Resume Materi 2 (Audit II)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Bagas Rinaldi - 1707531065

Vebyeta Listiani - 1707531139


Ni Wayan Nonik Anggita - 1707531137
Audit Siklus Penjualan dan Penagihan:
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Tujuan menyeluruh dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai
standar akuntansi yang berlaku umum.

Siklus penjualan dan penagihan adalah siklus yang meliputi keputusan dan proses
yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia
untuk dijual kepada pelanggan, dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir
dengan perubahan barang/jasa menjadi piutang usaha dan menjadi kas.

Golongan transaksi, akun, fungsi bisnis, dan dokumen/catatan terkait yang umumnya
terkait dalam siklus penjualan dan penagihan dirangkum dalam tabel berikut:

Golongan Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan

Penjualan  Penjualan  Pemrosesan order Order pelanggan, order


 Piutang Usaha pelanggan penjualan, order
 Persetujuan pelanggan atau order
penjualan kredit penjualan, dokumen
 Pengiriman pengiriman, faktur
barang penjualan, jurnal

 Penagihan ke penjualan, laporan

konsumen dan ikhtisar penjualan, berkas

pencatatan induk piutang usaha,

penjualan neraca saldo piutang


usaha, rekening bulanan
Penerimaan kas  Kas di Bank Pemrosesan dan Nota pembayaran, Daftar
 Piutang usaha pencatatan penerimaan kas, Jurnal
penerimaan kas penerimaan kas
Retur dan pengurangan  Retur dan Pemrosesan dan Nota Kredit, Jurnal retur
harga penjualan pengurangan harga pencatatan retur dan dan pengurangan harga
penjualan pengurangan harga penjualan
 Piutang usaha penjualan
Penghapusan piutang  Piutang Usaha Penghapusan piutang Formulir otorisasi
tak tertagih  Penyisiha piutang tak tak tertagih penghapusan piutang
tertagih
Beban piutang tak  Beban piutang tak Penyisihan piutang Jurnal umum
tertagih tertagih
 Penyisihan piutang
tak tertagih

I. Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi untuk penjualan
Adapun beberapa langkah yang dilaksanakan:
1. Memahami struktur pengendalian intern penjualan : mempelajari flow chart system
penjualan klien, menyiapkan kuisioner untuk pengendalian intern, dan menjalankan
uji walkthrough (penelusuran sistem) untuk memastikan bahwa pengendalian yang
tercatat benar-benar dilakukan.
2. Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan terdiri dari empat tahap:
a. Menentukan kerangka acuan
b. Mengidentifikasi pengendalian internal kunci untuk penjualan dan
kelemahannya
c. Memadukan pengendalian internal kunci dan kelemahannya tersebut dengan
tujuan audit
d. Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
kelemahan dan pengendalian tujuan.
3. Pengevaluasian untung rugi pengujian atas pengendalian.
4. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan.
5. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan apakah
ada kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan. Pengujian
substantif untuk transaksi penjualan antara lain sbb:
a. Untuk meyakini bahwa penjualan yang dicatat benar-benar ada
b. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
c. Penjualan dicatat secara akurat
d. Penjualan yang dicatat telah diklaisifikasikan dengan semestinya
e. Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat
f. Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan
diikhtisarkan dengan benar

II. Retur dan Pengurangan harga Penjualan


Biasanya pos ini tidak material, namun perlu diperhatikan penekanannya pada
pengujian keberadaan transaksi yang dicatat sebagai cara untuk menemukan adanya
kemungkinan pengalihan kas dari penagihan piutang yang telah diterima yang dicatat sebagai
retur dan pengurangan harga penjualan (retur dan pengurangan harga penjualan fiktif).

Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo
akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir
tahun. Secara alami, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi karena tujuan dan
metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti
untuk penjualan yaitu tidak dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika
ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sama
untuk mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas
transaksi yang sesuai guna memverifikasi jumlahnya.

III. Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi untuk penerimaan kas
Metodologi yang dikembangkan untuk merancang pengujian atas pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode
yang dikembangkan untuk penjualan.

Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka
acuan audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas, yaitu
identifikasi kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor terhadap hal ini
antara lain:
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang
yang paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri
dari nota pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke jurnal
penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian ini akan
efektif kalau kas didaftar di cash register tape
2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; hal ini dilakukan untuk menguji
apakah seluruh penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim
dilakukan adalah rekonsiliasi bank
3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan
pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas.
Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa struktur pengendalian
internal penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya pemisahan
tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang
mencatat penerimaan dari piutang tersebut.

IV. Pengujian audit atas piutang tak tertagih


Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang
tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu membayar.

DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al Haryono. 2011. AUDITING. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Anda mungkin juga menyukai