Referat THT Fix - Putri Caroline 712020042
Referat THT Fix - Putri Caroline 712020042
Referat THT Fix - Putri Caroline 712020042
Oleh:
Pembimbing:
dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL
REFERAT
Judul:
OTITIS MEDIA AKUT
Disusun Oleh:
Putri Caroline, S.Ked
Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 sebagai salah satu syarat dalam me
ngikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorokan Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palemba
ng BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan k
arunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Otitis
Media Akut” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Seni
or (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan Kepala-
Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Fakultas Kedokteran Uni
versitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sa
mpai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggoroka
n Kepala-Leher di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa yan
g tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak kesal
ahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat memb
angun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................3
1.3.1. Manfaat Teoritis.................................................................................3
1.3.2. Manfaat Praktisi.................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.11 Prognosis............................................................................................20
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
ring dan telinga tengah. Anak usia dibawah 5 tahun biasanya akan mengalami infeksi s
aluran pernapasan atas sebanyak dua sampai tujuh episode per tahunnya. Anak yang se
ring mengalami episode ISPA memiliki kemungkinan yang besar mengalami episode O
MA.4,5
Walaupun OMA paling sering terjadi pada usia enam bulan sampai tiga tahun
tetapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. Patofisiologi terjadinya otitis media terdiri
dari berbagai faktor, yaitu: faktor individu, faktor anatomi/fisiologi, dan faktor
lingkungan. Komplikasi dapat terjadi akibat OMA yang tidak diobati, pengobatan yang
tidak adekuat, dan adanya bakteri yang resisten terhadap antibiotik.6
Beberapa negara maju menjelaskan bahwa otitis media akut merupakan infeksi
yang umum pada usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat. Prevalensi otiti
s media akut di setiap negara berbeda-beda, namun biasanya berada pada kisaran 2,3 %
– 20 %. Salah satu laporan Active Bacterial Core Surveilance (ABCs) dari Center for
Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak ena
m juta kasus per tahun. Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan T
engah (43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%),
Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak – ana
k mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA.7
Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gang
guan telinga tertinggi (4,6%).Di Indonesia sendiri belum ada data baku tentang prevale
nsi otitis media akut. Berdasarkan survei kesehatan indra pendengaran tahun 1993-199
6 pada 7 provinsi di Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga tengah populasi s
egala umur di Indonesia sebesar 3,9%.7
Oleh karena itu, penting bagi dokter dan keluarga khususnya orang tua untuk
dapat mendeteksi secara dini gejala OMA dan melakukan pengobatan untuk mencega
h komplikasi lebih lanjut.
2
ngenai Otitis Media Akut selama menjalani kepaniteraan klinik dan seterusnya.
3
BAB II TINJA
UAN PUSTAKA
Gambar 1. Telinga
4
5
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi ol
eh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara a
tau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dit
eruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang a
kan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran d
an perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga cairan perilimfe pada skala ves
tibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang m
endorong cairan endolimfe sehingga akan menimbulkan gerak relatif an
tara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan ran
gsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-
sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermua
tan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
7
ebih sering terjadi pada sub-populasi tertentu seperti mereka dengan riwa
yat masa kanak-kanak OM berulang, langit-langit mulut sumbing, imuno
defisiensi atau status immunocompromised, dan lain-lain.10
Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan Te
ngah (43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Ti
mur (3,93%), Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggr
is, sebanyak 30% anak – anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya
karena OMA. Di Amerika Serikat, sekitar 20 juta anak – anak menderita
OMA setiap tahunnya. Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk keempat n
egara dengan prevalensi gangguan telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara l
ainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%).11
Di Indonesia sendiri belum ada data baku tentang prevalensi otiti
s media akut. Berdasarkan survei kesehatan indra pendengaran tahun 199
3-1996 pada 7 provinsi di Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telin
ga tengah populasi segala umur di Indonesia sebesar 3,9%. 4 Penelitian O
MA di Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013 di dapatkan penderi
ta OMA terbanyak pada kelompok toddles (40,4%), anak laki- laki (52
%), anak-anak dengan pekerjaan orang tua ibu rumah tangga (48,1%). Di
dapatkan bahwa dari 52 kasus OMA di Rumah Sakit Immanuel Bandung
tahun 2013 didapatkan 43 kasus dengan faktor risiko ISPA yaitu sebanya
k 82,7%.12
Penelitian OMA juga dilakukan di Poli THT- KL RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2015 di dapatkkan 192 pasien OMA dengan kejadi
an tertinggi, pada musim hujan (65,6%), usia 6-12 tahun (30,7%), laki-la
ki (56,3%), keluhan otalgia (57,3%), stadium hiperemis (unilateral) (46,7
%) dan hiperemis-hiperemis (bilateral, sinistra- dextra) (36,8%), serta ri
wayat infeksi saluran nafas atas (85,9%).13
Manifestasi Klinis
Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur p
asien. Pada anak yang sudah bicara, keluhan utama adalah rasa nyeri di d
alam liang telinga, dapat disertai suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terda
pat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar, atau pa
da orang dewasa, rasa nyeri dirasakan pada telinga dan dapat terjadi gan
gguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar
14
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA ialah suhu tubuh yang tingg
i hingga 39,5 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tib
a-tiba anak menjerit waktu tidur, keluar cairan dari telinga, diare, kejang-
kejang, sulit makan, rewel, dan kadang-kadang anak memegang/menarik
telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret aka
n mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang. T
anda klinis yang dapat ditemukan, seperti kemerahan dan gerakan terbata
s pada membran timpani, membran timpani menonjol, nyeri tekan teling
a, cairan keluar dari telinga, efusi/pengumpulan cairan di telinga tengah. 1,
14
Anamnesis
Pasien biasanya mengeluhkan gejala rasa penuh dan nyeri di telinga. Kel
uhan seringkali diawali dengan batuk dan pilek pada anak atau adanya o
bstruksi/sumbatan pada tuba eustachius. Pada stadium supurasi, pasien ta
mpak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga b
ertambah hebat, sedangkan setelah terjadinya perforasi membran timpani,
anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan anak d
apat tertidur nyenyak.14
Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik dapat sesuai dengan stadium
OMA:1
Stadium oklusi: retraksi membran timpani. Kadang-kadang membra
n timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh
pucat.
Stadium hiperemis: pembuluh darah yang melebar di membran tim
15
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis otitis media harus selalu dimulai dengan pemeriksa
an fisik dan penggunaan otoskop, idealnya otoskop pneumatic.16,17
Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium jarang diperlukan. Pemeriksaan sepsis leng
kap pada bayi kurang dari 12 minggu dengan demam dan tidak a
da sumber yang jelas selain otitis media akut yang terkait mungki
n diperlukan. Studi laboratorium mungkin diperlukan untuk men
gkonfirmasi atau mengecualikan kemungkinan penyakit sistemik
atau kongenital terkait.
Pencitraan
Pencitraan tidak diindikasikan kecuali komplikasi intra-temporal
atau intrakranial menjadi perhatian. Ketika komplikasi otitis medi
a dicurigai, computed tomography dari tulang temporal dapat me
ngidentifikasi mastoiditis, abses epidural, tromboflebitis sinus sig
moid, meningitis, abses otak, abses subdural, penyakit tulang pen
16
1. Kolesteatoma
2. Demam pada bayi dan balita
3. Demam tanpa fokus
4. Gangguan pendengaran
5. Polip hidung anak
6. Kanker nasofaring
7. Otitis eksterna
8. Virus parainfluenza manusia (HPIV) dan virus parainfluenza lainn
ya
9. Perokok pasif dan penyakit paru-paru
10. Rinitis alergi anak
11. Meningitis bakterialis pada anak
12. Refluks gastroesofageal anak
13. Infeksi Haemophilus influenzae pada anak
14. Infeksi HIV pada anak
17
Komplikasi intrakranial :
20
Meningitis
Empiema subdural
Abses otak
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateral
Hidrosefalus otitis
3.1 Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga bagian
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang dari 3 mingg
u disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri, pendengaran berkurang, d
an keluarnya cairan. OMA paling banyak terjadi pada anak-anak, dua pertiga d
ari semua anak mengalami OMA pada 3 tahun pertama kehidupan.
Otitis media Akut memiliki lima stadium, yaitu stadium oklusi,
stadium hiperemis, stadium supuratif, stadium perforasi, dan stadium resolusi.
Penegakan diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana pada OMA tergantung dari
penyebab yang mendasari penyakitnya dan tergantung pada stadium yang
sedang diderita, pengobatan berupa medikamentosa dan non medikamentosa.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kese
hatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 2018. Edisi ke 7. Jaka
rta: Balai Penerbit FKUI.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. 2006. Sing
apore. Elsevier Inc.
3. Arief, T., Triswanti, N., Wibawa, F. S., & Rulianta Adha, G. A. Karakteristik
Pasien Otitis Media Akut. 2021. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
10(1), 7–11. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.492. Diakses pada 19
Agustus 2022.
4. Mahardika, I. W. P., Sudipta, I. M., Wulan, S., Sutanegara, D., & Denpasar,
S. KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA AKUT DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI – DESEMBER
TAHUN 2014 terutama pada anak-anak . Anak-anak lebih rentan terhadap
OMA dikarenakan anatomi dan sistem. 2015. Acute Otitis Media is a disease
that affec. 8(1), 51–55. hhtps://ojs.unud.ac.id/index.php.eum
5. Purba, L. A., Imanto, M., & Angraini, D. I. Hubungan Otitis Media Akut
Dengan Riwayat Infeksi Saluran Pernapasan Atas Pada Anak. 2021. Medula,
10(4), 670–676.
7. Yuniarti, D., Triola, S., & Fitriyasti, B. Prevalensi Otitis Media Akut di RS
Islam Siti Rahmah Padang Tahun 2017. Health & Medical Journal, 1(1), 59–
63. https://doi.org/10.33854/heme.v1i1.220
8. Arief, dkk. Karakteristik Pasien Otitis Media Akut. 2021. JIKSH. Vol 10
No.1. doi:%20https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.492
23
10. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
11. Samuel S, Kardinan B, Soeng S. Karakteristik Pasien Rawat Inap Otitis Medi
a Akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2013.
2014. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
12. Hasil survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran. 2006. Departeme
n Kesehatan RI Ditjen pembinaan kesehatan masyarakat Direktorat bina upay
a kesehatan puskesmas.
13. Aini PD. Karakteristik Pasien Otitis Media Akut Pada Anak di Poliklinik TH
T-KL RSUP Dr. M.Djamil Padang Periode 2010-2014. 2015. Padang: Fakult
as Kedokteran Universitas Andalas.
14. Ghanie, A. Penatalaksanaan Otitis Media Akut pada Anak. Departemen Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Teggorokan, Kepala dan Leher. Fakultas
Kedokeran Universitas Sriwijaya. 2010.
15. Aljohani, Z., et al. Otitis Media Causes and Management. International
Journal of Community and Medicine and Public Health. 2018, 5(9): pp. 1-6
17. Homme JH. Acute Otitis Media and Group A Streptococcal Pharyngitis: A
Review for the General Pediatric Practitioner. Pediatr Ann. 2019 Sep
01;48(9):e343-e348. [PubMed]
18. Abdelaziz AA, Sadek AA, Talaat M. Differential Diagnosis of Post Auricular
Swelling with Mastoid Bone Involvement. Indian J Otolaryngol Head Neck S
urg. 2019 Nov;71(Suppl 2):1374-1376. [PMC free article] [PubMed]
19. Suri NA, Meehan CW, Melwani A. A Healthy Toddler With Fever and Let
hargy. Pediatrics. 2019 May;143(5) [PubMed]
20. Dorner RA, Ryan E, Carter JM, Fajardo M, Marsden L, Fricchione M, Higg
ins A. Gradenigo Syndrome and Cavitary Lung Lesions in a 5-Year-Old Wi
th Recurrent Otitis Media. J Pediatric Infect Dis Soc. 2017 Sep 01;6(3):305-
308. [PubMed]