Kel 6 Eliminasi Fekal-Diare

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Tehnik dan Prosedur Memenuhi Kebutuhan Eliminasi Fekal
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Konsep Dasar Keperawatan
Dosen Pengampu Dewi Srinatania, S.Kep.,M.Kep

OLEH :
Kelompok 6
Ade Triani Elsera 2122030
Fina Siti Rohinah 2122038
Pia Yulia 2122047
Tuti F Butarbutar 2122055
Sunanul Huda 2122053
Ressa Mela 2122059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG 1B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ns. Dewi
Srinatania ,S.Kep.,M.Kep. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan dan
manajemen yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung,20 Oktober 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine dan Fekal.............................................................6
2.2 Jenis-Jenis Pola Eliminasi.....................................................................................................6
2.3 Anatomi dan Fisiologi...........................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................13
Standar Prosedur Operasional..............................................................................................................13
3.1. Standar Prosedur Operasional (SPO) Menolong pasien Buang Air Besar dan Buang Air
Kecil 13
3.2. SOP Mengganti popok atau diapers.................................................................................14
3.3. Perawatan pasien yang terpasang kateter.......................................................................16
BAB IV...............................................................................................................................................17
Asuhan Keperawatan...........................................................................................................................17
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................................24
C. INTERVENSI....................................................................................................................24
D. Implementasi dan Evalasi.................................................................................................25

ii
BAB V.................................................................................................................................................30
PENUTUP...........................................................................................................................................30
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................30
5.2 Saran....................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urin
ataubowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
sudahterisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi
urin adalah ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. (Hidayat,2017)
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
setiapmanusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar,
menyatakan bahwakebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ketiga. Apabila
sistem perkemihan tidak dapatberfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya
akan berpengaruh. Secara umum,gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi.
Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhaneliminasi urin, antara lain : retensi urin,
inkontinensia urin, enuresis dan ureterotomi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin pada usia lanjut
merupakan salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik
yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada
kenyataannya, gangguan eliminasi urin bukanlah sebuah penyakit dan bukan
merupakan konsekuensi normal yang terjadi pada usila, namun merupakan
keluhan atau gejala yang dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan
atau penyakit. Menjadi lanjut usia tidak selalu menyebabkan gangguan
eliminasi urin, tetapi beberapa perubahan yang berkaitan dengan proses lanjut
usia dan keadaan patologik tertentu pada usia lanjut dapat mendukung
terjadinya gangguan ini (Brocklehurst dkk., cit Nursalam, 2006). Gangguan
eliminasi urin yang sering diderita oleh usia lanjut ini lazim disebut
“inkontinensia urin”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar kebutuhan eliminasi fekal dan urin?
2. Bagaimana SPO menolong buang air kecil, buang air besar dan perawatan kateter ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan eliminasi fekal
4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui konsep dasar kebutuhan eliminasi fekal dan urin
2. Untuk mengetahui SPO menolong buang air kecil, buang air besar dan perawatan
kateter
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan eliminasi fekal ?

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine dan Fekal


Definisi Kebutuhan Dasar Elminasi Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga
kesehatan. Sistem perkemihan dan pencernaan bersama-sama ber- fungsi untuk
menghilangkan limbah dari tubuh. Sistem perkemihan menyaring dan mengeluarkan
urine dari tu- buh, sehingga menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.
Sedangkan Fungsi usus yang normal bertugas dalam pembuangan rutin limbah yang
padat (feses). Selama periode stres dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola
eliminasi. Perawat menilai adanya perubahan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan
in- tervensi untuk membantu klien dengan mempertahankan pola eliminasi yang tepat.
Peran perawat mencakup me- ngajar kegiatan perawatan diri klien untuk meningkatkan
kemandirian dan kesehatan (DeLaune, 2011).
2.2 Jenis-Jenis Pola Eliminasi

a. Eliminasi Urine
Eliminasi dari saluran kemih membantu membersihkan tubuh dari produk limbah dan
bahan yang melebihi ke- butuhan tubuh (Taylor, 2011). Sistem kemih terdiri dari ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urine, ureter membawa urine ke
kandung kemih, kandung kemih bertindak sebagai reservoir untuk urine, dan uretra
adalah jalan bagi urine untuk keluar dari tubuh (DeLaune, 2011). Mekanisme fisiologis
yang mengatur eliminasi urin kompleks dan belum sepenuh- nya dipahami. Kontinensi
pada orang dewasa membu- tuhkan integritas anatomi sistem perkemihhan, Kontrol
nervus dari otot detrusor, dan mekanisme sfingter yang kompeten. Inkontinensia urine
terjadi ketika kelainan satu atau lebih dari faktor-faktor ini menyebabkan hi- langnya
urine yang tidak terkontrol yang menghasilkan kesulitan sosial, fisiologis, atau
kebersihan bagi klien (DeLaune, 2011).

6
b. Eliminasi Bowel / Fekal

Setiap pasien sangat berbeda pandangan mereka ten- tang eliminasi bowel, pola buang
air besar yang biasa, dan kemudahan mereka berbicara tentang masalah usus.
Meskipun kebanyakan orang pernah mengala- minya seperti serangan diare ringan
atau sembelit akut, beberapa pasien mengalami perubahan masalah yang parah atau
kronis pada eliminasi usus yang mempe- ngaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
hidrasi, sta- tus gizi, integritas kulit, kenyamanan, dan konsep diri. Apalagi banyak
penyakit, tes diagnostik, obat-obatan, dan perawatan bedah dapat mempengaruhi
eliminasi usus (Taylor, 2011). Proses eliminasi feses yang normal sepenuhnya belum
dipahami. Kontinensi terutama ber- gantung pada konsistensi tinja (bahan tinja),
motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum, dan kompe- tensi sfingter anal
(DeLaune, 2011).
2.3 Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Taylor (2011) Adapun anatominya sebagai berikut:
1. Eliminasi Urine

a. Ginjal dan Ureter

Ginjal terletak di kedua sisi tulang belakang, dibagian belakang peritoneum, di


rongga perut bagian atas. Salah satu fungsi ginjal yang lebih signifikan adalah
untuk membantu memper- tahankan komposisi dan volume cairan tubuh.
Setiap 30 menit sekali, volume darah total tubuh melewati ginjal untuk
dibuang. Ginjal menyaring dan mengeluarkan konstituen darah yang tidak
diperlukan dan mempertahankan yang masih dibutuhkan. Produk limbah
yang dikeluarkan oleh ginjal, mengandung limbah organik, anor- ganik, dan
cairan. Nefron adalah unit struktural dan fungsional dasar dari ginjal. Ada
sekitar 1 juta nefron di setiap gin- jal. Setiap nefron terdiri dari sistem arteriol,
ka- piler, dan tubulus. Nefron menghilangkan produk akhir metabolisme,
seperti urea, kreatinin, dan asam urat dari plasma darah dan membentuk urine.
Nefron mempertahankan dan mengatur keseimbangan cairan melalui
mekanisme reab- sorpsi selektif dan sekresi air, elektrolit, dan zat lainnya.

7
Setelah terbentuk, urine dari nefron ber- muara di panggul setiap ginjal. Dari
setiap ginjal, urine diangkut oleh peristaltik ritmik melalui ure- ter ke kandung
kemih. Ureter masuk ke kandung kemih secara miring. Lipatan membran
dalam kandung kemih menutup pintu masuk ke ureter sehingga urine tidak
dipaksa menaikkan ureter ke ginjal ketika ada tekanan di dalam kandung
kemih.

b. Kandung Kemih

Kandung kemih terdiri dari otot polos yang ber- fungsi sebagai tempat
sementara untuk menam- pung urine. Kandung kemih ini terdiri dari tiga
lapisan jaringan otot: (1) lapisan longitudinal dalam, (2) lapisan melingkar
tengah, dan (3) lapisan longitudinal luar. Ketiga lapisan ini disebut otot
detrusor. Di dasar kandung kemih, terdapat jaringan otot yang
membentuk sfingter internal, yang menjaga celah antara kandung kemih
dan uretra. Uretra membawa urine dari kandung kemih ke bagian luar
tubuh. Otot kandung kemih diper- sarafi oleh sistem saraf otonom. Sistem
simpatis membawa impuls ke kandung kemih dan impuls motorik ke
sfingter internal. Impuls ini menye- babkan otot detrusor rileks dan sfingter
internal mengerut, menahan urine dalam kandung ke- mih. Sistem
parasimpatis membawa impuls mo- torik ke kandung kemih dan impuls
penghambat ke sfingter internal. Impuls ini menyebabkan otot detrusor
berkontraksi dan sphincter mengendur. Ketika tekanan menjadi cukup
untuk merang- sang saraf di dinding kandung kemih (reseptor
peregangan), orang tersebut merasakan keingi- nan untuk
mengosongkan kandung kemih.

c. Uretra

Fungsi uretra adalah untuk mengangkut urine dari kandung kemih ke


bagian luar tubuh. Anatomi uretra berbeda pada pria dan wanita. Uretra
pria berfungsi dalam sistem ekskresi dan sistem re- produksi.
Panjangnya sekitar 13,7 hingga 16,2 cm dan terdiri dari tiga bagian:
prostat, mem- bran, dan gua kavernosa. Sfingter uretra ekster- nal terdiri
8
dari otot lurik dan terletak tepat di luar bagian prostat uretra. Sfingter
eksternal berada di bawah kendali saraf yang disadari. Sebaliknya,
uretra wanita sekitar 3,7 hingga 6,2 cm panjang- nya. Sfingter
eksternal, atau saraf yang disadari terletak di tengah uretra.
2. Eliminasi Bowel / Fekal
Proses eliminasi Bowel sangat berkait dengan sistem gastrointestinal.
Sistem gastrointestinal (sa- luran pencernaan) dimulai di mulut dan berakhir
di anus. Panjang usus kecil pada orang dewasa sekitar 22 meter. Usus kecil
terutama bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi,
vitamin, mineral, cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan (campuran
makanan yang dicerna sebagian dan sekresi) berjalan melalui usus kecil
dengan kombi- nasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. Usus
kecil bergabung dengan usus besar (usus be- sar) di katup ileocecal. Katup
ini bekerja bersama dengan sphincter ileocecal untuk mengontrolpengo-
songan isi dari usus kecil menjadi usus besar dan untuk mencegah
regurguitasi chyme pencernaan dari usus besar ke kecil (Delaune, 2011).
1) Perut
Perut adalah organ berongga, berbentuk J, berotot yang terletak di bagian
kiri atas perut. Perut me- nyimpan makanan selama makan, mengelu-
arkan cairan pencernaan, mengocok makanan untuk membantu
pencernaan, dan mendorong makanan yang dicerna sebagian, yang
disebut chyme, ke usus kecil. Sfingter pilorus, cincin berotot yang
mengatur ukuran bukaan di ujung perut, mengontrol pergerakan chyme
dari perut ke usus kecil (Taylor, 2011).
2) Usus Halus
Usus kecil sekitar 20 kaki (6 m) panjang dan sekitar 1 inci (2,2 cm)
lebar. Usus kecil terdiri dari tiga bagian: yang pertama adalah duodenum,
bagian tengah adalah jejunum, dan bagian distal yang terhubung dengan
usus besar adalah ileum. Usus kecil mengeluarkan enzim yang
mencerna protein dan karbohidrat. Hasil pencernaan dari hati dan
pankreas memasuki usus kecil melalui lubang kecil di duodenum. Usus
9
kecil bertang- gung jawab untuk pencernaan makanan dan pe- nyerapan
nutrisi ke dalam aliran darah.
3) Usus Besar
Koneksi antara ileum usus kecil dan usus besar adalah katup ileocecal,
atau ileocolic. Katup ini biasanya mencegah hasil dari usus halus
mema- suki usus besar sebelum waktunya dan mencegah produk limbah
kembali ke usus kecil. Usus besar adalah organ utama dari eliminasi
bowel yang terletak dibagian bawah, atau distal, dari saluran
pencernaan. Panjang usus besar pada orang de- wasa sekitar 5 kaki (1,5
m), Lebar juga bervariasi kurang lebih selebar 2,5 cm. Usus besar
terdiri atas tiga yakni colon asendens, tranvesium, dan desendes yang
pada bagian ujungnya terdapat sigmoid yang bermuara ke rektum,
Rektum seki- tar 12 cm (5 inci) panjangnya, 2,5 cm (1 inci) di
antaranya adalah anus.
3.Proses terjadinya Eliminasi
1. Eliminasi Urine
Proses mengosongkan kandung kemih dikenal se- bagai proses buang air kecil
atau berkemih. Pusat saraf yang mengatu prosesr buang air kecil terle- tak di
otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor peregangan di kandung kemih
distimulasi saat urine terkumpul. Seseorang dapat merasakan keinginan untuk
membatalkan, biasanya ketika kandung ke- mih mengisi sekitar 150 hingga
250 mL pada orang dewasa. Tekanan di dalam kandung kemih berka- li-kali
lebih besar selama buang air kecil dari pada saat kandung kemih mengisi.
Ketika buang air kecil dimulai, otot detrusor berkontraksi, sfingter inter- nal
rileks, dan urine memasuki uretra posterior dan otot-otot perineum dan sfingter
eksternal rileks, otot dinding perut sedikit berkontraksi, diafragma lebih rendah,
dan terjadi buang air kecil (Taylor, 2011).
2. Eliminasi Bowel / Fekal (Defekasi)
Proses defeksi mengacu pada proses pengosongan usus besar. Dua pusat
mengatur refleks untuk buang air besar, satu di medula dan di sumsum tulang
be- lakang. Ketika stimulasi parasimpatis terjadi, sfing- ter anus interna
10
mengendur dan kolon berkontraksi, memungkinkan massa feses memasuki
rektum. Rektum menjadi terisi oleh massa tinja, dan terjadi stimulus utama
untuk refleks buang air besar (Taylor, 2011).
Distensi rektal menyebabkan peningkatan tekanan intrarektal, menyebabkan
otot meregang dan de- ngan demikian merangsang refleks buang air besar
dan selanjutnya keinginan untuk mengeluarkan. Sfingter anal eksternal,
yang berada di bawah ken- dali yang disadari. Pola eliminasi normal dapat
ber- variasi secara luas di antara individu. Meski banya- korang dewasa yang
melakukan defekasi setiap hari, dan yang lainnya lebih sering atau jarang
buang air besar. Sebagian orang hanya buang air besar dua atau tiga kali
seminggu atau, dua atau tiga kali se- hari. (Taylor, 2011).
4. Masalah-masalah yang Dapat Terjadi pada Pola Eliminasi
2.1. Eliminasi Urine
Inkontinensia urine dan retensi urin adalah penyebab paling umum dari
perubahan pola eliminasi urine. Inkontinensia urine adalah hilangnya
kemampuan untuk mengontrol pengeluarang urine yang dapat berdampak
pada masalah sosial atau higienis. Retensi urine adalah ketidakmampuan
untuk sepenuhnya mengeluarkan urine dari kandung kemih selama
berkemih. Ada dua jenis utama inkontinensia urine, akut dan kronis. Selain
itu, inkontinensia urine kronis dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe
berbeda. Karena masing-masing memi- liki etiologi dan manajemen
sendiri.
2.2. Eliminasi Bowel (Defekasi)
Banyak penyakit dan kondisi yang mempengaruhi fungsi usus. Meskipun
banyak perubahan dalam pola eliminasi usus dapat diamati, dan terdapat
tiga yang menyebabkan perubahan umum: Konstipasi, diare, dan
inkontinensia tinja.
a) Konstipasi
Faktor diet dapat berkontribusi terhadap konstipasi. Dehidrasi
menyebabkan pengeringan tinja ketika tu- buh meningkatkan reabsorpsi
air dan natrium dari usus. Makanan massal yang tidak memadai juga
11
menyebabkan dehidrasi tinja. Penyakit divertiku- lar, masalah umum
pada manula, juga mengurangi transit kolon, yang selanjutnya
meningkatkan risiko sembelit.
b) Diare
Diare adalah bentuk feses yang cair karena pening- katan frekuensi dan
konsistensinya, dan dapat me- nyebabkan perubahan kebiasaan buang air
besar seseorang. Penyebab utama diare termasuk agen infeksi, gangguan
malabsorpsi, penyakit radang usus, sindrom usus pendek, efek samping
obat, dan penyalahgunaan pencahar atau enema.
c) Infontinensia fekal
Mekanisme utama yang mempengaruhi orang de- wasa terhadap
inkontinensia fekal adalah disfungsi sfingter anal, gangguan pengiriman
tinja ke rektum, gangguan penyimpanan rektum, dan cacat anatomi.
Gangguan volume tinja dan konsistensi biasanya ti- dak cukup untuk
menghasilkan inkontinensia fekal pada individu yang normal.

12
BAB III
Standar Prosedur Operasional

1.
2.
3.
1
2
3.1. Standar Prosedur Operasional (SPO) Menolong pasien Buang Air Besar dan Buang
Air Kecil
a. Persiapan alat:
1. Pispot atau steekpan bertutup dan urinal
2. Alat pispot
3. Botol berisi air cebok
4. Kapas cebok dalam tempatnya
5. Kertas kloset bila tersedia
6. Bengkok (nierbekken)
7. Sampiran(scherm)
8. Selimut atau kain penutup
b. Persiapan pasien:
1. Pintu di tutup, kemudian sampiran (scherm) dipasang
2. Pakaian pasien bagian bawah di keataskan, kemudian bagian badan dan yang
terbuka di tutup dengan selimut atau kain penutup
3. Pasien di anjurkan menekuk lutut dan mengangkat bokong
4. Alas pispot di pasang
5. Pispot disorongkan sampai terletak di bawah bokong pasien. Jika pasien tidak
dapat melakukanya sendiri, petugas membantu menekukkan lutut dan
mengangkat pinggul pasien dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
petugas menyorongkan pispot sedemikian rupa sehungga posisinya tepat dan
nyaman.
6. Bila pasien sudah selesai BAB atau BAK, kakinya di renggangkan dan selimut
13
di buka sedikit, selanjutnya anus dan daerah genitalia di bersihkan dengan
kapas cebok. Pasien di miringkan, tangan kiri petugas membuka bokong
pasien, tangan kanan memebersihkan anus dengan kapas cebok atau kertas
kloset lalu di buang kedalam pispot. Pembersihan ini di lakukan beberapa kali
sampai anus bersih. Setelah pasien selesai bab pispot di angkat, ditutup dan
diturunkan.
7. Bila pasien menginginkan cebok sendiri, petugas membantu menyiram dan
selanjutnya tangan pasien di cuci lalu pispot di angkat, di tutup dan di turunkan
8. Bokong pasien di keringkan dengan pengalas
9. Setelah selesai pasien di rapikan, sedangkan peralatan di bersihkan, dibereskan
dan dikembalikan ketempat semula.
10. Pintu dan sampiran (scherm) dibuka kembali.

3.2. SOP Mengganti popok atau diapers


SOP Mengganti popok atau diapers pasien yaitu mengganti diaper/popok pasien dengan
diapers/popok yang baru. Pemasangan diapers/popok dilakukan pada pasienpasien yang
mengalami penurunan kesadaran atau yang tidak bisa buang air besar di toilet.
A. Tujuan
Untuk pemantauan pola eliminasi
B. Alat dan Bahan
1. Popok/Diapers
2. Pengalas
3. Tisu Basah/Waslap
4. Air bersih dalam tempatnya (botol)
5. Sarung tangan
6. Tempat sampah/kantong kresek
C. Prosedur Tindakan Mengganti Popok/Diapers

 FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
14
3. Menyiapkan alat
 FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
3. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan Tindakan

 FASE KERJA
1. Menjaga privasi klien, Memakai sarung tangan
2. Memasang pelak dibawah bokong klien, lalu melepaskan pakaian bawah klien
3. Melepaskan rekatan diapers pada ke dua sisi, kemudian menekan bagian ujung
dipaer depan klien ke bawah hingga ke bawah genitalia. Sementara sisi samping
diapers yang terjauh dengan perawat digulung ke bawah hingga bagian samping
bokong
4. Membantu pasien mengubah posisi menjadi posisi sim (membelakangi perawat)
5. Melepaskan popok/diapers dengan menekan dari daerah punggung hingga ujung
genitalia, usahakan semua kotoran masuk dalam diapers dan tidak terjatuh
6. Masukan diapers ke dalam tempat sampah/kantong kresek
7. Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan air hingga bersih
8. Setelah bersih, memasang popok/diapers yang baru dengan melekatkan bagian
sisi yang membelakangi pasien serta memasukkan diantara lipatan paha sisi depan
diapers
8. Membantu pasien kembali ke posisi berbaring (posisi supinasi)
9. Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi terjauh dengan perawat, kemudian
rapikan seluruh posisi diapers dan rekatkan diapers
10. Melepaskan sarung tangan

 FASE TERMINASI
1. Merapikan klien dan alat
2. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
3. Memberi salam
15
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan hasil kegiatan

16
3.3. Perawatan pasien yang terpasang kateter
Dalam merawat pasien dengan kateter menetap, tujuan utamanya adalah mencegah
infeksi saluran kemih. Cara terbaik untuk mencagah infesi adalah memastikan bahwa
pasien minum banyak air setiap hari, sampai 3 liter. Minum banyak menghasilkan
banyak urin. Ini mempertahankan kandung kemih terbilas dan menghiangkan sedimen
yang melekat pada kateter. Ajarkan pasien dan keluarganya untuk memeriksa selang
drainase dan kantung serta meyakinkan bahwa alat ini selalu berada lebih rendah dari
kandung kemih pasien, sehingga gravitasi akan membantu aliran urin. Ingatkan pasien
jangan pernah berbaring di atas selang dan memerikasanya untuk meyakinkan tidak ada
tekukakan pada selang. Berikan atau bantu pasien dengan higiene perineum 2 kali sehari.

17
BAB IV
Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun Teluk karang, Rt 004/Rw 007.
Sedau Singkawang selatan, kab Singkawang
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal Masuk : 03-02-22
Tanggal Pengkajian : 04-02-22
Diagnosa Medis : PLHA dengan komplikasi Diare Kronis

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Adik Pasien
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah seluruh badan, pasien
mengatakan Babnya cair, dan sudah berlangsung 3 bulan SMRS. Pasien juga
mengatakan sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan Babnya cair dan sudah berlangsung selama 3 bulan SMRS,
pasien juga mengatakan seluruh badannya terasa sangat lemah.
c. Keluhan Saat dikaji
18
Pasien mengatakan babnya cair, pasien juga mengatakan sulit beraktifitas normal
dikarenakan seluruh badannya terasa sangat lemah, pasien juga mengatakan sering
merasa mual hingga muntah.
d. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien mengatakan bahwa ia telah mengetahui bahwa ia mengidap HIV semenjak
tahun 2014, namun ia jarang memeriksakannya ke rumah sakit dikarenakan merasa
kondisi tubuhnya masih fit. Bru setelah komplikasi muncul pasien datang ke rumah
sakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat. anggota keluarga yang mengidap
penyakit yang sama.
3. GENOGRAM

Keterangan :

: Laki- laki meninggal

: perempuan meninggal

: : laki-laki hidup
: prempuan hidup
: Perempuan Hidup

: pasien
19
Data Biologis.
a. Pola Nutrisi
SMRS : Pasien makan 3 kai sehari dengan menu
bervariasi satu porsi habis
MRS : Pasien tidak nafsu makan,pasien hanya
makan 1 kali sehari , dan porsi makan
rumah sakit tidak habis.

b. Pola Minum
SMRS : Pasien minum 6-7 gelas sehari (1,5-2) literper hari
MRS : Pasien minun 5-6 gelas sehari (0,8-1) literper hari
c. Pola Eliminasi
SMRS : Pasien sering BAB, Konsistensi BAB cair dan sudah terjadi
selama kurang lebih 3 bulan
MRS : konsistensi Bab pasien cair dan berlendir ,
frekuensi sering 3 kali sehari, Bak selalu
bersamaan dengan Bab.
d. Pola istirahat Tidur
SMRS : Pasien tidur 5-6 jam sehari
MRS : Pasien tidur hanya 2-3 jam sehari.

e. Pola Hygene
Mandi
SMRS : Pasien mandi sendiri namun dengan bantuan
keluarga
MRS : Pasien tidak mandi dan menyikat gigi ketika
sakit
Cuci Rmbut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat sakit
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya sesekali
20
Gosok gigi
SMRS : Pasien gosok gigi 2 kali sehari
MRS : Pasien menggosok gigi 1 kali bahkan jarang
bila tak ada yang membantu.

4. Pola aktivitas
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Elimnasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Makan dan minum √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orng lain dan alat
4 : tergantung orang lain dan madiri.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV TD : 130/90 mmHg
N : 96 kali/menit
RR : 28 kali/menit
S : 39,1︒C
Berat Badan
21
SMRS : 52 kg ±pada 3 bulan yang lalu
MRS + : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BB 50
IMT : 2 = = 18,36
(T B ) (1,6 52 )
Keterangan : IMT Normal = 18,5-24,5 kg/m2
b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris,rambut pirang,kulit kepala
lembab,tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Mata
Inspeksi : Sklera puti, dapat melihat jelas,bola mata simetris,konjungtiva
anemis, ada reaksi terhadap cahaya, tidak menggunakan alat
bantu, fungsi pengelihatan normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret dan polip
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,benjolan,dan bengkak
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, sedikit
terdapat serumen,dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning,bibir pucat, lidah sedikit kotor, mukosa
mulut lembab
Palpasi : Otot rahang kuat
g. Leher
Inspeksi : Terdapat pembesaran KGB Submandibula sinistra ukuran 4,4cm

22
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, arteri karotis teraba lemah

h. Thorax
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi,respirasi 30 x/m , tampak
retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
auskultasi : Suara nafas Ronkhi
perkusi : Batas paru normal

i. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba
Auskultasi : S1 dan S2 regular
perkusi : Batas jantung normal

j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi,perut tampak kurus dan distensi
Palpasi : Terdapat sedikit nyeri tekan pada bagian Kuadran kanan atas
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
perkusi : Supel

k. Genetalia
Pasien Menggunakan popok,dan menolak dikaji lebih lanjut karena merupakan
privacy.
l. Ekstremitas
kanan kiri
4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4

keterangan : Terpasang infus di tangan kiri (Rl 20 tpm)


1 : Tidak Mampu bergerak sama sekali
2 : Hanya mampu menggerakkan ujung ekstrimitas
23
3 : Hanya mampu menggeser sedikit
4 : Mampu menggerakkan tangan dengan bantuan,saat bantuan
dilepaskan tangan ikut jatuh
5 : kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi
sesaat lalu jatuh
6 : Kekuatan otot mampu melawan gravitasi

6. Pemeriksaan Laboratorium (2-02-22)

a. SGPT : 9,5 ul normal : 3 - 3,5


b. SGOT : 34,2 ul : 8 - 33
c. Creatinin : 1.14 mg/dl : 0,75 -1,5
d. Urea : 39,5 mg/dl : 15- 45
e. Gol darah : O
7. Pemeriksaan Medis
04-02-22
Ringer Laktat 20 tpm
Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Furosemid 50 mg/24 jam
Cotri 2 x 5 tab
Club 2 x 300 mg

05-02-22
Ringer Laktat 20 tpm
Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Novaldo 500 mg/ml
Inj Furosemid 50 mg/24 jam
24
06-02-22
Ringer Laktat 20 tpm
Inj cefotaxime 1 gr/8 jam
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj Ondan 1 amp/ 12 jam
Inj Novaldo 500 mg/ml
Antasida
Inj Furosemid 50 mg/24 jam

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan
C. INTERVENSI

Dignosa keperawatan NOC NIC

Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan Bowel management


cairan dan elektrolit perawatan selama 3 x 24
berhubungan dengan out jam, klien diharapkan 1. Kaji status dehidrasi:
put yang berlebihan dapat memenuhi NOC : mata, tugor kulit dan
membran mukosa.
Bowel elimination 2. Kaji pemasukan dan
Hydration pengeluaran cairan
Kriteria hasil : 3. Pemeriksaan
laboratorium sesuai
 Frekuensi bab dalam program : elektrolit,
batas normal Hb, Ph, dan albumin.
 Nyeri perut tidak ada 4. Observasi dan catat

25
 Peristaltik dalam batas
normal
 Konsistensi stool
padat
Turgor kulit

frekuensi defekasi,
karakteristik dan
jumlah
5. Dorong diet tinggi
serat dalam batasan
diet, dengan masukan
cairan sedang sesuai
diet yang dibuat

Medication
management

D. Implementasi dan Evalasi


No. Hari/tanggal Implementasi Hari/ Evaluasi (catatan
dx tanggal perkembangan)

1. 05/02/2022 1. Mengkaji status 05/02/2022 Subyektif


dehidrasi : mata, turgor
Jam 09.00 kulit dan membran Jam 14.00 Klien mengatakan
mukosa. Hasil : minum 4 gelas sehari
konjungtiva mata

26
anemis, turgor kulit Klien mengatakan bab
jelek, membran mukosa berkurang hanya 3
pucat kali dalam sehari
2. Mengkaji pemasukan Obyektif
dan pengeluaran cairan
Hasil : minum 4 gelas Klien masih
perhari, cairan RL 28 tampak lemas
tetes/menit, output bab Turgor kulit
5 kali perhari masih jelek
3. Kolaborasi pemeriksaan Mukosa kering
laboratorium sesuai Klien dan keluarga
program : elektrolit, Hb, memahami proses
Ph, dan albumin. medikasi
Hasil; memberikan saran Analisis
pemeriksaan penunjang
4. Mengobservasi dan Masalah belum teratasi
mencatat frekuensi
defekasi, karakteristik Planning
dan jumlah, Hasil: bab 5
kali konsistensi cair Intervensi di lanjutkan
5. Mendorong diet serat
dalam batasan diet
dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang
dibuat
6. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat anti diare dan
antibiotik Hasil;
pemberian antapulgit
27
dan cotrimoxasol
7. Memantau efektifitas
medikasi
Hasil : rentang waktu
bab lebih panjang
8. Mengedukasi pasien
dan keluarga dalam
ketepatan medikasi
Hasil : pasien dan
keluarga memahami
9. Bantu dan Edukasi
Pasien dan Keluarga
Cara Penggunaan dan
pengantian Pempers
yang baik dan benar.
Hasil : pasien dan
keluarga memahami
2 05/02/2022 1. Mengkaji intake 05/02/2022 Subyektif
10.00 makanan dan minuman 14.00
2. Memonitor intake dan Klien mengatakan mual
out put makanan dan dan muntah berkurang
minuman Klienmenghabiskan
3. Memberikan makanan ½ porsi makanan yang
tinggi kalori danprotein disajikan
4. Menganjurkan klien Obyektif
membersihkan mulut / Klien masih
menggosok gigi setiap tampak lemas,
habis makan Konjungtiva
5. Membatasi masukan masih anemis
lemak sesuai indikasi BB : 51kg
6. Kolaborasi dengan ahli Analisis
28
gizi
7. Menimbang berat badan Masalah belum teratasi
8. Kolaborasi pemberian
anti emetik Hasil: Planning
pemberian ranitidin
injeksi Intervensi di lanjutkan

3 06/02/2022 4. Mengkaji status 06/02/2022 Subyektif


10.00 dehidrasi : mata, tugor 14.00
kulit dan membran Klien mengatakan
mukosa. minum 5 gelas sehari
5. Mengkaji pemasukan Klien mengatakan
dan pengeluaran cairan bab berkurang hanya
6. Kolaborasi pemeriksaan 2 kali dalam sehari
Laboratoriumsesuai Obyektif
program : elektrolit, Hb,
Ph, dan albumin Klien sudah tampak
7. Mengobservasi membaik Turgor
danmencatat frekuensi kulit baik Mukosa
defekasi, karakteristik berwarna merah
dan jumlah muda ..
8. Mendorongdiet serat Klien dan keluarga
dalam batasan diet, bersedia mengikuti
dengan masukan cairan anjuran medikasi
sedang sesuai diet yang Analisis
dibuat Masalah teratasi
9. Kolaborasi dengan tim Planning
medis dalam pemberian Intervensi selesai
obat anti diare dan
antibiotik
10. Memantau efektifitas
29
medikasi
11. Mengedukasi pasien dan
keluarga dalam
ketepatan medikasi
12. Memberikan antapulgit
1 tab dan
cotrimoxasol
4 06/02/2022 2. Memonitor intake dan 06/02/2022 Subyektif
10.00 out put makanandan 14.00 Klien mengatakan
minuman sudah tidak mual dan
muntah
3. Memberikan Klien mengatakan
makanan tinggi menghabiskan porsi
kalori dan protein makanan yang
4. Menganjurkan klien disajikan
menggosok gigi setiap Obyektif
habis makan
5. Membatasi masukan Klien masih tampak
lemak sesuai indikasi membaik
Konjungtiva merah
6. Kolaborasi dengan ahli muda Mukosa
gizi lembab
BB: 51,2 Kg
7. Memberikan anti emetik
ranitidin injeksi Analis
Masalah teratasi
8. Menimbang berat badan Planning
Intervensi selesai

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka adapun simpulan yang dapat penulis ambil
yaitu sebagai berikut eiminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh
baik berupa urinedemi menjaga homeostasis tubuh. eliminasi urine merupakan
kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan kelangsungan
hidup manusia. eliminasi dibutuhkanmanusia untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
Adapun organ – organ yang berperan dalam proses eliminasi urine diantaranya ginjal,
ureter, kandung kemih, uretra. Eliminasi merupakan proses pembuangan atau
pengeluaran metabolism berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan. Adapun
sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi ini adalah sistem gastrointestinal
yang meliputi usus halus dan usus besar.
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel
(feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet, asupan Cairan,
aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi Selama Defekasi, Nyeri,
Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan, Pemeriksaan Diagnostik. Dengan
kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan mempermudah saat kita melakukan asuhan
keperawatan.
5.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat mengetahui
segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal.

31
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia / Dr. Risnah, S.KM., S.Kep.,
Ns., M.Kes, Musdalifah, S.Kep., Ns., M.Kes., M.Kep, A. Adriana Amal, S.Kep., Ns., M.Kep,
Nurhadiyah, S.Kep., Ns., M.Kep, Rasmawati, S.Kep., Ns., M.Kep : Jakarta: TIM, 2022
Delaune, Sue C., Ledner, Patricia K. 2011. Fundamentals of Nursing: Standards and Patrice,
Delmar a Divison of Thomson Learning. United State of America
Taylor, C.R.,Lilis, C., Lemone, P.,Lynn,p., 2011. Fundamental of Nursing: The Art and
Science of Nursing Care, 7th ed. Wolsters Kluwer. China

32

Anda mungkin juga menyukai