Makalah Perkembangan Gerakan Non Blok & ASEAN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Gerakan Non-Blok & ASEAN

Kelompok 1:
Ahmad Falihan
Agung Rachmansyah
Alvi Winata
Haqqi Shafa M.
Siti Alpiyana
Nazwa Salsabila
Falah Esya

SMAN 17 KAB. TANGERANG


Jl. Indah Raya Perum Lagok Indah Kel. Babakan Kec. Legok Kab. Tangerang, Banten, 15820
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas Makalah yang
berjudul “Perkembangan Gerakan Non-Blok & ASEAN” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas guru pada mata
pelajaran Sejarah Peminatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang “Sejauh mana Perkembangan Gerakan Non-Blok &
ASEAN” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Suwarti yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata pelajaran yang
ditekuni.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
Pendahuluan ................................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
Pembahasan ................................................................................................................................................. 5
A. Perkembangan Gerakan Non-Blok ............................................................................................... 5
1. Sejarah Gerakan Non-Blok ........................................................................................................... 5
2. Tujuan Gerakan Non-Blok ............................................................................................................ 6
3. Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non-Blok.......................................................................... 6
B. Perkembangan Asean ..................................................................................................................... 8
1. Pembentukan Asean ...................................................................................................................... 8
2. Struktur ASEAN ........................................................................................................................... 9
3. Kerja Sama ASEAN ................................................................................................................... 10
4. Kerja Sama dengan Negara-negara di Luar ASEAN .................................................................. 11
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 12

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

1. Gerakan Non Blok


Organisasi Gerakan Non Blok muncul di tengah persaingan dua kekuata besar dunia, yaitu Blok Barat
dan Blok Timur pada masa Perang Dingin Negara-negara Blok Timur dipimpin Uni Soviet, sementara
negara-negara Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat. Setiap blok berusaha menarik dukungan dari
negara-negara lain. Agar Negara-negara Berkembang tidak terkena pengaruh Blok Barat maupun Blok
Timur, maka didirikan lah organisasi Gerakan Non-Blok (GNB).

2. ASEAN
Tujuan didirikannya organisasi multinasional yang bernama ASEAN ini tidak lain dan tidak bukan adalah
untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh warga negara di Asia Tenggara. Perasaan senasib
sepenanggungan sebagai negara yang baru berdiri di tengah mencekamnya perang antar kedua negara
adidaya membuat para pemimpin negara di Asia Tenggara berinisiatif menyatukan diri untuk menciptakan
kedamaian, keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Asia bagian tenggara.
Pada tahun 1960-an, kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan hijau atau kawasan yang sangat rawan
bagi negara adidaya untuk bertemu melakukan perang militer maupun perang ideologis. Kondisi yang
sangat mengkhawatirkan tersebut sangat berpotensi menimbulkan gejolak yang dapat mengganggu
stabilitas negara pada saat masih masa pembangunan. Hal tersebutlah yang menjadi alasan utama para
pemimpin dari negara ASEAN terdahulu untuk bekerja sama mewujudkan cita-cita bersama

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terbentuknya GNB dan ASEAN


2. Peran Serta Indonesia Dalam GNB dan ASEAN
3. Macam macam bentuk Kerja sama dalam ASEAN
4. Pengaruh Kerja Sama ASEAN

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui landasan terbentuknya ASEAN
2. Mengetahui Pengertian GNB dan ASEAN
3. Untuk Mengetahui Prinsip dan Tujuan utama GNB dan ASEAN

4
BAB II
Pembahasan

A. Perkembangan Gerakan Non-Blok

1. Sejarah Gerakan Non-Blok


Kata "Non-Blok" dipaparkan pertama kali oleh Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India) dalam
pidatonya pada 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato tersebut, Nehru menjabarkan lima pilar yang
dapat diterapkan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino India yang disebut dengan Panchsheel
(Lima Pengendali). Prinsip ini kemudian dipakai sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip
tersebut ialah:
a. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan;
b. Perjanjian tidak saling melakukan agresi;
c. Tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri negara lain;
d. Setara dan saling menguntungkan;
e. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri berawal dari Konferensi Asia Afrika, yaitu sebuah konferensi yang diadakan
di Bandung, pada 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun mendeklarasikan
keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Blok Barat dan Blok Timur.
Para pendiri Gerakan Non-Blok ini adalah lima pemimpin dunia, yaitu:
a. Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia;
b. Soekarno, Presiden Indonesia;
c. Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India;
d. Gamal Abdul Nasser, Presiden Mesir;
e. Kwame Nkrumah dari Ghana.
Gerakan Non-Blok dicanangkan pertama kali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang
diselenggarakan pada 1961 di Beograd (Belgrade), Yugoslavia. Saat itu konfensi ini dihadiri 25 negara dari
berbagai belahan dunia, yakni Yugoslavia (sebagai tuan rumah), Indonesia, India, Afghanistan, Algeria,
Yaman, Myanmar, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Irak,
Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, dan Tunisia.
Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang
diselenggarakan pada 1961 di Beograd dibentuklah Gerakan Non-Blok oleh Josep Broz Tito (Presiden
Yugoslavia saat itu). Hasil dari konferensi tersebut juga mendaulat Josip Broz Tito sebagai pimpinan
pertama dalam Gerakan Non-Blok.
Sejak pertemuan Belgrade pada 1961, serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok telah
diselenggarakan, yaitu di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan
dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian di Lusaka, Zambia (1970), Algiers,
Aljazair (1973), Kolombo, Sri Lanka (1976), Havana, Cuba (1979), New Delhi, India (1983), Harare,
Zimbabwe (1986), Beograd, Yugoslavia (1989), Jakarta, Indonesia (1992), Cartagena de Indias, Kolombia

5
(1995), Durban, Afrika Selatan (1998), Kuala Lumpur, Malaysia (2003), Havana, Kuba (2006), Sharm el-
Sheikh, Mesir (2009), Teheran, Iran (2012), dan terakhir di Karakas, Venezuela pada 2015.
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir 1960-an, ketika anggota-anggotanya mulai
terpecah dan bergabung pada salah satu blok, terutama Blok Timur. Gerakan ini kemudian terpecah
sepenuhnya pada 1979, ketika terjadi invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan. Saat itu, seluruh sekutu
Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak
mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

2. Tujuan Gerakan Non-Blok


Tujuan GNB. seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana pada 1979, yaitu untuk menjamin
"kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial nasional, dan keamanan dari negara-negara Non-Blok"
dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan
segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi asing, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara
lain, menentang segala bentuk blok politik, serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.
Tujuan Gerakan Non-Blok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tiga poin utama, yaitu sebagai berikut.
a. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat)
dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam Perang Dingin.
b. Membendung pengaruh negatif, baik dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara-negara anggota
Gerakan Non-Blok.
c. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota. Caranya dengan membantu perjuangan
Negara-negara Berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.
Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang anggotanya saling komunikasi dan
memiliki kedekatan seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah
mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu
negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada
masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama
beberapa tahun.

3. Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non-Blok


Gerakan Non-Blok menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak
awal memiliki peran sentral dalam pendiriannya. Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada
1955 merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali penggagasan dan
pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB.
Indonesia menilai penting GNB tidak sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga
mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.

6
Selain peran serta yang telah dijelaskan tersebut, berbagai peran serta Indonesia dalam Gerakan Non-
Blok dapat dijelaskan dalam beberapa poin berikut ini.
a. Sebagai salah satu negara pemrakarsa. Hal tersebut karena Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari
sebuah Konferensi Asia- Afrika yang digelar di Bandung pada 1955.
b. Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama. Hal ini
karena Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar mengundang/ mengajak
negara lain untuk bergabung ke dalam GNB.
c. Pernah menjadi ketua GNB pada periode 1992-1995. Pada saat itu (1-6 September 1992), Indonesia
menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB
berjumlah 106 negara.
d. Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berda sarkan perdamaian dunia,
memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia
memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi Negara-negara Berkembang untuk
memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya di GNB.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keberadaan gerakan negara-negara Non-Blok secara tegas
mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, Penggunaan
istilah bangsa-bangsa Non-Blok atau "tidak memihak adalah pernyataan bersama untuk menolak
melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara blok Barat dan Timur. Lebih lanjut, bangsa bangsa yang
tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan kemerdekaan
nasional, menghapuskan kemiskinan, dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang.
Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Aligned Movement harus
mendefinisi ulang kedudukan dan perannya dalam percaturan internasional. Pada saat gerakan tersebut
didirikan 1961, GNB menjadi semacam gerakan yang sangat tepat untuk mengambil peran di antara kedua
blok yang sedang bertikai untuk memperebutkan pengaruh di berbagai kawasan dunia. Negara negara yang
tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin dan mengambil posisi netral dihimpun dalam gerakan tersebut.
Setelah Perang Dingin berakhir, GNB, yang beranggotakan 113 negara tersebut, tetap mempertahankan
diri sebagai satu gerakan yang diperlukan untuk menggalang kerja sama baru dalam rangka
memperjuangkan "tata dunia yang lebih adil. Pada pasca-Perang Dingin ini, dihadapkan pada isu-isu dalam
pergaulan internasional.
Isu-isu yang menyatakan bahwa Negara-Negara Berkembang banyak melakukan pelanggaran HAM, isu
Negara Berkembang sebagai negara yang bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan, eksploitasi
lingkungan, dan sebagainya menjadi tantangan baru GNB pasca-Perang Dingin. Hal itu juga merupakan
dilema bagi GNB mengenai keadilan dalam hubungan internasional. Isu lain yang dimunculkan oleh GNB,
yaitu tuntutan terbentuknya suatu tata politik dan ekonomi internasional yang demokratis dan adil. Selama
ini, negara-negara maju cenderung mendominasi pengambilan keputusan dalam lembaga-lembaga
internasional, misalnya, keinginan Cina untuk masuk WTO yang mendapat tantangan hebat dari AS dengan
alasan Cina melakukan banyak pelanggaran HAM. Di sisi lain, GNB dihadapkan pada masalah kurang
kuatnya posisi tawar-menawar dengan negara-negara maju.

7
B. Perkembangan Asean

1. Pembentukan Asean
Gencarnya persaingan dan pertentangan antara Blok Barat dengan Blok Timur telah mempengaruhi
kecenderungan perubahan politik global maupun regional. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di
Bandung (1955) dan konferensi Gerakan Non-Blok di Beograd (1961) oleh Negara-negara Berkembang
pada dasarnya. sebagai reaksi terhadap Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur yang saling
bertentangan. Akan tetapi, keberadaan GNB ini tidak sepenuhnya mampu membendung pengaruh dari
kekuatan dua negara adikuasa yang tetap ingin menguasai dan membelenggu Negara-negara Berkembang.
Kondisi itu mendorong beberapa Negara Berkembang, di antaranya Indonesia memandang perlu
dibentuknya forum kerja sama yang lebih kecil, yaitu kerja sama regional maupun bilateral untuk dapat
lebih berperan memperkuat kedudukannya sekaligus berperan dalam usaha-usaha menciptakan perdamaian
di kawasan regional. Atas dasar pemikiran itu, Indonesia pada 1967 tampil menjadi salah satu negara
sponsor pembentukan ASEAN (Association of South East Asian Nations), yaitu Perhimpunan Negara-
Negara Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia yang antikomunisme mendorong negara negara di kawasan Asia Tenggara yang
juga antikomunis untuk mengadakan kerja sama regional yang lebih erat dalam membendung pengaruh
negara-negara Barat di kawasan Asia Tenggara. Pada 5 - 8 Agustus 1967, diselenggarakan pertemuan lima
Menteri Luar Negeri negara-negara Asia Tenggara yang menghasilkan Deklarasi Bangkok tentang
pembentukan ASEAN (Association of South East Asian Nations).
Deklarasi Bangkok tentang pembentukan ASEAN itu ditandatangani pada 8 Agustus 1967 oleh kelima
Menteri Luar Negeri negara-negara anggota, yaitu:
a. Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia:
b. Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Malaysia:
c. Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Philipina;
d. Sinnathamby Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Singapura;
e. Thanat Khoman, Menteri Luar Negeri Thailand;
Tujuan ASEAN menurut Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut.
a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di Asia
Tenggara.
b. Memajukan stabilitas dan perdamaian regional di Asia Tenggara.
c. Memajukan kerja sama aktif dan saling membantu antarnegara anggota di bidang ekonomi, sosial,
budaya,teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.
d. Kerja sama yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri perdagangan, pengangkutan,
komunikasi, dan usaha peningkatan standar kehidupan rakyat.
e. Memajukan studi-studi tentang masalah Asia Tenggara.
f. Memelihara dan meningkatkan kerja sama yang bermanfaat dengan organisasi-organisasi regional
dan internasional yang ada.
Dari isi Deklarasi Bangkok tersebut tampak bahwa ASEAN adalah organisasi kerja sama negara-negara
Asia Tenggara yang bersifat non politik dan non-militer, tetapi lebih bersifat ekonomi, sosial, dan budaya.
Padahal kelima anggota ASEAN tersebut mempunyai sistem politik pandangan yang berbeda-beda.

8
Misalnya, Thailand dan Philipina adalah anggota Pakta Pertahanan Asia Tenggara SEATO (South Asia
Treaty Organization) yang disponsori oleh Amerika Serikat, sedangkan Indonesia, Malaysia, dan Singapura
merupakan anggota Gerakan Non-Blok.

2. Struktur ASEAN
Struktur ASEAN diatur sebagai berikut.
a. Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri
Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri adalah sidang tertinggi yang dihadiri oleh para menteri luar
negeri negara-negara anggota ASEAN.
b. Standing Commite ASEAN
Standing commite ASEAN adalah sebuah badan yang menyelenggarakan sidang diantara dua sidang para
menteri luar negeri ASEAN.
c. Ad Hoc Committeer dan Permanent Committeer
Ad Committeer adalah komisi khusus dan permanent Comitteer adalah komisi tetap, komite tetap itu terbagi
lagi atas komite tetap masalah pangan dan pertanian, komite tetap itu masalah keuangan,komite tetap
masalah komunikasi dan lalu lintas pelayaran,komite tetap perdagangan dan industri ,komite tetap angkatan
udara sipil komite tetap sosial kultular,komite tetap ilmu pengetahuan dan teknologi,komite tetap
perkapalan,komite tetap transportasi,komite tetap komunikasi,dan komisi tetap pariwisata.
KTT ASEAN yang pertama diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 1976, yang dihadiri oleh kelima
anggota negara ASEAN. Pada KTT ASEAN yang pertama itu dihasilkan Deklarasi of ASEAN Concord,
yang intinya membuka kesempatan untuk meninjau struktur organisasi ASEAN demi kelancaran tata
kerjanya. Hal itu disebabkan oleh meluasnya hubungan kerja sama regional, seperti dengan MEE, Amerika
Serikat, dan badan-badan PBB.
KTT ASEAN II dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 1977. Dalam KTT ASEAN II ini berhasil
disempurnakan struktur organisasi ASEAN, yang meliputi sebagai berikut.
a. Summit Meeting, yaitu forum pertemuan para kepala pemerintah negara-negara anggota, yang
merupakan kekuasaan tertinggi ASEAN. Pertemuan para kepala pemerintahan diadakan jika
dipandang perlu untuk memberikan pengarahan-pengarahan berkenaan dengan kegiatan dan
masalah yang timbul dalam ASEAN.
b. ASEAN Ministerial Meeting, yaitu sidang tahunan para menteri luar negeri ASEAN untuk
merumuskan kebijakan dan koordinasi mengenai kegiatan-kegiatan ASEAN.
c. Sidang para Menteri Ekonomi ASEAN, yang diadakan setahun dua kali untuk merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menyangkut kerja sama ekonomi ASEAN. Selain itu, sidang
tersebut juga melakukan evaluasi terhadap pekerjaan komite komite di bidangnya masing-masing.
d. Sidang para Menteri Non-ekonomi, yang tugasnya merumuskan kebijaksanaan ekonomi negara
masing-masing.
e. Standing Committee, dikembangkan dengan adanya para Direktur Jenderal dan Sekretaris Jenderal
ASEAN.
f. Komite-komite yang terdiri atas dua bidang yaitu komite bidang ekonomi dan komite non-ekonomi.

9
3. Kerja Sama ASEAN
ASEAN telah mengadakan kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan isi Deklarasi Bangkok.
a. Kerja Sama di Bidang IPTEK
Melalui para Menteri Pendidikan negara-negara anggota ASEAN dibentuk suara forum kerja sama di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, diberi nama SEAMEO (South East Asian Ministry of Education
Organization), SEAMEO ini kemudian membentuk pusat-pusat latihan dan penelitian di bidang IPTEK,
dengan pembagian sebagai berikut.
1) Pusat Penelitian dan Latihan Biologi Tropika yang didirikan di Bogor, Indonesia, disebut Biotrop
2) Pusat Latihan dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika yang didirikan di Penang,
Malaysia disebut RECSAM (Regional Centre of Education on Science and Mathematics).
3) Pusat Penelitian dan Latihan Ilmu Pertanian yang didirikan di Manila, Filipina, disebut SEARCA
(South East Asian Regional Centre of Agriculture).
4) Pusat Penelitian dan Latihan Ilmu Pengetahuan Dearah Tropis yang didirikan di Bangkok, yang diberi
nama Tropmed (Tropical Medicine).
5) Pusat Penelitian dan Latihan Bahasa Inggris yang didirkan di Singapura, diberi nama RELC (Regional
Engglish Language Centre).
Pada kegiatan SEAMEO ikut pula beberapa negara yang bukan anggota ASEAN, yaitu Prancis, Australia,
dan Selandia Baru. Mengenai garis-garis kebijaksanaan SEAMEO ini ditentukan oleh sebuah Dewan yang
diberi nama SEAMPEC (South East Asian Ministry of Educational Council), sedangkan pelaksanaannya
disebut SEAMES (South East Asian Ministry of Education Secretariate) yang berke-dudukan di Bangkok.
b. Kerja Sama di Bidang Industri
Kerja sama di bidang industri dilaksanakan dengan membangun proyek proyek industri di negara-negara
anggota ASEAN yang pengaturannya disesuaikan dengan kondisi dan keamampuan negara-negara
anggota. Setiap proyek industri merupakan milik bersama anggota ASEAN, dengan pembagian saham:
60% milik tuan rumah dan 40% dibagi rata untuk tiap negara anggota ASEAN lainnya.
Adapun proyek-proyek yang telah dibangun, yaitu:
1) Pabrik amoniak-urea di Indonesia dan Malaysia;
2) Pabrik mesin diesel di Singapura;
3) Pabrik abu soda di Muangthai:
4) Pabrik superfosfat di Filipina.

c. Kerja Sama di Bidang Perdagangan


Kerja sama di bidang perdagangan dilaksanakan dengan menetapkan keistimewaan pajak perdagangan
pada negara anggota ASEAN, yaitu tentang tarif bea masuk yang rendah untuk beberapa jenis barang hasil
produksi negara-negara anggota ASEAN sehingga dapat memperlancar arus pemasaran barang di negara-
negara anggota ASEAN.
d. Kerja Sama di Bidang Keuangan
Kerja sama di bidang keuangan ASEAN dilakukan dengan membentuk dana devisa bersama bagi negara-
negara anggota ASEAN. Modal devisa perta-ma sebesar $100 juta, yang diperoleh secara gotong-royong
antarnegara anggota ASEAN yang masing-masing sebesar $20 juta.

10
e. Kerja Sama di Bidang Lainnya
Selain itu, disusun program kerja sama ekonomi, sosial, dan budaya ASEAN, yang mencakup bidang
pangan khususnya beras, kerja sama bidang perhubungan dan komunikasi, pertukaran bahan siaran televisi
dan radio, dan banyak lagi sesuai kebutuhan yang diperlukan.

4. Kerja Sama dengan Negara-negara di Luar ASEAN


Untuk menembus pasar di Eropa dilakukan kerja sama antara ASEAN dengan MEE (Masyarakat
Ekonomi Eropa). MEE ini merupakan pasaran penting bagi barang-barang ekspor ASEAN. Hubungan
perdagangan ASEAN-MEE masih dibelengu oleh beberapa kendala yang dihadapi ASEAN. Oleh karena,
MEE melakukan semacam diskriminasi terhadap ASEAN dengan mengenakan tarif yang tinggi terhadap
barang-barang ekspor ASEAN yang masuk ke pasaran Eropa. Selain itu, MEE lebih mementingkan
hubungan dagang dengan negara-negara Afrika bekas jajahan Prancis yang disebut. Kelompok Younde,
dan kemudian diperluas meliputi Afrika, Pasifik (Fiji dan Solomon) dan Caribean, dikenal Kelompok APC
(Asia-Pasifik Caribean)
Pasar ASEAN kemudian lebih diarahkan ke kawasan Asia Timur dan Australia. Dewasa ini sekitar 40%
barang-barang ekspor ASEAN diarahkan ke Jepang, demikian sebaliknya. Dalam perkembangannya,
Jepang sebagai negara industri terbesar di Pasifik juga menerapkan proteksi terhadap barang-barang dari
Asia Tenggara dan mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang dari negara-negara Barat, seperti
Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya.
Dewasa ini telah terjadi perang dagang dan perang tarif yang dampaknya semakin menyulitkan
perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang. Hal itu mendorong ASEAN menjalin kerja sama
dengan Gerakan Non-Blok untuk memperjuangkan memberlakukan liberalisme di bidang perdagangan,
yang mulai berlaku pada 2010 bagi Negara-negara Berkembang. Perjuangan di bidang liberalisme
perdagangan (perdagangan bebas) dilakukan pula melalui forum APEC (Asia Pasifik Economic). Indonesia
adalah negara yang gigih dalam memperjuangkan liberalisme perdagangan dan investasi.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pergaulan Internasional, pemerintah Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas aktif dalam
menempatkan diri terhadap kerjasama dengan negara-negara lain. Maksudnya Indonesia dapat menjalin
kerjasama dengan siapa saja serta tidak memihak salah satu negara. Penerapan ini juga diterapkan ketika
Perang Dingin. Indonesia bersikap netral dengan tidak memihak Blok Barat dan Blok Timur.
Indonesia akan tetap di ASEAN untuk Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan
persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang
sejahtera dan damai

12

Anda mungkin juga menyukai