa. Karenanya, fokus penilaian dapat
diarahkan pada berkembangnya (Prayitno, 2002: 26):
1.      Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitanya dengan masalah yang
dibahas.
2.      Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang diberikan melalui layanan.
3.      Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa pasca layanan dalam rangka
mewujudkan upaya pengentasan masalah yang dialaminya.
G.    Tahap-Tahap Penilaian
Evaluasi program bimbingan dan konseling dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut  (POP BK SMK, 2016).
1.        Penyusunan Rencana Evaluasi
Dalam kegiatan penyusunan rencana evaluasi, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah
1)      Menentukan jenis data atau informasi yang dibutuhkan
2)      menentukan alat pengumpul data yang digunakan
3)      Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi
4)      Waktu pelaksanaan
5)      Kriteria evaluasi

2.      Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan metode-metode, seperti
observasi, angket, wawancara, dan lainnya. Pemilihan metode pengumpulan data sangat
tergantung pada data dan informasi yang diharapkan. Secara umum, metode angket
merupakan metode yang paling sering digunakan, karena dapat menjangkau responden dalam
jumlah banyak.

3.      Analisis dan Interpretasi Data


Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis.
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil angket biasanya dianalisis secara kuantitatif dan
disajikan dalam bentuk frekuensi, prosentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang
didapat dari observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif.
Langkah-langkah dalam penilaian dapat berupa (Anjar, 2012):
1.      Mengenali tujuan penilaian dan keputusan yang akan diambil
2.      Menentukan siapa yang akan mengambil keputusan
3.      Menetapakan kriteria penilaian
4.      Menentukan sumber data
5.      Menentukan cara pengumpulan data
6.      Mengumpulkan data
7.      Menganalisa data
8.      Menafsirkan data dan rnelaporkan hasil,
9.      Mengambil keputusan mengenai program berdasarkan simpulan penilaian.
Neviyarni (2009:27), menyatakan bahwa tahap-tahap penilaian pelaksanaan pelayanan
bimbingan konseling dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1)       Penilaian Segera ( Laiseg )
Penilaian segera (laiseg) adalah penilaian yang dilakukan segera setelah pelaksanaan
layanan bimbingan konseling. Laiseg biasanya dilakukan oleh guru pembimbing untuk
melihat AKUR ( Acuan, Kompetensi, Usaha dan Rasa ) siswa asuh segera setelah mengikuti
pelaksanaan pembelajaran dalam layanan bimbingan konseling.
2)       Penilaian Jangka Pendek ( Laijapen )
Penilaian jangka pendek ( laijapen ) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapen biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang direncanakan siswa asuh untuk dilakukan setelah mengikuti program
pelayanan bimbingan konseling betul-betul sudah dilakukan. Hal ini mungkin dilaksanakan
setelah tiga hari sampai seminggu pasca pelayanan diberikan kepadanya, tidak boleh terlalu
lama.
3)       Penilaian Jangka Panjang ( Laijapang )
Penilaian jangka panjang ( laijapang ) adalah penilaian yang dilakukan beberapa waktu
setelah pemberian bantuan. Laijapang biasanya dilakukan guru pembimbing untuk melihat
apakah action yang telah dilakukan siswa asuh setelah mengikuti program pelayanan
bimbingan konseling sesuai dengan rencana dapat memberikan hasil yang positif
terhadapnya. Dapat juga dilihat bagaimana keberlanjutannya pada masa datang.
Selanjutnya, menurut A. Muri Yusuf (2011) mengemukakan bahwa penilaian jangka
pendek dan jangka panjang lebih mengacu kepada terpecahkannya masalah siswa secara
menyeluruh. 

H.    Asas-Asas Penilaian BK
Masih merujuk pada lampiran Permendiknas nomor 20 point B tentang tentang
prinsip penilaian hasil belajar maka asas yang diperhatikan dalam menyusun mekanisme dan
prosedur penilaian bimbingan konseling hendaknya didasarkan pada asas-asas sebagai
berikut (Anjar, 2012):
1.      Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerinkan kemampuan yang diukur.
2.      Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3.      Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena kebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi dan gender.
4.      Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5.      Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6.      Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk membantu
perkembangan kemampuan peserta didik.
7.      Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8.      Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9.      Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknik, prosedur
dan hasilnya.
I.       Implikasi Pengelolaan Penilaian
Esensi yang paling penting dari tujuan-tujuan penilaian bimbingan konseling
hendaknya mengarah pada visi dan misi bimbingan konseling itu sendiri. Visi yang dimaksud
adalah terwujudnya perkembangan diri dan kemamdirian secara optimal dengan hakikat
kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
dalam hubungannya dengan manusia dan alam semesta. Sedangkan misi bimbingan dan
konseling adalah untuk menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat
menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif dan dinamis serta
memiliki kecakapan hidup untuk masa depan (Anjar, 2012).
Implikasi dari berbagai konsep dan pelaksanaan penilaian bimbingan konseling ini
adalah sebagai berikut :
1.    Penilaian merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Sebagai
kegiatan yang profesional, kegiatan-kegiatan dalam bimbingan dan konseling seyogyanya
mendapat penilaian. Penilaian yang baik semestinya (konsep penilaian, pengaplikasian
penilaian, prosedur, standart penilain, mekanisme, model/pendekatan, sampai tindak lanjut
penilaian) muncul dan ada dalam senarai kegiatan bimbingan dan konseling yang profesional.
2.    Kegiatan penilaian akan mencerminkan profesionalitas guru pembimbing dan profesi yang
diampunya. Kegiatan itu akan bermuara pada kredibilitas profesi dan justifikasi tenaga
bimbingan.
3.    Penilaian bimbingan konseling hendaknya bersumber pada pemanfaatan berbagai model
penilaian, termasuk kegiatan mengintegrasikan berbagai model itu. Tujuan penilaian semata-
mata untuk memberikan berbagai informasi tentang bimbingan konseling itu sendiri, dimulai
dari perencanaan program, pelaksanaan, dan hasil layanan.

Anda mungkin juga menyukai