Kelompok 1 Tugas Sistem Perawatan Dan Perbaikan Permesinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

Tugas Sistem Perawatan Dan Perbaikan Permesinan (praktek)

Kelas T7D
Kelompok 1 :
1. ALUSIUS RISKI HERNANDA
2. ANARTA FUADI ARDIANSYAH
3. ANGGARA FEBRANU RIFANI
4. ANNAS IBNU MALIK
5. BONANTA SRI ARYANI
6. DAMAR SRI ARYANI
7. DEFRI RESPATI PRADANA
8. FAJAR NUR FALAH FAHMI
9. JAVIER DELLYTERO F KAYADOE
10. KARAN DWO WIDAGHO
11. M. LUTFI KHAKIM
12. MOCHRIZAL APRILIANTO

SILABUS I

DEMO MENGETAHUI DAN MENERAPKAN PMS

Pemeliharaan Kapal adalah kegiatan perawatan dan perbaikan kapal yang


dilaksanakan sendiri atau pihak lain baik pada masa operasi atau diluar masa operasi
kapal, dalam rangka mempertahankan kelayakan kapal sehingga dapat beroperasi
secara maksimal. Para pemilik kapal pada saat ini dalam melakukan penjadwalan
pemeliharaan kapal menggunakan sistem yang bernama Planned Maintenance
System.

Planned Maintenance System atau Sistem Pemeliharaan Terencana adalah sistem


berbasis kertas atau perangkat lunak yang memungkinkan pemilik atau operator kapal
untuk melakukan pemeliharaan kapal dalam jangka waktu tertentu yang berdasarkan
pada persyaratan pabrikan dan badan klasifikasi kapal.

Tujuan dari penggunaan Planned Maintenance System diantaranya :

 Memastikan semua pemeliharaan kapal dilakukan dengan interval waktu yang


sesuai dan sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh sistem.
 Untuk memelihara dan menjaga semua permesinan dan komponen di kapal
tetap berfungsi dengan baik setiap saat.
 Untuk menghindari adanya gangguan pada saat kapal beroperasi.
 Untuk meminimalkan downtime dari kemungkinan terjadi kerusakan.
 Untuk memberikan batasan yang jelas antara pemeliharaan di kapal atau di
darat.
 Untuk meningkatkan keamanan dan kehandalan dari kapal.

Pemeliharaan kapal tersebut diawasi oleh personel yang ada di atas kapal, yang
kemudian dicatat sebagai item pemeriksaan untuk survei periodic kapal. Rencana dan
penjadwalan dari pemeliharaan kapal didokumentasikan sesuai dengan sistem yang
disetujui oleh badan klasifikasi kapal. Mempunyai Planned Maintenance System atau
Sistem Pemeliharaan Terencana di kapal pada saat ini merupakan mandatory sesuai
dengan ISM (International Safety Management) Code.

Planned Maintenance System berbasis perangkat lunak pada saat ini sangat
berkembang, berbagai program untuk pemeliharaan kapal muncul semakin banyak
jenisnya. Para pemilik atau operator kapal dapat memilih modul pada software
Planned Maintenance System sesuai dengan kebutuhan. Program pada Planned
Maintenance System sekarang ini tidak hanya perihal pemeliharaan kapal tetapi juga
mencakup semua kebutuhan di dalam atau di luar kapal.

Modul yang paling umum pada Planned Maintenance System diantaranya :


 Maintenance (main and essential part of program)
 Dry docking
 Hull inspection maintenance program
 Surveys and certificates class society integration
 Stock ordering and purchase
 Stock control (inventory)
 Safety management
 Quality management
 Crewing management
 Crew payroll
 Self-assessment
 Energy and environmental management
 Document management systems
 Enterprise reporting

Pada program Planned Maintenance System perihal pemeliharaan kapal


(maintenance) harus memenuhi persyaratan ISM (International Safety Management)
Code. Database harus mencakup semua peralatan vital di kapal, dan semua peralatan
tersebut harus jelas rencana pemeliharaannya. Badan klasifikasi kapal memungkinkan
memberikan status khusus kepada kapal yang menerapkan Planned Maintenance
System dengan baik.

Survei untuk permesinan di kapal biasanya dilaksanakan bersamaan dengan survei


yang dilakukan oleh surveyor badan klasifikasi, dan berdasarkan jadwal yang
diberikan pada Continuous Machinery Survey (Survei Bersambung Mesin).
Pemeriksaan permesinan dijadwalkan 5 tahun sekali bertujuan untuk memastikan
sistem permesinan berfungsi dengan baik. Badan klasifikasi kapal memperbolehkan
penggunaan form yang dibuat oleh Planned Maintenance System untuk pelaksanaan
survei.

Pada umumnya pemeriksaan Continuous Machinery Survey (Survei Bersambung


Mesin) kecuali steering gear dan pressure vessel dapat dilaksanakan oleh Kepala
Kamar Mesin, berdasarkan pada program kerja Planned Maintenance System.

Berikut beberapa persyaratan Kepala Kamar Mesin pada Continuous Machinery


Survey diantaranya:
 Memiliki ijazah ATT II yang masih berlaku
 Telah berpengalaman sebagai Kepala Kamar Mesin untuk kapal dengan mesin
utama yang sama sedikitnya selama 1 tahun

Berikut ada beberapa jenis kegiatan pemeliharaan kapal diantaranya:

o Planned Maintenance System atau Sistem Pemeliharaan Terencana


o Pemeliharaan untuk menghadapi Internal atau External Audit
o Pemeliharaan untuk menghadapi pemeriksaan oleh Port State Control
o Pemeliharaan dan perbaikan sesuai dengan Continuous Machinery Survey
(CMS) yang ditentukan oleh badan klasifikasi kapal
o Perawatan dan perbaikan saat kapal naik Dok

SILABUS II

DEMO INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT TENTANG PERAWATAN


PERMESINAN KAPAL

Tingginya tingkat kecelakaan kapal merupakan indikasi perlunya perhatian terhadap


penerapan system manajemen code pada sebuah perusahaan pelayaran. Oleh karena
itu keselamatan dalam berlayar merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
pelayaran. Kenyamanan crew di atas kapal dalam beraktivitas sangat berpengaruh
terhadap efektivitas kerja crew tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan crew merasa nyaman dan aman berada diatas kapal, diantaranya kapal
dan perlengkapannya harus dipelihara dan diusahakan selalu baik dan berfungsi
dengan baik.

Semua peralatan/perlengkapan yang penting bagi keselamatan harus selalu terpelihara


dan diyakini akan berfungsi dengan baik melalui pengujian secara teratur/berkala.
Manajemen kapal harus selalu menaati semua ketentuan serta perlengkapan alat
keselamatan harus memenuhi jumlah dan kondisi yang telah ditentukan sesuai dengan
pada ISM CODE.
Keselamatan pelayaran itu ditentukan oleh banyak faktor, bukan hanya ditentukan
oleh satu faktor saja. Misalnya kecanggihan kapal dan peralatan-peralatan modern
yang melengkapinya namun juga sangat tergantung kepada berbagai faktor, seperti
kemampuan sumber daya manusia, peralatan di darat, koordinasi yang dilaksanakan
selama sebelum dan selama pelayaran berlangsung serta memperhitungkan rambu-
rambu laut dan faktor penumpang sangat berperan untuk mewujudkan hal tersebut.
Tingginya tingkat kecelakaan kapal mengakibatkan banyaknya kerugian yang
ditimbulkan baik secara moril maupun materil, kerugian moril seperti banyaknya
crew kapal dan penumpang yang tewas dalam kecelakaan kapal tersebut dan akibat
kecelakaan kapal juga berdampak negative terhadap ekosistem laut. Akibat tingginya
tingkat kecelakaan kapal mendorong pemerintah untuk membuat suatu regulasi yang
diharapkan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kapal. Salah satu regulasi yang
diterapkan bahwa setiap perusahaan pelayaran harus dapat menerapkan system ISM
CODE dalam pengoperasian kapal.

Keselamatan Pelayaran
Keselamatan pelayaran Peraturan Safety Of Life At Sea (SOLAS) adalah
peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling utama dengan tujuan untuk
meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut yang dimulai sejak 1914, mengingat
saat itu banyak terjadi kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa. Pada
tahap permulaan, dimulai dengan fokus pada peraturan kelengkapan navigasi,
kekedapan dinding penyekat kapal serta peralatan berkomunikasi, kemudian
berkembang pada konstruksi dan peralatan lainnya. Modernisasi peraturan SOLAS
sejak 1960 adalah menggantikan Konvensi 1914 dengan SOLAS 1960. Sejak saat itu,
peraturan mengenai desain untuk meningkatkan faktor keselamatan kapal mulai
dimasukan seperti: desain konstruksi kapal, permesinan dan instalasi listrik, pencegah
kebakaran, alat-alat keselamatan, alat komunikasi dan keselamatan navigasi. Adapun,
usaha penyempurnaan peraturan tersebut dengan cara mengeluarkan peraturan
tambahan (amandement) hasil konvensi IMO yang dilakukan secara berturut-turut
pada 1966, 1967, 1971 dan 1973. Namun usaha untuk memberlakukan peraturan-
peraturan tersebut secara internasional kurang berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, terutama karena hambatan prosedural, yaitu: diperlukannya persetujuan
2/3 dari jumlah negara anggota untuk meratifikasi peraturan dimaksud, ternyata sulit
dicapai pada waktu yang diharapkan. Selanjutnya pada rentang 1974, dibuat konvensi
baru SOLAS 1974, yakni pada setiap amandemen diberlakukan sesuai target waktu
yang sudah ditentukan, kecuali ada penolakan dari 1/3 jumlah negara anggota atau 50
% dari pemilik tonnage yang ada di dunia.

Beberapa fasilitas keselamatan yang terdapat diatas kapal meliputi:


1. Life Buoy digunakan sebagai pelampung untuk penumpang apabila terjadi
kecelakaan.
2. Life Jacket merupakan jaket pelampung yang dikenakan oleh setiap penumpang
apabila dalam kondisi darurat kapal mengalami kecelekaan. Alat tersebut
disediakan pada tiap -tiap ruang penumpang dengan jumlah sesuai dengan jumlah
penumpang.
3. untuk penggunaan alat tersebut terlebih dahulu dilakukan peragaan cara
penggunaan.
4. Fire Plant merupakan peta denah evakuasi keadaan darurat alat tersebut terdapat
pada dinding dan diletakan pada suatu tempat yang mudah terjangkau.
5. Life raft berfungsi seperti sekoci yang digunakan dengan melempar kelaut dan
akan mengembang, didalamnya terdapat oksigen.
6. Rakit sebagai alat angkut penumpang diatas air yang digunakan dalam kondisi
darurat apabila terjadi kecelakaan kapal.
7. Sekoci merupakan perahu kecil yang dilengkapi dengan mesin motor.
8. Top Deck (Muster station) merupakan tempat berkumpul/evakuasi penumpang
pada keadaan darurat, tempat ini terdapat dilantai atas kapal dan merupakan ruang
terbuka.
9. Alat pemadam kebakaran dan perlengkapannya.
10. Disamping beberapa fasilitas keselamatan yang telah disebutkan diatas, untuk
mengamankan kendaraan diatas kapal dipasang suatu alat yang bemama Tali
Lasing yang berguna unuk mengikat kendaraan terutama kendaraaan besar seperti
truk agar tidak bergerak bila terjadi guncangan.
11. Diatas kapal disediakan pula tabung alat pemadam kebakaran bila diatas kapal
terjadi kebakaran kecil.

ISM CODE
ISM Code atau kependekan dari International Safety Management Code
adalah standar internasional Sistem Manajemen Keselamatan untuk pengoperasian
kapal secara aman dan usaha pencegahan pencemaran di laut.
Tujuan dari penerapan ISM Code adalah menjamin keselamatan di laut untuk
menghindari kecelakaan yang dapat menimbulkan korban jiwa serta kerusakan kapal
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan di laut.
ISM Code merupakan produk IMO (International Maritime Organization) yang
akhirnya diadopsi oleh SOLAS (Safety of Life at Sea) pada tahun 1994.
Disamping persyaratan teknis dan non teknis, dalam manajemen keselamatan
pelayaran ada beberapa persyaratan atau kelengkapan administrasi yang harus
dipenuhi diantaranya :
1. Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document Of Compliance )
Merupakan audit dari Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan yang telah
memenuhi ketentuan dari Koda Manajemen Intemasional untuk Keselamatan
Pengoperasian Kapal dan Pencegahan Pencemaran (ISM-Code), dokumen
tersebut berlaku selama 5 ( lima) tahun dan wajib dilakukan verfikasi secara
berkala setiap 1 (satu) tahun sekali.
2. Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate)
Sertifikat Manajemen Keselamatan diterbitkan oleh Menteri Perhubungan
berdasarkan Konvensi Intemasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974,
sertifikat diterbitkan setelah dilakukan audit Sistem Manajemen Keselamatan
perusahaan yang telah memenuhi ketentuan dari Koda Manajemen
Internasional untuk Keselamatan pengoperasian kapal dan Pencegahan
Pencemaran.

3. Sertifikat keselamatan Kapal Penumpang ( Passanger Ship Safety Certificate )


Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang diterbitkan berdasarkan
pemeriksaan teknis atas kelengkapan kapal termasuk kelengkapan keselamatan
yang harus tersedia diatas kapal berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Ada 13 elemen yang tercantum dalam International


Safety Management Code diantaranya:
1. Umum
2. Kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan
3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan
4. Designated person
5. Tanggung jawab dan wewenang master
6. Sumber daya dan tenaga kerja
7. Pengembangan rencana operasi kapal
8. Kesiapan menghadapi keadaan darurat
9. Pelaporan dan analisa non conformity, kecelakaan dan kejadian berbahaya
10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya
11. Dokumentasi
12. Verifikasi, tinjauan ulang dan evaluasi perusahaan
13. Sertifikasi, verifikasi dan pengawasan.

Tujuan ISM Code adalah untuk menjamin keselamatan dilaut, mencegah kecelakaan
dan hilangnya jiwa manusia serta menghindari kerusakan lingkungan khususnya
lingkungan laut dan hilangnya harta benda. Penerapan ISM CODE pada semua pihak
yang terlibat dalam proses pelayaran baik pemerintah, perusahaan dan lingkungan
dan kesemuanya itu bersatu untuk menciptakan pelayaran yang aman sehingga
keselamatan pelayaran dapat tercapai.
Beberapa alasan untuk menjalankan ISM Code yaitu:
 ISM Code menjadikan kapal sebagai tempat yang aman untuk bekerja.
 ISM Code melindungi laut dan lingkungan/ wilayah perairan.
 ISM Code mendefinisikan tugas secara jelas dan ISM Code adalah hukum.
 Dengan diterapkannya ISM CODE di dunia pelayaran maka akan melindungi
crew kapal, perusahaan dan lingkungan.

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan


pencemaran dari kapal akan diberi sertifikat. Dalam pemenuhan persyaratan Sistem
Manajemen Keselamatan akan diberikan sertifikat diantaranya dokumen Penyesuaian
Manajemen Keselamatan (Document of Compliance/DOC) untuk perusahaan dan
Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate/SMC) untuk
kapal.
Faktor yang sangat berperan dalam penerapan elemen ISM Code adalah faktor
pengawasan, dimana faktor pengawasan ada dua yaitu pengawasan internal meliputi
Kualifikasi SDM pengawas, jumlah SDM pengawas, cara pengawasan, anggaran
pengawasan, prosedur pengawasan internal serta peralatan pengawasan dan
pengawasan external yang meliputi kualifikasi SDM pengawas, prosedur pengawasan
external.

Perawatan Kapal
Pengertian Perawatan adalah memelihara kapal agar selalu dalam keadaan
yang siap operasional dan dapat memenuhi jadwal pelayaran kapal yang telah
ditentukan tepat pada waktunya. Perawatan adalah gabungan dari suatu kegiatan yang
bertujuan untuk menjaga atau mengembalikan suatu peralatan menjadi seperti
sediakala pada kondisi yang baik untuk dapat dipergunakan kembali. Lebih lanjut
pengertian perawatan adalah suatu usaha kegiatan untuk merawat suatu materil atau
mesin agar supaya materil atau mesin itu dapat dipakai secara produktif dan
mempunyai umur yang lama.
Menurut pasal 309 ayat (1) KUHD, “kapal” adalah semua alat berlayar, apapun nama
dan sifatnya. Termasuk didalamnya adalah: kapal karam, mesin pengeruk lumpur,
mesin penyedot pasir, dan alat pengangkut terapung lainnya. Meskipun benda-benda
tersebut tidak dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri, namun dapat digolongkan
kedalam “alat berlayar” karena dapat terapung/mengapung dan bergerak di air.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, “kapal” adalah
kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin,
tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang
berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1857
mengenai 2 (dua) macam kapal laut, yaitu kapal laut biasa dan kapal niaga. “Kapal
niaga ialah setiap kapal laut yang digerakkan secara mekanis dan yang digunakan
untuk mengangkut barang dan/atau orang untuk umum dengan pungutan biaya. Untuk
menjaga kapal agar dapat beroperasi maka perawatan kapal merupakan hal yang harus
dilakukan.
Pemeliharaan Kapal adalah kegiatan perawatan dan perbaikan kapal yang
dilaksanakan sendiri atau pihak lain baik pada masa operasi atau diluar masa operasi
kapal, dalam rangka mempertahankan kelayakan kapal sehingga dapat beroperasi
secara maksimal. Para pemilik kapal pada saat ini dalam melakukan penjadwalan
pemeliharaan kapal menggunakan sistem yang bernama Planned Maintenance
System.
Sistem perawatan dan pemeliharaan kapal terbagi atas dua yaitu
1. Rencana Kerja Docking Repair
Schedule docking repair disusun dan ditetapkan berdasarkan masa laku surat-
surat kapal atau sesuai dengan ketentuan Badan Klasifikasi dan Pemerintah. Sesuai
regulasi schedule docking dilaksanakan setiap 2 tahun untuk Annual Survey dan
setiap 5 tahun untuk Special Survey. Owner superintendant (OS) menyiapkan dan
menyusun rencana kegiatan pemeliharaan kapal atau Plan Maintenance System
(PMS) berdasarkan informasi:
a. Jenis Survey
b. Last docking report
c. Outstanding class recommendations
d. Due date class items.
e. Informasi terakhir dari Ship Board Management.
f. Kumpulan permasalahan dari running repair yang masih ada.

Perkiraan waktu pelaksanaan docking repair diperhitungkan secara cermat dan


ditetapkan lama waktu pelaksanaannya dengan memperhatikan volume pekerjaan
yang direncanakan.

2. Rencana Kerja Running Repair


Rencana kerja running repair, pemeliharaan kapal direncanakan berdasarkan
pertimbangan tidak mengganggu operasi kapal dan ketersediaan peralatan kerja,
material/suku cadang serta tetap harus memperhitungkan waktu pelaksanaannya.
Pelaksanaan Running Repair ini diselesaikan berdasarkan Plan Maintenance System
yang telah disusun dan ditetapkan.
Owner Superintendant (OS) bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya dan
setiap saat berkoordinasi dengan bagian pengadaan untuk memastikan material,
peralatan maupun sparepart yang dibutuhkan telah tersedia sebelum pekerjaan
Running Repair dilaksanakan. Tingkat kepentingan terhadap kualitas perawatan dan
reparasi kapal yang paling berpengaruh berturut-turut adalah pekerjaan penggantian
pelat pada
lantai car deck dan ruang bawah car deck, pekerjaan penggantian pondasi, pekerjaan
replating pada bagian lambung kapal, kemudian pekerjaan pada cleaning tangki serta
pekerjaan pada shaft propeller, lalu pekerjaan penggantian sekat dan pekerjaan
penggantian beam pada kapal.
Standar perawatan kapal terdiri atas 4 yaitu:
1) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian dek.
2) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian mesin.
3) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian radio.
4) Standar perawatan/ pemeliharaan alat-alat keselamatan.
SILABUS III

DEMO PERAWATAN DAN PERBAIKAN SECARA UMUM YANG DILAKUKAN DI


ATAS KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MACAM ALAT KHUSUS
(SPECIAL TOOLS) SEPERTI CRANES, HYDRAULIC JACKS, ROLLER, ETC

Terdapat berbagai macam special service tool (SST) yang digunakan untuk proses
perbaikan dan perawatan kapal. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan pembahasan
mengenai jenis special service tools (SST).

1. Bearing Puller Attacment


Bearing Puller Attachment adalah salah satu jenis special service tools yang diciptakan untuk
melepas bantalan pada posisi yang sulit dijangkau oleh puller biasa. Cara penggunaan cukup
keraskan bearing spliter hingga mendesak bearing. Kemudian tingga putar batang pemutar
hingga bearing terangkat dan terlepas dari tempatnya. Dengan begitu maka bearing atau
bantalan akan mudah terlepas dari dudukannya.
2. Oil Seal Puller
Oil Seal Puller adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk melepas
perapat oli pada komponen-komponen seperti transmisi, kaki-kaki, dan lain sebagainya.
Bentuknya seperti palu yang mempunyai ujung lancip dan melengkung. Bentuk ujung yang
lancip ini dapat dengan mudah digunakan untuk mencongkel seal oli yang letaknya agak
kedalam.

3. Bearing Cup Puller


Bearing Cup Puller adalah salah satu jenis special service tools yang memiliki fungsi sama
seperti bearing puller. Namun dalam penggunaannya berbeda yaitu untuk melepas bantalan
atau bearing yang terpasang pada area silindris sehingga harus di dorong dari dalam. Cara
penggunaannya yaitu dengan memasukkan kaki-kaki ke silindris tempat bantalan kemudian
tarik tuasnya hingga bantalan terlepas. 
4. Universal Puller
Universal Puller adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk
mempermudah pelepasan atau pemasangan komponen tanpa adanya proses pemukulan atau
penekanan yang tidak merata. Universal puller digunakan dengan cara menarik komponen
atau part yang akan dilepas. Selain itu setiap kaki universal puller diletakkan disetiap sisi
komponen sehingga penekanan merata.

Universal puller biasanya terdiri dari dua kaki atau arm dan tiga kaki. Setiap kaki universal
puller dihubungkan ke baut tengah. Kaki-kaki ini dipasangkan pada sisi komponen yang akan
dilepas. Baut tengah diputar menggunakan kunci ring seperti mengencangkan baut seperti
biasanya. Semakin kedalam baut masuk, maka komponen akan semakin tertarik sehingga
akan terlepas.

5.Clutch Aligning Tool


Clutch Aligning Tool atau clutch center adalah salah satu jenis special service tools yang
digunakan untuk memposiskan kopling apakah sudah benar-benar ditengah atau belum
sebelum baut penekan dipasang. Hal ini bertujuan agar transmisi mudah masuk saat
pemasangan. Terdapat berbagai bentuk clutch aligning tools. Namun penggunaannya sama
yaitu memasukkan clutch aligning tools ke lubang poros input transmisi. Setelah itu baru
melakukan pengencangan baut plat penekan sehingga posisi kampas kopling center atau
berada ditengah.
6. Sliding Hammer
Sliding Hammer adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk melepas
komponen yang memerlukan hentakan atau kejutan seperti bearing roda dan lain sebagainya.
Alat ini digunakan untuk melepas komponen yang tidak memiliki permukaan untuk
penekanan balik.

Sliding hammer terdiri dari handle, dan hammer. Pada bagian ujung handel terdapat pengait
yang dihubungkan ke bagian komponen yang akan ditarik. Apabila tidak ada bagian yang
dikaitkan maka dapat membuat pengait dengan cara dilas pada komponen. Kemudian
gerakkan hammer agar terjadi hentakan sehingga komponen akan terlepas.

7. Ring Compressor
Ring Compressor adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk menekan
ring piston pada saat pemasangan agar mudah masuk kedalam silinder. Piston ring
compressor terbuat dari plat yang dibentuk silindris dan dapat disetel ukurannya disesuaikan
dengan ukuran piston.
Cara penggunaan ring compressor sangat sederhana. Ring compresor tinggal dimasukkan
kedalam piston yang telah dipasangi ring piston dan ring oli. Kemudian menggunakan kunci
L sampai ring compressor menekan ring piston. Piston yang sudah ditekan dimasukkan
kedalam lubang silinder dan tekan piston sampai masuk kedalam silinder secara keseluruhan.

BACA JUGA

 Fungsi Kunci Momen (Torque Wrench) Dan Cara Menggunakannya


 Fungsi Dan Cara Menggunakan Valve Spring Compressor
 Peralatan Kerja Bangku : Pengertian Dan 23 Jenis

8. Piston Ring Plier


Piston Ring Plier atau tang ring torak adalah salah satu jenis special service tools yang
digunakan untuk melepas dan memasang ring piston agar tidak mengalami kerusakan. Alat
ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penekan pada ring piston secara
merata. Cara penggunaan piston ring plier sebenarnya sangat sederhana. Cukup masukkan
ring piston ke bagian ujung piston ring plier dengan celah piston berada pada bagian dalam.
Setelah itu tekan gagang atau handle sampai ring piston melebar. Tahan kemudian masukkan
ring piston kedalam torak.
9. Valve Spring Compressor
Valve Spring Compressor adalah salah satu jenis special service tools yang befungsi untuk
memasang dan melepas pengunci katup pada tapper. Alat ini sangat mempermudah proses
pemasangan katup terutama pengunci valve spring yang terkadang sulit masuk. Cara
penggunaanya cukup pasangkan bagian penekan alat pada katup dan spring. Namun sebelum
itu setting ketinggian penekan sampai cukup untuk menekan spring dan memudahkan
memasang pengunci. Menekan handle dan masukkan pengunci serta melepas handle ketika
pengunci sudah terpasang dengan rapi.

10. Oil Filter Remover


Oil Filter Remover adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk melepas
dan memasang filter oli atau filter lain yang berbentuk tabung atau silindris. Dikarenakan
bentuknya tabung maka perlu alat khusus ini agar filter oli mendapatkan momen
kekencangan yang pas sehingga tidak timbul kebocoran. Oil filter terdiri dari berbagai bentuk
tergantung jenis kendaraan yang menggunakan. Cara penggunaan juga tergantung pada
bentuk oil filter remover.

11. Coil Spring Compresor


Coil Spring Compressor adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk
menekan pegas koil sehingga mempermudah melepas dan memasang komponen shock
absorber. Selain itu, coil spring compresor juga bertujuan sebagai pengaman dari spring agar
tidak meloncat ketika komponen suspensi lain dilepas. Cara pemakaian coil spring compresor
sangat mudah yaitu dengan memasang pengait pada bagian pegas suspensi. Kemudian
kencangkan baut sampai pegas suspensi sedikit tertekan.
12. Ball Joint Sparator
Ball Joint Sparator atau treker ball joint adalah salah satu jenis special service tools yang
berfungsi untuk melepas ball joint dari dudukannya. Ada tiga jenis ball joint sparator
yaitu ball joint splitter puller, splitter scissor, dan drafter ball joint splitter (fork). Semua
memiliki fungsi yang sama. 

13. Tie Rod Remover


Tie Rod Remover adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk melepas
tie rod. Cara penggunaan tie rod remover sebenarnya sangat mudah yaitu pasangkan pada ball
joint tie rod dan kencangkan baut sampai menekan ball joint tie rod terlepas dari sambungan
atau knuckle arm.
14. Disc Brake Piston Compressor
Disc Brake Piston Compressor adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi
untuk menekan piston caliper untuk mempermudah pemasangan kampas rem baru. Disc
brake compressor akan menekan piston rem agar kembali keposisi awal atau tidak menekan
kampas sehingga kampas baru dapat dengan mudah dipasang.

15. Differential Flange Holder 


Differential flange holder adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk
menahan flange pinion agar tidak bergerak atau berputar ketika drive pinion dilepas.
Differential flange holder bekerja dengan menahan pinion memanfaatkan permukaan lantai.

16. Oil Seal Protector Sleeve


Oil seal protector sleeve adalah salah satu jenis special service tools yang berfungsi untuk
melindungi seal oli ketika dilakukan pemasangan. Seal oli terbuat dari bahan rubber sehingga
mudah terjadi kerusakan apabila timbul gesekan. Oleh karena itu perlu dilindungi ketika
proses pemasangan dilakukan.

17. Obeng Ketok atau Impact Driver


Obeng ketok atau impact driver adalah salah satu jenis jenis special service tools yang
berfungsi untuk melepas atau membuka baut yang keras sehingga diperlukan hentakan untuk
proses pelepasannya. Obeng ketok digunakan dengan cara dipukul. Pukulan ini akan
menyebabkan hentakan pada ujung mata obeng dan diteruskan untuk menghentak baut atau
skrup yang kersa sehingga mudah terbuka.

18. Injector Tester


Injector tester berfungsi untuk memeriksa tekanan injector. Pada umumnya alat ini digunakan
untuk mengetahui besarnya tekanan injektor apakah masih sesuai standar atau tidak.
19. Torque Wrench
Torque wrench atau kunci momen berfungsi untuk mengencangkan baut atau mur dengan
tingkat kekencangan tertentu. Dengan begitu keamanan dan keselamatan akan lebih terjamin.

20. Screw Extractor


Screw extractor berfungsi untuk mengeluarkan baut. Pada umumnya screw extractor berguna
untuk mengeluarkan baut yang patah didalam sebuah lubang.
21. Clamp G
Clamp G berfungsi seperti ragum yaitu untuk menjepit atau menahan benda kerja agar tidak
bergeser ketika akan dilakukan sebuah perlakuan.

22. Camshaft Lock Holder 


Camshaft lock holder berfungsi untuk menahan camshat agar tidak berputar ketika dilakukan
proses pelepasan ataupun pengencangan baut. Dengan begitu camshaft sprocket akan lebih
mudah dipasang dan dilepas tanpa adanya gerakan yang dapat merubah posisi timing mesin.

Diatas merupakan pembahasan mengenai alat special service tools (SST).


SILABUS IV

DEMO PERAWATAN DAN PERBAIKAN PADA PESAWAT PEMINDAH PANAS/


HEAT EXCHANGERS (COOLER, CONDENSOR, HEATER, AIR COOLER, ETC)

Macam-macam alat perpindahan panas


1. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai pada
temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan didalam chiller yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan
pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau
Freon.

2. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran
uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya air
atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin,
misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing turbin,
maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan
menjadi kondensat.

3. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas dengan
mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi perubahan fasa,
dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin coler mempergunakan
media pendingin berupa udara dengan bantuan fan (kipas).
4. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi uap.
Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari fasa cair
menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat yang digunakan
adalah air atau refrigerant cair.

5. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering
digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini dapat
dilihat pada penyulingan minyak pada ambar 2.1, diperlihatkan sebuah reboiler dengan
mempergunakan minyak (665 F) sebagai media penguap, minyak tersebut akan keluar
dari boiler dan mengalir didalam tube.

6. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu aliran
fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu :
• Memanaskan fluida
• Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan kebutuhannya.
Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida yang berada didalam
tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang
semuanya berada didalam shell.

Satu bagian terpenting dari heat exchanger adalah permukaan kontak panas. Pada
permukaan inilah terjadi perpindahan panas dari satu zat ke zat yang lain. Semakin luas
bidang kontak total yang dimiliki oleh heat exchanger tersebut, maka akan semakin tinggi
nilai efisiensi perpindahan panasnya. Pada kondisi tertentu, ada satu komponen tambahan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan luas total bidang kontak perpindahan panas ini.
Komponen tersebut adalah sirip.

Macam-macam Heat Exchanger


Heat exchanger dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis berdasarkan beberapa
aspek. Secara ringkas macam-macam heat exchanger dapat digambarkan menjadi bagan di
atas. Untuk lebih jelasnya akan kita bahas satu per satu macam-macam heat exchanger
tersebut.

A. Macam-macam Heat Exchanger Berdasarkan Proses Transfer Panas


1. Heat Exchanger Tipe Kontak Tak Langsung
Heat exchanger tipe ini melibatkan fluida-fluida yang saling bertukar panas dengan
adanya lapisan dinding yang memisahkan fluida-fluida tersebut. Sehingga pada heat
exchanger jenis ini tidak akan terjadi kontak secara langsung antara fluida-fluida
yang terlibat. Heat exchanger jenis ini masih dibagi menjadi beberapa jenis lagi,
yaitu:
o Heat Exchanger Tipe Direct-Transfer
Pada heat exchanger tipe ini, fluida-fluida kerja mengalir secara terus-
menerus dan saling bertukar panas dari fluida panas ke fluida yang lebih
dingin dengan melewati dinding pemisah. Yang membedakan heat
exchanger tipe ini dengan tipe kontak tak langsung lainnya adalah aliran
fluida-fluida kerja yang terusmenerus mengalir tanpa terhenti sama sekali.
Heat exchanger tipe ini sering disebut juga dengan heat exchanger
recuperator.

o Storage Type Exchanger


Heat exchanger tipe ini memindahkan panas dari fluida panas ke fluida
dingin secara intermittent (bertahap) melalui dinding pemisah. Sehingga pada
jenis ini, aliran fluida tidak secara terus-menerus terjadi, ada proses
penyimpanan sesaat sehingga energi panas lebih lama tersimpan di dinding-
dinding pemisah antara fluida-fluida tersebut. Tipe ini biasa pula disebut
dengan regenerative heat exchanger.

o Fluidized-Bed Heat Exchanger


Heat exchanger tipe ini menggunakan sebuah komponen solid yang berfungsi
sebagai penyimpan panas yang berasal dari fluida panas yang melewatinya.
Fluida panas yang melewati bagian ini akan sedikit terhalang alirannya
sehingga kecepatan aliran fluida panas ini akan menurun, dan panas yang
terkandung di dalamnya dapat lebih efisien diserap oleh padatan tersebut.
Selanjutnya fluida dingin mengalir melalui saluran pipa-pipa yang dialirkan
melewati padatan penyimpan panas tersebut, dan secara bertahap panas yang
terkandung di dalamnya ditransfer ke fluida dingin.

Fluidized-Bed Heat Exchanger

2. Heat Exchanger Tipe Kontak Langsung


Suatu alat yang di dalamnya terjadi perpindahan panas antara satu atau lebih
fluida dengan diikuti dengan terjadinya pencampuran sejumlah massa dari fluida-
fluida tersebut disebut dengan heat exchanger tipe kontak langsung. Perpindahan
panas yang diikuti percampuran fluida-fluida tersebut, biasanya diikuti dengan
terjadinya perubahan fase dari salah satu atau labih fluida kerja tersebut. Terjadinya
perubahan fase tersebut menunjukkan terjadinya perpindahan energi panas yang
cukup besar. Perubahan fase tersebut juga meningkatkan kecepatan perpindahan
panas yang terjadi.
Macam-macam dari heat exchanger tipe ini antara lain adalah:
o Immiscible Fluid Exchangers
Heat exchanger tipe ini melibatkan dua fluida dari jenis berbeda untuk
dicampurkan sehingga terjadi perpindahan panas yang diinginkan. Proses
yang terjadi kadang tidak akan mempengaruhi fase dari fluida, namun bisa
juga diikuti dengan proses kondensasi maupun evaporasi. Salah satu
penggunaan heat exchanger ini adalah pada sebuah alat pembangkit listrik
tenaga surya berikut.
Penggunaan Immiscible Fluid Exchangers
Pada Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(Sumber)

o Gas-Liquid Exchanger
Pada tipe ini, ada dua fluida kerja dengan fase yang berbeda yakni cair dan
gas. Namun umumnya kedua fluida kerja tersebut adalah air dan udara. Salah
satu aplikasi yang paling umum dari heat exchanger tipe ini adalah pada
cooling tower tipe basah. Cooling tower biasa dipergunakan pada
pembangkitpembangkit listrik tenaga uap yang terletak jauh dari sumber air.
Udara bekerja sebagai media pendingin, sedangkan air bekerja sebagai media
yang didinginkan. Air disemprotkan ke dalam cooling tower sehingga terjadi
percampuran antara keduanya diikuti dengan perpindahan panas. Sebagian air
akan terkondensasi lagi sehingga terkumpul pada sisi bawah cooling tower,
sedangkan sebagian yang lain akan menguap dan ikut terbawa udara ke
atmosfer.
Wet Cooling Tower Termasuk ke Dalam Heat Exchanger Tipe Direct-Contact

o Liquid-Vapour Exchanger
Perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida berbeda fase yakni uap air
dengan air, yang juga diikuti dengan pencampuran sejumlah massa antara
keduanya, termasuk ke dalam heat exchanger tipe kontak langsung. Heat
exchanger tipe ini dapat berfungsi untuk menurunkan temperatur uap air
dengan jalan menyemprotkan sejumlah air ke dalam aliran uap air tersebut
(pada boiler proses ini biasa disebut dengan desuperheater spray; baca artikel
berikut), atau juga berfungsi untuk meningkatkan temperatur air dengan
mencampurkan uap air ke sebuah aliran air (proses ini terjadi pada bagian
deaerator pada siklus pembangkit listrik tenaga uap).

B. Macam-macam Heat Exchanger Berdasarkan Jumlah Fluida Kerja

Sebagian besar proses perpindahan panas antar fluida, melibatkan hanya dua
jenis fluida yang berbeda. Semisal air dengan air, uap dengan air, uap dengan air laut,
dan lain sebagainya. Namun ada pula heat exchanger yang melibatkan lebih dari dua
fluida kerja yang berbeda jenis. Umumnya heat exchanger jenis ini digunakan pada
proses-proses kimiawi, seperti pada contoh sistem di bawah ini yaitu proses
penghilangan kandungan nitrogen dari bahan baku gas alam. Pada sistem ini
dihasilkan gas alam dengan kandungan nitrogen yang lebih rendah sehingga
penggunaan gas alam tersebut pada kebutuhan porses pembakaran selanjutnya dapat
lebih efisien.

Proses Pengolahan Gas Alam Melibatkan Multi Fluid Heat Exchanger (eBook Multi Fluid
Heat Exchanger)

C. Macam-macam Heat Exchanger Berdasarkan Bidang Kotak Perpindahan Panas

Pengklasifikasian heat exchanger selanjutnya adalah berdasarkan luas bidang


kontak terjadinya perpindahan panas antar fluida. Parameter yang digunakan dalam
pengklasifikasian ini adalah sebuah satuan besar luas permukaan bidang kontak di setiap
volume heat exchanger. Semakin luas permukaan bidang kontak perpindahan panas per
satuan volume, maka akan semakin besar efisiensi perpindahan panas yang didapatkan.
Namun hal tersebut harus juga memperhatikan jenis fluida kerja yang digunakan.
Semakin besar kandungan partikel di dalam fluida tersebut, maka semakin rendah juga
kebutuhan luas permukaan bidang kontak perpindahan panas pada heat exchanger.
Pengklasifikasian heat exchanger berdasarkan hal ini antara lain adalah Compact Heat
Exchanger dengan luas bidang kontak di atas 700 m 2/m3; Laminar Flow Heat
Exchanger dengan luas bidang permukaan di atas 3000 m 2/m3; serta Micro Heat
Exchanger dengan luas bidang kontak di atas 15000 m2/m3. Untuk lebih jelasnya mari
kita perhatikan gambar di bawah ini.
Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Luas Permukaan Perpindahan Panas

D. Macam-macam Heat Exchanger Berdasarkan Desain Konstruksi

Pengklasifikasian heat exchanger berdasarkan desain konstruksinya,


menjadi pengklasifikasian yang paling utama dan banyak jenisnya. Secara umum
heat exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yakni tipe tubular,
tipe plat, tipe extended-surface, dan tipe regeneratif. Sebenarnya masih ada beberapa
jenis heat exchanger dengan desain lain seperti scraped surface exchanger, tank
heater, cooler cartridge exchanger, dan lain sebagainya. Namun untuk lebih
ringkasnya akan kita bahas empat tipe heat exchanger yang utama tersebut.
1. Heat Exchanger Tipe Tubular
Heat exchanger tipe ini melibatkan penggunaan tube pada desainnya. Bentuk
penampang tube yang digunakan bisa bundar, elips, kotak, twisted, dan lain
sebagainya. Heat exchanger tipe tubular didesain untuk dapat bekerja pada tekanan
tinggi, baik tekanan yang berasal dari lingkungan kerjanya maupun perbedaan
tekanan tinggi antar fluida kerjanya. Tipe tubular sangat umum digunakan untuk
fluida kerja cair-cair, cair-uap, cair-gas, ataupun juga gas-gas. Namun untuk
penggunaan pada fluida kerja gas-cair atau juga gas-gas, khusus untuk digunakan
pada kondisi fluida kerja bertekanan dan bertemperatur tinggi sehingga tidak ada
jenis heat exchanger lain yang mampu untuk bekerja pada kondisi tersebut. Berikut
adalah beberapa jenis heat exchanger tipe tubular:
2. Shell & Tube
Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe
ini melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di
dalam tube, sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain
berada di dalam sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell,
sedemikian rupa sehingga pipa-pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.

Heat Exchanger Tipe Shell & Tube


(a) satu jalur shell, satu jalur tube (b) satu jalur shell, dua jalur tube

Komponen-komponen utama dari heat exchanger tipe shell & tube adalah
sebagai berikut:
Tube.
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan pada
heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-macam sesuai
dengan fluida kerja yang dihadapi.
Macam-macam Rangkaian Pipa Tube Pada Heat Exchanger Shell & Tube

Shell.
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang mengalir di
dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan penampang
melingkar. Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika diameter
desain dari shell tersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6 meter,
maka digunakan bahan plat metal yang dibentuk silindris dan disambung dengan
proses pengelasan.

Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah yang
paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang relatif
murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lbih tinggi dari
tipe E, karena shell tipe didesain untuk memiliki dua aliran (aliran U). Aliran sisi
shell yang dipecah seperti pada tipe G, H, dan J, digunakan pada kondisi-kondisi
khusus seperti pada kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe K digunakan pada
pemanas kolam air. Sedangkan shell tipe X biasa digunakan untuk proses penurunan
tekanan uap.

E. Macam-macam Heat Exchanger Berdasarkan Bentuk Aliran Fluida

Penentuan desain aliran fluida di dalam sebuah heat exchanger tergantung


dari kebutuhan tingkat keefektifan perpindahan panas yang diinginkan, penurunan
tekanan yang diijinkan, kecepatan aliran fluida minimum dan maksimum yang
diperbolehkan, bentuk aliran fluida, desain bentuk heat exchanger, tegangan termal
yang diijinkan, perubahan temperatur yang dibutuhkan, desain sistem perpipaan,
serta berbagai pertimbangan yang lain. Sebelum lebih jauh membahas jenis-jenis
heat exchanger berdasarkan tipe aliran fluidanya, mari kita pahami tentang adanya
tipe aliran multipass pada sebuah heat exchanger.

Ilustrasi Aliran Fluida Singlepass & Multipass

Fluida yang mengalir di dalam sebuah heat exchanger bisa berupa single-pass atau
juga multi-pass. Dikatakan single-pass yakni apabila fluida mengalir hanya satu kali di
dalam heat exchanger. Sedangkan dikatakan multi-pass apabila fluida mengalir lebih
dari satu kali di dalam sebuah heat exchanger. Dari konsep multi-pass tersebut, berikut
adalah beberapa tipe heat exchanger berdasarkan bentuk aliran fluida:
1. Heat Exchanger Tipe Single-Pass

o Counterflow Heat Exchanger.


Fluida-fluida yang mengalir pada heat exchanger tipe ini berada saling sejajar, akan
tetapi memiliki arah yang saling berlawanan. Desain ini menghasilkan efisiensi
perpindahan panas yang paling baik diantara jenis heat exchanger yang lain. Hal ini
disebabkan karena fluida dingin yang masuk ke dalam exchanger akan bertemu
dangan fluida sumber panas yang akan keluar dari exchanger, dimana fluida ini
sudah mengalami penurunan panas. Begitu pula pada sisi outlet fluida yang
dipanaskan, ia akan dipanaskan oleh fluida sumber panas yang baru saja masuk ke
exchanger tersebut. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan gambar berikut.

Skema Counter Flow Heat Exchanger

Kurva Perubahan Temperatur 2 Fluida Pada Counter Flow Heat Exchanger


C = Laju kapasitas panas fluida
T = Temperatur
Subscribe "h" dan "c" = masing-masing untuk fluida panas dan dingin
Subscribe "i" dan "o" = masing-masing untuk sisi inlet dan outlet

o Paralelflow Heat Exchanger.


Fluida-fluida kerja pada heat exchanger tipe ini mengalir sejajar dan memiliki
arah aliran yang sama antara fluida satu dengan yang lainnya. Fluida-fluida tersebut
masuk dan keluar heat exchanger melalui sisi yang sama. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini.
Skema Paralel Flow Heat Exchanger

Kurva Perubahan Temperatur 2 Fluida Pada Paralel Flow Heat Exchanger

Desain aliran fluida yang searah pada heat exchanger tipe ini, menghasilkan
tingkat efisiensi perpindahan panas yang buruk di antara semua heat exchanger tipe
single-pass. Oleh karena itu tipe ini digunakan pada kondisi-kondisi khusus yakni:
a. Heat exchanger menggunakan material yang sensitif terhadap temperatur,
penggunaan fluida dengan viskositas tinggi, atau temperatur inlet fluida panas yang
mencapai 1100oC.
b. Jika fluida sumber panas akan mencapai titik beku pada saat didinginkan
pada heat exchanger.
c. Dibutuhkan kondisi heat exchanger yang lebih bersih, karena temperatur
dinding heat exchanger tipe paralel flow yang lebih dingin dibandingkan dengan tipe
yang lain menyebabkan lebih sulitnya terbentuk kerak di dalam elemennya.
d. Membantu mencapai fase terbentuknya nucleat boiling pada proses
pembentukan uap air.
e. Jika dibutuhkan efisiensi perpindahan panas yang rendah dan laju
perpindahan panas yang stabil di sepanjang permukaan elemen heat exchanger.

o Crossflow Heat Exchanger.


Dua fluida yang mengalir di heat exchanger tipe ini memiliki arah yang
saling tegak lurus atau bersilangan. Secara termodinamik, tipe ini memiliki efisiensi
perpindahan panas yang lebih rendah daripada tipe counterflow tetapi lebih tinggi
daripada tipe paralelflow. Perpindahan panas yang paling efisien terjadi pada sudut-
sudut aliran. Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan gambargambar berikut.

a) Heat exchanger tipe plat.


b) Heat exchanger tipe serpentine (single tube)

Distribusi Perpindahan Panas Pada Crossflow Heat Exchanger

o Split-flow Heat Exchanger


Heat exchanger ini berdesain shell & tube dengan satu fluida yang masuk ke
sisi shell melalui bagian tengah lalu mengalir secara longitudinal ke dua arah,
berbelok 180o pada ujung-ujung shell dan berkumpul untuk keluar melalui sisi
outlet. Fluida yang lain mengalir lurus dan hanya satu arah melintasi sisi tube.
Untuk lebih memahami tipe ini, mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
(a) Heat Exchanger Tipe Single-pass Split-Flow
(b) Distribusi temperatur pada Split-Flow Heat Exchanger

7. Vaporizer, secara umum vaporizer digunakan untuk menguapkan cairan. Uap yang
dihasilkan digunakan untuk proses kimia, bukan sebagai sumber panas seperti halnya steam
dan menggunakan elemen pemanas listrik.
Jenis-Jenis Vaporizer :
a. Vaporizer dengan sirkulasi paksa Cairan diumpankan ke dalam vaporizer dengan
menggunakan pompa.

b. Vaporizer dengan sirkulasi alamiah Cairan umpan dapat mengalir sendiri dalam
vaporizer dengan bantuan gaya gravitasi.
Prinsip Kerja
Cairan diumpankan ke dalam vaporizer kemudian dipanaskan dengan suatu media
pemanas (umpan tidak kontak langsung dengan media pemanas). Biasanya tidak
semua umpan dapat teruapkan dengan sempurna. Produk yang dihasilkan (uap dan
cairan) dipisahkan dalam suatu tangki pemisah. Uap yang dihasilkan kemudian
digunakan untuk proses selanjutnya, cairan yang tidak menguap di recycle kembali.

8.Heater merupakan salah satu alat penukar kalor yang berfungsi memanaskan fluida
proses, dan sebagai bahan pemanas a1at ini menggunakan steam.

Anda mungkin juga menyukai