Makalah 1 Kelompok 3 MPS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN PASIEN SAFETY

“PRINSIP DASAR MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI DALAM PASIEN


SAFETY”

Disusun Oleh: Kelompok 3

1. DindaPutri Azura (213310721)


2. Fitriani Safitri (213310724)
3. Isra Hayati Oktavia Lisni (213310728)
4. Laswita (213310730)
5. Radhit Febrianto Putra (213310737)
6. Vira Alia Putri (213310746)

Dosen Pembimbing:

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI NEGERI PADANG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Adapun makalah yang kami
buat ini berjudul “PRINSIP DASAR MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI DALAM
PASIEN SAFETY”
Mungkin apa yang kami hasilkan ini bukanlah yang terbaik, namun kami berharap ini bisa
bermanfaat. Kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan, komentar,
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna perbaikan di masa yang akan
datang.

Padang, 20 Agustus 2022

Kelompok 3

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan Umum....................................................................................................................................1
1.4 Tujuan Khusus...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 SIKLUS HIDUP MIKROORGANISME...........................................................................................3
2.2 KEMBANG BIAK MIKROORGANISME.......................................................................................4
2.3 CARA PENULARAN........................................................................................................................6
2.4 JENIS ORGANISME PARASIT........................................................................................................8
2.5 SIKLUS HIDUP ORGANISME PARASIT.......................................................................................9
2.6 CARA BERKEMBANG BIAK........................................................................................................10
2.7 CARA PENULARAN......................................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Siklus hidup mikroorganisme/bakteri terdiri
dari 4 fase, yaitu fase lag, fase eksponensial atau log, fase stasioner dan fase kematian.
Reproduksi atau pembiakan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio. Proses
penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat
melalui berbagai cara, di antaranya : kontak tubuh, makanan dan minuman, serangga, udara,
resevoar infeksi.
Parasit adalah organisme yang hidupnya menumpang (mengambil makanan dan
kebutuhan lainnya) dari makhluk hidup lain. Semua parasit memiliki siklus hidup yang
melibatkan periode waktu yang dihabiskan dalam organisme inang dan yang dapat dibagi
menjadi fase pertumbuhan, reproduksi, dan transmisi. Siklus hidup parasit dapat dibagi lagi
menjadi dua kategori : Langsung dan tidak langsung. Reproduksi / Perkembangbiakan adalah
kemampuan mahluk hidup untuk menghasilkan keturunan.Perkembangbiakan dapat terjadi
secara seksual atau aseksual. Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda. Cara penularan mikroorganisme parasite,
yaitu : penularan secara ventrikel dan horizontal.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah diantaranya ialah:
1. Bagaimana siklus hidup mikroorganisme ?
2. Bagaimana perkembangbiakan mikroorganisme ?
3. Bagaimana cara penularan mikroorgannisme ?
4. Apa jenis organisme parasit ?
5. Bagaimana siklus hidup mikroorganisme parasit ?
6. Bagaimana cara berkembangbiak parasit ?
7. Bagaima cara penularan parasit ?

1.3 Tujuan Umum


Tujuan umum pembuatan makalah ini ialah untuk menjelaskan tentang prinsip dasar
mikrobiologi dan parasitologi dalam patient safety.

1.4 Tujuan Khusus


Tujuan khusus pembuatan makalah ini ialah :
1. Menjelaskan tentang siklus hidup mikroorganisme
2. Menjelaskan perkembangbiakan mikroorganisme
3. Menjelaskan cara penularan mikroorgannisme
4. Menjelaskan tentang jenis organisme parasit
5. Menjelaskan siklus hidup mikroorganisme parasit

1
6. Menjelaskan cara berkembangbiak parasit
7. Menjelaskan cara penularan parasit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SIKLUS HIDUP MIKROORGANISME


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan
ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang.
Siklus hidup mikroorganisme/bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu fase lag, fase
eksponensial atau log, fase stasioner dan fase kematian.
1. Fase Lag (Lag Phase)
Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun, mereka melakukan
adaptasi dengan lingkungan baru mereka dan bermetabolisme, dengan cara,
menghasilkan vitamin dan asam amino yang dibutuhkan untuk untuk pembelahan.
Selanjutnya, bakteri memulai proses penyalinan DNA mereka, dan jika lingkungan
baru mereka memiliki pasokan nutrisi yang sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi
dengan singkat. Kemudian bakteri akan melanjutkan ke fase berikutnya dalam siklus
hidup mereka.
2. Fase eksponensial atau log (Log or Exponential Phase)
Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak dengan sangat cepat,
bahkan secara eksponensial. Waktu yang dibutuhkan Kultur untuk menggandakan diri
disebut "Generation Time," dan apabila berada pada kondisi terbaik, bakteri dapat
menggandakan dirinya dalam waktu sekitar 15 menit. Ada juga bakteri lain yang
membutuhkan waktu berhari-hari.Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi
berlawanan dari membran. ujung dan bakteri kemudian tertarik untuk berpisah, yang
menciptakan dua "sel anak," yang identik dan siap memulai kehidupan baru. Proses
ini disebut pembelahan biner (binary fission).
3. Fase stasioner (Stationary Phase)
Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena banyaknya zat sisa
dan semakin menyempitnya ruang hidup, bakteri tidak dapat mempertahankan
wilayah yang terbentuk pada fase sebelumnya. Jika bakteri mampu bergerak menuju
kultur yang lain, maka pertumbuhannya dapat dilanjutkan.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Selama fase kematian, bakteri kehilangan semua kemampuan untuk mereproduksi,
yang seolah-olah menjadi "lonceng kematian" mereka. Seperti pada fase log atau fase
eksponensial, kematian bakteri dapat terjadi secepat pertumbuhan mereka.
Faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri :
a. Suhu
3
b. pH medium atau lingkungan hidup
c. Ada tidaknya oksigen
d. Nitrogen
e. Mineral

2.2 KEMBANG BIAK MIKROORGANISME


Reproduksi atau pembiakan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio.
Pembelahan biner bakteri dimulai dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu sisi
membran dari sel dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi.
Setelah proses replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan
akhimya diikuti dengan proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua bagian yang
memiliki bahan genetika yang sama. Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru
yang sesuai akan tumbuh memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri
dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan
diperoleh suatu grafik atau kurva pertumbuhan. Pengamatan jumlah sel dalam waktu yang
cukup lama akan memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat
fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan menjadi empat fase
utama; fase lag (fase lamban), fase pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase
stasioner fase stasis), dan fase penurunan populasi (fase pematian). Fase-fase tersebut
menunjukkan keadaan bakteri dalam biakan pada waktu tertentu. Di antara setiap fase
terdapat suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua sel memasuki
fase yang baru (Kusnadi. 2003).
1) Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang
paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif. Reproduksi
aseksual tidak melibatkan pertukaran bahan genetic sehingga tidak terjadi variasi
genetik, suatu kerugian karena organisme tersebut menjadi terbatas kemampuannya
dalam berespon dan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan.
Macam-macam perkembangbiakan aseksual adalah sebagai berikut :
a) Pembelahan biner (binary fission), yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel
anak. Kemudian masing-masing sel anak membentuk dua sel anak lagi dan
seterusnya. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner
suatu proses aseksual sederhana berupa pembelahan suatu sel bakteri menjadi dua
sel anak yang secara genetis identik. Kecepatan pembelahan biner bergantung
pada spesies yang bersangkutan dan keadaan lingkungan. Dalam kondisi ideal
(misalnya bangsal rumah sakit yang hangat dan lembab), basil negatif-gram tipikal
misalnya E.coli akan membelah diri setiap 20 menit. Kuman lain, misalnya M.
tuberculosis, membelah dengan sangat lambat. Hasil uji laboratorium untul E.coli
tersedia dalam 24 jam, tapi diagnosis pasti tuberculosis mungkin belum selesai
setelah beberapa minggu. Namun pengobatan untuk tuberculosis dapat dimulai
4
berdasarkan temuan klinis uji lain, misalnya uji kulit, radiografi, dan adanya BTA
di spesimen sputum.
b) Pembelahan ganda (multiple fission), yakni satu sel induk membelah menjadi
lebih dari dua sel anak.
c) Perkuncupan (budding), yakni pembentukan kuncup dimana tiap kuncup akan
membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya,
sehingga akhirnya akan membentuk semacam mata rantai.
d) Pembelahan tunas, yakni kombinasi antara pertunasan dan pembelahan. Biasanya
terjadi pada khamir, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Sel induk akan
membentuk tunas. Jika ukuran tunas hampir sama besar dengan inangnya inti sel
induk membelah menjadi dua dan terbentuk dinding penyekat. Sel anak lalu
melepaskan diri dari induk atau menempel pada induknya dan membentuk tunas
baru. Pada khamir terdapat berbagai bentuk pertunasan, yakni:
1. Multilateral, tunas muncul di sekitar ujung sel, misal pada sel yang berbentuk
silinder dan oval (Saccharomyces).
2. Pertunasan di setiap tempat pada permukaan sel yakni terjadi pada sel khamir
berbentuk bulat, misal Debaryomyces.
3. Pertunasan polar, dimana tunas muncul hanya pada salah satu atau kedua
ujung sel yang memanjang, misal sel berbentuk lemon seperti Hanseniaspora
dan Kloeckre.
4. Pertunasan triangular, yakni pertunasan yang terjadi pada ketiga ujung sel
yang memanjang seperti Trigonopsis.
5. Pseudomiselium apabila tunas tidak lepas dari induknya.
e) Pembentukan spora atau sporulasi adalah perkembangbiakan dengan pembentukan
spora. Spora ini terbagi menjadi dua, yakni spora aseksual (reproduksi vegetatif)
dan spora seksual (reproduksi generatif).
2) Perkembangbiakan Seksual
Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta
secara terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara :
a) Oogami, bila sel betina berbentuk telur.
b) Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
c) Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.

Reproduksi bakteri secara seksual atau generatif yaitu dengan pertukaran materi
genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik
atau rekombinasi DNA. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a) Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung
melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel
bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negative.

5
b) Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri
lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus
bakteri).
c) Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari
satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.

2.3 CARA PENULARAN


Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat
melalui berbagai cara, di antaranya :
1. Kontak Tubuh.
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung
maupun langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontiminasi kuman.
Kontak adalah rute utama penyebaran kuman di rumah sakit dan juga mungkin di
masyarakat. Di rumah sakit, bakteri disebarkan terutama melalui tangan staf karena
mereka sering menangani pasien dan peralatan, sehingga terjadi peningkatan
kemungkinan infeksi-silang. Hubungan antara mencuci tangan dan penurunan angka
infeksi pertama kali dibuktikan oleh Ignaz Semmelweiss dalam serangkaian studi
epidemiologi pada tahun 1940-an (Newson, 1993).
Di masyarakat, terdapat bukti bahwa banyak patogen yang dahulu diperkirakan
menyebar melalui percikan ludah ternyata menyebar melalui kontak (Worsley et al.,
1994). Stimulasi laboratorium membuktikan bahwa individu lebih besar
kemungkinannya terjangkit infeksi saluran nafas setelah berkontak dengan tangan dan
benda (fomites) yang tercemar oleh virus daripada setelah terpajan pada aerosol yang
mengandung virus (Gwaltney et al., 1978). Diperkirakan bahwa batuk dan bersin
menyebabkan pengeluaran percikan ludah terinfeksi yang mengendap ke berbagai
permukaan, termasuk busana, di lingkungan sekitar. Bakteri kemudian dipindahkan
oleh tangan ke benda lain (Peralatan makan minum, pegangan pintu, dsb), mencapai
korban baru setelah tangan mereka kemudian tercemar. Virus mencapai hidung dan
konjungtiva saat wajah tersentuh higiene tangan dapat mengurangi insiden infeksi
saluran nafas atas. (Leclair et al., 1987).
Demikian juga, rotavirus yang menyebabkan muntah dan diare, walaupun keluar
melalui percikan ludah, tampaknya disebarkan melalui kontak tangan. Pada studi
insiden eksperimen yang dilakukan di tempat penitipan anak, dibuktikan bahwa terjadi
penurunan angka infeksi saat mencuci tangan diperkenalkan pada anak dan petugas
yang merawatnya (Black et al., 1981). Perlu diingat bahwa mencuci tangan adalah
cara yang mudah dan hemat untuk infeksi (Gould, 1997;May, 1998).
2. Makanan dan Minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing dan
6
lain-lain. Makanan yang tercemar cepat berfungsi sebagai kendaraan bagi bakteri.
Infeksi seperti ini terjadi higiene yang buruk di rumah, restoran, tempat penjualan
capat saji, toko, dan pabrik (North, 1989; Hobbs dan Roberts 1993). Pada sebagian
besar kasus, pencemaran terjadi melalui tangan. Salmonella yang mencemari jari
tangan dan sumber makanan yang tercemar dapat bertahan dari pencucian tangan.
Dengan demikian penyebarah terjadi melalui rute fekal-oral. Penyebaran melalui air
terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk. Kolera bersifat endemik di seluruh
negara yang sedang berkembang termasuk asia dan kejadian luar biasa di inggris.
Thypoid juga ditularkan melalui air yang tercemar. Penyakit Legionnaire (Disebabkan
oleh Legionella pneumophila) menyebar melalui aerosol yang tercemar (Woo et al.,
1986); kejadian luar biasa penyakit ini pernah terjadi di inggris.
3. Serangga
Vektor serangga menyebarkan infeksi melalui penularan mekanis dan biologis.
Penularan mekanis terjadi apabila patogen di pindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain
melalui permukaan serangga, sering dengan kakinya. Lalat rumah berlaku sebagai
vektor mekanis untuk Shigella. Di rumah sakit, lalat, semut pharaoh, dan artropoda
lain mungkin mengangkut bakteri patogenik di dalam lingkungan klines (Fotedar et
al., 1992). Penularan biologis melibatkan interaksi kompleks antara patogen dan
vektor. Plasmodium, organisme penyebab malaria, berkembang biak di dalam usus
nyamuk dan meningkatkan jumlah protozoa yang tersedia untuk dosis infeksi.
Penularan terjadi saat serangga menggigit penjamu manusia.
4. Udara.
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit
sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkulosis) atau sejenisnya. Penyebaran
melalui udara terjadi hanya dalam jarak yang pendek untuk patogen positif-gram dan
untuk infeksi virus misalnya cacar air. Kajian ekstensif terhadap literatur memastikan
bahwa infeksi silang melalui rute ini tidak lazim diluar lingkungan beresiko tinggi
misalnya ruang operasi dan unit luka bakar (ayliffe dan lowbury., 1982). Diruang
operasi, skuama kulit yang penuh dengan stafilococcus memperoleh akses ke jaringan
yang terbuka, sering dengan mendarat di duk dari udara. Kuman mungkin berasal dari
pasien atau petugas yang hadir. Rute melalui udara juga penting di unit luka bakar.
Kulit adalah pertahanan utama terhadap bakteri, dan apabila kulit tidak lagi utuh maka
pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi.
5. Resevoar infeksi
Resevoar infeksi terbentuk apabila kondisi yang menguntungkan mendorong
pertumbuhan dan reproduksi sejumlah besar bakteri. Resevoar dapat terbentuk di kulit
petugas atau pasien sehingga terjadi infeksi-silang. Peran resevoar lingkungan
terhadap infeksi silang bergantung pada situasi. Suatu reservoar bakteri yang besar
dalam suatu drain kecil kemungkinannya berperan dalam infeksi nosokomial (infeksi

7
yang diperoleh di rumah sakit) karena hanya sedikit kesempatan terjadinya
pemindahan ke individu lain yang rentan tetapi apabila reservoar melibatkan benda-
benda yang mungkin berkontak dengan pasien atau petugas, maka resiko akan
meningkat. Penelitian epidemiologis telah berperan banyak dalam meningkatkan
pemahaman kita tentang resiko infeksi dan pengembangan petunjuk pengendalian
infeksi untuk mengurangi penyebaran penyakit. Penelitian tersebut memberikan
sangat banyak bukti bahwa apabila pasien mengalami infeksi atau terkolonisasi, maka
organisme penyebab berasal dari orang lain dan bukan dari tempat jauh di lingkungan.

2.4 JENIS ORGANISME PARASIT


1. Protozoa
Protozoa adalah organisme bersel satu. Makhluk ini bisa hidup bebas maupun menjadi
parasit di inangnya. Di dalam tubuh manusia, protozoa akan melipat gandakan jumlahnya.
Ini yang akan membuat manusia terinfeksi. Protozoa biasa menyerang manusia melalui
jalur fecal-oral. Contoh penularan ini adalah kontaminasi makanan, air, atau dari orang ke
orang.Protozoa yang menyebabkan infeksi pada manusia dibagi menjadi empat
kelompok:
a) Sarcodina: contohnya Amoeba
b) Mastigophora: contohnya Flagellata. Ini adalah protozoa yang bergerak dengan
flagel atau bulu cambuk.
c) Ciliata: contohnya Balamtidium. Ini adalah protozoa yang bergerak dengan silia
atau rambut getar.
d) Sporozoa: contohnya Plasmodium dan Toxoplasma. Jenis parasit ini biasanya
melibatkan lebih dari satu inang.

Selain itu, ada juga jenis-jenis protozoa lainnya, seperti:


a. Amoeba, penyebab penyakit amebiasis
b. Siliofora, penyebab penyakit balantidiasis
c. Sporozoa, penyebab penyakit kriptosporidiosis dan toxoplasmosis
2. Helmint (cacing)
Helmint adalah organisme yang jauh lebih besar dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Sama seperti protozoa, makhluk ini bisa hidup bebas maupun hidup sebagai parasit di
dalam tubuh manusia. Setelah menjadi dewasa, cacing tidak bisa memperbanyak dirinya
di dalam tubuh manusia.
Secara umum, cacing ini dibagi menjadi tiga kelompok:
a) Cacing pipih atau platyhelminths. Cacing ini dapat ditemukan di balik bebatuan atau
dibalik lumut. Contohnya adalah cacing hati.
b) Acanthocephala atau thorny-headed worms. Cacing ini banyak menyerang hewan liar
namun jarang menyerang manusia.
c) Cacing gelang atau nematoda. Ini merupakan penyebab umum manusia terkena
‘cacingan’. Cacing ini mampu hidup di saluran pencernaan, darah, sistem limfa, dan
8
di bawah kulit. Biasanya infeksi terjadi akibat larva cacing masuk ke kulit melalui
luka yang terbuka.
3. Ektoparasit
Secara luas, ektoparasit bisa diartikan sebagai makhluk artropoda yang hidup mengisap
darah, contohnya nyamuk dan kutu. Artropoda ini jarang menyebabkan penyakit sendiri.
Biasanya, ektoparasit hanya menjadi vektor atau perantara penyebaran penyakit,
contohnya demam berdarah.
Contok kasus ektoparasit adalah malaria yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles
pembawa parasit Plasmodium. Ektoparasit ini dapat berpindah ke manusia saat nyamuk
tersebut menggigit kulit untuk mengisap darah.
Berikut adalah contoh-contoh lain dari ektoparasit:
a. Pediculus humanus capitus atau kutu rambut
b. Pthirus pubis atau kutu pada kulit kemaluan
c. Sarcoptes scabiei, tungau yang mengakibatkan penyakit kulit skabies atau kudis

2.5 SIKLUS HIDUP ORGANISME PARASIT


Parasit adalah organisme yang hidupnya menumpang (mengambil makanan dan
kebutuhan lainnya) dari makhluk hidup lain. Organisme yang ditumpangi atau mendukung
parasit disebut host atau inang atau tuan rumah. Parasitisme adalah hubungan timbal balik
antara satu organisme dengan organisme lain untuk kelangsungan hidupnya, dimana salah
satu organisme dirugikan oleh organisme lainnya. Parasitologi medis adalah ilmu yang
mempelajari tentang semua organisme parasit pada manusia. Parasit yang termasuk dalam
parasitologi medis ialah protozoa, cacing, dan beberapa arthropoda. Menurut tempat hidupnya
di tubuh manusia, parasit dibedakan menjadi endoparasit dan ektoparasit.
1. Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh manusia, misalnya: di
dalam darah, otot dan usus, contohnya Plasmodium sp.
2. Ektoparasit adalah parasit yang hidup menempel pada bagian luar kulit dan
kadangkadang masuk ke dalam jaringan di bawah kulit, misalnya Sarcoptes
scabei.
Semua parasit memiliki siklus hidup yang melibatkan periode waktu yang dihabiskan
dalam organisme inang dan yang dapat dibagi menjadi fase pertumbuhan, reproduksi, dan
transmisi. Siklus hidup parasit dapat dibagi lagi menjadi dua kategori :
a) Langsung (monoxenous)
Parasit dengan siklus hidup langsung menghabiskan sebagian besar kehidupan dewasa
mereka di satu inang, yang dikenal sebagai tahap parasit, dengan keturunan mereka
ditransmisikan dari satu inang ke inang lainnya, yang dikenal sebagai tahap hidup
bebas. Parasit langsung seringkali tidak memiliki tahap peralihan dan harus
meninggalkan inangnya. Untuk melakukan ini, mereka harus dapat bertahan hidup di
lingkungan di luar host asli mereka dan kemudian mencari dan membangun di host
baru. Parasit yang bergantung pada tahap inang disebut parasit obligat, sedangkan
9
parasit yang dapat melewati tahap parasit selama beberapa generasi disebut parasit
fakultatif.
Contoh :
1) Nematoda
2) Trypanosomatid
b) Cryptosporidium Tidak langsung (heteroxenous)
Parasit dengan siklus hidup tidak langsung dicirikan oleh dua tahap inang, yang
membutuhkan inang definitif dan inang perantara. Tahap inang definitif diperlukan
untuk reproduksi dan fase kehidupan dewasa. Dalam hospes perantara, perkembangan
parasit terjadi, setelah itu dapat ditularkan ke hospes definitif. Beberapa tahap
perkembangan dapat terjadi di hospes perantara, yang memainkan peran penting
dalam memfasilitasi penularan penyakit dalam bentuk vektor, seperti nyamuk, yang
melewati parasit yang belum matang melalui belalainya langsung ke aliran darah
hospes definitif. Beberapa nematoda filarial, Plasmodium, dan Leishmania adalah
contoh parasit dengan siklus hidup tidak langsung. Inang reservoir biasanya
mentolerir parasit tanpa efek buruk; namun, pengenalan inang baru ke dalam populasi
inang reservoir akan sering mengakibatkan penyakit parah pada inang yang baru
diperkenalkan.

2.6 CARA BERKEMBANG BIAK


Reproduksi / Perkembangbiakan adalah kemampuan mahluk hidup untuk menghasilkan
keturunan. Tujuan mahluk hidup bereproduksi ialah untuk memprtahankan kelangsungan
hidup jenisnya. Mahluk hidup sebagai organisme mengalami perkembangbiakan (reproduksi).
Perkembangbiakan dapat terjadi secara seksual atau aseksual.
a) Perkembangbiakan secara Aseksual
Perkembangbiakan secara aseksual adalah perkembangbiakan tanpa melibatkan alat
reproduksi sehingga tidak terjadi proses fertilisasi atau pertemuan antara gamet jantan
dan gamet betina. Biasanya yang mengalami perkembangbiakan secara aseksual
adalah tumbuhan dan hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Contoh:
Cara perkembangbiakan Parasit Aseksual terdiri dari 3 cara:
1) Tunas atau Bertunas
Adalah bentuk reproduksi aseksual, dimana organisme baru tumbuh ada satu sama
lain. Organisme baru tetap melekat seiring dengan pertumbuhan, memisahkan dari
organisme induk hanya ketika matang. Organisme baru dibuat klon dan secara
genetik identik dengan organisme induk. Pada bakteri disebut Tunas. Pembagian
yang tidak merata terjadi melalui pertumbuhan lokal. Sehingga sel anak (Tunas)
biasanya lebih kecil daripada sel ibu. Contoh Aseksual Tunas : Hydra

10
2) Fragmentasi
Adalah bentuk reproduksi Aseksual atau Kloning, dimana organisme memecah
diri menjadi fragmen fragmen. Masing-masing fragmen ini berkembang menjadi
dewasa, tumbuh menjadi individu dewasa yang merupakan klon dari organisme
asli. Fragmentasi sebagai metode reproduksi, dikenal juga sebagai pemecahan.
Contoh Aseksual Fragmentasi: cacing Pipih

3) Partenogenesis
Adalah bentuk reproduksi aseksual dimana betina memproduksi sel telur yang
berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
Contoh Aseksual Partenogonisis : Lebah Madu Ginogenesis adalah bentuk
reproduksi Aseksual yang berhubungan dengan Partenogenesis, dimana keturunan
yang dihasilkan dengan mekanisme yang sama seperti pada Partogenesis, tetapi
dengan ketentuan sel telur harus di stimulasi dengan keberadaan sperma sehingga
dapat berkembang.

b) Perkembangbiakan Secara Seksual


Perkembangbiakan secara seksual adalah perkembangbiakan yang melibatkan alat
reproduksi sehingga terjadi proses fertilisasi atau pertemuan antara gamet jantan dan
11
gamet betina. Umumnya hewan yang bertulang belakang yang mengalami
perkembangbiakan secara seksual. Contoh: Cacing Gelang, Cacing hati, Cacing
Kremi.

2.7 CARA PENULARAN


Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing
dan arthropoda. Cara penularan mikroorganisme parasite, yaitu :
1. Penularan secara ventrikel adalah penularan yang terjadi melalui induk kepada telur/
anak yang baru dilahirkannya. Mis. Nyamuk A.aegypty menularkan virus dengue ke
telurnya (transovarial adalah transmition).
2. Penularan secara horizontal
Cara penularan yang umumnya terjadi antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya, atau termasuk juga yang melalui bahan-bahan tercemar. Penularan secara
horizontal dibagi menjadi :
a. Kontak langsung adalah penularan yang terjadi karena adanya kontak fisik antara
dua individu atau lebih. Mis: penularan kutu, tungau.
b. Kontak tidak langsung adalah penularan yang terjadi bukan karena terjadinya
kontak fisik antara individu,tetapi ok sarana lain seperti bahan yang tercemar oleh
parasit atau parasit sendiri yang aktif mencari hospes
Cara penularan mikroorganisme secara umum:
1. Menelan telur, kista atau parasit misal. Cacing Alumbricoides, E.histolitic
2. Penetrasi melalui kulit. Misal Cacing N.americanu
3. Penularan langsung antar manusia. Misal Trichomonas vaginalis
4. Melalui gigitan vector. Misal Wuchereria bancrofti

Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh bentuk parasit tertentu
dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium infeksi pada berbagai parasit ditularkan dari satu
host ke host yang lain dalam beberapa cara berikut:
1) Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang terkontaminasi oleh stadium
infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa parasit dikenal sebagai rute fecal oral
(misalnya kista Giardia intestinalis dan Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides,
dan Trichuris trichura.
a) Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat ditularkan secara
oral bila konsumsi daging mentah atau setengah matang yang mengandung parasit
infektif (misalnya: daging babi mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia
solium).
b) Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah. Infeksi juga dapat
ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting mentah atau setengah matang yang
mengandung stadium infektif parasit (misalnya: kepiting mengandung stadium parasit

12
infektif, kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria Paragonimus
westermani, ikan mengandung metaserkaria Clonorchis sinensis, dan lain lain).
c) Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan lewat makanan
mentah atau air belum masak yang menyembunyikan bentuk parasit infektif
(misalnya: air kacang dada, dll mengandung metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan
Fasciola hepatica).
2) Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan dengan:
a. Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada cacing tambang,
Strongyloides stercoralis yang kontak dengan tanah tercemar feces.
b. Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni, dan S.
haematobium yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang dipenetrasi
adalah bagian kulit yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari, kulit perianal, dan kulit
perineum.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme, Objck kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat
dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea.
Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap
sebagai makhluk hidup.
Parasitologi merupakan Ilmu yang mempelajari parasit organisme yang hidupnya
menumpang dan merugikan organisme lain. Ukuran tubuh penumpang lebih kecil dari yang
ditumpangi. Parasit ini disebut juga sebagai agent.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
wawasan dan pengetahuan tentang PRINSIP DASAR MIKROBIOLOGI DAN
PARASITOLOGI DALAM PASIEN SAFETY.Dan juga makalah penulis ini dapat dijadikan
referensi bagi teman-teman semua atau pembaca.Diharapkan pembaca bisa memberikan
kritik dan saran untuk dapat menjadikan penulis lebih baik lagi dalam penulisan makalah-
makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gould & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta : EGC

Dwijoseputro, 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.

Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan, Dirjen Pendidikan Tinggi IPB: Bogor.

Anonim, 2000, Kamus Kedokteran Dorlan, edisi 23, EGC, Jakarta.

Anonim, 1997, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran,Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.

Adam, S., 1995, Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi Untuk Perawat, EGC,Jakarta.

Alimul.H.Aziz .2006. Pengantar KDM dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR.

Simamora , R.H. (2019). Buku Ajar : Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Ponorogo, Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai