Pembahasan Bab 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

G.

PEMBAHASAN
Esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol membentuk ester. Esterifikasi merupakan transformasi asam
karboksilat atau turunannya menjadi ester. Menurut Gerpen dkk (2004)
sebagaimana dikutip oleh Arita dkk (2020) menyebutkan bahwa asam sulfat
menjadi sangat sering dipakai sebagai katalis proses esterifikasi karena
mudah didapatkan dan memiliki kemurnian yang tinggi. Esterifikasi dengan
katalis asam akan berlangsung dengan cepat.
Reaksi esterifikasi dapat dilangsungkan dengan bantuan katalis
asam dan reaksinya bersifat reversible. Tanpa keberadaan asam kuat, reaksi
akan berjalan sangat lambat, tetapi akan mencapai kesetimbangan dalam
waktu singkat ketika asam kuat dan alkohol berada dalam sistem reaksi
bersama. (Fessenden 1982).
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
esterifikasi :
1. Suhu
Reaksi esterifikasi adalah reaksi reversible (dapat balik), sehingga suhu
akan berpengaruh terhadap konstanta kesetimbangan kimia.

2. Waktu Reaksi
Waktu reaksi berpengaruh dalam reaksi esterifikasi. Dalam industri,
waktu reaksi diinginkan sependek mungkin dengan yield produk yang tinggi
guna mengurangi biaya operasi.
3. Perbandingan Pereaksi
Naiknya perbandingan mol reakstan akan mempercepat laju reaksi,
sehingga konversi reaktan membentuk produk akan semakin besar.

4. Pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk memperbesar peluang tumbukan
antarmolekul-molekul pereaksi, hal ini akan mempercepat terjadinya reaksi.
5. Katalisator
Keberadaan katalis dalam suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi.
Meskipun katalis berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, namun katalis
tidak ikut bereaksi dan tidak mengalami perubahan secara kimiawi pada
akhir reaksi. Selain itu, katalisator juga berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi. Jika jumlah katalisator dinaikkan, maka energi aktivasi akan turun,
sehingga laju reaksi akan meningkat.
(Setyaningsih dkk, 2017)
Dari hasil percobaan, etil asetat diperoleh dengan mereaksikan
50 mL asam asetat encer dengan 150 mL etanol encer. Etanol yang
digunakan dibuat berlebih dengan tujuan meningkatkan jumlah
pembentukan ester. Sesuai dengan prinsip le’chatelier, bahwa apabila
konsentrasi salah satu pereaksi diperbesar maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan sehingga ester yang terbentuk lebih banyak. Kemudian
larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer agar mempercepat terjadinya
reaksi karena molekul-molekul pereaksi saling bertumbukan.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

CH3COOH + CH3CH2OH → CH3COOCH2CH3 + H2O


Asam asetat + etanol etil asetat + air

Secara teoritis pada kondisi kesetimbangan reaksi, terdapat


asam asetat atau etil asetat dan asam sulfat dalam larutan melalui beberapa
percobaan dapat diketahui jumlah mol asam mula-mula. Berkurangnya
jumlah mol asam asetat atau bertambahnya jumlah mol etil asetat mulamula
disebut konversi.

Untuk menentukan asam asetat awal (A0) dilakukan dengan


mengambil cuplikan (campuran asam asetat dengan etanol) kemudian
diberi indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,4 N. Larutan akan
berubah dari tidak berwarna menjadi warna ungu ketika mencapai titik
ekivalen (mencapai kesetimbangan). Volume rata-rata titran yang
diperoleh adalah 33 mL dan didapatkan konsentrasi asam asetat awal
sebesar 2,64 N. Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Asam asetat + natrium → natrium + air
Ekuivalen adalah titik yang menunjukkan saat titran yang
ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan zat yang dititrasi. Penentuan
ekivalen asam asetat bebas dan total dilakukan dengan menambahkan asam
sulfat sebanyak 6 tetes agar mempercepat reaksi pembentukan etil asetat
karena asam sulfat merupakan asam kuat yang dapat mengkatalis lebih
cepat. Kemudian larutan dipanaskan dan diaduk menggunakan magnetic
stirrer, suhu reaksi dijaga sekitar 70-80°C. Setelah itu, mengambil cuplikan
sebanyak 2 kali setiap 20 menit selama 1 jam dimana cuplikan I (sebanyak
2 kali) dititrasi dengan NaOH 0,4 N dan cuplikan II dititrasi dengan HCl
0,4 N.

Cuplikan I berguna untuk menentukan ekivalen asam asetat


bebas. Cuplikan I yang telah diambil lalu diberikan indikator PP kemudian
larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,4 N hingga mencapai titik ekivalen
ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi ungu.
Didapatkan volume titran pada menit 20 sebanyak 31,7 mL, menit 40
sebanyak 29,3 mL, dan menit 60 sebanyak 27,6 mL.

Cuplikan II berguna untuk menentukan ekivalen asam total.


Cuplikan II yang telah diambil kemudian didinginkan dan diberi KOH
alkoholis sebanyak 40 mL dan indikator PP. Penambahan KOH alkoholis
betujuan untuk melarutkan asam asetat. Kemudian larutan dipanaskan
selama 10 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Larutan dititrasi dengan
HCl 0,4 N hingga mencapai titik ekivalen ditandai dengan perubahan warna
dari ungu menjadi tidak berwarna. Didapatkan volume titran pada menit 20
sebanyak 5 mL, menit 40 sebanyak 6,5 mL, dan menit 60 sebanyak 7,5
mL.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakhry dan Rahayu


(2016) menyatakan bahwa konversi reaksi semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi. Hal ini terjadi karena jumlah asam
asetat pada reaktan semakin sedikit sehingga jumlah kenaikan konversi
tidak signifikan. Pada praktikum ini hasil konversi dihitung berdasarkan
banyaknya asam asetat yang berubah menjadi Ester atau selisih asam total
dengan jumlah asam-asam bebas dibagi dengan asam asetat mula-mula.
Dari hasil perhitungan diperoleh konversi esterifikasi pada menit 20 adalah
22,1212%, menit 40 adalah 24,8484% dan menit 60 adalah 26,9697%.
H. KESIMPULAN
Konversi esterifikasi asam asetat dengan etanol menggunakan
asam sulfat ditunjukkan dalam table berikut :
No Waktu (Menit) Konversi (%)

1. 20 22,1212
2. 40 24,8484
3. 60 26,9697

Anda mungkin juga menyukai