Permasalahan Sumber Daya Air Di Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

ermasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi

pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan,  dan permasalahan dari sisi
manajemen.

1. Permasalahan Sumber Daya Air dari sisi pasokan/ketersediaan.

1. Pengaruh Global Climate Change. Pengaruh global climate change seperti “efek
rumah kaca”, pemanasan global dan sebagainya menyebabkan semakin sering dan
semakin besarnya intensitas “extreme climate events” sebagaimana dua kejadian yang
berlawanan yang kita alami akhir-akhir ini yaitu LaNina (fenomena /curah hujan
dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan ElNino
( fenomena sebaliknya /kekeringan).
2. Kerusakan Daerah Aliran Sungai. Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin
tingginya sedimentasi akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian serta
perkebunan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air yang didorong oleh
tekanan kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta
tata ruang yang tidak kondusif.
3. Kerusakan Sumber Air. Menyempitnya  sungai-sungai karena tingginya tingkat
kandungan lumpur akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS
maupun akibat sampah yang dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang
menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu banjir. Adanya
situ-situ yang dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan semakin
menurunnya resapan untuk “recharge” air tanah.  Tercemarnya sumber-sumber air
seperti sungai, danau, dan waduk oleh limbah industri, penduduk maupun pertanian.
4. Krisis Air.Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang
penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan
air meskipun siklus curah hujan relative sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi
karena disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama tapi kualitas air yang
secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan dari
DAS serta pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat
pembuangan segala macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain,
kebutuhan air semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonomi, sehingga telah terjadi ketidak seimbangan  antara pasokan air dan
kebutuhan akan air.
5. Pencemaran Air Tanah. Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi
air laut  dan limbah domestik dan industri. Hal ini akan membahayakan penduduk
yang memakainya sebagi air minum.
6. Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang
membahayakan, hal ini terjadi di dan sekitar kota besar.

2. Permasalahan dari sisi penggunaan

1. Dampak pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan


bertambahnya kebutuhan akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas
tanah (lahan) dan air.
2. Dampak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan
dalam meningkatnya kegiatan industri, jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari
berbagai sector diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan air baku untuk
industry ,jasa dan perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari
kebutuhan.
3. Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industri. Menurut
perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment Study) yang dikutip
dari World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia secara
fisik bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau kira-kira 25.100 ha pertahun ,
dimana 60 % perkembangan terjadi di Jawa ; 20% di Sumatera , dan 20% lainnya di
Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan
di Jawa  akan bertambah luas 15.000 Ha pertahun, disamping itu perluasan untuk
pembangunan jalan dan industri akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun.
Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa aka nada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4
juta Ha sawah irigasi yang potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian
karena letaknya yang strategis didekat pusat pertumbuhan industry maupun
pemukiman.
4. Perilaku boros air, tidak peduli dan tidak ramah lingkungan. Perilaku masyarakat
yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian juga pembuangan
sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan
penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang
sungai/kanal.

3. Permasalahan dari sisi manajemen

1. Penanganan yang terfragmentasi. Dengan sifat SDA yang dinamis  maka


penanganan SDA menjadi terfregmentasi di beberapa departemen. Tiap sektor 
menangani sehingga cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik beratkan 
kepada kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi tumpang tindih maupun “gap”
(kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi yang merencanakan dna
membuat aturan.  Institusi yang berhubungan dengan kualitas air misalnya , juga
bermacam-macam sehingga sampai saat ini masalah lingkungan masih belum
terpecahkan.
2. Kelemahan koordinasi. Koordinasi  pengelolaan sumber daya air dipusat maupun
daerah masih lemah.

 Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum
melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap
 Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata
Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia
Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan belum berfungsinya / terbentuk
PTPA dan PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa.
 PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder .
 Belum memadainya perangkat peraturan perundang-undangan.

Akibat dari Permasalahan Air

Akibat adanya hubungan timbal balik dan interaksi antara manusia dan sumberdaya air yang
ada dan lingkungan lainnya. Maka penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air yang ada
juga akan mengakibatkan kemerosotan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Akumulasi
interkasi berbagai kerusakan sumber air yang ada pada akhirnya kemudia menimbulkan
bencana pada kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa bencana alam seperti banjir,
longsor, penurunan muka air tanah, amblesan, intrusi air laut yang terjadi di pelosok tanah
air, sebetulnya bukanlah merupakan bencana alam belaka, melainkan akibat kerusakan yang
ditimbulkan manusia itu sendiri yang secara tidak langsung kemudian akan menurunkan
tingkat kualitas hidup mereka.

Selain itu penurunan fungsi sarana dan prasarana bangunan yang dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti berbagai bendungan yang diperuntukan bagi
peningkatan kuantitas sumber air dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat telah
terancam oleh adanya peningkatan sedimentasi yang terjadi pada bendungan-bendungan
tersebut sehingga akan mempengaruhi usia pakai dan kegunaannya. Peningkatan sedimentasi
terjadi akibat adanya peningkatan erosi oleh adanya kerusakan lahan dan vegetasi di bagian
hulu sungai yang merupakan konservasi sumberdaya air bagi daerah aliran sungai yang ada.
Sementara itu, pada umumnya kerusakan ditimbulkan oleh adanya tekanan hidup yang
dialami oleh para penduduk terhadap sumberdaya lahan dan kawasan yang terdapat di daerah
tersebut. Reaksi berantainya yang kemudian terjadi adalah timbulnya bencana-bencana
longsor di daerah daerah yang telah mengalami kerusakan-kerusakan tersebut.

Solusi Permasalahan

Untuk menangani permasalahan di atas, dapat dilakukan beberapa cara di bawah ini :

1. Jangka Pendek.

Program ini merupakan program yang memiliki jangka waktu berkisar 1-3 tahun, yang
dirancang untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Kegiatan dalam program ini antara lain :

1. Menggalakkan gerakan hemat air. Dengan gerakan hemat air, diharapkan


masyarakat dapat memiliki persediaan air ketika musim kemarau datang, sehingga
tidak ada lagi krisis air.
2. Menggalakkan gerakan menanam pohon, seperti one man one tree.Kesadaran
masyarakat untuk menanam pohon yang dibiarkan tumbuh besar, bisa menjadi salah
satu kegiatan yang mampu mencegah terjadinya krisis air. Dimana dengan banyaknya
pohon yang mampu menangkap air, terutama di hulu, dimungkinkan air hujan tidak
akan langsung mengalir begitu saja dari hulu ke hilir dan terbuang sia-sia ke laut,
tetapi bisa tertadahi dan dimanfaatkan ketika air mulai sukar didapat.
3. Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai.
4. Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, bendungan, dan
waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
5. Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat
sumur resapan air atau lubang resapan biopori.
6. Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tangga, industri,
pertanian, maupun pertambangan.

2. Jangka Menengah.
Program jangka menengah ini merupakan sebuah program yang dimungkinkan dapat
terealisasikan dalam waktu lebih dari 3 tahun.

1. Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah. Pengembangan proyek ini


berguna ketika air yang tersedia di penampungan air hujan tidak dapat mencukupi
kebutuhan warga ketika musim kemarau.
2. Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil. PDAM seringkali tidak
menjangkau daerah desa terpencil. Sehingga warga desa yang tidak mendapat
pasokan air dari PDAM pun akan merasakan krisis air bersih terutama ketika musim
kemarau tiba.
3. Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air
tawar.

3. Jangka Panjang

Program jangka panjang adalah program yang dirancang untuk dilakukan melalui
serangkaian proses, tidak dapat direalisasikan langsung dalam waktu yang singkat.

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya


Air.Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang
lengkap dan handal mengenai potensi dan produktivitas sumber daya air melalui
kegiatan penguatan sistem informasi yang menjamin terbukanya akses masyarakat
terhadap informasi yang ada. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat
akan semakin sadar untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya air yang
ada dengan sebaik-baiknya. Bukan berlebihan dan bukan merusak atau
mencemarinya.
2. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air dalam upaya mencegah
kerusakan dan/atau pencemaran air dan pemulihan kualitas air yang rusak akibat
pemanfaatan yang berlebihan, kegiatan industri perkotaan maupun domestik, serta
transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas air yang bersih dan sehat
sesuai dengan baku mutu lingkungan.
3. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya
Air. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan SDA, dapat mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan yang
diakibatkan oleh air, serta mencegah terjadinya krisis air akibat penggunaan air yang
berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai