Biaya Standar Dan Varians
Biaya Standar Dan Varians
Biaya Standar Dan Varians
ABSTRAK
Semua perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, jasa, makanan, dan nirlaba,
menggunakan standar dengan cakupan tertentu. Contohnya pusat service kendaraan
bermotor, sering kali menetapkan standar jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu, seperti memasang karburator atau memperbaiki katup, dan kemudian mengukur
perbandingan kinerja aktual dengan standarnya. Perusahaan manufaktur pada umunya
memiliki sistem perhitungan biaya standar yang sangat baik dalam kaitannya dengan
standar bahan baku, dan overhead untuk setiap produk. Kuantitas dan biaya standar atas
input yang di butuhkan untuk menghasilkan suatu unit produk dapat di lihat pada kartu
biaya standar (standard cost card). Penetapan Biaya Standar harus di rancang untuk
mendorong efisiensi operasi di masa yang akan dating bukan hanya pengulangan atas
operasi masa lalu yang tidak efisien. Standar cenderung berada dalam salah satu dalam dua
kategori ideal atau praktis. Penetapan biaya perkiraan melibatkan pembuatan perkiraan
biaya untuk beberapa atau semua aktivitas dalam perusahaan. Alasan inti untuk
menggunakan biaya perkiraan adalah bahwa ada sejumlah produk yang terlalu memakan
waktu jika harus dihitung nilai atau mengumpulkan biaya aktual, sehingga biaya standar
digunakan sebagai perkiraan yang mendekati biaya aktual. Karena biaya standar biasanya
sedikit berbeda dari biaya sebenarnya, akuntan biaya secara berkala menghitung varian
yang memisahkan perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan tingkat
tenaga kerja dan biaya bahan. Akuntan biaya dapat secara berkala mengubah biaya
perkiraan agar lebih selaras dengan biaya aktual.
Kata Kunci: Biaya Standar, Overhead, Standard Cost Card, Biaya Aktual
1
PENDAHULUAN
1
4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi.
5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
Menghitung biaya standar memerluakan standar fisik. Dua jenis standar fisik adalah
standar dasar dan standar sekarang. Standar dasar adalah tolok ukur yang digunakan
untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja aktual. Standar ini
serupa dengan angka indeks yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil yang
berikutnya.
2
Baku Ada dua standar dikembangkan untuk biaya bahan baku, yaitu standar harga
bahan baku dan standar kuantitas bahan baku atau standar penggunaan bahan baku.
Harga standar memungkinkan untuk (1) memantau kinerja dari departemen
pembelian dan mendeteksi pengaruhnya pada biaya bahan baku dan (2) mengukur
dampak dari kenaikan atau penurunan harga bahan baku terhadap laba. Menentukan
harga beli yang akan digunakan sebagai biaya standar sering kali sulit, karena hrga
beli bahan baku lebih dikendalikan oleh factor-faktor eksternal daripada oleh
manajemen. Harga yang dipilih sebaiknya mencerminkan harga pasar sekarang, dan
standar sebaiknya direvisi pada tanggal persediaan atau ketika harga pasar dari
bahan baku yang penting berubah. Biasanya, harga ditentukan di awal periode
akuntansi dan digunakan selama periode tersebut. Selama periode perubahan harga
yang cepat, mungkin perlu untuk mengubah harga standar secara berkala, terutama
jika persediaan dicatat di catatan akuntansi menggunakan harga standar.
Jika harga aktual yang dibayarkan lebih besar atau lebih kecil dari standar, maka
terjadai varians harga. Jika varians harga dicatat ketika bahan baku dibeli, maka
varians tersebut disebut varians harga pembelian bahan baku. Jika dicatat
kemudian, ketika bahan baku dikeluarkan ke pabrik, maka varians tersebut disebut
varians harga penggunaan bahan baku. Untuk mengilistrasikan perhitungan varians
harga pembelian bahan baku, kita liahat contoh soal: Di asumsikan 10.000 unit
Komponen 3-89 pada kartu biaya standar untuk Paxel (Gamabar 18-1) dibeli pada
harga per unit sebesar $7,44. Varians harga pembelian bahan baku dihitung sebagai
berikut:
Varians harga pembelian bahan baku sebesar $600 merupakan varians yang
menguntungkan karena harga yang dibayarkan lebih rendah dibanding standar; atau
secara khusus, biaya aktual lebih kecil sebesar $0,06 per unit dibandingkan standar.
3
Alternatifnya, varians harga pengguanaan bahan baku dapat dihitung. Varians
persediaan bahan baku sebesar $3.750 tidak menguntungkan karena persediaan dari
Komponen 3-89 telah meningkat, sehingga diasumsikan akan meningkatkan biaya
penyimpanan bahan baku. Varians kuantitas bahan baku (varians penggunaan)
dihitung dengan cara membandingkan kuantitas actual dari bahan baku yang
digunakan dengan kuantitas standar yang diperbolehkan, ketika keduanya diukur
dengan biaya standar. Kuantitas standar yang diperbolehkan adalah kuantitas bahan
baku yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk (kuantitas standar yang
diperbolehkan per unit) dikalikan dengan jumlah actual dari unit yang diproduksi
selama periode tersebut. Menghitung varians kuantitas bahan baku (atau varians
penggunaan) dapat diilustrasikan dengan 4.668 unit ekuivalen dari Paxel yang
diproduksi di Departemen Perakitan dari Wilton Manufacturing Company selama
periode tersebut. Kartu biaya standar menyatakan bahwa dibutuhkan dua unit
Komponen 3-89 per unit Paxel (Gambar 18-1), sehingga kuantitas standar untuk
bahan baku Komponen 3-89 yang diperbolehkan adalah sebesar 9.336 unit (4.668
x 2).
4
terjadi di setiap departemen, pusat biaya, atau aktivitas, pada tingkat aktivitas
tetentu yang telah ditentukan sebelumnya, biasanya kapasitas normal atau kapasitas
actual yang diperkirakan. Kemudian, anggaran biaya departemen jasa dialokasikan
ke departemen pengguna berdasarkan jumlah jasa yang direncanakan. Dasar alokasi
dapat bervariasi dari satu departemen ke departemen lain, bergantung pada sifat dari
setiap proses produksi. Ada dua pertimbangan penting dalam pemilihan dasar
alokasi yang sesuai. Pertama, untuk mengalokasikan overhead ke produk dalam
jumlah yang berarti, maka dasar mencerminkan penyebab utama dari biaya
overhead tersebut di departemen itu. Kedua, bahwa ukuran aktivitas yang dipilih
harus secara akurat dipantau untuk setiap unit atau pesanan (Masita, 2018).
Metode dua varians adalah metode yang paling sering digunakan dalam praktik,
mungkin karena metode ini yang paling mudah untuk dhitung. Kedua varians yang
dimaksudkan adalah varians terkendali dan varians volume. Varians terkendali
(controllable variance) adalah selisih antara overhead pabrik actual yang terjadi
dengan kelonggaran anggaran untuk jumlah standar dari dasar alokasi yang
diperbolehkan untuk produksi actual. Kelonggaran anggaran adalah total jumlah
standar dari overhaead variable yang dianggarkan untuk produksi actual, plus total
overhead pabrik tetap yang dianggarkan. Varians terkendali adalah tanggung jawab
dari manajer departemen ampai batas di mana mereka mengendalikan biaya
overhead yang terjadi. Varians ini terdiri atas dua elemen: (1) selisih antara
overhead pabrik tetap actual dan overhead pabrik variable standar yang
diperbolehkan dan (2) selisih antara overhead pabrik tetap actual dan overhead
pabrik tetap yang dianggarkan Varians volume adalah perbedaan antara
kelonggaran anggaran yang didasarkan pada jumlah standar dari dasar alokasi yang
diperbolehkan untuk produksi actual dan standar overhead pabrik yang dapat
dibebankan ke barang dalam proses. Varians ini merupakan tanggung jawab dari
manajer jika disebabkan oleh perubahan efisiensi produksi. Tetapi varians ini akan
menjadi tanggung jawab manajemen eksekutif jika disebabkan oleh perubahan
yang tidak diperkirakan dalam permintaan penjualan Metode Tiga Varians. Salah
satu masalah dengan metode dua varians adalah bahwa metode tersebut
menyembunyikan kelebihan atau kekurangan penggunaan dari input yang
5
merupakan dasar alokasi overhead. Metode tiga varians memerlukan perhitungan
varians pengeluaran, varians efisiensi variable, dan varians volume. Varians
pengeluaran adalah selisih antara overhead pabrik actual dan kelonggaran anggaran
berdasarkan tingkat dasar alokasi actual.
6
menggunakan biaya standar. Biasanya, ukuran aktifitas yang digunakan untuk
mengestimasikan biaya tidak menjelaskan semua variasi dalam biaya. Setiap
varians yang dilaporkan sebaiknya diteliti jika berada diluar rentang yang dapat
diterima. Hal ini memungkinkan manajer yang bertanggung jawab untuk mengakui
deviasi yang dapat diterima dari standard an mengurangi bahaya bahwa mereka
sangat enggan menghadapi risiko. Seorang manajer yang sangat khawatir bahkan
atas varians yang kecil akan menghambat dan bukannya meningkatkan efisiensi
operasi. Data masa lampau atas operasi yang telah stabil, disesuaikan dengan
estimasi perubahan dimasa depan, dapat menjadi dasar yang andal guna
menghitung batas kendali yang membedakan operasi yang baik dengan yang buruk,
dan hal tersebut membantu dalam menentukan apakah akan melakukan investigasi
atas varians. Batas tersebut dapat dinyatakan dalam jumlah dolar atau dalam
presentase. Batas tersebut dapat ditentukan menggunakan penilaian subjektif,
firasat, perkiraan, dan biasa, atau berdasarkan analisis statistic yang hati-hati,
seperti kesalahan standar (standard error) dari estimasi. Dalam menentukan batas,
manajemen harus mengakui bahwa besaran relative dari satuan varians merupakan
hal yang lebih penting dibandingkan dengan nilai dolar absolutnya, serta bahwa
biaya dan manfaat dari batas yang lebih ketat harus dipertimbangkan.
i. Studi Kasus:
PT. Syahira pada tahun 2018 memproduksi produk jadi sebanyak 120.000 unit.
Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg, sedangkan yang
digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg.
Diminta Carilah :
1. Selisih harga bahan baku.
7
2. Selisih kuantitas bahan baku.
3. Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
4. Selisih Tarif tenaga kerja langsung
5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta
pengalokasian selisih gaji dan upah dengan mengabaikan pajak atas gaji
dan upah PT. Syahira
1. Selisih Harga Bahan Baku :
Selisih Harga = ( Harga Ssg – Harga Std ) x Kuantitas Ssg
= ( Rp. 2.100 – Rp. 2.150 ) x 750.000 = Rp. 37.500.000,- ( Laba )
2. Selisih Kuantitas Bahan Baku :
Selisih Kuantitas = [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ] x Harga Std = [ 700.000 – ( 6 x 120.000 ) ]
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam, Hengky Latan. 2015. Konsep, Teknik, Aplikasi Menggunakan
Smart PLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. BP Undip. Semarang Harnanto.
2017. Akuntansi Biaya: Sistem Biaya Historis. Yogyakarta: BPFE.
Ilmiyono, A. F., Buana, A. L., Haq, A. N. (2017). Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan
Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Peningkatan
Laba Pada PT. Elangperdana Tyre Industry Periode 2015-2017, 1-12.
I Made Sudana. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik.
Jakarta: Erlangga
8
Masita. (2018). Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga
Kerja Langsung Terhadap Rasio Gross Profit Margin Pada Sufi Baker
and Cake Shop Medan. Jurnal Akuntansi FE.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Nafarin, M. 2015. Penganggaran Perusahaan. Edisi ketiga, Cetakan kedua, Buku 1.
Jakarta : Salemba Empat.
Nurkholifah, S., & Abdullah, M. F. (2015). Analisis Pengaruh Inflasi Dan
Pertumbuhan Biaya Produksi Terhadap Profit Margin Pada Perushaan
Food And Beverages Yang Go Publik di BEI. Jurnal Ekonomi
Pembangunan.