Makalah Ketauhidan
Makalah Ketauhidan
Makalah Ketauhidan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Demikian juga ketika Rasulullah SAW sedang naik unta berdua bersama
Muaz, ketika itu Rasulullah SAW bertanya tentang hak Allah atas hamba dan hak
hamba atas Allah, selanjutnya Rasulullah SAW menyebutkan bahwa “Hak Allah
atas hamba adalah bahwa hamba menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
sedangkan hak hamba atas Allah, tidak diazab hamba yang tidak menyekutukan-
Nya.” ( H.R Bukhari). Dalam hal pengajaran, disebutkan dalam hadis Anas bin
1
Ayi Darma, “Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains”: Sunan
Gunung Djati State Islamic University of Bandung, Jurnal Pendidikan Islam UIN
Sunan Gunung Djati, Bandung, Vol. XVII No. 1, 2012,h.70
2
Malik yang diriwayatkan di dalam Bukhari-Muslim dan selainnya. Rasulullah
SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda. “Hendaknya hal
pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah pesaksian bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, maka jika mereka mentaatimu
dalam hal itu… dan seterusnya sampai akhir hadis”. (H.R Bukhari ).
Allah telah menegaskan bahwa untuk tauhid inilah para nabi diutus,
Rasulallah telah mempraktikkannya dan sekaligus memerintahkan agar hendaklah
yang pertama diseru adalah kalimat tauhid ini. Masih banyak lagi dalil-dalil al-
Qur’an maupun sunah berkenanan dengan masalah tauhid yang menunjukkan
betapa tauhid merupakan hal yang paling penting dan merupakan inti dari ajaran
Islam. Tidaklah bermanfaat secara akhirat amal apapun selagi pelakunya syirik
atau tauhidnya rusak. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hanya dengan
tauhid yang baik maka segala hal yang lainnya akan baik dan tidak sebaliknya.
Tidak mengherankan kalau Rasulallah berdakwah selama 13 tahun di Mekah
hanya menyeru kepada tauhid, demikian juga Nabi Nuh hingga 950 tahun beliau
mendakwahkan tauhid walaupun hasilnya hanya segelintir orang saja yang
beriman.
Begitu pentingnya tauhid, sehingga kita sebagai manusia yang baru
dilahirkan dimuka bumi ini di adzankan dimana lafadz azan terdapat kalimat
tauhid untuk meng-Esakan Allah. Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh
muslim untuk mengesakan Allah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.2
Kita mengenal bahwa tauhid terbagi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah, (QS.
10: 31 dan QS. 40: 84-89 ).Tauhid inilah yang telah meyakini oleh orang-orang
musyrik Quraisy Kedua, Tauhid Uluhiyah, (QS. 47: 19). Ketiga, Tauhid asma’
wa.
2
Muhammad Hasbi, Ilmu Tauhid Konsep Ketuhanan Dalam Teologi
Islam,(Cet.I; Magowo-Banguntapan,Yogyarta,2016),h.1
3
2. Pengertian Tauhid
Para ulama Aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: Tauhid adalah
keyakinan tentang keesaan Allah SWT. dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan
ibadah hanya kepada-Nya serta menetapkan nama-nama dan sifat-sifat
kesempurnaan bagi-Nya. Dengan demikian maka biasa dikatakan bahwa tauhid
terbagi menjadi tiga macam yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan
Tauhid Asma dan Sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka
meneliti dalil-dalil AL Quran dan hadits yang terkait dengan keesaan Allah
subhanahu wa ta’ala. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini masing-
masing tauhid tersebut.
Berdasarkan pokok bahasan dalam kajian tauhid di atas tersebut, maka
tauhid diklasifikasikan kepada tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tauhid
Ubudiyah.
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah di dalam
perbuatan-perbuatan-Nya. Yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya:
Pencipta seluruh makhluk.
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu.”
(QS. Az Zumar: 62)
Pemberi rizki kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang
memberi rezekinya…” (QS. Hud: 6)
Penguasa dan pengatur segala urusan alam, yang meninggikan lagi
menghinakan, menghidupkan lagi mematikan, memperjalankan malam dan
siang dan yang maha kuasa atas segala sesuatu.
“Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,engkau berikan
kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan
dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau
kehendaki dan engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan
4
engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala
sesuatu. Engkau masukan malam kedalam siang dan engkau masukan siang
kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan engkau beri rizki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imron: 26 -27).
Dengan demikian Tauhid Rububiyah mencakup keimanan kepada tiga hal
yaitu:
1) Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah secara umum seperti,
memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan dan lain-lain.
2) Beriman kepada qadha dan qadar Allah.
3) Beriman kepada keesaan Zat-Nya.
b. Tauhid Asmā wa Şhifat
Tauhid Asmā wa Şhifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah
subhanahu wa ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan
Al Hadits dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-
hukumnya. Allah berfirman: ”Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. Al A’rof:
180). “Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi.” (QS. Ar
Rum: 27).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid Asma wa Sifat adalah sebagai
berikut:
1) Menetapkan semua nama dan sifat tidak menafikan dan menolaknya.
2) Tidak melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah di luar yang
telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
3) Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat
makhluk-Nya.
4) Tidak mencari tahu tentang hakikat bentuk sifat-sifat Allah.
5) Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntutan asma dan sifat-Nya.
Kedua macam tauhid di atas termasuk dalam satu pembahasan yaitu tentang
keyakinan atau pengenalan tentang Allah. Oleh karena itu kedua macam tauhid 5
tersebut biasa disatukan pembahasannya dengan nama tauhid ma’rifah dan itsbat
(pengenalan dan penetapan).
Pada dasarnya fitrah manusia beriman dan bertauhid ma’rifah dan itsbat.
Oleh karena itu orang-orang musyrik dan kafir yang dihadapi oleh para Rasul
tidak mengingkari hal ini. Dalilnya adalah firman Allah:
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ‘Arsy yang benar? ‘Maka akan menjawab, ‘Kata-
kanlah:’Siapakah jyang ditangan-Nya berada kekuasan atas segala sesuatu
sedan Dia melindungi,tetapi tidak ada yang dapat melindungi diri (azab0-
Nya,jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyan Allah.’
Katakanlah, ;(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’’’(QS. Al Mu’minun: 86-89)
c. Tauhid Uluhiyah 6
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-
perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti berdoa,
bernadzar, menyembelih kurban, bertawakal, bertaubat, dan lain-lain.
“Dan Tuhan adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemura lagi Maha Peyayang”
(QS.Al Baqoroh:163)
Tauhid inilah yang dituntut harus ditunaikan oleh setiap hamba sesuai
dengan kehendak Allah sebagai konsekuensi dari pengakuan mereka tentang
Rububiyah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah. Kemurnian Tauhid Uluhiyah
akan didapatkan dengan mewujudkan dua hal mendasar yaitu:
1. Seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah bukan kepada yang
lainnya.
2. Dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan perintah dan
larangan Allah.
Ketiga macam tauhid di atas memiliki hubungan yang tidak bias dipisahkan,
dimana keimanan seseorang kepada Allah tidak akan utuh sehingga terkumpul
pada dirinya ketiga macam tauhid tersebut. Tauhid Rububiyah seseorang tak
berguna sehingga dia bertauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah, serta Tauhid
Uluhiyah seseorang tak lurus sehingga dia bertauhid asma dan sifat. Singkatnya,
mengenal Allah tak berguna sampai seorang hamba beribadah hanya kepada-Nya.
Dan beribadah kepada Allah idak akan terwujud tanpa mengenal Allah. Tauhid
memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Karena pada dasarnya
manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan Allah
diutus bukan untuk memperkenalkan tentang Allah semata. Namun hakikat
7
dakwah para Rasul adalah untuk menuntut mereka agar beribadah hanya kepada-
Nya. Dengan demikian materi dakwah para rasul adalah Tauhid Uluhiyah. Oleh
karena itu istilah tauhid tatkala disebutkan secara bebas (tanpa diberi keterangan
lain) maka ia lebih mengacu kepada Tauhid Uluhiyah. Dalam kehidupan manusia
tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di antaranya sebagai berikut:
1. Hakikat tujuan penciptaan jin dan manusia.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
(hanyalah) menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai
Nabi terakhir Nabi kita Muhammad SAW. diutus oleh Allah untuk mengajak
8
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita
sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rasul kita Muhammad SAW.
untuk beribadah hanya kepada Allah semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh
terhadap seruan Rasulullah ini?” Tanyakanlah hal ini pada masing-masing kita
dan jujurlah
Sebelumnya manusia adalah umat yang satu, berasal dari Nabi Adam as.
Mereka beriman dan menyembah hanya kepada Allah saja. Kemudian datanglah
syaitan menggoda manusia untuk mengada-adakan bid’ah dalam agama mereka.
Bid’ah-bid’ah kecil yang semula dianggap remah saat generasi berganti generasi,
bid’ahnya pun semakin menjadi. Hingga pada akhirnya menggelincirkan mereka
kepada bid’ah yang sangat besar, yaitu kemusyrikan.
Iblis terbilang cukup ‘sabar’ dalam melancarkan aksinya selama sepuluh
abad untuk menggelincirkan keturunan Adam as. kepada kemusyrikan -
sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.Hingga tatkala seluruhnya
tenggelam dalam kemusyrikan, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nuh as.
Demikianlah, setiap kali kemusyrikan merajalela pada suatu kaum, maka Allah
mengutus rasul-Nya untuk mengembalikan mereka kepada tauhid dan menjauhi
syirik.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat(untuk
menyerukan): “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thoghut (sembahan
selain Allah).” (QS.An Nahl: 36)
Setelah Rasulullah SAW. diutus, Allah SWT. tidak lagi mengutus rasul. Hal
ini bukanlah dalil bahwa kemusyrikan tidak akan pernah terjadi lagi seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikatakan
beberapa orang. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa akan
senantiasa ada segolongan dari umat ini yang berada di atas tauhid dan
mendakwahkannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Musli
2. FUNGSI TAUHID
9
Adapun fungsi tauhid yaitu:
1. sebagian sumber dan motifator perbuatan kebijakan dan keutamaan.
2. Membimbing manusia dijalan yang benar, sekaligus mendorong mereka
untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan,kekacauan,dan kegoncangan
hidup yang dapat menyesatkan.
4. mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
5. sebagai pokok dan landasan berfikir dan bertindak bagi umat islam
6. memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari
kesesatan dan kemusyrikan.
7. membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan
Allah melalui petunjuk Nabi SAW.3
3. TUJUAN TAUHID
Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan keyakinan atau kepercayaan agama
dengan jalan akal fikiran disamping kemantapan hati bagi seseorang yang percaya
padaNya dengan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan tersebut dan
berusaha menghilangkan berbagai keraguan yang masih melekat atau sengaja
dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu.4
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah
1. mengenal Allah Swt dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti
2. menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah Swt dari sifat sifat yang
sempurna
3. mensucikan Allah Swt dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan
semua rasul rasul Nya.
4. Meyakini segala sifat kesempurnaan yang telah dimiliki Allah serta
membenarkan setiap risalah ataupun ajaran rasul-Nya
3
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-tauhid-ilmu-tauhid-
tujuan.html
4
https://viniagilvirgiani.wordpress.com/2017/05/20/sumber-manfaat-dan- 10
tujuan-mempelajari-tauhid/
5. Mengarahkan hati, akal, dan seluruh anggota badan untuk senantiasa
hanya bergantung kepada Allah (Tawakkal).
6. Mendapatkan ketenangan Jiwa.
4. PEMBATAL TAUHID
1. Menyekutukan Allah (syirik).
َ ) ُأولَِئ56( قُ ِل ا ْدعُوا الَّ ِذينَ زَ َع ْمتُ ْم ِم ْن دُونِ ِه فَال يَ ْملِ ُكونَ َك ْشفَ الضُّ ِّر َع ْن ُك ْم َوال تَحْ ِويال
َك الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ يَ ْبتَ ُغون
َ ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َربُ َويَرْ جُونَ َرحْ َمتَهُ َويَخَافُونَ َع َذابَهُ ِإ َّن َع َذ
57( اب َربِّكَ َكانَ َمحْ ُذورًا
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain
Allah, maka tidaklah mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya
11
5
https://almanhaj.or.id/3165-pembatal-pembatal-keislaman.html
darimu dan tidak pula dapat memindahkannya.’ Yang mereka seru itu mencari
sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-nya, dan mereka mengharapkan
rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu
yang (harus) ditakuti.” [Al-Israa’: 56-57]
Yaitu orang yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir -baik dari Yahudi,
Nasrani maupun Majusi-, orang-orang musyrik, atau orang-orang mulhid (Atheis),
atau selain itu dari berbagai macam kekufuran, atau ia meragukan kekufuran
mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, maka ia telah kafir.
Termasuk juga seseorang yang memilih kepercayaan selain Islam, seperti Yahudi,
Nasrani, Majusi, Komunis, Sekularisme, Masuni, Ba’ats atau keyakinan
(kepercayaan) lainnya yang jelas kufur, maka ia telah kafir.
Juga firman-Nya:
ََو َم ْن يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َوهُ َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat ia termasuk
orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
Orang yang meyakini bahwa ada petunjuk lain yang lebih sempurna
dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau orang meyakini bahwa ada
hukum lain yang lebih baik daripada hukum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum Thaghut daripada hukum
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah kafir.
Juga orang-orang yang menghalalkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan
dalil-dalil syar’i yang telah tetap, seperti zina, riba, meminum khamr, dan
berhukum dengan selain hukum Allah atau selain itu, maka ia telah kafir
berdasarkan ijma’ para ulama.
ٰ ك هُم ٰۤ ُ ْ هّٰللا
َالظّلِ ُموْ ن ُ َ ول ِٕى َ َو َم ْن لَّ ْم يَحْ ُك ْم بِ َمٓا اَن
زَل ُ فَا
13
“… Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.” [Al-Maa-idah:
45]
Allah Ta’ala berfirman:
Yaitu orang yang marah, murka, atau benci terhadap apa-apa yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun ia melakukannya,
maka ia telah kafir.
“Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka. [Muhammad: 8]
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang di-turunkan Allah (Al-Qur-an), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala)
amal-amal mereka.” [Muhammad: 9]
6
http://mutiarapangestu.blogspot.com/2016/11/fungsi-dan-peran-tauhid-
dalam-kehidupan.html 15
2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan,
dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti ini.
]٢٥:٤٣[ َأ َرَأيْتَ َم ِن اتَّ َخ َذ ِإ ٰلَهَهُ هَ َواهُ َأفََأ ْنتَ تَ ُكونُ َعلَ ْي ِه َو ِكياًل
َ َأ ْم تَحْ َسبُ َأ َّن َأ ْكثَ َرهُ ْم يَ ْس َمعُونَ َأوْ يَ ْعقِلُونَ ۚ ِإ ْن هُ ْم ِإاَّل َكاَأْل ْن َع ِام ۖ بَلْ هُ ْم َأ
]٢٥:٤٤[ ضلُّ َسبِياًل
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh muslim untuk mengesakan Allah
dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tujuan Tauhid
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah
1. mengenal Allah Swt dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti
2. menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah Swt dari sifat sifat yang
sempurna
18
3. mensucikan Allah Swt dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan
semua rasul rasul Nya.
4. Pembatal Tauhid
19
Daftar Pustaka
https://viniagilvirgiani.wordpress.com/2017/05/20/sumber-manfaat-dan-tujuan-
mempelajari-tauhid/
20