Tip N Trik Akreditasi Untuk Direktur Press

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 54

TIP DAN TRIK

PINTAR AKREDITASI
BAGI DIREKTUR RS

Dr.dr.Sutoto,M.Kes,FISQua
MENGAPA FORUM KOMUNIKASI
DIREKTUR RS LULUS AKREDITASI DAN
KARS PERLU DIADAKAN ?

1. SARANA SALING SHARING INFORMASI


DAN KNOWLEDGE ANTAR DIREKTUR RS
DAN KARS
2. MENINGKATKAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN ADA LAH
“NEVER ENDING PROCESS”
3. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA RS
YANG AMAN
4. LULUS AKREDITASI ADALAH LANGKAH
AWAL PERJALANAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
5. PERLUNYA AWARENESS DARI
DIREKTUR RS TERHADAP PERUBAHAN
YANG BARU MUNCUL
TANGGUNG JAWAB DIREKTUR RS: Patuh terhadap
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG AMAN peraturan &
perundangan RS

DIREKTUR RS
Menetapkan
regulasi di RS

Sistem monev
terhadap Menjamin
regulasi yg kepatuhan staf
ditetapkan pimp terhadap regulasi
ASESOR yg ditetapkan
INTERNAL oleh pimpinan
QUALITY AND SAFETY
“NEVER ENDING PROCESS”

CONTINUOUS
MANAJEMEN
SERTIFIKAT QUALITY
RISIKO
IMPROVEMENT
UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN
2009 TENTANG Pasal 103

PERLINDUNGAN DAN Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak

PENGELOLAAN
melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 593 , dipidana dengan pidana penjara paling
LINGKUNGAN HIDUP singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
LIMBAH MEDIS
AWARENESS TERHADAP PERATURANPERUNDANGAN

RS TAK PUNYA IJIN OPERASIONAL


DIREKTUR DITUNTUT PENJARA MAKSIMAL 2TAHUN DAN DENDA
MAKSIMAL 5 MIYARD

U.U R.S NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RS

Pasal 62

Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah).

Pasal 63
1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi,
selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
DASAR HUKUM

Peraturan Menteri Negara UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009


Lingkungan Hidup Nomor TENTANG PERLIDUNGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Permen LHK No. 56
30/2009 tentang Tata tahun 2015 tentang
Laksana Perizinan dan Tata Cara dan
Pengawasan Pengeleloaan
Limbah B3 serta Persyaratan Teknis
Pengawasan Pemulihan Peraturan Pemerintah No. 101/2014 Pengelolaan Limbah
Pencemaran Limbah B3 oleh B3 di Fasyankes
Pemerintah Daerah tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun

Kepka Bapedal
Peraturan Menteri Nomor: Kep- Kepka Bapedal Peraturan Menteri Kepka Bapedal
Kepka Bapedal
Negara Lingkungan 01/Bapedal/09/19 Nomor :Kep- Negara Lingkungan Nomor :Kep-
Nomor: Kep-
Hidup No.18 /2009 95 Tentang Tata Permen LH No. 03/Bapedal/09/19 Hidup Nomor : 02 04/Bapedal/09/19
02/Bapedal/09/19
tentang Tata Cara Cara dan 14/2013 tentang 95 Tentang Tahun 2008 95 Tentang Tata
95 Tentang
Perizinan persyaratan teknis Simbol dan Label; Persyaratan Teknis Tentang Cara Persyaratan
Dokumen Limbah
Pengelolaan Penyimpanan dan Pengolahan Pemanfaatan Penimbunan Hasil
B3
Limbah B3 Pengumpulan Limbah B3 Limbah B3 Pengolahan …
Limbah B3;

3
• Pasal 40

• Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan


sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan
tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau
kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan,
dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

• (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

Ketentuan Umum
DEFINISI LIMBAH B3 (PP 101/2014)
LIMBAH
BAHAN
BAHAN
BERBAHAYA
LIMBAH BERBAHAYA
DAN
DAN
BERACUN
BERACUN

… adalah sisa suatu … yang selanjutnya disingkat B3 adalah … yang selanjutnya disebut
usaha dan/atau zat, energi, dan/atau komponen lain yang limbah B3 adalah suatu
kegiatan karena sifat, konsentrasi dan/atau sisa usaha dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun kegiatan yang
tidak langsung dapat mencemarkan
mengandung B3
dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan mahluk hidup lain
• PERMASALAHAN LIMBAH B3
1.TELUSUR LIMBAH → gunakan ceklis
2.BERDAYAKAN STAF IPSRS, KM
JENAZAH, IPCN
Bukti pengelolaan limbah rumah sakit meliputi:
a) Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius;
b) Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah;
c) Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat;
d) Pengelolaan limbah cair;
e) Pelaporan pajanan limbah infeksius.
Bukti tentang pemulasaraan jenazah:
a) Pelaksanaan supervisi
b) Tindak lanjut hasil supervisi.
c) kegiatan kamar mayat dan kamar bedah mayat sudah dikelola sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
Bukti tentang laporan kegiatan pemulasaran jenazah dan bedah mayat
Bukti tentang pajanan limbah infeksius:
a) Hasil supervisi
b) Pelaporan pajanan limbah infeksius
c) Tindak lanjut hasil supervise
1. Kepatuhan petugas dalam pengelolaan Benda tajam dan jarum sudah
dikumpulkan, disimpan di dalam wadah yang tidak tembus, tidak bocor,
berwarna kuning, diberi label infeksius, dan dipergunakan hanya sekali
pakai sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Bukti tentang:
a) MOU dengan pihak transporter dan pengolah B3
b) Izin transporter
c) Izin pengolah B3
d) Sertifikasi mutu
Bukti tentang data dokumen limbah benda tajam dan jarum yang dikelola.
Bukti tentang pelaksanaan supervisi oleh IPCN:
a) Form ceklist
b) Laporan Pelaksanaan supervise
Bukti tentang pelaksanaan pemantauan kepatuhan prinsip-2PPI sesuai
regulasi
Potensi Limbah B3 Kegiatan Fasyankes
Limbah B3
Fasyankes

Sumber tidak Kadaluarsa, Sumber


spesifik tumpahan, dll spesifik Umum

Limbah Padat
Medis
11
Limbah B3 Fasyankes
Limbah B3 Fasyankes
Kode Keterangan Kategori Berdasarkan Permen LHK
Limbah No. 56/2015
A337-1 Limbah klinis infeksius 1
A337-2 Farmasi kadaluarsa 1
limbah infeksius,
LIMBAH B3
A337-3 Bahan kimia kadaluarsa 1 imbah patologi,
SUMBER SPESIFIK
UMUM A337-5 Peralatan medis 1 limbah benda tajam,
mengandung logam berat Limbah farmasi,
B337-1 Kemasan produk farmasi 2 limbah sitotoksis,
B337-2 Sludge IPAL 2
limbah kimiawi,
limbah radioaktif,
LIMBAH B3 Kode Keterangan Kategori limbah kontainer
Limbah
SUMBER TIDAK A102a Pelarut terhalogenasi 1 bertekanan, dan
SPESIFIK Trikloroetilen limbah dengan
B105d Minyak pelumas bekas 2
A102d Aki/batere bekas 1
kandungan logam
berat yang tinggi.
Pengolahan Air Limbah
1. Seluruh rumah sakit dan lab klinis
2. Fasilitas insinerator Pengolahan Emisi/Gas
3. IPAL yang mengolah efluen rumah
LIMBAH LAINNYA
Pengolahan Limbah
sakit dan laboratorium klinis padat/domestik
KEWAJIBAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
FASYANKES
• IDENTIFIKASI/INVENTARISASI LIMBAH B3 (LOG BOOK)
• MELAKUKAN PENYIMPANAN JIKA TIDAK SEGERA DIOLAH (IZIN
PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3, LOG BOOK)
• MELAKUKAN PENGELOLAAN LANJUT SENDIRI ATAS LIMBAH B3
DIHASILKAN (IZIN PENGELOLAAN LANJUT:
PEMANFAATAN/PENGOLAHAN/PENIMBUNAN)
• MENYERAHKAN LIMBAH B3 KEPADA PENGELOLA LANJUT BERIZIN
UNTUK LIMBAH B3 YANG TIDAK DIOLAH/KELOLA SENDIRI
• MENYAMPAIKAN PELAPORAN KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
(SESUAI SYARAT IZIN)

13
Izin Pengelolaan Limbah B3 dan
kewenangan Penerbitannya
BUPATI/ MASA BERLAKU
JENIS IZIN PLB3 GUBERNUR MENTERI
WALIKOTA IZIN/ REKOMENDASI
PENYIMPANAN 5 TAHUN

PENGUMPULAN 5 TAHUN

PENGANGKUTAN (R) 5 TAHUN

PEMANFAATAN 5 TAHUN

PENGOLAHAN 5 TAHUN

PENIMBUNAN 10 TAHUN

Semua permohonan harus merupakan kegiatan yang memiliki ijin lingkungan


14
MODEL BERDASARKAN PP 101/2014
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Pengolahan
Penghasil dengan Insinerator
RS A

Perusahaan
“X”
yang telah
Penghasil RS B
mendapatkan izin dari KLH

Landfill
Kelas I
Penghasil RS C
ABU

16
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.56/Menlhk-Setjen/2015
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2016


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 598

19
1. PENGURANGAN & PEMILAHAN
Menghindari penggunaan material yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan
yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping)
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream)
menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa; dan
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan.
23
• 2. SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
PerMenNeg L H R.I No 14 tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Simbol Limbah B3:


• Mengartikan gambar yang
menunjukkan karakteristik dari
limbah B3 tersebut.
• Fungsi pemberian simbol sangat
penting untuk mengidentifikasi
sekaligus mengklasifikasikan B3,
• Label limbah B3:

• Adalah setiap keterangan


mengenai limbah B3 yang
berbentuk tulisan yang berisi
informasi penghasil, alamat
penghasil, waktu
pengemasan, jumlah, dan
karakteristik limbah B3.
2.C Pengemasan Limbah B3 Fasyankes

27
2.D PEWADAHAN LIMBAH B3 FASYANKES

WADAH DILENGKAPI DENGAN


PENUTUP
TERBUAT DARI BAHAN ANTI
TUSUKAN (PLASTIK PEJAL, LOGAM)
DAN ANTI BOCOR
DILENGKAPI DENGAN KANTONG
DAN SIMBOL SESUAI
KARAKTERISTIK LIMBAH

28
SIMBOL LIMBAH B3
[PERMEN LH 14/2013]
B. PEWADAHAN DAN PENANDAAN

TANDA ARAH
PENUTUP

LABEL

SIMBOL

29
• PERSYARATAN SIMBOL DAN LABEL
LIMBAH B3:

1. Tahan lama
2. Dalam Bahasa Inggris dan/atau Bahasa
Indonesia
3. Terlihat dengan jelas
4. Berwarna kontras
5. Tidak tumpang tindih dengan simbol, label,
dan penanda lainnya
6. Dilekati pada badan kemasan, kendaraan
pengangkut, dan gudang penyimpanan
3. TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3
2. PENYIMPANAN LIMBAH B3
Tempat
Dilakukan dengan cara antara lain: Penyimpanan
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas limbah
Penyimpanan Limbah B3; Infeksius
b. menggunakan wadah Limbah B3
sesuai kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah
sesuai karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah
B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN Tempat


LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] Penyimpanan
limbah selain
Infeksius
24
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
Untuk limbah dengan karakteristik Untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,
infeksius; benda tajam; dan patologis; tumpahan, atau sisa kemasan; radioaktif;
disimpan di tempat Penyimpanan farmasi; sitotoksik; peralatan medis yang
memiliki kandungan logam berat tinggi; dan
Limbah B3 sebelum dilakukan tabung gas atau kontainer bertekanan
disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah
Limbah B3, dan/atau Penimbunan B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3 paling lama:
Limbah B3 paling lama:
1. 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari atau lebih; atau
dari 0oC (nol derajat celsius); atau 2. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah
sama dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol B3 kategori 1, sejak Limbah B3 dihasilkan.
derajat celsius), sejak Limbah B3
dihasilkan. [Pasal 8 ayat (2) huruf b,

Pasal 8 ayat (2) huruf a


30
Standar PPI.7
RS mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius sesuai peraturan perundang
undangan.
Elemen Penilaian PPI. 7 Instrumen Survei KARS
1. Rumah sakit telah menerapkan pengelolaan limbah D Bukti tentang pengelolaan limbah rumah sakit meliputi:
rumah sakit untuk meminimalkan risiko infeksi yang a) Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius;
meliputi a)–e) pada maksud dan tujuan. b) Penanganan dan pembuangan darah serta komponen
darah;
c) Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat;
d) Pengelolaan limbah cair;
e) Pelaporan pajanan limbah infeksius.

• IPCN
• Penanggung jawab Kesling
W

2. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen D Bukti tentang:


darah sesuai dengan regulasi, dipantau dan dievaluasi, a) Pelaksanaan supervisi
serta di tindak lanjutnya b) Tindak lanjut hasil supervisi.

W • IPCN
• Penanggung jawab Kesling
Standar PPI.7
RS mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius sesuai peraturan perundang
undangan.

Elemen Penilaian PPI. 7 Instrumen Survei KARS


3. Pelaporan pajanan limbah infeksius sesuai dengan D Bukti tentang:
regulasi dan dilaksanakan pemantauan, evaluasi, a) Hasil supervisi
serta tindak lanjutnya. b) Pelaporan pajanan limbah infeksius
c) Tindak lanjut hasil supervisi

• IPCN
W
• Penanggung jawab Kesling
4. Bila pengelolaan limbah dilaksanakan oleh pihak luar D Bukti tentang:
rumah sakit harus berdasar atas kerjasama dengan a) MOU dengan pihak transporter dan pengolah B3
pihak yang memiliki izin dan sertifikasi mutu sesuai b) Izin transporter
dengan peraturan perundang-undangan 
 c) Izin pengolah B3
d) Sertifikasi mutu

• IPCN
• Penanggung jawab Kesling
W • Petugas pengelola limbah
Standar PPI.7.1
RS menetapkan pengelolaan kamar mayat dan kamar bedah mayat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Elemen Penilaian PPI 7.1 Instrumen Survei KARS Skor


1. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat D Bukti tentang laporan kegiatan 10 TL
sesuai dengan regulasi. pemulasaran jenazah dan bedah mayat 5 TS
0 TT
W • IPCN
• Kepala/staf kamar jenazah
2. Ada bukti kegiatan kamar mayat dan O Lihat proses 10 TL
kamar bedah mayat sudah dikelola sesuai 5 TS
dengan peraturan perundang-
0 TT
undangan.

W • IPCN
• Kepala/staf kamar jenazah
3. Ada bukti pemantauan dan evaluasi, serta D Bukti tentang: 10 TL
tindak lanjut kepatuhan prinsip-prinsip PPI a) Pelaksanaan supervisi 5 TS
sesuai dengan peraturan perundang- b) Tindak lanjut hasil supervisi. 0 TT
undangan.

W • Komite/ Tim PPI


• IPCN
Standar PPI 7.2

RS menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum secara aman.

Elemen Penilaian PPI 7.2 Instrumen Survei KARS Skor


1. Benda tajam dan jarum sudah dikumpulkan, O Lihat kepatuhan petugas dalam pengelolaan 10 TL
disimpan di dalam wadah yang tidak benda tajam dan jarum sesuai dengan 5 TS
tembus, tidak bocor, berwarna kuning, peraturan perundangundangan.
0 TT
diberi label infeksius, dan dipergunakan
hanya sekali pakai sesuai dengan peraturan
• IPCN
perundangundangan.
• IPCLN
W
• Kepala/staf Unit Pelayanan
• Petugas Cleanning service
2. Bila pengelolaan benda tajam dan jarum D Bukti tentang: 10 TL
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit a) Kerjasama dengan pihak luar RS 5 TS
harus berdasar atas kerjasama dengan b) Izin transporter 0 TT
pihak yang memiliki izin dan sertifikasi mutu c) Izin pengelolaan limbah B3
sesuai dengan peraturan perundang- d) Sertifikasi mutu
undangan. 


• IPCN
W
• IPSRS
Standar PPI 7.2

RS menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum secara aman.


Elemen Penilaian PPI 7.2 Instrumen Survei KARS Skor
3. Ada bukti data dokumen limbah benda D Bukti tentang data dokumen limbah benda tajam dan jarum yang dikelola. 10 TL
tajam dan jarum. 5 TS
• IPCN 0 TT
W • IPSRS
• Penanggung jawab Kesling
• Penanggung jawab Cleanning service
4. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan D Bukti tentang pelaksanaan supervisi oleh IPCN:
pemantauan oleh IPCN terhadap a) Form ceklist
pengelolaan benda tajam dan jarum b) Laporan Pelaksanaan supervisi
sesuai dengan prinsip PPI, termasuk bila
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit
• IPCN
• IPSRS
W
• Penanggung jawab Kesling
• Penanggung jawab Cleanning service
• Kepala unit/ Kepala ruangan

5. Ada bukti pelaksanaan pemantauan D Bukti tentang pelaksanaan pemantauan kepatuhan prinsip-2PPI sesuai regulasi. 10 TL
kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai 5 TS
regulasi.
W • Komite/Tim PPI 0 TT
• IPCN
• Pasal 40

• Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan


sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan
tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau
kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan,
dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

• (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

• Pasal 41

• (1) Pengelola sampah yang karena kealpaannya


melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak
memperhatikan norma, standar, prosedur, atau
kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

• (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat,
pengelola sampah diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 42

(1) Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi apabila tindak pidana dimaksud
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang
berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau mewakili korporasi untuk
melakukan perbuatan hukum atau memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau
mengawasi korporasi tersebut.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atau atas nama
korporasi dan orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain yang bertindak dalam lingkungan korporasi, tuntutan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan kepada mereka yang bertindak sebagai pemimpin atau yang memberi
perintah, tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik berdasarkan hubungan kerja
maupun hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri atau bersama-sama.
(3) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk menghadap dan penyerahan
surat panggilan ditujukan kepada pengurus pada alamat korporasi atau di tempat
pengurus melakukan pekerjaan yang tetap.
(4) (4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada saat penuntutan diwakili oleh
bukan pengurus, hakim dapat memerintahkan pengurus agar menghadap sendiri ke
pengadilan.

Pasal 43
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 42 adalah
kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai