Bab111 Pembahasan Kasus Pelanggaaranham

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN KASUS PELANGGARAN HAM

Pada tanggal 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal
dengan Kerusuhan Mei 1998. Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan
Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 saat itu, banyak
perusahaan yang bangkrut, jutaan orang dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai
proyek besar juga dihentikan. 

Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di
sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa
yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa Universitas Trisakti. 

Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah kemarahan masyarakat yang


saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi. 

Kronologi Kerusuhan Mei 199812 Mei 1998

Pada tanggal 12 Mei 1998, sekitar pukul 11.00-13.00, ribuan mahasiswa Universitas
Trisakti melakukan aksi damai di dalam kampus. Setelah itu, mahasiswa mulai turun
ke Jalan S Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR atau DPR. Pukul 13.15,
para mahasiswa sampai di depan kantor Walikota Jakarta Barat. 

Melihat segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat polisi


menghadang laju mereka. Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak polisi dengan
para mahasiswa. Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa tidak melanjutkan
aksi unjuk rasa mereka ke MPR atau DPR.15 menit setelahnya, pukul 13.30, para
mahasiswa melakukan aksi damai di depan kantor Walikota Jakarta Barat. Kondisi
dan situasi saat itu dapat dibilang masih sangat tentang. Tidak ada ketegangan sama
sekali antara pihak aparat dan mahasiswa. 
Pukul 16.30, polisi mulai memasang garis polisi dan meminta para mahasiswa untuk
memberi jarak 15meter dari garis tersebut. 

Tidak berselang lama, pihak polisi pun meminta agar mahasiswa kembali ke dalam
kampus. Tanpa ada ketegangan apapun, mahasiswa membubarkan diri dengan tenang
dan tertib. Namun, tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan
mahasiswa. Mendengar suara tembakan tersebut, para mahasiswa lantas berlarian dan
berusaha menyelamatkan diri. 

Para mahasiswa berusaha berlindung dengan masuk ke dalam gedung-gedung


kampus, sementara aparat masih terus menembakkan senapannya. Puluhan gas air
mata juga dilemparkan ke dalam kampus. Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus
sangatlah mencekam. Beberapa korban jiwa juga berjatuhan, salah satunya adalah
empat mahasiswa Trisakti yang tewas karena tertembak. Keempat mahasiswa Trisakti
tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan
Sie. 

 13 Mei 1998

Pukul 01.30, dilakukan jumpa pers yang dihadiri oleh Pangdam Jaya Mayjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Selain itu, hadir juga Kapolda Mayjen
Hamami Nata, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00, mahasiswa dari berbagai kota, yaitu
Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke Universitas Trisakti untuk
menyatakan belasungkawa. Dua jam setelahnya, pukul 12.00, kerusuhan massa mulai
terjadi di Jakarta. Berbagai aksi perusakan dan pembakaran bangungan serta
kendaraan bermotor terjadi. Mulanya, kerusuhan terjadi di kawasan sekitar Kampus
Trisakti, tetapi aksi perusakan dan pembakaran meluas hingga ke kawasan lainnya. 
 14 Mei 1998

Pada tanggal 14 Mei 1998, aksi kerusuhan yang awalnya hanya terjadi di Jakarta
mulai merambah ke kota-kota lainnya, seperti Bogor, Tangerang, dan
Bekasi. Pembakaran, perusakan, serta penjarahan toko dilakukan oleh massa. Kota
Bogor, Tangerang, dan Bekasi saat itu sudah lumpuh total. 

 15 Mei 1998

Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan Mei 1998 bergegas kembali


ke Tanah Air dari Kairo. Waktu itu, muncul isu bahwa Presiden Soeharto bersedia
untuk mundur dari jabatannya. Akan tetapi, berita tersebut langsung ditampis oleh
Menteri Penerangan Alwi Dahlan. Presiden Soeharto membantah bahwa ia bersedia
mengundurkan diri. Namun, jika kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto
sudah hilang, maka Presiden Soeharto bersedia untuk lengser dari
jabatannya. Akhirnya, seminggu kemudian, tepatnya tanggal 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaannya
kepada BJ Habibie. 

Dampak yang terjadinya Kerusuhan yaitu sebanyak 499 orang tewas dalam peristiwa
Kerusuhan Mei 1998. Selain itu, lebih dari 4.000 gedung juga hancur atau
terbakar. Kerugian fisik yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia sendiri adalah
sebesar Rp 2,5 triliun. 
BAB IV

SOLUSI DAN ANALISIS DESKRIPSI PENYELESAIAN MASALAH

A. Solusi

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan
kontroversi sampai hari ini. umumnya masyarakat Indonesia secara
keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam
sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa,
berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang
Tionghoa, walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini
merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara sistematis oleh pemerintah
atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu hingga menyebar ke
masyarakat.

B. Analisis Deskripsi Penyelesaian Masalah

Pengungkapan Kerusuhan Mei 1998 secara tuntas merupakan utang sejarah


bangsa Indonesia.Karena pada peristiwa Mei 1998 telah menelan ribuan
korban jiwa,menggoncangkan dunia dan mencoreng keberadaan bangsa
Indonesia. Kejadian Mei 1998 sudah 24 tahun berlalu. Berjalannya waktu
ternyata tidak membuat orang lupa dengan kejadian yang memakan banyak
korban tersebut. Kejadian Mei 1998 ditempatkan pada sebuah titik sejarah
hitam bagi perjalanan bangsa Indonesia. Korban berjatuhan dengan jumlah
ribuan orang. Kerugian materi, fisik maupun psikis sama sekali tidak dapat
dihindari. Indonesia porak poranda setelah kejadian Mei 1998. Namun,
sampai saat ini tidak terungkap siapa dalang dibalik kejadian Mei 1998.
Kenyataan ini membuat banyak orang meluapkan opini mereka tentang Mei
1998 yang sampai saat ini masih dipertanyakan kebenarannya. Ketidakjelasan
dalang dibalik kejadian Mei 1998 ini membuat masyarakat terutama keluarga
korban masih tidak dapat menerima dan terus menuntut ditegakkannya
keadilan bahkan sampai setelah 24 tahun kejadian tersebut berlalu. Kejadian
Mei 1998 terus mengundang pertanyaan dibenak masyarakat. Hal ini
membuat masyarakat semakin haus dan liar.

Banyak gelembung-gelembung opini yang akhirnya muncul ke permukaan


mengenai MUSEUM TRAGEDI MEI 1998 DI JAKARTA.

Terlepas dari semua hal mengenai kejadian Mei 1998, terdapat realita dimana
museum saat ini layak menjadi sorotan. Kurangnya pengembangan museum
sebagai wadah pembelajaran sejarah turut menjadi pertimbangan penting
dalam penentuan proyek museum. Museum saat ini mulai ditinggalkan
pengunjung karena dianggap kuno dan tidak mampu lagi menarik minat
pengunjung sehingga perlu diadakannya perubahan bangunan museum untuk
dapat kembali menjadi media pembelajaran yang lebih baik. Pemilihan proyek
museum ini mencoba mengubah museum dari sekedar tempat display benda
sejarah menjadi bangunan yang mampu bercerita melalui desain
arsitekturalnya.

Kurangnya pengembangan museum sebagai wadah pembelajaran sejarah turut


menjadi pertimbangan penting dalam penentuan proyek museum. Museum
saat ini mulai ditinggalkan pengunjung karena dianggap kuno dan tidak
mampu lagi menarik minat pengunjung sehingga perlu diadakannya
perubahan bangunan museum untuk dapat kembali menjadi media
pembelajaran yang lebih baik. Pemilihan proyek museum ini mencoba
mengubah museum dari sekedar tempat display benda sejarah menjadi
bangunan yang mampu bercerita melalui desain arsitekturalnya. Adanya
semua hal yang melatarbelakangi proyek Museum Tragedi Mei 1998 ditarik
dalam sebuah topik dimana museum akan dikemas untuk menceritakan
kejadian Mei 1998 sebagai bukti perjuangan menuju Reformasi.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai suatu


dinamika social, politick, dan ekonomi. Kita tidak selalu harus menginterpretasikan
kerusuhan dari kacamata politik, khususnya sebagai tindakan yang merongrong
stabilitas politik. Kerusuhan atau korban akibat kerusuhan yang perlu dicegah dan
diantisipasi adalah kemungkinan setiap kerusuhan berkembang menjadi sebuah
gerakan social-politik yang berkepanjangan.

Dalam rangka ini, para pengelola negara dan pemerintah seharus memperhatikan
berbagai peristiwa kerusuhan sebagai suatu iklim yang menginginkan suatu
perubahan.

Kerusuhan massa yang terjadi pada peristiwa kerusuhan mei 1998 sepatutnya dilihat
secara jernih. Apakah bentuk kerusuhan tersebut muncul karena orang-orang tertentu
yang memang ingin membuat kekacauan, ataukah adanya suatu kesalahan yang
memberikan peluang untuk berbuat rusuh, dan mungkin juga sebagai refleksi
kekecewaan, ketidakpuasan atas situasi kehidupan social, ekonomi, dan politik yang
ada.

Saran

Berdasarkan kerusuhan mei 1998, kita bias mengambil hikmah yang ada dalam
sejarah Panjang bangsa ini. Semoga kita bisa menjadi generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan bisa membanggakan bagi nusa dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai