BAB 1 Putriretno
BAB 1 Putriretno
BAB 1 Putriretno
DISUSUN OLEH:
PUTRI RETNOWATY
NIM. P05120319036
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau yang dikenal dengan nama
hipertensi adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
diatas batas normal yaitu lebih dari 120/80 mmHg. Menurut (WHO), batas
tekanan darah normal adalah kurang dari 135/85 mmHg. Batasan untuk
orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun adalah bila sudah lebih dari
140/90 mmHg maka sudah dapat dikatakan sebagai Hipertensi (Tarigan,
dkk, 2018). Negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia
adalah beberapa contoh negara dengan tingkat kesadaran akan Hipertensi
masih rendah yaitu kurang dari 50 persen. Digunakan aturan global
mengenai tingkat kontrol hipertensi yaitu tekanan darah di bawah 140/90
mmHg (Yilmaz, 2018).
Berdasarkan kasus hipetensi pada tahun 2018 diseluruh dunia
sekitar 40% dari orang dewasa yang berusia 25 tahun keatas telah
terdiagnosis dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di
wilayah Afrika sebesar 46% sedangkan prevalensi terendah terjadi di
Amerika sebesar 35% (WHO, 2018). Data WHO 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliyar orang di dunia menderita hipertensi, yang artinya 1
dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi. Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi
(Kemenkes RI, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2021, angka penderita
hipertensi se-Kota Bengkulu sebanyak 286,339% jiwa. Berdasarkan data
Riskesdas Propinsi Bengkulu tahun 2021 dan data Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu, jumlah penderita hipertensi di Kota Bengkulu dalam kurun
waktu 1 tahun ini sangat menjolak drastis. Data dari Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu pada bulan September tercatat 497 penderita di wilayah
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu yang didominasi oleh perempuan
sebanyak 320 penderita dan laki-laki sebanyak 177 orang.
Hipertensi merupakan suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan
tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini dapat
mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan
penyakit degeneratif, hingga kematian (Nur et al., 2019).
Biasanya pasien hipertensi tidak mengetahui kalau dirinya
mengidap hipertensi setelah terjadi komplikasi. Kebanyakan orang merasa
sehat dan energik walaupun hipertensi, keadaan ini tentu sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal (Hardini et al., 2021)
Manajemen atau penanganan yang tepat, sangat diperlukan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. Manajemen tekanan darah tinggi ini
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu manajemen farmakologi dan
manajemen non-farmakologi. Penanganan farmakologi dapat berupa
pemberian obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Penanganan non-farmakologi berupa pemberian intervensi seperti terapi
musik klasik, terapi musik alam, terapi relaksasi (pemberian aromaterapi)
dan lain sebagainya (Tyashapsari & Zulkarnain, 2017).
Pengobatan hipertensi mengunakan terapi non-farmakologi juga
dapat berupa akupresur (akupuntur tanpa jarum), pengobatan herbal dari
China, terapi jus, terapi herbal, pijat, yoga, aromaterapi, pernafasan dan
relaksasi, pengobatan pada pikiran tubuh, biofeedback meditasi serta
hypnosis (Kenia & Taviyanda, 2013). Terapi non-farmakologi menjadi
salah satu alternatif yang masih sangat berpengaruh untuk dapat
menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien Hipertensi. Intervensi non-
farmakologi yang bisa diterapkan untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan cara mendengarkan musik dan menghirup aromaterapi.
Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi
adalah bunga mawar. Pada saat aromaterapi mawar dihirup, molekul yang
mudah menguap akan membawa unsur aromatic yang akan merangsang
memori dan respon emosional yang menyebabkan perasaan tenang dan
rileks serta dapat memperlancar aliran darah (Hardini et al., 2021)
Aromaterapi bunga mawar adalah terapi dengan menggunakan
essensial bunga mawar. Saat ini aromaterapi sangat berkembang untuk
digunakan sebagai pengobatan yang dapat mencegah dan menyembuhkan
tanpa efek samping yang berbahaya (Astuti & Nugrahwati, 2018). Peneliti
lebih memilih aromaterapi bunga mawar karena terapi tersebut mudah
dilakukan oleh semua kalangan dan bahannya mudah didapatkan, bunga
mawar memiliki kandungan minyak atsiri yang mempunyai aroma wangi
yang tajam, minyak atsiri pada bunga mawar mengandung senyawa phenyl
ethyl, alcohol, geraniol, nerol, dan citronella yang ketika dihirup kemudian
akan di interpretasikan oleh sel neuron dan dihantarkan ke sistem limbik
dan hipotalamus sehingga akan memberikan rangsangan pada memori dan
respon emosional.
Sebagai bahan utama aromaterapi bunga mawar dapat memberikan
ketenangan pada jasmani, rohani dan pikiran, serta dapat menjauhkan dari
perasaan cemas dan gelisah. Sedangkan efek farmakologi dari aromaterapi
bunga mawar ialah dapat memperlancar sirkulasi peredaran darah, anti
radang, menghilangkan bengkak, dan dapat menetralisir racun. Seperti
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ana, tekanan darah pada
penderita hipertensi sebelum diberikan aromaterapi bunga mawar
memiliki rata-rata yaitu 124 mmHg dan setelah diberikan terapi
mengalami penurunan sekitar 113 mmHg. Dari hasil tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi
bunga mawar terhadap penurunan tekanan darah dan peneliti juga
menjelaskan bahwa tidak terdapat efek samping yang ditimbulkan oleh
aromaterapi tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa .aromaterapi
bunga mawar aman untuk diberikan kepada klien hipertensi (Mariza,
2016).
Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayah dkk. (2015) tentang
perbandingan efektivitas terapi musik klasik dengan aromaterapi mawar
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi bahwa terdapat pengaruh
aromaterapi mawar terhadap penurunan tekanan darah pada pasien atau
penderita hipertensi.
Pada era modern saat ini terapi musik sangat popular untuk bidang
kesehatan, terutama untuk penurunan tekanan darah di Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 menjelaskan
bahwa dibutuhkan upaya bersama untuk menyadarkan masyarakat agar
senantiasa melindungi diri dan keluarga dari Penyakit Tidak Menular
(PTM) dengan cara membiarkan berperilaku CERDIK, yaitu Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet
sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Pada program
kemenkes tersebut, salah satu cara menekan atau mencegah bahaya
hipertensi atau penyakit tidak menular adalah mengelola stress yaitu dapat
dilakukan dengan melakukan terapi suara, seperti mendengarkan musik
(Kemenkes, 2016).
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011).
Pada dewasa ini banyak jenis musik yang dapat diperdengarkan
namun musik yang menempatkan kelasnya sebagai musik bermakna medis
adalah musik klasik mozart, karena musik ini memiliki magnitude yang
luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki
nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa,
ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks (Dofi, 2010). Dari
beberapa penelitian tentang pengaruh berbagai jenis musik klasik,
akhirnya banyak dari peneliti tersebut menganjurkan musik klasik Mozart
yang diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart karena aplikasi medis
musik Mozart telah membuktikan hasil yang menakjubkan bagi
perkembangan ilmu kesehatan (Dofi, 2010)
Menurut Yunita (2011) bahwa jenis musik klasik Mozart
merupakan musik lambat atau sesuai dengan denyut jantung maka akan
bereaksi dengan mengeluarkan hormone (serotonin) yang dapat membuat
rasa nikmat dan senang.
B. Rumusan Masalah
Tingginya Prevalensi lansia dengan hipertensi menyebabkan
gangguan sistem peredaran darah yang mengakibatkan kenaikan tekanan
darah di atas normal. Banyak lansia menghiraukan penyakit hipertensi
dikarenakan hal yang biasa. Walaupun hipertensi dianggap hal yang biasa
tetapi harus dilakukan penanganan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Berdasarkan hasil survey, lansia kurang mengetahui tentang
pengobatan Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar. Maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh
perubahan hipertensi setelah pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar terhadap penurunan tekanan darah penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu?
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas,
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisa apakah terdapat
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi yang diberikan
terapi musik klasik Mozart dan aromaterapi mawar di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu tahun 2023
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk diketahui gambaran
karakteristik penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Ikan Kota Bengkulu tahun 2023
a. Mengetahui karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, dan
lama menderita hipertensi
b. Mengetahui rata rata penurunan tekanan darah pada responden
sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar
c. Mengetahui perbedaan rata rata penurunan tekanan darah yang
dilakukan oleh responden sebelum dan sesudah Perlakuan umum
sesuai puskesmas kontrol
d. Mengetahui pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar terhadap penurunan tekanan darah penderita
hipertensi
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN TEORI
A. Hipertensi
1. Definisi
Penyakit tekanan darah tinggi atau sering disebut dengan hipertensi
adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah di dinding pembuluh darah arteri. Keadaan ini
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk
menyalurkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal
tersebut dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah,
bahkan menyebabkan penyakit degeneratif, hingga kematian (Nur et
al., 2019)
Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi bisa dilakukan
dengan mengukur tekanan darah setidaknya dua kali pada waktu yang
berbeda. Jika dalam dua kali pengukuran tekanan darah tetap tinggi,
maka patut dicurigai bahwa orang tersebut menderita hipertensi
(Lingga, 2012).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi
(memompa darah). Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah
ketika jantung berelaksasi. Pada saat beristirahat, sistolik dapat
dikatakan normal jika berada pada nilai 100-140 mmHg. Sedangkan
diastolik dikatakan normal jika berada pada 60-90 mmHg (Sari, 2017).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90
mmHg pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak
diketahui. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan hipertensi
primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, dan gaya
hidup (Hardini et al., 2021)
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
kondisi lain pada satu organ atau sistem tubuh, misalnya penyakit
ginjal (Noviyanti, 2015).
3. Etiologi
Penyakit hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang memiliki potensi menimbulkan masalah dan kerugian kesehatan
bisa disebut dengan faktor risiko. Pada kasus hipertensi, faktor risiko
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah
dan faktor risiko yang dapat diubah (Sari, 2017).
Faktor risiko pada kasus hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri
dari :
1) Usia
Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi
yang tidak dapat diubah. Secara umum semakin bertambahnya usia
seseorang, maka akan semakin besar pula risiko akan terkena
hipertensi. Hal itu disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Yusman, 2011).
2) Jenis kelamin
Pria cenderung lebih banyak menderita penyakit hipertensi dari
pada wanita. Hal tersebut dikarenakan adanya dugaan bahwa gaya
hidup pria yang kurang sehat dibandingkan dengan wanita. Akan
tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita akan mengalami
peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal itu disebabkan
karena adanya perubahan hormonal yang dialami wanita yang
sudah menopause (Sari, 2017).
3) Keturunan (Genetik)
Seseorang yang memiliki riwayat keturunan hipertensi akan
berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Selain itu, faktor keturunan juga dapat berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam (NaCl) dan renin membran sel
(Anggraeni, 2009).
Sementara itu, faktor risiko kejadian hipertensi yang dapat diubah yaitu :
1) Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan dimana lemak menumpuk secara
berlebihan di dalam tubuh dan menghambat aliran darah di dalam
tubuh (Sari, 2017).
2) Merokok
Merokok juga menjadi salah satu pemicu terjadinya hipertensi.
Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan.
Bagi penderita hipertensi yang memiliki aterosklerosis atau
penumpukkan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat
memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit-
penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit jantung
(Ehsan, 2011).
3) Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebih
Konsumsi alkohol menyebabkan peningkatan kadar kortisol,
peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Sari, 2017).
7. Penatalaksanaan
Tujuan program dari setiap pasien adalah untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Setiap
program sangat efektif jika ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi (Kosanke, 2019b)
1) Terapi Non-farmakologis
Penatalaksanaan terapi non-farmakologis dapat berupa
berbagai macam cara untuk mengubah gaya hidup yang lebih
sehat untuk mencegah penyakit tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan non-farmakologis
terdiri dari berbagai macam modifikasi gaya hidup, yaitu :
1.Mempertahankan berat badan ideal (tidak obesitas) 2.Kurangi
asupan natrium 3.Batasi konsumsi alkohol 4.Hindari merokok
5.Penurunan stress 6.Terapi pijat 7.Terapi musik 8.Aromaterapi
2) Terapi farmakologis
Setelah melakukan terapi non-farmakologis selanjutnya
akan didampingi dengan terapi farmakologis, hal ini tergantung
dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien yang mengalami
hipertensi (seperti adanya penyakit lain). Terapi farmakologis yaitu
dengan mengkonsumsi obat-obatan, salah satunya ialah obat
antihipertensi (Kosanke, 2019b)
Penatalaksanaan menggunakan obat-obatan, antara lain : 1.Diuretik
(Hidroklorotiazid) 2.Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin
dan Reserpin) 3.Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
4.Vasodilator (Prasosin, Hidralisin) 5.Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) inhibitor (Captropil) 6.Penghambat angiotensin II
(Valsartan) 7.Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
8. Komplikasi
Menurut (Anshari, 2020), tekanan darah tinggi yang tidak diobati
dapat menyebabkan gangguan pada system organ tubuh, yang dapat
memicu berbagai penyakit lainnya. Beberapa komplikasi yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi yaitu:
1) Stroke adalah kerusakan otak yang disebabkan oleh tekanan darah
tinggi kronis Ketika arteri yang mensuplai otak menjadi membesar
atau menebal, sehingga aliran darah ke area suplai berkurang.
Arteri aterosklerotik di otak menjadi lemah, meningkatkan
kemungkinan pembentukan aneurisma. Tekanan tinggi penyakit ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, yang mendorong cairan
ke dalam ruang interstisial di seluruh system saraf pusat. Hal ini
dapat menyebabkan neuron di sekitarnya kolaps dan menyebabkan
koma atau bahkan kematian.
2) Penyakit ginjal kronis dapat terjadi karena kerusakan progresif
yang disebabkan oleh tekanan tinggi di kapiler ginjal dan
glomeruli. Kerusakan pada glomeruli menyebabkan darah mengalir
ke unit fungsional ginjal, menyebabkan kerusakan pada nefron dan
terus kekurangan oksigen yang menyebabkan kematian ginjal.
Kerusakan mesangium juga mengakibatkan ekskresi protein dalam
urin, sehingga sering ditemukan edema akibat penurunan
osmolaritas koloid plasma.
3) Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah retina. Semakin tinggi tekanan darah, dan semakin
lama tekanan darah tinggi berlangsung, semakin banyak kerusakan
yang dapat ditimbulkannya. Penyakit retina lainnya yang terjadi
akibat tekanan darah tinggi antara lain ischemic optic neuropathy
atau kerusakan saraf optic karena aliran darah yang buruk, oklusi
arteri dan vena retina karena penyumbatan aliran darah ke arteri
dan vena retina. Pasien dengan retinopati hipertensi awalnya tidak
menunjukkan gejala dan akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
4) Infark miokard terjadi Ketika aterosklerosis atau thrombosis di
arteri coroner menghalangi aliran darah melalui pembuluh ini,
mencegah otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokard yang tidak terpenuhi dapat
menyebabkan iskemia miokard, yang pada gilirannya
menyebabkan infark.
C. AROMATERAPI MAWAR
1. Definisi
Aromaterapi terdiri dari dua kata, yaitu aroma yang berarti harum
atau wangi, dan therapy yang bisa diartikan sebagai cara pengobatan
atau penyembuhan. Pengertian aromaterapi adalah “suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan
menggunakan minyak essential (essential oil)” (Hardini et al., 2021)
2. Manfaat
Tujuan dari pemberian aromaterapi mawar ini adalah agar tubuh
yang sedang mengalami hipertensi dapat rileks dengan menggunakan
minyak essential (essential oil) dan tekanan darah yang semula tinggi
dapat turun tanpa menggunakan obat-obatan kimia (Kenia &
Taviyanda, 2013).
3. Fisiologi Aromaterapi Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Aromaterapi ini memasuki hidung pasien serta berhubungan
langsung dengan cilia atau rambut-rambut halus yang berada di dalam
hidung dan terhubung langsung dengan tonjolan olfaktorius yang
berada diujung saluran penciuman. Ujung dari saluran penciuman itu
berhubungan dengan otak. Bau dari aromaterapi tadi diubah oleh cilia
menjadi impuls listrik yang akan diteruskan ke otak. Semua impuls
tadi akan mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari
otak manusia yang di kaitkan dengan suasana hati, emosi dan belajar
kita. Semua bau dari aromaterapi tadi akan mencapai sistem limbik
dan memiliki pengaruh kimia langsung pada suasana hati (Kenia &
Taviyanda, 2013).
4. Prosedur Pemberian Aromaterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Untuk melakukan pemberian aromaterapi kepada pasien, perawat
harus menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi
tersebut. Setelah semua peralatan siap, dekatkan semua peralatan tadi
ke samping pasien. Atur posisi pasien sesuai dengan keinginannya
(duduk/berbaring). Kemudian perawat menyalakan aromaterapi di
dekat pasien dan biarkan pasien menghirup aromaterapi itu selama
kurang lebih 5 sampai 10 menit (Kenia & Taviyanda, 2013).
D. KERANGKA TEORI
Usia Obesitas
Usia
Jenis kelamin
Kebiasaan
merokok
Keturunan
Konsumsi
genetik
alkohol
Hipertensi
1. Olahraga 1. Diuretik
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan ilmu yang menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen
dengan variabel dependen (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian kerangka konsep menjelaskan tentang penyebab
hipertensi, perjalanan terjadinya masalah hipertensi, hingga tindakan atau
terapi yang akan diberikan. Adapun kerangka konsep yang akan diteliti
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan
Mengurangi Menghentikan
Mengontrol
Olahraga Mencegah Relaksasi intake kebiasaan
pola makan
stressor sodium merokok
B. Hipotesis Penelitian
H1 : Adanya perbedaan efektivitas terapi musik klasik (Mozart) dan
aromaterapi mawar terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
C. Definisi Operasional
Variabel
depende
n:
Penuruna Nilai tekanan Mengukur Tensimeter …..mmHg Rasio
darah diastolik
n tekanan yang tekanan
darah menggambarkan darah
kondisi saat
diastolik
jantung istirahat menggunaka
memompa darah n tensimeter
keseluruh tubuh
yang diukur
menggunakan
tensimeter
Variabel
perancu
Usia
Umur seseorang Wawancara Formulir Hasil ukur Rasio
yang dihitung dari pengumpul berupa umur
sejak lahir hingga an data responden
saat ini ….tahun
Jenis Suatu varian yang Wawancara Formulir Hasil ukur Nominal
kelamin membedakan pengumpul berupa 0 = laki
antara laki-laki an data – laki
dan Perempuan 1 = perempuan
Pekerjaa Jenis perbuatan Wawancara Formulir Hasil ukur Nominal
n atau kegiatan untuk pengumpul berupa 0 =
memperoleh an data Tidak bekerja
imbalan atau upah 1= Bekerja
Lama Rentang waktu Wawancara Formulir ……tahun Rasio
menderit penderita menderita pengumpul
a hipertensi yang an data
hiperten dihitung sejak awal
si diagnosis oleh
dokter
BAB IV
METODE PENELITIAN
kelompok intervensi O X1 O
1 2
kelompok kontrol O X2 O
3 4
Keterangan :
O1 : pre-test (sebelum dilakukan intervensi)
X1 : intervensi (Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar)
O2 : post-test (sesudah dilakukan intervensi)
O3 : pre-test (sebelum dilakukan kontrol)
X2 : kontrol (Senam Lansia)
O4 : post-test (sesudah dilakukan kontrol)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu tahun 2023.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan 2023.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang
akan diambil (Notoatmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah
lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sample Purposive Sampling. Perhitungan jumlah sampel
pada penelitian ini ditentukanberdasarkan rumus beda 2 mean seperti
dibawah :
2
n=2 σ ¿¿ Keterangan :
n = besar sampel
α
Z 1− = standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 =
2
1,96)
Z 1−β = standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β = 0,842)
1 2 2
σ2 = ( s 1 +s )
2
(12,81)2+(11.28)2
σ2 =
2
164,09+ 127,23
σ2 =
2
455,28
σ2 =
2
σ2 = 227,64
2
n = 2(227,64)+(1,96+ 0,84)
¿¿
455,28+7,84
n=
301,36
n = 11,8 = 12
Drop out = 12 X 50% = 6
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1) Lansia yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter dengan tekanan darah
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
2) Responden adalah lansia laki-laki yang berumur ≥ 60 tahun
3) Lansia dalam kondisi psikis yang tenang / kooperatif
b. Kriteria ekslusi
1) Responden yang menolak saat dilakukan intervensi
2) Responden yang tidak mau menyelesaikan terapi
3) Responden yang terputus terapinya
4) Responden yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi atau terputus
selama prosen intervensi