Perjalanan Pendidikan Nasional

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh :Nurul Amanira Azwa Binti Mohd.Rozi

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan manusia agar dapat berproses menjadi


seorang individu yang merdeka. Arti kata merdeka yang dimaksud adalah manusia dapat
tumbuh dan berkembang sesuai kodrat yang dimiliki, serta menjadi manusia yang mendapatkan
kebahagaiaan setinggi-tingginya.

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menuntun anak agar dapat
menjadi individu yang merdeka. Oleh karena itu sebelum kita dapat mendidik seorang individu
kita harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Berikut
adalah rangkuman perjalanan pendidikan nasional di Indonesia:

1. Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan (zaman kolonial)


Pada zaman kolonial Indonesia telah dijajah oleh beberapa Negara. Negara tersebut
mempengaruhi pendidikan yang berada di Indonesia. Beberapa negara yang berpengaruh
terhadap pekembangan pendidikan di Indonesia yakni:

 Pendidikan masa Belanda


Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan kekuasaan
baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Belanda
menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu digantikan
dengan agama Protestan yang dianutnya.Berangkat dari pemahaman itulah sekolah-
sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh
agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di Ambon
didirikan oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca,
menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah.
Pendidikan yang dilakukan pada zaman kolonial terpaku terhadap ideologi bangsa
Belanda,sehingga pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan pemahaman Belanda
yang berakibat pada pendidikan yang diatur secara sistematis agar murid/siswa yang
mengikuti pendidikan di zaman kolonial akan mengikuti serta menjadikan pembelajaran
yang didapatkan, perjalanan yang didapatkan adalah sebuah landasan yang akan
diteruskan ke zaman berikutnya. Pendidikan yang diberikan oleh Belanda kepada
masyarakat Indonesia bertujuan untuk menciptakan SDM masyarakat Indonesia yang
siap menjadi tenaga kerja untuk Belanda dan diberi upah yang minim.
Namun, pendidikan yang diberikan oleh Belanda memberi dampak positif terhadap
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia mulai dapat belajar membaca dan
menghitung. Selain itu dampak positif dari pendidikan yang diberikan Belanda adalah
terbentuknya Lembaga pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh tokoh-tokoh
pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah:

 Bung Tomo yang mendirikan Kweek School,


 KH Ahmad Dahlan yang mendirikan pendidikan Muhammadiyah,
 Trikomo Dharmo yang mendirikan kumpulan pemuda,
 RA Kartini yang memperjuangkan hak perempuan,
 Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa.

 Pendidikan pada masa Jepang


Jepang merupakan Negara yang menjajah Indonesia dengan jangka waktu yang cukup
pendek yakni dari 17 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945. Jepang juga memberikan
pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk berperang. Masyarakat diajarkan untuk
bergotong-royong untuk membangun pertahanan untuk perang, masyarakat juga
diajarkan untuk mengumpulkan hasil alam untuk bahan pangan perang. Sisi positif yang
dapat diambil dari pendidikan yang diberikan oleh Jepang adalah pendidikan untuk
bertahan dari peperangan yang dapat terjadi kapanpun. Dari pendidikan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan yang diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan
masing-masing Negara.

 Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan


Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran
Republik Indonesia yang beranggotakan 52 orang. Panitia ini bertugas untuk meninjau
masalah pendidikan dan pengajaran kanak-kanak dari tingkat taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi. Selain itu, hal lain yang juga menjadi perhatian panitia ini adalah
terkait rencana pelajaran, organisasi pemeliharaan isi pendidikan dan pengajaran.
Setelah beberapa bulan bekerja, panitia ini mengusulkan beberapa pokok saran kepada
pemerintah, yaitu: Pedoman pendidikan dan pengajaran harus diubah secara mendasar,
khusus mengenai pengajaran diharapkan agar bisa mendapat tempat yang teratur dan
saksama. Mengenai pengajaran tinggi disarankan agar diadakan seluas-luasnya,
disarankan agar diusahakan pengiriman pelajar-pelajar ke luar negeri kewajiban
bersekolah, panitia menyarankan wajib sekolah dilaksanakan secara bertahap,
sesingkat-singkatnya 10 tahun.
Setelah pemerintah menerima saran-saran tersebut, disusunlah struktur dan
sistem pendidikan baru. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi warga
negara yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya
kepada negara. Dasar-dasar pendidikan menganut prinsip demokrasi, kemerdekaan, dan
keadilan sosial. Kondisi pendidikan di Indonesia setelah merdeka ini mengarah terhadap
perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan di era ini, bangsa Indonesia berusaha menghilangkan paham-paham
pendidikan Belanda, sehingga siswa Indonesia memiliki ciri khas dari siswa Indonesia.
Pembelajaran didesain sedemikian rupa agar budaya bangsa Indonesia dapat terus
diwariskan ke generasi selanjutnya.
 Pendidikan di Indonesia pada era pendidikan pada abad ke-21
Keberadaan abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang mana
pada abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi. Pada saat ini
Indonesia memasuki dan bahkan sedang berjalan era revolusi industri 4.0. Pada
pembelajaran ini tidak lagi berfokus terhadap penerapan kebudayaan lagi namun,
berfokus terhadapat kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan
komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi. Pada zaman ini teknologi
merupakan sarana utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sebagai seorang
guru, kita perlu meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi serta dapat
memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga akan
membentuk siswa atau peserta didik yang memiliki kecakapan di era abad ke-21.

REFLEKSI

 Berdasarkan pidato sambutan Ki Hajar Dewantara saat pemberian gelar Doktor Honoris Causa oleh
Universitas Gajah Mada (7 November 1956)

"Pendidikan" adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam
masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi
dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya yang dimana saya merefleksi diri untuk menjadikan
pendidikan itu adalah sebagai tempat menanam benih. Hal ini karena kebudayaan dari
pendidikan lah muncul peradaban generasi Indonesia yang beradab dan berakhlak mulia.

Disamping pendidikan kecerdasan pikiran, harus ada pendidikan yang kultural dimana saya


merefleksikan yang masih ada keterkaitan dengan poin pertama bahwa pendidikan bukan
hanya sekedar untuk kecerdasan kognitif tetapi juga membangun moral dan etika peserta didik.

Didiklah anak-anak kita dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya
dimana saya merefleksi bahwa saya harus terus belajar menyesuaikan dengan perkembangan
zaman agar saya bisa mengajar peserta didik sesuai dengan zamannya.

Tiap tahun pelajar-pelajar kita terus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang
intelektualitas. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya, sebaliknya
mereka belajar hanya untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam rapor sekolah atau hanya untuk
mendapatkan ijazah dimana saya merefleksi diri bahwasanya ketika saya menjadi seorang guru
saya berusaha untuk menanamkan kepada peserta didik bahwa nilai bukan segalanya
melainkan proses pembelajaran itulah yang sebaik-baiknya. Proses pembelajaran disini
dimaksudkan dengan proses pembelajaran yang jujur, berkepribadian baik sehingga dari proses
pembelajaran ini lahirlah generasi-generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia yang
tentunya sesuai dengan profil pelajar pancasila.

 Pernyataan Ki Hadjar Dewantara juga merupakan suatu refleksi diri bagi saya

"Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
agar dapat memperbaiki tingkah-lakunya. Hidup dan tumbuhnya kodrat anak (bukan dasarnya)"
Dari sini saya merefleksi diri ketika nanti menjadi seorang guru kita harus tau apa yang
menjadi kompetensi dari dalam diri anak didik saya lalu dari sanalah saya berangkat untuk
mengembangkan potensi dirinya bukan menuntut peserta didik untuk menjadi pribadi yang
bukan sebenarnya pada dirinya akan tetapi tidak memaksakan apa yang menjadi keinginan saya
agar dilakukan oleh peserta didik namun apa yang menjadi kodratnya apa yang menjadi bakat
dan minatnya itulah sebisa mungkin akan saya arahkan untuk mengembangkan potensi
mereka, supaya peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam mencapai
tujuannya seperti pernyataan Ki Hadjar Dewantara.

Anda mungkin juga menyukai